Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN KB PADA

PERNIKAHAN DINI

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan KB

Dosen Pembimbing : Susanti Pratamaningtyas,M.Keb.

Disusun Oleh :

1. Devy Anggita (P17321171001)


2. Winahyu Asri (P17321171010)
3. Novia Yulia Sari (P17321171012)
4. Christina Eka Nuari (P17321172021)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Kebidanan Komprehensif/Essay


Pada : ………………………………………………………………………
Di : ………………………………………………………………………
Periode tanggal : ………………………………………………………………………

Telah disetujui oleh pembimbing

Kediri, …………………………………
Pembimbing Ruangan Mahasiswa

…………………………. ………………………….
NIP. NIM.

Mengetahui
Pembimbing Akademik

………………………….
NIP.
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tempat Praktik :
Tanggal :

A. Konsep Teori
- Definisi, Etiologi, Fisiologi/Patofisiologi, Tanda Gejala, Penatalaksanaan, dll
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
C. Daftar Pustaka

Kediri, …………………………………
Pembimbing Ruangan Mahasiswa

…………………………. ………………………….
NIP. NIM.

Mengetahui
Pembimbing Akademik

………………………….
NIP.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada abad ke-20.
Saat ini, hampir 60% pasangan usia reproduktif di seluruh dunia menggunakan
kontrasepsi. Hingga saat ini populasi dunia sudah mencapai angka 6 milyar dan lebih dari
120 juta wanita di negara berkembang tidak memiliki cara mencegah
kehamilan(Glassier,2005)
KB pertama kali ditetapkan sebagai program pemerintah pada tanggal 29 juni 1970,
bersamaan dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Program KB di Indonesia sudah mulai sejak 1957, namun masih menjadi urusan
kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan. Namun sejalan dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan
kebutuhan akan kesehatan reproduksi, Program KB selanjutnya digunakan sebagai salah
satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan
ibu dan anak(Infodatin,2014).
Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu kala sampai sekarang. Kebanyakan para
pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah dan perekonomian yang kurang, anggapan para remaja desa lebih
memungkinkan untuk menikah diusia muda lebih baik. sebab itu para remaja yang
berusia 16 tahun akan di nikahkan agar tidak di katakan perawan tua. untuk itu, dalam
bayangan ketakutan yang tidak beralasan banyak orang tua yang menikahkan anaknya
pada usia muda.
Padahal pernikahan dini akan berdampak pada kualitas anak, keluarga, keharmonisan
keluarga dan penceraian. Karena pada masa muda tersebut ego remaja yang meningkat.
Dilihat dari aspek pendidikan, remaja kelas SMP tersebut masih dalam masa yang masih
mencarikan minat, bakat, dan mendewasakan diri. Kebanyakan pada mereka tidak
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dikarenakan faktor sosial budaya
dan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga kurang pengetahuan dan tidak memiliki
informasi yang lebih luas.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Mahasiswa mampu menyelenggarakan keluarga berencana pada pernikahan
dini
1.2.2 Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pernikahan dini
b. Mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruhh pada pernikahan
dini
c. Melaksanakan tindakakn secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan
masalah pada pernikahan dini
d. Mampu melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan
sebelumnya.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Menejemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a) Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan
instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.
b) Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada responden untuk mencari perubahan atau hal-hal yang telah diteliti.
c) Pemeriksaan fisik
Merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, austkultasi dan perkusi untuk mendapatkan
data yang obyektif.
d) Studi dokumentasi
Merupakan pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari
dokumen asli. Dengan melihat data dan riwayat ibu direkam medik.
e) Studi Kepustakaan
Merupakan pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku
serta makalah-makalah yang ada hubungannya dengan kasus.
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Metode Pengumpulan Data
BAB II: TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi pernikahan dini
2.1.2 Definisi Pernikahan Dini
2.1.3 Ciri Perkembangan Remaja Saat Menikah
2.1.4 Faktor Penyebab
2.1.5 Dampak Pernikahan Dini

A. Dampak Psikologi
B. Dampak Fisik
a) Bagi Bayi
b) Bagi Ibu
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1 Konsep manajemen asuhan varney
2.2.2 Pendokumentasian secara soap
2.2.3 Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian SOAP
BAB III: TINJAUAN KASUS
BAB IV: PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpuan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.1.1. Definisi KB

Kontrasepsi merupakan salah satu kebutuhan hidup sehat, selain


makanan yang sehat, air bersih dan lingkungan yang sehat. Kelurga berencana
adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan
membatasi kelahiran.

Menurut undang-undang RI No.10 tahun 1992 program KB Nasional


diartikan sebagai upaya peningkatan kependudukan, peran masyarkat melalui
pengendalian kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan rangka
melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera (NKKBS).

A. Manfaat KB
1. Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran
maka manfaatnya :
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan
yang berulang kali dan terlalu pendek.
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak, beristirahat, dan menikmati waktu luang
serta melakukan kegiatan lainnya.
2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya dalam keadaaan sehat.
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan
makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut
memang diinginkan dan direncanakan.
3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan
fisiknya lebih baik, karena setiap anak memperoleh
makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam
keluarga.
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena
sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata
4. Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat:
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya.
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena
kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu terluang
untuk keluarganya.
5. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya: Kesehatan mental, fisik,
sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan
seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai
kesempatan yang lebih banyak untuk memperoleh pendidikan
(Handayani, 2010).
B. Macam – Macam Metode KB
A. METODE SEDERHANA TANPA ALAT
KB Alamiah
1. Metode Kalender
Metode Kalender disebut juga Metode Ritmik atau
Metode Pantang Berkala adalah suatu metode yang
bergantung pada kesadaran pengguna akan kesuburannya.
Menurut metode ini, pengguna harus menghindarkan
hubungan seksual tanpa pelindung pada hari ke-8 sampai
ke-19 siklus menstruasi.
Metode kalender ini berdasarkan temuan bahwa ovulasi
terjadi pada suatu hari tertentu, kurang lebih 14 hari
sebelum periode menstruasi. Berdasarkan temuan ini, masa
subur seorang wanita dapat ditentukan.
Metode kalender hanya dapat memprediksi kapan masa
subur wanita dalam siklus menstruasinya sehingga
kemungkinan besar bisa hamil. Perkiraan ini didasarkan
pada waktu ovulasi seperti yang ditetapkan berdasarkan
perhitungan kalender, yang dibuat dari riwayat menstruasi
selama 8-12 siklus menstruasi.
2. Metode Suhu Basal
Suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
Pengukuran suhu basal diukur waktu pagi segera setelah
bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apapun.
Pengukuran suhu basal badan dilakukan setiap hari sesudah
haid terakhir sampai mulainya haid berikutnya.Menjelang
ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam sesudah
ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai tingkat lebih
tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi dan tetap
tinggi sampai akan terjadi haid.
3. Metode Lender Serviks
Efektifitas pantang berkala telah diperbaiki oleh
perkembangan yang memungkinkan dibuatnya keputusan
dalam setiap siklus. Metode lendir serviks ini juga disebut
sebagai metode ovulasi atau metode Billings. Metode ini
membutuhkan dirasakan untuk diamatinya perubahan
mukus serviks dari waktu ke waktu.
4. Metode Simtotermal
Ini merupakan kombinasi antara metode suhu tubuh
basal, metode mukus, dan metode gejala. Fase folikuler
dipertimbangkan relatif infertil, dan fase luteal infertil.
(Sinclair,2009:181).Metode simtotermal merupakan
gabungan metode temperature, metode (mukus) billing dan
pengenalan tanda lain ovulasi : sedikit nyeri di pinggang
atau perut bagian bawah, pusing, ketidaknyamanan
payudara dan depresi. Metode ini dianggap yang paling bisa
dipercaya dari semua metode keluarga berencana alamiah.
(Speroff.2003:Hal 218)
5. Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode
keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi. Nama lain dari coitus interuptus adalah
senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran
ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out
method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted
intercourse.
B. METODE SEDERHANA DENGAN ALAT
1. Mekanisme Barier
a. Kondom pria
b. Barier Intra-vaginal
 Diafragma
 Kap Serviks (servical cap)
 Spons (Sponge)
 Kondom Wanita
2. Kimiawi
a. Spermisid
Spermiside adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan
sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang
hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10
menit, hubungan seks dapat dilakukan agar spermaside
dapat berfungsi.metode spermasidetetap dikembangkan
oleh berbagai pabrik farmasi sperti foam tablet, krem atau
pasta, suppositoria, dan jeli.
 Vaginal cream
 Vagianl foam
 Vaginal jelly
 Vaginal suppositoria
 Vaginal tablet (busa)
 Vaginal soluble film
C. Metode Modern
A. Kontrasepsi Hormonal
1. Per oral
Sebagian besar wanita dapat enerima tanpa
kesulitan, dengan patrun menstruasi normal serta dirasi
antara 4 sampai 6 hari. Disamping durasi 4 sampai 6
hari, masih terdapat patrun menstruasi wanita :
 Wanita tergolong durasi menstruasi kurang dari
4 hari, memerlukan pil KB dengan efek
esterogen tinggi.
 Wanita dengan durasi menstruasi lebih dari 6
hari memerlukan pil KB dengan efek esterogen
yang rendah.
o Pil oral kombinasi (POK)
Macam-macam pil KB:
 pil kombinasi : sejak semula telah terdapat kombinasi
komponen progesteron atau esterogen.
 Pil sekuensial : pil ini mengandung komponen yang
disesuaikan dengan sistem hormonal. 12 pil pertama
hanya mengandung esterogen. Dan pil ke-13 dan
seterusnya merupakan kombinasi.
 Progesteron : hanya mengandung progesteron
dipergunakan ibu postpartum.
 KB. Darurat Hormonal : digunakan segera setelah
hubungan seks.
- Mini pil
- Morning After pill
2. Injeksi/Suntikan
(DMPA, NET-EN, Microspheres,
Microcapsules) Metode suntikan KB telah menjadi
bagian gerakan keluarga berencana nasional
3. Sub-kutis: Implant
(Alat kontrasepsi bawah kulit= AKBK)
o Implant Non-biodegradable
(Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon)
o Implant biodegradable
o (Capronor, Pellets)
B. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
Sangat efektif, reversible dan jangka panjang(dapat
sampai 10 tahun : CuT-380A). Haid menjadi lebih lama dan
lebih banyak karena ada benda yang masuk ke tubuh.
Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan. Ddapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi. Tidak boleh
dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular
seksual.
Jenis :
 AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang
fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-mana
 AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah
NOVA T (Schering)
C. Kontrasepsi mantap:
1. Pada wanita
o Penyinaran
 Radiasi Sinar-X, Radium, Cobalt dan lain-
lain
 Sinar Laser
o Operatif, Medis Operatif Wanita
 Ligasi tuba fallopi/Tubektomi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi
untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.
Perlu prosedur bedah untuk melakukan
tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya
untuk memastikan apakah seorang klien
sesuai untuk menggunakan metode ini.
Tubektomi termasuk metode efekif
dan tidak menimbulkan efek samping jangka
panjang. Efektivitas tubektomi :
 Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5 per
1000) perempuan pada tahun pertama
penggunaan
 Pada 10 tahun penggunaan, terjadi
sekitan 2 kehamilan per 100 perempuan
(18-19 per 1000 perempuan)
 Efektivitas kontraseptif terkait juga
dengan teknik tubektomi
(penghambatan atau oklusi tuba) tetapi
secara keseluruhan, efektivitas
tubektomi cukup tinggi dibandingkan
metode kontrasepsi lainnya. Metode
dengan efektivitas tinggi adalah
tubektomi minilaparatomi
pascapersalinan
 Elektro-koagulasi tuba fallopi
 Fimbriektomi
 Salpingektomi
 Ovarektomi bilateral
 Fimbriotexy (Fimbrial Cap)
 Ovariotexy
o Penyumbatan Tuba Fallopi Secara Mekanis
 Penjepitan Tuba Fallopi
 Hemoclip
 Tubal Band/Falope Ring/Yoon Band
 Spring-loaded clip
 Filshie Clip
 Solid Plugs (Intra Tubal Devices)
 Soldi Silastic Intra-tubal Device
 Polyethylene Plug
 Ceramic dan Proplast Plugs
 Dacron dan Teflon Plugs
o Penyumbatan Tuba Fallopi Secara Kimiawi
 Phenol (Carbolic acid) compounds
 Quinacrine
 Methyl-2-cyanoacrylate (MCA)
 Ag-Nitrat
 Gelatin-Resorcinol-Formaldehyde (GRF)
 Ovabloc
2. Pada Pria
o Operatif medis operatif pria:
 Vasektomi/Vasektomi tanpa pisau (VTP)
o Penyumbatan vas deferens secara mekanis:
 Penjepitan vas deferens
 Vaso-clips
 Plugs
 Intra Vas Devices
 Intra Vasal Thread (IVT)
 Reversible Intravas Deviec (R-IVD)
 Shug
 Vas Values
 Phaser (Bionyx Control)
 Reversible Intravasal Occlusive Device
(RIOD)
o Penyumbatan vas deferens secara kimiawi
 Quinacrine
 Ethanol
 Ag-nitrat
Penelitian-penelitian metode baru kontrasepsi yang lebih efektif, aman, dan
sebagainya, masih terus berlanjut hingga saat ini, antara lain:
1. Pada Wanita
a. Cincin vagina (Vaginal Ring) dengan hormone
b. Vaksin kontrasepsi/waksin inertilitas
c. IUD berdaya kerja panjang dengan hormone progestin
d. Kriosirurgil (Cryo-surgery) uterus (transcervical)
2. Pada Pria
a. Gossypol
b. LHRH Analogues
c. Hormon-hormon berdaya kerja
d. Inhibin
2.1.2 Definisi Pernikahan Dini

Menurut Dariyo (2003) menikah merupakan hubungan yang bersifat suci


atau sakral antara pasangan dari seorang pria dan seorang wanita yang telah
menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa dan hubungan
tersebut telah di akui secara sah dalam hukum dan agama. Menurutnya,
kesiapan mental untuk menikah mengandung pengertian kondisi psikologis
emosional untuk siap menanggung berbagau resiko yang timbul selama hidup
dalam pernikahan, misalnya pembiayaan ekonomi keluarga, memelihara dan
mendidik anak-anak, dan membiayai kesehatan keluarga.

Undang-undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 yang menyebutkan


pasangan siap secara fisik maupun psikososial dalam membentuk rumah tangga
dan menjadi orang tua yaitu usia minimal 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun
untuk laki-laki. Selain itu berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan seorang anak di anggap dewasa bila mencapai umur 20 tahun
(Hukumonline, 2012).

Pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara


laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara
psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan
keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu
kondisi psikis dan fisiknya sangan kuat, sehingga mampu menopang kehidupan
keluarga untuk melindungi baik secara psikis emosional, ekonomi, dan sosial.
Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu
sisi dapat mengindikasikan sikap tidak affresiatif terhadap makna nikah dan
bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap kesakralan sebuah
pernikahan. Sebagian masyarakat yang melangsungkan perkawinan usia muda
ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka
untuk melangsungkan perkawinan usia muda atau dibawah umur (Mohammad,
2005).

Teori Benokraitis dalam Eksari (2013) yang menyatakan bahwa


bertambahnya usia seseorang menyebabkan emosinya akan semakin terkontrol
dan matang, sehingga diharapkan dengan bertambahnya usia seseorang dapat
mengatasi perubahan normatif yang terjadi dalam kehidupan diantaranya adalah
adanya perubahan peran sebagai orang tua. Semakin muda usia ibu maka
semakin tinggi resiko terjadinya gangguan karena tidak bisa menerima
perubahan peran sebagai orang tua. Pada fase dependen-mandiri, kemampuan
ibu untuk menguasi tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting.
Bila ibu sulit menyesuaikan diri, secara psikologis ibu akan merasakan perasaan
mudah tersinggung, jenuh, menyesal, kecewa, menarik diri, menangis, dan
kehilangan perhatian terhaap sekeliling (Ekasari, 2013).

2.1.3 Ciri Perkembangan Remaja Saat Menikah

Remaja yang menikah baik itu remaja putra maupun remaja putri akan
mengalami masa remaja yang terpendek, sehingga ciri dan tugas perkembangan
mereka juga ikut diperpendek dan masuk pada masa dewasa (Monks, 2001).

a) Remaja yang telah menikah akan mengalami suatu peiode peralihan yang
cukup signifikan. Peralihan yang terjadi adalah beralih dari masa anak-anak
menuju masa dewasa, dimana remaja harus meninggalkan segala sesuatu
yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola dan sikap baru
terutama dalam pernikahan.
b) Remaja yang telah menikah akan mengalami periode perubahan, yaitu
meliputi perubahan fisik, emosional, perubahan pola dan minat, perubahan
nilai-nilai yang berlaku, dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
c) Remaja yang telah menikah, mereka di haruskan masuk pada masa dewasa,
tidak lagi pad ambang masa dewasa. Masa remaja mereka menjadi di
perpendek dan mereka harus meninggalkan stereotip belasan tahun dan
menjadi deawa.
2.1.4 Faktor Penyebab
1) Faktor-faktor yang mendorong untuk melangsungkan perkawinan usia muda
adalah
1. Faktor-faktor yang mendorong untuk melangsungkan perkawinan usia
muda (R. Muhammad, 2011) adalah
a. Faktor ekonomi
Orang tua mengawinkan anaknya karena keadaan ekonomi keluarga yang
kurang, sehingga untuk meringankan beban orang tua, mereka dikawinkan
dengan orang yang dianggap mampu.
b. Faktor kemauan sendiri
Pasangan usia muda merasa sudah saling mencintai dan adanya pengaruh
media, sehingga mereka terpengaruh untuk melakukan pernikahan usia
muda.
c. Faktor pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan orang tua,
anak, dan masyrakat akan pentingnya pendidikan, makna serta tujuan
perkawinan sehingga menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda.
d. Faktor keluarga
Kekhawatiran orang tua akan anaknya yang sudah mempunyai pacar yang
sudah sangat dekat, membuat orang tua ingin segera mengawinkan
anaknya meskipun masih dibawah umur. Hal ini merupakan hal yang
sudah turun-menurun. Sebiah keluarga tidak akan merasa tenang sebelum
anak gadisnya menikah.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda menurut
(Romauli, 2009) adalah
a. Tingkat pendidikan
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya
perkawinan usia muda
b. Sikap dan hubungan dengan orang tua
Perkawinan ini dapat berlangsung karena adanya kepatuhan atau
menentang dari remaja terhadap orang tuanya.
c. Sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan
Misalnya kesulitan ekonomi
d. Pandangan dan kepercayaan
Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercayaan yang salah.
Misalnya, kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status
janda lebih baik dari perawan tua.
e. Faktor masyarakat
Lingkungan dan adat istiadat adanya anggapan jika anak gadis belum
menikah dianggap sebagai aib keluarga.
3. Menurut (Noorkasiani, 2009) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perkawinan usia muda di Indonesia adalah
1. Faktor individu
a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.
Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula
berlangsungnya perkawinan sehingga mendorong terjadinya
perkawinan pada usia muda.
b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah
tingkat pendidikan, makin mendorong berlangsungnya perkawinan
usia muda.
c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Perkawinan usia muda
dapat berlangsung karena adanya sikap patuh dan atau menentang
yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua. Hubungan
dengan orang tua menentukan terjadinya perkawinan usia muda.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan perkawinan remaja
karena ingin melepaskan diri dari pengeruh lingkungan orang tua.
d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang
dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan
perkawinan yang berlangsung dalam usia sangat muda, diantaranya
disebabkan karena remaja menginginkan status ekonomi yang lebih
tinggi.
2. Faktor keluarga
Peran orang tua dalam menentukan perkawinan anak-anak mereka
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Sosial ekonomi keluarga
Akibat beban ekonomi yang dialami, orang tua mempunyai
keinginan untuk mengawinkan anak gadisnya. Perkawinan tersebut
akan memperoleh dua keuntungan, yaitu tanggung jawab terhadap
anak gadisnya menjadi tanggung jawab suami atau keluarga suami
dan adanya tambahan tenaga kerja dikeluarga, yaitu menantu yang
dengan sukarela membantu keluarga istrinya.
b. Tingkat pendidikan keluarga
Makin rendah tingkat pendidikan keluarga, makin sering
ditemukan perkawinan diusia muda. Peran tingkat pendidikan
berhubungan erat dengan pemahaman keluarga tentang kehidupan
berkeluarga.
c. Kepercayaan dan atau adat istiadat yang berlaku dalam keluarga
Kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga juga
menentukan terjadinya perkawinan diusia muda. Sering ditemukan
orang tua mengawinkan anak mereka dalam usia yang sangat muda
karena keinginan untuk meningkatkan status sosial keluarga,
mempererat hubungan antar keluarga, dan atau untuk menjaga
garis keturunan keluarga.
d. Kemampuan yang dimiliki keluarga dalam menghadapi masalah
remaja
Jika keluarga kurang memiliki pilihan dalam menghadapi atau
mengatasi masalah remaja, (misal : anak gadisnya melakukan
perbuatan zina), anak gadis tersebut dinikahkan sebagai jalan
keluarnya. Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi rasa malu
atau rasa bersalah.
3. Faktor masyarakat lingkungan
a. Adat istiadat
Terdapat anggapan di berbagai daerah di Indonesia bahwa anak
gadis yang telah dewasa, tetapi belum berkeluarga, akan dipandang
“aib” bagi keluarganya. Upaya orang tua untuk mengatasi hal
tersebut ialah menikahkan anak gadis yang dimilikinya secepat
mungkin sehingga mendorong terjadinya perkawinan usia muda.
b. Pandangan dan kepercayaan
Pandangan dan kepercayaan yang salah pada masyarakat dapat
pula mendorong terjadinya perkawinan di usia muda. Contoh
pandangan yang salah dan dipercayai oleh masyarakat, yaitu
anggapan bahwa kedewasaan seseorang dinilai dari status
perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua dan
kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan perkawinan.
Interpretasi yang salah terhadap ajaran agama juga dapat
menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda, misalnya sebagian
besar masyarakat juga pemuka agama menganggap bahwa akil
baliq ialah ketika seorang anak mendapatkan haid pertama, berarti
anak wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal akil baliq
sesungguhnya terjadi setelah seorang anak wanita melampaui masa
remaja.
c. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan
Sering ditemukan perkawinan usia muda karena beberapa pemuka
masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan
yang dimilikinya, yaitu dengan mem pergunakan kedudukannya
untuk kawin lagi dan lebih memilih menikahi wanita yang masih
muda, bukan dengan wanita yang telah berusia lanjut.
d. Tingkat pendidikan masyarakat
Perkawinan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan
masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang tingkat
pendidikannya amat rendah cenderung mengawinkan anaknya
dalam usia yang masih muda
e. Tingkat ekonomi masyarakat
Masyarakat yang tingkat ekonominya kurang memuaskan, sering
memilih perkawinan sebagai jalan keluar dalam mengatasi
kesulitan ekonomi.
f. Tingkat kesehatan penduduk
Jika suatu daerah memiliki tingkat kesehatan yang belum
memuaskan dengan masih tingginya angka kematian, sering pula
ditemukan perkawinan usia muda di daerah tersebut.
g. Perubahan nilai
Akibat pengaruh modernisasi, terjadi perubahan nilai, yaitu
semakin bebasnya hubungan antara pria dan wanita.
h. Peraturan perundang-undangan
Peran peraturan perundang-undangan dalam perkawinan usia muda
cukup besar. Jika peraturan perundang-undangan masih
membenarkan perkawinan usia muda, akan terus ditemukan
perkawinan usia muda.

2.1.5 Dampak Pernikahan Dini

Perubahan perilaku remaja yang makin dapat menerima hubungan


seksual pranikah sebagai cerminan fungsi rekreasi, ketika hubungan seksual
telah menghasilkan janin dapat mempengaruhi psikologis dan fisik (Manuaba,
2008).

A. Dampak Psikologi

Pada usia pernikahan dini yang terjadi di bawah usia 20 tahun dalam
keadaan belum matangnya mental seseorang remaja akan mempengaruhi
penerimaan kehamilannya, dimana alat reproduksi remaja yang belum siap
menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum
mampu membawa diri, terkadan perasaan tertekan kaena mendapat cercaan
dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat (Sarwono, 2006)

Sejatinya, anak berusia di abwah umur belum paham benar


mengenai hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya melakukan apa
yang di haruskan pasangan terhadapnya tanpa memikirkan hal yang
melatarbelakanginya melakukan itu. Demikian anak akan merasakan
penyesalan mendalam dalam hidupnya (Sarwono, 2006).

Pada sisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada


keharmonisan keluarga. Hal ni disebabkan oleh kondisi psikologis yang
belum matang, sehingga cenderung labil dan emsional. Pada usia yang
belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu untuk
bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta
belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga banyak
ditemukan aksus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia
untuk menikah (Sarwono, 2006)

B. Dampak Fisik

Dampak fisik dalam pernikahan dini memang sangatlah besar baik


dalam melakukan hubungan seksual ataupun dalam persalinan.
Perkawinan dini yang berlanjut menajdi kehamilan sangat berdampak
negatif pada status kesehatan reproduksinya. Proses kehamilan yang dapat
terjadi anemia yang berdampak berat badan bayi lahir rendah, intra uteri
fetal death, premature, abortus berulang, perdarahan, untuk proses bersalin
terkadang belum matangnya alat reproduksi membuat keadaan panggul
masih sempit dan sebagainya untuk itu perlu pemantauan dan pemeriksaan
ekstra yang lebih lengkap (Manuaba, 2008).
Selain itu dampak pernikahan dini apabila dilihat dari sisi fisik dan
biologis, juga ditemukan berbagai efek negatif yang bisa dikatakan
berbahaya seperti banyaknya seorang ibu yang menderita anemia selagi
hamil dan melahirka, sehingga menyebabkan tingginya angka kematian
ibu dan bayi akibat pernikahan dini (Manuaba, 2008) Menurut Manuaba
(2008), dampak fisik dari pernikahan diusia muda dapat digolongkan
menajdi 2, yaitu:
a) Dampak bagi ibu
(1) Intra uterin fetal death
Intra uterin fetal death atau kematian janin dalam kandungan
adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan. Keadaan ini sering dijumpai pada kehamilan di bawah
20 minggu dan sesudah 20 minggu, yaitu ditandai kematian janin
bila ibu tidak merasakan gerakan janin, biasanya berakhir dengan
abortus.
(2) Premature
Persalinan prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum
usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu
perkiraan persalinan. Resiko terjadinya kehamilan premature,
antara lain:
a. Usia ibu saat hami kurang dari 20 tahun
b. Wanita dengan gizi yang kurang atau anemia
c. Lemahnya servik
(3) Perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena
otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
(4) Kematian ibu
Kematian ibu saat melahirkan disebabkan oleh perdarahan dan
infeksi.
b) Dampak bagi bayi
- Kemungkinan janin lahir belum cukup usia kehamilan atau
kurang dari 37 minggu, pada umur kehamilan tersebut
pertumbuhan janin belum sempurna.
- BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu, bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Kebanyakan hal ini
dipengaruhi oleh umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan
ibu kurang gizi (Manuaba, 2008)

2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan

1.2.1. Konsep Manajemen Asuhan Varney


Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah- langkahnya :
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komperhensif
untuk mengkaji pasien
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk megkaji pasien. Data dasar
tersebut termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik dan panggul serta
tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari Rumah Sakit/RB/Puskesmas.
Pengumpulan data ini mencakup Data Subjekti dan Objektif
 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi dat
menentukan diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan diagnosa. Ada beberapa
masalah tidak dapat diidentifikasi atau ditetapkan sebagai dianosa, tetapi perlu
dipertimbangkan untuk pengembangan rencana pelayanan komprehensif.
 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi masalah-masalah potensial atau
diagnosa lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain. Tahapan ini penting
untuk mengantisipasi masalah, pencegahan bila memungkinkan guna keamanan
pelayanan. Kemudianmenentukan tindakan pencegahan dan persiapan
kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan.
 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera/
identifikasi kebutuhan segera
Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya selama kunjungan prenatal
tetapi tetap berlangsung sampai ketika pada masa nifas. Pengkajian untuk
mendapatkan data baru dan pemantauan kegiatan harus tetap dilakukan.
 Langkah ke V (lima): Perencanaan
Rencana pelayanan komprehensif ditentukan berdasarkan tahapan terdahulu
(langkah pertama, kedua, ketiga, dan keempat) untuk mengantisipasi masalah
serta diagnosa. Selain itu perlu untuk mendapatkan data yang belum diperoleh
atau tambahan informasi data dasar.
 Langkah ke VI (keenam): Implementasi
Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana yang telah
dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri
atau sebagian dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan lainnya.
 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi
Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi asuhan yang telah
dilaksanakan dalam periode untuk menilai keberhasilannya apakah benar-benar
memenuhi kebutuhan untuk dibantu.Tujuan dari evaluasi atau penilaian adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
implementasi asuhan berdasarkan analisa.
1.2.2. Pendokumentasian secara SOAP
Menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis,
Perencanaan asuhan/tindakan)
1. Data Subjektif
a) Identitas : berisi data ibu dan suami berupa nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b) Sumber informasi adalah ibu dan suami
c) Keluhan utama berisi tentang keluhan atau keinginan ibu
d) Riwayat menstruasi berisi usia menarche, keluhan selama haid,
jumlah darah haid, lama haid, flour albus pada ibu
e) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu berisi tentang
riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang dialami ibu.
f) Riwayat KB berisi kontrasepsi apa yang pernah dipakai ibu, lama
pemakaian kontrasepsi tersebut, keluhan yang dialami ibu selama
pemakaian kontrasepsi, rencana KB selanjutnya
g) Riwayat Ginekologi berisi tentang penyakit ginekologi yang pernah
dialami ibu. Misalnya : IMS, HIV, disminhorrea
2. Data Objektif
a) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan berupa keadaan umum, kesadaran, BB/TB, tekanan
darah, pernafasan, suhu, nadi
b) Pemeriksaan fisik
Berupa pemeriksaan pada mata, payudara, sistem cardio, dan
abdomen.
c) Pemeriksaan Khusus
Berupa pemeriksaan pada vagina internal dan eksternal, memeriksa
adanya darah, luka, atau nanah dan pemeriksaan kehamilan untuk
memastikan ibu tidak dalam kadaan hamil.
3. Analisis
Dituliskan riwayat persalinan ibu dan kontrasepsi yang diinginkan ibu.
4. Penatalaksanaan
Berisi tentang tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan disertakan
tanggal beserta jam di setiap tindakan
1.2.3. Bagan dan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Secara SOAP

Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen
Kebidanan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

7 Langkah Varney 5 Langkah


SOAP NOTES
(Competensi Bidan)

Data Data Subjektif dan Objektif

Masalah/Diagnosa

Antisipasi Masalah
Assesment/Diagnosa Assasment/Diagnosa
potensial/diagnosa
lain

Menetapkan Penatalaksanaan :
Kebutuhan segera
- Konsul
untuk konsultasi, Perencanaan - Tes Diagnostik/lab
kolaborasi
- Rujukan
Perencanaan - Pendidikan/konseling
- Follow Up
Implementasi Implementasi

Evaluasi Evaluasi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id Kediri 64114

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN KB

PENGKAJIAN

Tanggal : 27 September 2019 Jam : 10.00

No. RM :-

Nama : Ny.S Nama Suami : Tn. S


Umur : 15 th Umur : 19 th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Alamat : Desa Urip Suharjo, Kediri Alamat : Desa Urip Suharjo,Kediri

Cara Masuk :

√ Datang sendiri Rujukan dari : -

Diagnosa :-

A. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan utama : Ibu ingin menjadi akseptor baru KB
2. Riwayat menstruasi
- Usia manarche : 11 tahun - Lama haid : 7 hari
- Jumlah darah haid : 2 x ganti softex/hari - Fluor albus : -
- HPHT :- - TP :-
- Keluhan saat haid :
√ Dismenorhoe Spoting Menorrhagia
Premenstrual syndrome Dll.

3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. (-)


G P A Hidup

Anak Keadaan
Tgl,th Tempat Umur Jenis Penolong Peny
No JK/B anak
partus partus kehamilan persalinan persalinan ulit
B sekarang

- - - - - - - - -

4 Riwayat KB dan rencana KB


Metode yang pernah dipakai : - , Lama : - bulan/tahun
Komplikasi dari KB :- , Rencana KB selanjutnya : pil kombinasi

5. Riwayat Ginekologi :
Infertilitas Infeksi virus PMS
Endometriosis Polip serviks Kanker kandungan
Opersai kandungan Perkosaan DUB
dll

B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : baik - kesadaran : composmetis
- BB/TB : 48 kg/ 155 cm - Tekanan darah : 120/70mmHg
- Nadi : 88 x/menit - Suhu : 36.2o C
- Pernafasan : 21 x/menit

2. Pemeriksaan fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak Sklera : ikterik/tidak
Pandangan kabur adanya pemandangan dua
- Leher : adanya pembesaran vena jugularis/tidak, adanya pembesaran kelenjar
tyroid/tidak.
- Dada : tumor
- Axilla : tidak ada benjolan
- Sistem cardio : nyeri dada murmur palpitasi
3. Pemeriksaan khusus
a. Ginekologi
Inspekulo : vagina (normal,cairan/darah dan luka), porsio : (licin/berdungkul,
cairan/darah, luka/lesi).

b. Pemeriksaan kehamilan : hasil negative

C. ANALISIS/INTERPRETASI DATA
Ny. S calon akseptor KB

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 27 September 2019
1. 10.00 Memberikan konseling awal KB kepada Ibu yaitu menjelaskan informasi
mengenai KB dengan menggunakan alat ABPK , Ibu memperhatikan dan aktif
bertanya.
2. 10.25 Memberikan informed choice kepada ibu tentang KB, Ibu memilih alat
kontrasepsi pil kombinasi.
3. 10.30 Memberikan informed consent kepada ibu, Ibu menandatangani informed
consent
4. 10.40 Memberikan pil yang akan diminum dan mengedukasikan ibu untuk kontrol
sewaktu-waktu apabila ada keluhan, Ibu menerima pil dan bersedia melakukan
kunjungan apabila ada kunuungan.
5. 10.50 Mendokumentasikan setiap tindakan.

Kediri, ….........................

Pembimbing Praktik Mahasiswa

.................................................... ......................................................

NIP. NIM.

Dosen Pembimbing

....................................................

NIP.

BAB IV

PEMBAHASAN

Ny. S datang pada bidan ingin menggunakan alat kontrasepsi karena diusianya yang
masih muda Ny S dan suami masih belum siap memiliki anak atau masih ingin
memperbaiki perekonomian terlebih dahulu. Lalu bidan melakukan konseling
menggunakan alat bantu APBK setelah itu Ny S memilih menggunakan alat kontrasepsi
hormonal berupa PIL yang harus diminum setiap hari pada jam yang sama. Cara kerja alat
kontrasepsi ini adalah untuk menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lender
serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Metode ini sangat efektif yaitu memiliki efektivitas yang tinggi (hampir
menyerupai efektivitas tubektomi), resiko terhadap kesehatan sangat kecil, tidak
menggangu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid, mudah dihentikan setiap saat,
kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan, dapat digunakan sebagai
kontrasepsi darurat, dan dapat membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada
payudara, disminore atau akne.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut Dariyo (2003) menikah merupakan hubungan yang bersifat suci
atau sakral antara pasangan dari seorang pria dan seorang wanita yang telah
menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa dan hubungan
tersebut telah di akui secara sah dalam hukum dan agama.
Pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara
laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara
psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan
keturunan secara fisik pun mulai matang. Pernikahan diusia muda menyebabkan
beberapa dampak buruk karena belum siapnya organ-organ reproduksi jika
sudah terjadi maka bisa ditanggulangi dengan menggunakan / menggalakan
program KB yang pemilihannya sesuai kontrasepsi rasional (sesuai kondisi).

5.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh
dari kata sempurna, karena kemajuan dalam bidang tekhnologi kedokteran terus
berlanjut dengan akibat juga akan muncul metode-metode baru dalam bidang
pelayanan kesehatan. Disamping itu ada beberapa dampak penyebab pernikaan
dini yang tidak dibahas di laporan pendahuluan ini. Harapan kami, semoga
laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkecimpung maupun yang menaruh minat dalam bidang asuhan kebidanan
KB.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, Temu, Dkk. 2015. Modul Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi.
Kediri: Pltekes kemenkes Malang Jurusan Kebidanan Program Studi D-IV Kebidanan
Kediri
Romauli, Suryati dan Anna Vida Vindari. 2009. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswa
Kebidanan. Yongyakarta: Nuha Medika
YPAN. 2008. Undang – undang Perkawinan: From:
http/www.asiatour.co/lawarchiver/indonesia/uu_perkawinan/uu_perkawinan_bab1.htm
Diperoleh tanggal 14 Februari.2008
Kamban N dan Muhammad R.2011. perkawinan Usia Muda ( Studi Kasus di Desa Sapan
Kecamatan Pana Kabupaten Mamasa).
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/232
noorkasiani,Heryati dan Rita Ismail. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai