PERNIKAHAN DINI
Disusun Oleh :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN
Kediri, …………………………………
Pembimbing Ruangan Mahasiswa
…………………………. ………………………….
NIP. NIM.
Mengetahui
Pembimbing Akademik
………………………….
NIP.
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tempat Praktik :
Tanggal :
A. Konsep Teori
- Definisi, Etiologi, Fisiologi/Patofisiologi, Tanda Gejala, Penatalaksanaan, dll
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
C. Daftar Pustaka
Kediri, …………………………………
Pembimbing Ruangan Mahasiswa
…………………………. ………………………….
NIP. NIM.
Mengetahui
Pembimbing Akademik
………………………….
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dampak Psikologi
B. Dampak Fisik
a) Bagi Bayi
b) Bagi Ibu
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep manajemen asuhan varney
2.2.2 Pendokumentasian secara soap
2.2.3 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian SOAP
BAB III: TINJAUAN KASUS
BAB IV: PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpuan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Definisi KB
A. Manfaat KB
1. Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran
maka manfaatnya :
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan
yang berulang kali dan terlalu pendek.
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang
serta melakukan kegiatan lainnya.
2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya dalam keadaaan sehat.
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan
makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut
memang diinginkan dan direncanakan.
3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan
fisiknya lebih baik, karena setiap anak memperoleh
makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam
keluarga.
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena
sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata
4. Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat:
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya.
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena
kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang
untuk keluarganya.
5. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya: Kesehatan mental, fisik,
sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan
seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan
(Handayani, 2010).
B. Macam – Macam Metode KB
A. METODE SEDERHANA TANPA ALAT
KB Alamiah
1. Metode Kalender
Metode Kalender disebut juga Metode Ritmik atau
Metode Pantang Berkala adalah suatu metode yang
bergantung pada kesadaran pengguna akan kesuburannya.
Menurut metode ini, pengguna harus menghindarkan
hubungan seksual tanpa pelindung pada hari ke-8 sampai
ke-19 siklus menstruasi.
Metode kalender ini berdasarkan temuan bahwa ovulasi
terjadi pada suatu hari tertentu, kurang lebih 14 hari
sebelum periode menstruasi. Berdasarkan temuan ini, masa
subur seorang wanita dapat ditentukan.
Metode kalender hanya dapat memprediksi kapan masa
subur wanita dalam siklus menstruasinya sehingga
kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini didasarkan
pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan berdasarkan
perhitungan kalender, yang dibuat dari riwayat menstruasi
selama 8-12 siklus menstruasi.
2. Metode Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
Pengukuran suhu basal diukur waktu pagi segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apapun.
Pengukuran suhu basal badan dilakukan setiap hari sesudah
haid terakhir sampai mulainya haid berikutnya.Menjelang
ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam sesudah
ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai tingkat lebih
tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi dan tetap
tinggi sampai akan terjadi haid.
3. Metode Lender Serviks
Efektifitas pantang berkala telah diperbaiki oleh
perkembangan yang memungkinkan dibuatnya keputusan
dalam setiap siklus. Metode lendir serviks ini juga disebut
sebagai metode ovulasi atau metode Billings. Metode ini
membutuhkan dirasakan untuk diamatinya perubahan
mukus serviks dari waktu ke waktu.
4. Metode Simtotermal
Ini merupakan kombinasi antara metode suhu tubuh
basal, metode mukus, dan metode gejala. Fase folikuler
dipertimbangkan relatif infertil, dan fase luteal infertil.
(Sinclair,2009:181).Metode simtotermal merupakan
gabungan metode temperature, metode (mukus) billing dan
pengenalan tanda lain ovulasi : sedikit nyeri di pinggang
atau perut bagian bawah, pusing, ketidaknyamanan
payudara dan depresi. Metode ini dianggap yang paling bisa
dipercaya dari semua metode keluarga berencana alamiah.
(Speroff.2003:Hal 218)
5. Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode
keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi. Nama lain dari coitus interuptus adalah
senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran
ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out
method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted
intercourse.
B. METODE SEDERHANA DENGAN ALAT
1. Mekanisme Barier
a. Kondom pria
b. Barier Intra-vaginal
Diafragma
Kap Serviks (servical cap)
Spons (Sponge)
Kondom Wanita
2. Kimiawi
a. Spermisid
Spermiside adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan
sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang
hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10
menit, hubungan seks dapat dilakukan agar spermaside
dapat berfungsi.metode spermasidetetap dikembangkan
oleh berbagai pabrik farmasi sperti foam tablet, krem atau
pasta, suppositoria, dan jeli.
Vaginal cream
Vagianl foam
Vaginal jelly
Vaginal suppositoria
Vaginal tablet (busa)
Vaginal soluble film
C. Metode Modern
A. Kontrasepsi Hormonal
1. Per oral
Sebagian besar wanita dapat enerima tanpa
kesulitan, dengan patrun menstruasi normal serta dirasi
antara 4 sampai 6 hari. Disamping durasi 4 sampai 6
hari, masih terdapat patrun menstruasi wanita :
Wanita tergolong durasi menstruasi kurang dari
4 hari, memerlukan pil KB dengan efek
esterogen tinggi.
Wanita dengan durasi menstruasi lebih dari 6
hari memerlukan pil KB dengan efek esterogen
yang rendah.
o Pil oral kombinasi (POK)
Macam-macam pil KB:
pil kombinasi : sejak semula telah terdapat kombinasi
komponen progesteron atau esterogen.
Pil sekuensial : pil ini mengandung komponen yang
disesuaikan dengan sistem hormonal. 12 pil pertama
hanya mengandung esterogen. Dan pil ke-13 dan
seterusnya merupakan kombinasi.
Progesteron : hanya mengandung progesteron
dipergunakan ibu postpartum.
KB. Darurat Hormonal : digunakan segera setelah
hubungan seks.
- Mini pil
- Morning After pill
2. Injeksi/Suntikan
(DMPA, NET-EN, Microspheres,
Microcapsules) Metode suntikan KB telah menjadi
bagian gerakan keluarga berencana nasional
3. Sub-kutis: Implant
(Alat kontrasepsi bawah kulit= AKBK)
o Implant Non-biodegradable
(Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon)
o Implant biodegradable
o (Capronor, Pellets)
B. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
Sangat efektif, reversible dan jangka panjang(dapat
sampai 10 tahun : CuT-380A). Haid menjadi lebih lama dan
lebih banyak karena ada benda yang masuk ke tubuh.
Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan. Ddapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi. Tidak boleh
dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular
seksual.
Jenis :
AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang
fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana
AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah
NOVA T (Schering)
C. Kontrasepsi mantap:
1. Pada wanita
o Penyinaran
Radiasi Sinar-X, Radium, Cobalt dan lain-
lain
Sinar Laser
o Operatif, Medis Operatif Wanita
Ligasi tuba fallopi/Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi
untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan
tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya
untuk memastikan apakah seorang klien
sesuai untuk menggunakan metode ini.
Tubektomi termasuk metode efekif
dan tidak menimbulkan efek samping jangka
panjang. Efektivitas tubektomi :
Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5 per
1000) perempuan pada tahun pertama
penggunaan
Pada 10 tahun penggunaan, terjadi
sekitan 2 kehamilan per 100 perempuan
(18-19 per 1000 perempuan)
Efektivitas kontraseptif terkait juga
dengan teknik tubektomi
(penghambatan atau oklusi tuba) tetapi
secara keseluruhan, efektivitas
tubektomi cukup tinggi dibandingkan
metode kontrasepsi lainnya. Metode
dengan efektivitas tinggi adalah
tubektomi minilaparatomi
pascapersalinan
Elektro-koagulasi tuba fallopi
Fimbriektomi
Salpingektomi
Ovarektomi bilateral
Fimbriotexy (Fimbrial Cap)
Ovariotexy
o Penyumbatan Tuba Fallopi Secara Mekanis
Penjepitan Tuba Fallopi
Hemoclip
Tubal Band/Falope Ring/Yoon Band
Spring-loaded clip
Filshie Clip
Solid Plugs (Intra Tubal Devices)
Soldi Silastic Intra-tubal Device
Polyethylene Plug
Ceramic dan Proplast Plugs
Dacron dan Teflon Plugs
o Penyumbatan Tuba Fallopi Secara Kimiawi
Phenol (Carbolic acid) compounds
Quinacrine
Methyl-2-cyanoacrylate (MCA)
Ag-Nitrat
Gelatin-Resorcinol-Formaldehyde (GRF)
Ovabloc
2. Pada Pria
o Operatif medis operatif pria:
Vasektomi/Vasektomi tanpa pisau (VTP)
o Penyumbatan vas deferens secara mekanis:
Penjepitan vas deferens
Vaso-clips
Plugs
Intra Vas Devices
Intra Vasal Thread (IVT)
Reversible Intravas Deviec (R-IVD)
Shug
Vas Values
Phaser (Bionyx Control)
Reversible Intravasal Occlusive Device
(RIOD)
o Penyumbatan vas deferens secara kimiawi
Quinacrine
Ethanol
Ag-nitrat
Penelitian-penelitian metode baru kontrasepsi yang lebih efektif, aman, dan
sebagainya, masih terus berlanjut hingga saat ini, antara lain:
1. Pada Wanita
a. Cincin vagina (Vaginal Ring) dengan hormone
b. Vaksin kontrasepsi/waksin inertilitas
c. IUD berdaya kerja panjang dengan hormone progestin
d. Kriosirurgil (Cryo-surgery) uterus (transcervical)
2. Pada Pria
a. Gossypol
b. LHRH Analogues
c. Hormon-hormon berdaya kerja
d. Inhibin
2.1.2 Definisi Pernikahan Dini
Remaja yang menikah baik itu remaja putra maupun remaja putri akan
mengalami masa remaja yang terpendek, sehingga ciri dan tugas perkembangan
mereka juga ikut diperpendek dan masuk pada masa dewasa (Monks, 2001).
a) Remaja yang telah menikah akan mengalami suatu peiode peralihan yang
cukup signifikan. Peralihan yang terjadi adalah beralih dari masa anak-anak
menuju masa dewasa, dimana remaja harus meninggalkan segala sesuatu
yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola dan sikap baru
terutama dalam pernikahan.
b) Remaja yang telah menikah akan mengalami periode perubahan, yaitu
meliputi perubahan fisik, emosional, perubahan pola dan minat, perubahan
nilai-nilai yang berlaku, dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
c) Remaja yang telah menikah, mereka di haruskan masuk pada masa dewasa,
tidak lagi pad ambang masa dewasa. Masa remaja mereka menjadi di
perpendek dan mereka harus meninggalkan stereotip belasan tahun dan
menjadi deawa.
2.1.4 Faktor Penyebab
1) Faktor-faktor yang mendorong untuk melangsungkan perkawinan usia muda
adalah
1. Faktor-faktor yang mendorong untuk melangsungkan perkawinan usia
muda (R. Muhammad, 2011) adalah
a. Faktor ekonomi
Orang tua mengawinkan anaknya karena keadaan ekonomi keluarga yang
kurang, sehingga untuk meringankan beban orang tua, mereka dikawinkan
dengan orang yang dianggap mampu.
b. Faktor kemauan sendiri
Pasangan usia muda merasa sudah saling mencintai dan adanya pengaruh
media, sehingga mereka terpengaruh untuk melakukan pernikahan usia
muda.
c. Faktor pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan orang tua,
anak, dan masyrakat akan pentingnya pendidikan, makna serta tujuan
perkawinan sehingga menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda.
d. Faktor keluarga
Kekhawatiran orang tua akan anaknya yang sudah mempunyai pacar yang
sudah sangat dekat, membuat orang tua ingin segera mengawinkan
anaknya meskipun masih dibawah umur. Hal ini merupakan hal yang
sudah turun-menurun. Sebiah keluarga tidak akan merasa tenang sebelum
anak gadisnya menikah.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda menurut
(Romauli, 2009) adalah
a. Tingkat pendidikan
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya
perkawinan usia muda
b. Sikap dan hubungan dengan orang tua
Perkawinan ini dapat berlangsung karena adanya kepatuhan atau
menentang dari remaja terhadap orang tuanya.
c. Sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan
Misalnya kesulitan ekonomi
d. Pandangan dan kepercayaan
Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercayaan yang salah.
Misalnya, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status
janda lebih baik dari perawan tua.
e. Faktor masyarakat
Lingkungan dan adat istiadat adanya anggapan jika anak gadis belum
menikah dianggap sebagai aib keluarga.
3. Menurut (Noorkasiani, 2009) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perkawinan usia muda di Indonesia adalah
1. Faktor individu
a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.
Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula
berlangsungnya perkawinan sehingga mendorong terjadinya
perkawinan pada usia muda.
b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah
tingkat pendidikan, makin mendorong berlangsungnya perkawinan
usia muda.
c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Perkawinan usia muda
dapat berlangsung karena adanya sikap patuh dan atau menentang
yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua. Hubungan
dengan orang tua menentukan terjadinya perkawinan usia muda.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan perkawinan remaja
karena ingin melepaskan diri dari pengeruh lingkungan orang tua.
d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang
dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan
perkawinan yang berlangsung dalam usia sangat muda, diantaranya
disebabkan karena remaja menginginkan status ekonomi yang lebih
tinggi.
2. Faktor keluarga
Peran orang tua dalam menentukan perkawinan anak-anak mereka
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Sosial ekonomi keluarga
Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai
keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut
akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap
anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami
dan adanya tambahan tenaga kerja dikeluarga, yaitu menantu yang
dengan sukarela membantu keluarga istrinya.
b. Tingkat pendidikan keluarga
Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering
ditemukan perkawinan diusia muda. Peran tingkat pendidikan
berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang kehidupan
berkeluarga.
c. Kepercayaan dan atau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga
Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga
menentukan terjadinya perkawinan diusia muda. Sering ditemukan
orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda
karena keinginan untuk meningkatkan status sosial keluarga,
mempererat hubungan antar keluarga, dan atau untuk menjaga
garis keturunan keluarga.
d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah
remaja
Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau
mengatasi masalah remaja, (misal : anak gadisnya melakukan
perbuatan zina), anak gadis tersebut dinikahkan sebagai jalan
keluarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa malu
atau rasa bersalah.
3. Faktor masyarakat lingkungan
a. Adat istiadat
Terdapat anggapan di berbagai daerah di Indonesia bahwa anak
gadis yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akan dipandang
“aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk mengatasi hal
tersebut ialah menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat
mungkin sehingga mendorong terjadinya perkawinan usia muda.
b. Pandangan dan kepercayaan
Pandangan dan kepercayaan yang salah pada masyarakat dapat
pula mendorong terjadinya perkawinan di usia muda. Contoh
pandangan yang salah dan dipercayai oleh masyarakat, yaitu
anggapan bahwa kedewasaan seseorang dinilai dari status
perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua dan
kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan perkawinan.
Interpretasi yang salah terhadap ajaran agama juga dapat
menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda, misalnya sebagian
besar masyarakat juga pemuka agama menganggap bahwa akil
baliq ialah ketika seorang anak mendapatkan haid pertama, berarti
anak wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal akil baliq
sesungguhnya terjadi setelah seorang anak wanita melampaui masa
remaja.
c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
Sering ditemukan perkawinan usia muda karena beberapa pemuka
masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan
yang dimilikinya, yaitu dengan mem pergunakan kedudukannya
untuk kawin lagi dan lebih memilih menikahi wanita yang masih
muda, bukan dengan wanita yang telah berusia lanjut.
d. Tingkat pendidikan masyarakat
Perkawinan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan
masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang tingkat
pendidikannya amat rendah cenderung mengawinkan anaknya
dalam usia yang masih muda
e. Tingkat ekonomi masyarakat
Masyarakat yang tingkat ekonominya kurang memuaskan, sering
memilih perkawinan sebagai jalan keluar dalam mengatasi
kesulitan ekonomi.
f. Tingkat kesehatan penduduk
Jika suatu daerah memiliki tingkat kesehatan yang belum
memuaskan dengan masih tingginya angka kematian, sering pula
ditemukan perkawinan usia muda di daerah tersebut.
g. Perubahan nilai
Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai, yaitu
semakin bebasnya hubungan antara pria dan wanita.
h. Peraturan perundang-undangan
Peran peraturan perundang-undangan dalam perkawinan usia muda
cukup besar. Jika peraturan perundang-undangan masih
membenarkan perkawinan usia muda, akan terus ditemukan
perkawinan usia muda.
A. Dampak Psikologi
Pada usia pernikahan dini yang terjadi di bawah usia 20 tahun dalam
keadaan belum matangnya mental seseorang remaja akan mempengaruhi
penerimaan kehamilannya, dimana alat reproduksi remaja yang belum siap
menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum
mampu membawa diri, terkadan perasaan tertekan kaena mendapat cercaan
dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat (Sarwono, 2006)
B. Dampak Fisik
Proses Manajemen
Kebidanan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Masalah/Diagnosa
Antisipasi Masalah
Assesment/Diagnosa Assasment/Diagnosa
potensial/diagnosa
lain
Menetapkan Penatalaksanaan :
Kebutuhan segera
- Konsul
untuk konsultasi, Perencanaan - Tes Diagnostik/lab
kolaborasi
- Rujukan
Perencanaan - Pendidikan/konseling
- Follow Up
Implementasi Implementasi
Evaluasi Evaluasi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114
PENGKAJIAN
No. RM :-
Cara Masuk :
Diagnosa :-
A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama : Ibu ingin menjadi akseptor baru KB
2. Riwayat menstruasi
- Usia manarche : 11 tahun - Lama haid : 7 hari
- Jumlah darah haid : 2 x ganti softex/hari - Fluor albus : -
- HPHT :- - TP :-
- Keluhan saat haid :
√ Dismenorhoe Spoting Menorrhagia
Premenstrual syndrome Dll.
Anak Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Peny
No JK/B anak
partus partus kehamilan persalinan persalinan ulit
B sekarang
- - - - - - - - -
5. Riwayat Ginekologi :
Infertilitas Infeksi virus PMS
Endometriosis Polip serviks Kanker kandungan
Opersai kandungan Perkosaan DUB
dll
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : baik - kesadaran : composmetis
- BB/TB : 48 kg/ 155 cm - Tekanan darah : 120/70mmHg
- Nadi : 88 x/menit - Suhu : 36.2o C
- Pernafasan : 21 x/menit
2. Pemeriksaan fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak Sklera : ikterik/tidak
Pandangan kabur adanya pemandangan dua
- Leher : adanya pembesaran vena jugularis/tidak, adanya pembesaran kelenjar
tyroid/tidak.
- Dada : tumor
- Axilla : tidak ada benjolan
- Sistem cardio : nyeri dada murmur palpitasi
3. Pemeriksaan khusus
a. Ginekologi
Inspekulo : vagina (normal,cairan/darah dan luka), porsio : (licin/berdungkul,
cairan/darah, luka/lesi).
C. ANALISIS/INTERPRETASI DATA
Ny. S calon akseptor KB
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27 September 2019
1. 10.00 Memberikan konseling awal KB kepada Ibu yaitu menjelaskan informasi
mengenai KB dengan menggunakan alat ABPK , Ibu memperhatikan dan aktif
bertanya.
2. 10.25 Memberikan informed choice kepada ibu tentang KB, Ibu memilih alat
kontrasepsi pil kombinasi.
3. 10.30 Memberikan informed consent kepada ibu, Ibu menandatangani informed
consent
4. 10.40 Memberikan pil yang akan diminum dan mengedukasikan ibu untuk kontrol
sewaktu-waktu apabila ada keluhan, Ibu menerima pil dan bersedia melakukan
kunjungan apabila ada kunuungan.
5. 10.50 Mendokumentasikan setiap tindakan.
Kediri, ….........................
.................................................... ......................................................
NIP. NIM.
Dosen Pembimbing
....................................................
NIP.
BAB IV
PEMBAHASAN
Ny. S datang pada bidan ingin menggunakan alat kontrasepsi karena diusianya yang
masih muda Ny S dan suami masih belum siap memiliki anak atau masih ingin
memperbaiki perekonomian terlebih dahulu. Lalu bidan melakukan konseling
menggunakan alat bantu APBK setelah itu Ny S memilih menggunakan alat kontrasepsi
hormonal berupa PIL yang harus diminum setiap hari pada jam yang sama. Cara kerja alat
kontrasepsi ini adalah untuk menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lender
serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Metode ini sangat efektif yaitu memiliki efektivitas yang tinggi (hampir
menyerupai efektivitas tubektomi), resiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak
menggangu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid, mudah dihentikan setiap saat,
kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan, dapat digunakan sebagai
kontrasepsi darurat, dan dapat membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada
payudara, disminore atau akne.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut Dariyo (2003) menikah merupakan hubungan yang bersifat suci
atau sakral antara pasangan dari seorang pria dan seorang wanita yang telah
menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa dan hubungan
tersebut telah di akui secara sah dalam hukum dan agama.
Pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara
laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara
psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan
keturunan secara fisik pun mulai matang. Pernikahan diusia muda menyebabkan
beberapa dampak buruk karena belum siapnya organ-organ reproduksi jika
sudah terjadi maka bisa ditanggulangi dengan menggunakan / menggalakan
program KB yang pemilihannya sesuai kontrasepsi rasional (sesuai kondisi).
5.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh
dari kata sempurna, karena kemajuan dalam bidang tekhnologi kedokteran terus
berlanjut dengan akibat juga akan muncul metode-metode baru dalam bidang
pelayanan kesehatan. Disamping itu ada beberapa dampak penyebab pernikaan
dini yang tidak dibahas di laporan pendahuluan ini. Harapan kami, semoga
laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkecimpung maupun yang menaruh minat dalam bidang asuhan kebidanan
KB.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti, Temu, Dkk. 2015. Modul Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi.
Kediri: Pltekes kemenkes Malang Jurusan Kebidanan Program Studi D-IV Kebidanan
Kediri
Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari. 2009. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswa
Kebidanan. Yongyakarta: Nuha Medika
YPAN. 2008. Undang – undang Perkawinan: From:
http/www.asiatour.co/lawarchiver/indonesia/uu_perkawinan/uu_perkawinan_bab1.htm
Diperoleh tanggal 14 Februari.2008
Kamban N dan Muhammad R.2011. perkawinan Usia Muda ( Studi Kasus di Desa Sapan
Kecamatan Pana Kabupaten Mamasa).
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/232
noorkasiani,Heryati dan Rita Ismail. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC