Anda di halaman 1dari 29

MASALAH KESEHATAN PADA KELUARGA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS ASUHAN


KEBIDANAN KOMUNITAS

DOSEN PENGAMPU

CIA APRILIA SST, M.KES

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

DEA : P0.62.24.2.17.3

DEWI WAHYU PUTRI SITI . F : PO.62.24.2.17.360

LINA RAHMAWATI : PO.62.24.2.17.365

MIKA : PO.62.24.2.17.370

MEILISAE : PO.62.24.2.17.369

RAHMI : PO.62.24.2.17.36

SRI FITRIAH : PO.62.24,2.17.36

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKARAYA


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
REGULER IV

2019
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam penelitian tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.

Harapan kami semoga makalah membantu menambah pengetahuan dan pengalaman


bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memaklumi serta
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
kami yang telah kami tulis ini.

Palangkaraya , November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
a. Latar Belakang Masalah..............................................................1
b. Rumusan Masalah.......................................................................1
c. Tujuan..........................................................................................2
d. Manfaat.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
a. Masalah kesehatan keluarga.......................................................3
b. Asuhan Kehamilan Di Rumah.......................................................3
c. Asuhan Persalinan Di Rumah.......................................................3
d. Asuhan Nifas Di Rumah................................................................4
e. Asuhan Bayi Baru Lahir Di Rumah................................................5
BAB III PENUTUP.....................................................................................8
KESIMPULAN..........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sehat menurut WHO (Maryani, 2010) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan, sedangkan sehat menurut UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian,
hidup sehat bagi suatu keluarga bukan suatu yang mustahil. Semua orang di dunia ini
menginginkan hidup sehat, tidak mengalami penyakit. Tetapi kenyataannya di sekitar
kita, penyakit-penyakit dan sumber-sumbernya ada di mana-mana, Sehat yang
dimaksud bukan semata-mata bebas lepas dari penyakit infeksi, radang ataupun
penyakit lainnya tetapi juga sehat mental, juga sehat rohani. Jadi apa gunanya ketika
manusia tidak menderita penyakit fisik tapi ternyata menderita penyakit mental
misalnya depresi, kurang waras atau lainnya. Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu fungsi
afektif, sosialisasi dan penempatan sosial, perawatan kesehatan, reproduksi dan ekonomi.
Keluarga berperan dan menjadi aktor kunci dalam menentukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan anggota keluarga (Zulaekah, 2014; Setiadi, 2008).
Penelitian oleh Purwandari H (2011), menunjukkan dukungan keluarga yang diwujudkan
dalam pemberian rangsang atau stimulasi tumbuh kembang pada bayi terbukti mampu
meningkatkan skor perkembangan bayi pada kelompok intervensi. Bayi dan balita
membutuhkan stimulasi yang baik. Fase balita adalah fase keemasan tapi juga rentan dalam
perkembangannya. Stimulasi yang kurang akan mengakibatkan kemampuan sosialisasi, baha-
sa, motorik halus dan kasar menjadi terlambat (Depkes RI, 2009). Berdasarkan fakta ini, perlu
dikembangkan model pemberdayaan keluarga dengan melibatkan kader kesehatan/relawan
untuk membantu pendampingan stimulasi pada balita. Hasil riset sebelumnya menunjukkan
model pemberdayaan hanya dengan melibatkan keluarga inti (ayah dan ibu), menggunakan
media modul, video, alat permainan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan keluarga (Purwandari, 2011). Fakta lain menunjukkan bidan tidak efektif
melakukan skreening tumbuh kembang dan lebih melibatkan kader kesehatan, maka pada
pengembangan model pemberdayaan keluarga tahun kedua ini dilakukan dengan melibatkan
tenaga kader kesehatan/relawan untuk melakukan pendampingan stimulasi pada area yang
lebih luas yaitu pada balita dan waktu implementasi diperpanjang lebih 4 bulan.
Perkembangan yang diukur, lebih difokuskan pada perkembangan personal sosial, bahasa dan
motorik.
B.Rumusan masalah
1. Apa saja masalah kesehatan keluarga ?
2. Apa asuhan kehamilan dirumah?
3. Apa asuhan persalinan dirumah?
4. Apa asuhan nifas dirumah?
5. Apa asuhan bayi baru lahir dirumah?
C.Tujuan
1.Mahasiswa dapat mengetahui apa saja masalah kesehatan keluarga ?
2.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan kehamilan dirumah?
3.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan persalinan dirumah?
4.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan nifas dirumah?
5.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan bayi baru lahir dirumah?

D. Manfaat penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat anatara lain :
1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami masalah kesehatan keluarga
2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuahan kehamilan dirumah
3. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan persalinan dirumah
4. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan nifas dirumah
5. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan bayi baru lahir

BAB II
PEMBAHASAN
a. Sehat menurut WHO (Maryani, 2010) adalah suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan, sedangkan sehat menurut UU nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan
generasi sehat, cerdas, dan berkualitas, melalui pemenuhan makanan bergizi dan
perawatan dengan penuh kasih sayang. Kelompok usia 6-24 bulan adalah usia
emas karena perkembangan anak meningkat pesat, sekaligus sebagai masa kritis,
bila anak gagal melewatinya dapat terjebak kondisi “point of no return”, artinya
walau anak dapat dipertahankan hidup tapi kapasitas perkembangan tak bisa
kembali pada kondisi potensialnya. Hasyuti, N (2011), menyebutkan masa kritis
anak terjadi usia 6-24 bulan, karena kegagalan tumbuh mulai terlihat.Penelitian
oleh Purwandari H (2011), menunjukkan dukungan keluarga yang diwujudkan
dalam pemberian rangsang atau stimulasi tumbuh kembang pada bayi terbukti
mampu meningkatkan skor perkembangan bayi pada kelompok intervensi. Bayi
dan balita membutuhkan stimulasi yang baik. Fase balita adalah fase keemasan
tapi juga rentan dalam perkembangannya. Stimulasi yang kurang akan
mengakibatkan kemampuan sosialisasi, bahasa, motorik halus dan kasar menjadi
terlambat (Depkes RI, 2009). Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan
masa yang penting dalam perkembangan selanjutnya. Peran keluarga dalam bi-
dang kesehatan dan dukungan sosial berkontribusi bagi balita dalam menjalani
proses tumbuh kembang secara normal dan wajar sehingga tidak ada
penyimpangan.

1. Identifikasi kebutuhan untuk stimulasi tumbuh kembang

Hasil penelitian menunjukkan 100% responden teridentifikasi adanya


kebutuhan untuk mendapatkan informasi stimulasi tumbuh kembang balita.
Hasil survei ini menunjukkan adanya kebutuhan keluarga untuk melakukan
stimulasi tumbuh kembang. Stimulasi tumbuh kembang adalah kegiatan
merangsang kemampuan dasar anak, agar tumbuh kembang secara optimal.
Latihan diberikan untuk merangsang kemampuan personal sosial, bahasa,
motorik halus dan kasar (Depkes, 2009).

2. Identifikasi model pemberdayaan

Hasil riset juga menunjukkan model pemberdayaan yang dikehendaki oleh


responden adalah dalam bentuk penyuluhan rutin (41,27%). Frekuensi
penyuluhan minimal 2 minggu sekali disetujui oleh mayoritas responden
(94,1%), penggunaan kombinasi antara penggunaan modul, video dan pen-
dampingan petugas disepakati oleh sebagian besar responden ( 67,6%).
Dukungan sosial untuk balita dapat diberikan melalui ibu balitanya yaitu
dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan stimulasi dini tumbuh
kembang untuk balita. Kegiatan ini terdiri dari pelatihan klasikal selama 2
sesi. Sesi I, membahas praktik perawatan anak, dilanjutkan materi
pertumbuhan dan perkembangan, cara melakukan stimulasi tumbuh kembang
dengan melakukan demonstrasi kepada keluarga. Setelah pelatihan, keluarga
diberikan modul untuk pengingat aktivitas yang harus dilakukan selama di
rumah. Keluarga balita kemudian dikumpulkan dalam kelompok kecil berisi
8-10 orang, untuk kemudian diberikan pendampingan setiap 2 minggu sekali.
Pendampingan ini dilakukan oleh kader, tenaga relawan dan didampingi
peneliti. Aktivitas selama pendampingan adalah mengevaluasi praktik
stimulasi yang telah dilakukan, memberikan feedback dan mengajarkan
praktik stimulasi untuk usia di atasnya. Media menggunakan modul dan
video. Dalam modul terdapat lembar kunjungan, dan setiap kunjungan
dituliskan apa yang menjadi permasalahan keluarga, untuk kemudian
diberikan solusi. Stimulasi yang diberikan adalah stimulasi perkembangan
motorik halus, kasar, personal sosial dan bahasa sesuai dengan tahapan usia.
Proses ini berlangsung selama 5 bulan. Hasil temuan pada riset ini sesuai
dengan penelitian Rustina, (2007), menemukan adanya kebutuhan video
untuk media pembelajaran orangtua dalam meningkatkan partisipasi pe-
rawatan bayi prematur.

3. Pengetahuan dan keterampilan keluarga

Kompetensi pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam stimulasi


pertumbuhan dan perkembangan balita diukur dari pengetahuan terhadap
prinsip stimulasi, kemampuan mengidentifikasi kebutuhan stimulasi, kemam-
puan mengidentifikasi jenis aktivitas stimulasi, dan kemampuan
mendemonstrasikan stimulasi perkembangan pada anak. Kegiatan
penyuluhan dan pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
stimulasi tumbuh kembang anak. Riset sebelumnya yang dilakukan
Purwandari (2011) menemukan pelatihan yang diberikan dengan media
modul dan video mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
keluarga dalam menstimulasi tumbuh kembang bayi

4. Pertumbuhan dan perkembangan balita

Hasil pengukuran PB, BB dapat diidentifikasi status gizi menggunakan


panduan PB/ BB. Hasil riset menunjukkan status gizi kebanyakan dalam
status normal Setelah intervensi balita yang kurus sudah tidak ada, dan balita
gemuk meningkat. Fakta ini menunjukkan proses pelatihan, pendidikan
kesehatan, dan proses pendampingan pada keluarga mampu meningkatkan
pengetahuan keluarga terkait penyediaan nutrisi yang adekuat pada anak.
Pengetahuan ini akan terimplementasi dalam bentuk praktik keseharian
berkaitan penyediaan nutrisi bagi anak, sehingga balita yang kurus menjadi
berkurang setelah intervensi diberikan. Penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya. Siddiqi (2007), menemukan stimulasi dini akan
memberikan efek peningkatan perkembangan pada anak yang kerdil,
kelebihan atau kekurangan gizi. Pemberian suplementasi zinc dan stimulasi
psikososial mampu meningkatan perkembangan anak yang mengalami
kurang gizi. Hasil riset ini sesuai dengan hasil riset sebelumnya. Suatu pro-
gram stimulasi yang diberikan dirumah oleh pengasuh dapat meningkatkan
perkembangan kognitif dan motor anak yang terinfeksi HIV (Potterton,
2010). Rangsang atau stimulasi dini oleh keluarga dan sosial diberikan
dengan memberikan pelatihan kepada orangtua cara melakukan stimulasi dini
untuk personal sosial, bahasa, motorik halus dan kasar kepada keluarga. Se-
lain itu, keluarga diberikan permainan sederhana untuk melatih stimulasi.
Hamadani (2006), mengembangkan indikator yang mempengaruhi
perkembangan anak usia 18 bulan diantaranya: kegiatan bermain, variasi alat
permainan, sumber permainan, keberadaan buku dan majalah.

5. Dampak model pemberdayaan terhadap pengetahuan dan ketrampilan keluarga


Penerapan model pemberdayaan memberikan dampak terhadap pengetahuan
keluarga, khususnya terkait prinsip dan kemampuan identifikasi jenis stimulasi
yang dibutuhkan dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang (p value=
0,04; p value=0,01). Namun demikian, model pemberdayaan tidak
memberikan dampak terhadap pengetahuan, khususnya terkait aktivitas
stimulasi (p value 0,46). Sementara untuk ketrampilan melakukan stimulasi,
model pemberdayaan tidak terbukti memberikan dampak terhadap
kemampuan ketrampilan dalam melakukan stimulasi (p value 0,40.)

6. Dampak model pemberdayaan terhadap pertumbuhan dan perkembangan


balita Model pemberdayaan memberikan dampak terhadap pertumbuhan balita
(berat badan dengan p value 0,00, panjang badan p value 0,00, lingkar
kepala p value 0,00, lingkar lengan atas p value 0,00). Selain pertumbuhan,
implementasi model pemberdayaan mampu memberikan dampak signifikan
terhadap perkembangan personal sosial, bahasa, motorik halus dan kasar,
masing-masing dengan nilai p value 0,00. Menurut Croesnoe (2009),
menemukan pemberian stimulasi kognitif di rumah dan taman kanak-kanak
memberikan dampak positif pada anak dengan orang tua yang memiliki
pendapatan rendah. Studi lain yang dilakukan dilakukan Nahar (2009),
menunjukkan intervensi psikososial yang terintegrasi untuk anak kurang gizi
berat mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-24
bulan. Intervensi psikososial dilakukan dengan melakukan pertemuan rutin
setiap hari dengan ibu dan anak, serta sesi pertemuan secara individu selama 2
minggu di rumah sakit. Kegiatan ini diikuti dengan kunjungan rumah secara
rutin selama 6 bulan. Hasil temuan menunjukkan model pemberdayaan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Hasil
riset ini selaras dengan hasil-hasil riset sebelumnya. Riset yang dilakukan
Hamadani (2006), Huda, Khatun dan Grantham-McGregor (2006)
menunjukkan pemberian stimulasi psikososial pada anak usia 6-24 bulan
dengan kurang gizi di Bangladesh, mampu meningkatkan perkembangan
mental, kemampuan vokalisasi, kooperatif, sikap terhadap penguji, nada
emosional, dan pengetahuan ibu tentang pengasuhan.

Intervensi psikososial dilakukan dengan mengajarkan pentingnya


interaksi anak-orangtua dan mempertahankan perkembangan anak
(memberikan pujian, umpan balik positif, permainan yang sesuai, pengajaran
tentang pemberian label dan hukuman). Studi yang dilakukan Nair (2009), me-
nemukan pemberian stimulasi dini (di rumah) pada satu tahun pertama
kehidupan, efektif meningkatkan indeks perkembangan mental dan
psikomotor bayi. Intervensi psikososial pada tahap perkembanga kritis (di
bawah 5 tahun) dapat mencegah perilaku kekerasan pada usia remaja dan
dewasa (Grantham-McGregor, 2011). Bonnier (2008) menemukan program
stimulasi dini dalam bentuk Newborn Individualized Developmental Care and
Assessment Program serta Infant Health and Development Program, efektif
untuk mempertahankan kemampuan kognitif dan interaksi orangtua dan anak,
kemampuan gerak kasar meningkat dibandingkan dengan individu yang
berisiko lainnya. Sementara Barros (2008), menemukan stimulasi kognitif
yang kuat mampu memberikan pengaruh pada anak dengan orangtua yang
memiliki pendidikan rendah. Riset yang dilakukan Egami (2009), menemukan
latihan pergerakan mata dengan penanda mampu mengestimasi kemampuan
penglihatan pada masa kanak-kanak. Hasil studi ini menunjukkan stimulasi
visual memberikan manfaat positif bagi anak. Perempuan memainkan peranan
sangat penting dan strategis sebagai motor di dalam menciptakan keluarga
yang berkualitas. Salah satu aspek yang mendukung keluarga berkualitas
adalah kondisi kesehatan keluarga. Kesehatan keluarga Dalam mengenal
masalah kesehatan, pengambilan keputusan, perawatan anggota keluarga,
memelihara lingkungan tempat tinggal, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan,
kebanyakan keluarga bertumpu pada ibu yang diposisikan sebagai istri dan
sebagai pemberi asuhan kesehatan. Pentingnya peranan perempuan dalam
peningkatan kesehatan keluarga dan masyarakat menyebabkan perempuan
selalu dijadikan ujung tombak dalam setiap program pembangunan kesehatan
masyarakat, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat yang bersifat
menaikkan derajat kesehatan bayi dan anak.

Bila perempuan yang diharapkan sebagai elemen penting dalam berperan


aktif dalam pembangunan, maka diperlukan upaya terpadu dalam rangka
memberdayakan perempuan. Perempuan memiliki peranan yang penting bagi
kesehatan keluarga. Bagi keluarga, perempuan memiliki peranan yang besar
dalam mengajarkan nilai-nilai kebersihan dan hidup sehat di rumah. Maka,
jika perempuan sehat, maka masyarakat pun akan sehat, termasuk bangsanya.
Masalah yang ditemukan adalah permasalahan gizi yang tidak disadari oleh
keluarga bahwa perlakuan mendahulukan orangtua atau laki-laki makan
terlebih dahulu masih biasa dilakukan seperti yang diungkapkan bahwa
terkadang memang itu dilakukan oleh keluarga walaupun ada pula keluarga
yang tidak melakukannya tetapi menerapkan makan bersama dalam keluarga.
Bila perempuan tidak memperoleh asupan makanan yang lebih baik dalam
jumlah yang memadai, perempuan akan mengalami gangguan kesehatan
secara umum, termasuk kelelahan yang luar biasa, rasa lemah, serta anemia.
Jika seorang perempuan yang selama hidupnya kurang mendapat makanan
yang sebanding dengan energi yang dikeluarkan kemudian hamil, pada waktu
melahirkan nanti mungkin saja ia mengalami berbagai kesulitan, antara lain
pendarahan yang tak normal, infeksi, atau bayinya lahir terlalu kecil. Dalam
penelitian ini terlihat bahwa perempuan berperan dalam menjaga, merawat,
dan turut serta dalam membuat keputusan kesehatan keluarga yang akan dapat
menciptakan kesehatan keluarga yang sehat bagi setiap anggota keluarga.
Selain itu, dalam hal proses penyembuhan penyakit kepada anggota keluarga,
ada yang disebut dengan proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan
keputusan keluarga pada saat mengalami gangguan kesehatan mewarnai
perilaku keluarga mencari pertolongan kesehatan (health seeking
behavior) yang dikaitkan dengan sistem kepercayaan tentang sehat dan sakit,
pengetahuan dan sikap mereka terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia.

b. Asuhan hamil dirumah

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan


atau tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan ( Depkes,2005)

Asuhan Antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk


mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, masa nifas, persiapan memberikan ASI, serta pemulihan
kesehatan reproduksi wanita secara wajar ( Syahlan,2003)

Tujuan Asuhan Antenatal

1. Tujuan Umum

Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan
kebutuhan, sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat
lahir dengan sehat ( Yuilifah,2012 )

2. Tujuan Khusus

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta


pertumbuhan dan perkembangan bayi.
b. Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan
janin.

c. Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.

d. Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi


komplikasi.

e. Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI Ekslusif.

Standar Pelayanan Antenatal

Terdapat 6 standar dalam standart pelayanan antenatal seperti berikut ini ( Depkes
RI,2002) :

1. Standart 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat


secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotifasi ibu,suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya
sejak dini dan secara teratur.

2. Standart 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi


anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai
apakah kehamilan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
resti / kelainan. Mereka harus mencatat dta yang tepat pada setiap kunjungan.

3. Standart 5 : Palpasi Abdominal

Bidan melakukan pemerikasaan abdominal secara seksama dan melakukan


palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala
janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.

4. Standar 6 : Pengelolaan Anemi Pada Kehamilan


Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau
rujukan semua kasus anemi pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

5. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.

6. Standar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hari ini.

Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care:

a. Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke -14.

b. Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara trimester ke-14 sampai minggu
ke -28.

c. Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28 sampai minggu ke-
36 dan setelah minggu ke-36.

Pelaksanaan Asuhan Antenatal di Rumah

Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan antenatal
dirumah:

a. Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya.

b. Bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan


dengan teratur.
c. Bidan harus melakukan ANC di rumah, apabila ibu hamil tidak merasakan
kehamilannya.

d. Sebelum melakukan asuhan dirumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal, hari,
dan jam yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak mengganggu aktifitas ibu
serta keluarga.

e. Pada saat melakukan kunjungan rumah, lakukan pemeriksaan sesuai dengan


standar

C. Asuhan persalinan rumah

Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang


utama bagi seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan pengawasan, nasehat
serta asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan yang
diberikan termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas, baik di
rumah, posyandu maupun polindes. Sebagai seorang bidan yang nantinya yang akan
ditempatkan di desa, dalam menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari
masyarakat desa dimana ia bertugas. Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu
tinggi dan komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal masyarakat sesuai budaya
setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan pendekatan dan bekerjasama dalam
memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan yang
dihadapi serta ikut secara aktif dalam menaggulangi masalah kesehatan baik untuk
individu mereka sendiri maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya.

4 STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN YAITU :

a. Saat Persalinan

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama
proses persalinan berlangsung.

b. Persalinan Yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.

c. Pengeluaran Plasenta Dengan Penegangan Tali Pusat


Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

d. Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan
segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.

PERSIAPAN MENJELANG PERSALINAN

a. Persiapan Bidan Meliputi :

1. Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan


asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan
ibu selama proses persalinan .

2. Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk


persalinan dan kelahiran bayi.

3. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan


pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperrlukan serta
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.

4. Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya. Karena jika


terjadi keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dapat
memahayakan keselamatan ibu dan bayinya.apabila iu dirujuk, siapkan dan
sertakan dokumentasi asuhan yang telah diberikan.

5. Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional,


membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, memberikan
keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, serta melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan teknik pencegahan
infeksi.

b. Persiapan Rumah Dan Lingkungan

Ruangan atau lingkungan dimana proses persalinan akan berlangsung harus


memiliki pencahayaan penerangan yang cukup, ranjang sebaiknya diletakkan
ditengah-tengah ruangan agar mudah didekati dari kiri maupun kanan, dan cahaya
sedapat mungkin tertuju pada tempat persalinan. Persiapan untuk mencegah
terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan, perlu disiapkan juga
lingkungan yang sesuai bagi bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan
bersih, hangat, pencahayaan yang cukup dan bebas dari tiupan angin. Apabila
lokasi tempat tinggal ibu di daerah pegunungan atau yang beriklim dingin,
sebaiknya sediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih
untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.

1. Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu :

 Rumah cukup aman dan hangat

 Tersedia ruangan untuk proses persalinan

 Tersedia air mengalir

 Terjamin kebersihannya

 Tersedia sarana media komunikasi

2. Rumah

Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan
syarat rumah diantaranya :

 Ruangan sebaiknya cukup luas

 Adanya penerangan yang cukup

 Tempat nyaman

 Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan

3. Persiapan Peralatan

Perlengkapan yang harus disiapkan oleh bidan dan keluarga untuk melakukan
persalinan di rumah :
1. Persiapan untuk pertolongan persalinan

a. Oleh keluarga

 Waskom

 Sabun cuci

 Air DTT

 Larutan Clorin

 Handuk kering dan bersih

 Selimut

 Pakaian ganti

 Pembalut

 Kain pel

 Lampu

 Persiapan Untuk Bayi

 Handuk Bayi

 Tempat Tidur Bayi

 Botol air panas untuk menghangatkan alas

 Pakaian bayi

 Selimut bayi

b. Oleh Bidan

 Partus Set

 Heating set

 Timbangan Bayi
 Obat-obatan

 APD

c. Persiapan ibu dan keluarga

Persalinan adalah saat yang menegangkan bahkan dapat menjadi saat yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan
emosional dan pengalaman yang menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan
sayang ibu selama proses persalinan.

D. ASUHAN MASA NIFAS DIRUMAH

Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran

a. Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan:

1) Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri


2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut

3) Membenkan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga, bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi

7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil

b. Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan)

Tujuan:

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, fundus
di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal

3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat


4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda¬ tanda
penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)

Tujuan: sama dengan kunjungan II

d. Kunjungan IV ( 6 minggu setelah persalinan)

Tujuan:

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami


2) Memberikan konseling untuk KB secara dini

Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang rileks dan kekeluargaan.

Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan
pada ibu dan bayi di rumah, pada pelaksanaannya bisa cukup unik, sehingga bidan akan
memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk
meningkatkan suatu pilihan kreatif perawatan bersama keluarga .

1. Perencanaan Kunjungan Rumah

Dalam memberikan asuhan kebidanan pada perawatan postpartum di rumah,


sebaiknya Bidan :

a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah
kepulangan klien ke rumah.

b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu
kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.

c. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.

d. Rencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat dan perlengkapan yang akan
digunakan.

e. Pikirkan cara yang dapat digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan
yang baik dengan keluarga.

f. Melakukan tindakan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dalam


memberikan asuhan kepada klien.

g. Buatlah pendokumentasian mengenai hasil kunjungan.


h. Sediakan sarana telepon untuk tindak lanjut asuhan pada klien.

2 Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan pada saat melakukan
kunjungan rumah tanpa menghiraukan dimana bidan berinteraksi dengan klien.
Bagaimanapun bidan harus tetap waspada. Tindakan kewaspadaan ini, dapat meliputi :

a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien.

b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat, perhatikan keadaan di sekitar
lingkungan rumah klien sebelum kunjungan diadakan untuk mengidentifikasi masalah
potensial yang kemungkinan akan muncul.

c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan dan beri kabar kepada
rekan anda segera setelah kunjungan selesai.

d. Bawalah telepon selular dan yakinkan batere telepon selular anda telah diisi ulang.

e. membawa cukup uang dan uang recehan untuk menelepon dari telepon umum jika
diperlukan.

f. Menyediakan senter khususnya untuk kunjungan malam hari.

g. Sebaiknya memakai tanda nama pengenal dan kenakan sepatu yang pantas dan nyaman,
serta hindari memakai perhiasan yang mencolok.

h. Waspada terhadap bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada selama
kunjungan.

i. Tunjukkan perasaan menghargai di setiap kesempatan.

j. Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan

F . MANAJEMEN ASUHAN INTRANATAL

Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan standar, sehingga dapat
membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu dan bayi

a. Intranatal Di Rumah

 Asuhan Persalinan Kala I

Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam


pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Bidan perlu mengingat konsep
tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau
ada kejadian penting lainnya
 Asuhan Persalinan Kala II

Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi.
Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan
rujukan

 Asuhan Persalinan Kala III

Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan
manajemen aktif kala III. Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah
mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada
ibu.

 Asuhan Persalinan Kala IV

Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam
setelah plasenta lahir. Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang
menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.

b. Kegawatdaruratan Persalinan

 Jangan menunda untuk melakukan rujukan

 Mengenali masalah dan memberikan instruksi yang tepat

 Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan


pendampingan secara terus menerus

 Lakukan observasi Vital Sing secara ketat

 Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress

 Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus


dengan singkat

Asuhan bayi baru lahir dirumah

Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin komplikasi yang terjadi pada bayi sehingga
dapat segera ditangani dan bila tidak dapat ditangani maka dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap untuk mendapatkan perawatan yang optimal. Jadwal kunjungan neonatus atau bayi
baru lahir antara lain:

a. Kunjungan I

Dilakukan pada 6 jam pertama setelah kelahiran.

a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering. Menilai penampilan bayi secara
umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia
bersuara yang dapat menggambarkan keadaan kesehatannya.

b. Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi
selama 6 jam pertama.

c. Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.

d. Pemberian ASI awal.

b. Kunjungan II

Pada hari ke-3 setelah kelahiran

a. Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi

b. Menanyakan bagaimana bayi menyusui.

c. Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)

d. Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk

c. Kunjungan III

a. Pada hari ke-8 sampai 28 hari setelah kelahiran. Tapi biasanya pada minggu ke-2
bersamaan dengan saat melakukan kunjungan nifas yang ketiga pada ibu.

b. Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin

c. Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup

d. Bayi harus mendapatkan imunisasi


d. Kunjungan IV

Pada 6 minggu setelah kelahiran. Kunjungan neonatus hanya 3 kali kunjungan


tapi saat melakukan kunjungan nifas yang ke-4 pada ibu sekaligus melihat kondisi
bayi.

a. Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat

b. Melihat hubungan antara ibu dan bayi.

c. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan


imunisasi

Manajemen pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus

1. Pengkajian segera BBL

a. Pemeriksaan awal

1. Nilai kondisi bayi

2. Apakah bayi menangis kuat/bernapas tanpa kesulitan ?

3. Apakah bayi bergerak aktif/lemas ?

4. Apakah warna merah muda,pucat/biru ?

5. APGAR Score Merupakan alat untuk peagkajian bayi setelah lahir meliputi 5
variabel yaitu pernapasan, frekuensi jantung, warna kulit, tonus otot, reflek .
Apgar score ditemukan oleh virginia apgar (1950).

b. Pemeriksaan lengkap beberapa jam kemudian

Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian, setelah membiarkan
bayi beberapa waktu untuk pulih karena kelahiran. Bayi secara keseluruhan. Bayi
normal berbaring dengan posisi fleksi (menekuk). la mungkin meregang
atau menguap. Warnanya merah muda. la menangis. Pernapas-annya teratur. la
memberikan respon terkejut yang normal, jika tiba-tiba diberi sentakan (ia akan
melemparkan tangannya ke arah depan luar seperti hendak meraih seseorang). Ini
disebut refleks Moro.
a. Kepala

1. Ukurlah lingkar kepala. Ukuran kepala yang tidak normal besarnya


disebut hidrosefalus. Ukuran kepala yang terlalu kecil disebut
mikrosefalus. Lingkar kepala rata-rata adalah 33 cm.

2. Rabalah fontanela anterior, seharusnya tidak menonjol (membengkak).

3. Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau celah palatum.

b. Punggung.

Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada bayi. Tidak didapatkan
tulang dan kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi sumsum tulang
belakang bayi.

c. Anus

Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini untuk
meyakinkan tidak adanya anus imperforate/atresia ani. Anus imperforata atau
atresia ani merupakan kelainan kongenital pada anus dimana tidak terdapatnya
lubang anus.

d. Anggota tubuh

Periksa kondisi semua anggota tubuh, apakah normal ataukah terdapat


kelainan.

2. Pemeliharaan BBL

Dalam melakukan kunjungan rumah, bidan harus memperhatikan kebutuhan higiene,


memandikan bayi, memelihara tali pusat, pakaian bayi, merawat kuku bayi, merawat
mulut bayi, merawat telinga, merawat hidung, kebutuhan makanan, dan kebutuhan
tidur.

a. Kebutuhan Higiene

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan :
1. Kuku jari tangan ibu hendaknya selalu pendek supaya tidak ada kuman dan
kotoran yang terselip di bawah kuku dan mencegah jangan sampai melukai
badan bayi.

2. Sebelum dan sesudah memegang bayi ibu harus selalu mencuci tangan.

3. Kamar bayi terlindungi dari angin, debu, tetapi cukup mendapat sinar matahari
dan udara segar.

4. Untuk menghindari infeksi, pakaian bayi harus dicuci terpisah dari pakaian
anggota keluarga yang lain.

5. Pakaian bayi harus selalu bersih dan kering dan tidak memberi kapur/kamper
pada pakaian bayi.

b. Memandikan Bayi

Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan kulit, merangsang peredaran


darah, memberi perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa akan
kebersihan. Cara memandikan bayi :

1. Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa sabun karena bahaya sabun
masuk ke mata bayi. Badan disabuni mulai dari kepala, leher, tangan, jari,
ketiak, dada, perut, sekitar pusat, kemudian punggung, kaki, dan terakhir alat
kelamin. Perhatikan lipatan, misalnya leher, ketiak, paha harus dibersihkan
dengan baik. Dengan waslap bersih, badan dibersihkan dari sabun.

2. Bayi dimasukan ke dalam ember mandi dan bilas sampai bersih.

3. Bayi diangkat dari air, diletakkan diatas handuk dan dikeringkan mulai dari
kepala menurun ke bawah. Perhatikan, lipatan harus benar-benar kering dan
dilihat apakah ada kelainan kulit dan sebagainya.

c. Memelihara Tali Pusat

Jika tali pusat masih ada, ambil sepotong kasa steril kering kemudian tali pusat
dibungkus. Perhatikan pangkal/puntung tali pusat harus terbungkus dengan baik.

d. Pakaian Bayi
Semua pakaian bayi yang akan dipakai harus dicuci dahulu, tidak boleh disimpan
dengan kapur barus karena dapat menyebabkan bayi kuning. Ukuran popok yang
paling baik yaitu jangan terlalu kecil supaya dapat dipakai agak lama. Baju bayi
dipilih sesuai dengan keadaan setempat.

e. Merawat Kuku Bayi

Jika kuku bayi panjang harus digunting, tetapi jangan terlalu pendek. Sebaiknya,
gunakan pemotong kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil. Hati-hati, jangan
sampai melukai jari bayi karena kulit bayi masih sangat lunak.

f. Merawat Mulut Bayi

Mulut bayi dengan bercak putih mungkin karena sisa dari susu (apabila bayi tidak
minum ASI). Cara menghilangkannya ialah membilasnya dengan air putih setelah
minum susu.

g. Merawat Telinga

Telinga bagian dalam harus tetap kering. Jika keluar cairan berbau, harus segera
berobat ke dokter. Setelah memandikan, telinga dikeringkan dengan baik dan
dibersihkan dengan kapas hindari menggunakan lidi atau benda keras.

h. Merawat Hidung

Jika bayi pilek, lendir pada lubang hidung dapat dibersihkan dengan memasukkan
kapas yang digulung dan diputar sedikit ke dalam lubang hidung, jangan
menggunakan benda lain. Untuk membantu kesembuhan, bayi dijemur pada pagi
hari.

i. Kebutuhan Makanan

Makanan utama dan terbaik bagi bayi yang sudah disediakan Tuhan adalah air
susu ibu (ASI). ASI tidak hanya memberi perlindungan terhadap infeksi dan
alergi, tetapi juga merangsang pertumbuhan sistem kekebalan.

j. Kebutuhan Tidur

Bayi harus cukup tidur dan teratur. Pada bulan pertama, bayi akan tidur terus, ia
hanya bangun jika lapar, mandi, dan jika diganti popoknya. Makin besar, waktu
tidur bayinya makin berkurang karena bayi sudah dapat bermain. Meskipun
demikian harus tetap diusahakan agar bayi tidur teratur pagi, sore, dan malam
hari.

k. Cara menjaga kesehatan bayi

1. Amati pertumbuhan bayi baru lahir dan neonatus secara teratur.

2. Timbang BB bayi baru lahir dan neonatus sebulan sekali sejak usia 1 bulan
sampai 5 tahun di posyandu

3. Tanya hasil penimbangan dan minta pada kader mencacat di KMS.

4. Jika bayi baru lahir dan neonatus tumbuh kurang sehat minta nasehat gizi ke
petugas kesehatan

5. Bermain dan bercakap-cakap pada BBL dan neonatus sangat penting bagi
perkembangan BBL dan neonatus

6. Minta imunisasi sesuai jadwal di posyandu, rumah sakit atau praktek swasta.

7. BBL dan neonatus harus di imunisasi lengkap sebelum berusia 1 tahun.

8. Imunisasi mencegah penyakit TBC, hepatitis, polio, difteri, batuk 100 hari,
tetanus dan campak

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan
juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera,
aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar
kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau
infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera
dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi
dan infeksi

B. SARAN

Penulis mengakui makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan hal ini lebih disebabkan

oleh kekurangan referensi yang dimiliki oleh penulis, maka untuk itu penulis

mengharapkan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini pada masa yang

akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati.2010.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas . Jakarta :EGC
Depkes RI. 2009 .Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI: Jakarta
Karwati ,dkk .2011 . Asuhan Kebidanan Komunitasn . Trans Info Media : Jakarta.
Prawiroharjo, Sarwono .2010 . Ilmu Kebidanan . Jakarta :YBP Sarwono Prawiroharjo

DAFTAR PUSTAKA

Hs,widjono.2002.Bahasa Indonesia mata kuliah pengembangan diperguruan


tinggi.jakarta:Grasindo

Anda mungkin juga menyukai