DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
DEA : P0.62.24.2.17.3
MIKA : PO.62.24.2.17.370
MEILISAE : PO.62.24.2.17.369
RAHMI : PO.62.24.2.17.36
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam penelitian tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memaklumi serta
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
kami yang telah kami tulis ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
a. Latar Belakang Masalah..............................................................1
b. Rumusan Masalah.......................................................................1
c. Tujuan..........................................................................................2
d. Manfaat.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
a. Masalah kesehatan keluarga.......................................................3
b. Asuhan Kehamilan Di Rumah.......................................................3
c. Asuhan Persalinan Di Rumah.......................................................3
d. Asuhan Nifas Di Rumah................................................................4
e. Asuhan Bayi Baru Lahir Di Rumah................................................5
BAB III PENUTUP.....................................................................................8
KESIMPULAN..........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sehat menurut WHO (Maryani, 2010) adalah suatu keadaan yang sempurna baik
secara fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan, sedangkan sehat menurut UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dengan demikian,
hidup sehat bagi suatu keluarga bukan suatu yang mustahil. Semua orang di dunia ini
menginginkan hidup sehat, tidak mengalami penyakit. Tetapi kenyataannya di sekitar
kita, penyakit-penyakit dan sumber-sumbernya ada di mana-mana, Sehat yang
dimaksud bukan semata-mata bebas lepas dari penyakit infeksi, radang ataupun
penyakit lainnya tetapi juga sehat mental, juga sehat rohani. Jadi apa gunanya ketika
manusia tidak menderita penyakit fisik tapi ternyata menderita penyakit mental
misalnya depresi, kurang waras atau lainnya. Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu fungsi
afektif, sosialisasi dan penempatan sosial, perawatan kesehatan, reproduksi dan ekonomi.
Keluarga berperan dan menjadi aktor kunci dalam menentukan tindakan yang tepat untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan anggota keluarga (Zulaekah, 2014; Setiadi, 2008).
Penelitian oleh Purwandari H (2011), menunjukkan dukungan keluarga yang diwujudkan
dalam pemberian rangsang atau stimulasi tumbuh kembang pada bayi terbukti mampu
meningkatkan skor perkembangan bayi pada kelompok intervensi. Bayi dan balita
membutuhkan stimulasi yang baik. Fase balita adalah fase keemasan tapi juga rentan dalam
perkembangannya. Stimulasi yang kurang akan mengakibatkan kemampuan sosialisasi, baha-
sa, motorik halus dan kasar menjadi terlambat (Depkes RI, 2009). Berdasarkan fakta ini, perlu
dikembangkan model pemberdayaan keluarga dengan melibatkan kader kesehatan/relawan
untuk membantu pendampingan stimulasi pada balita. Hasil riset sebelumnya menunjukkan
model pemberdayaan hanya dengan melibatkan keluarga inti (ayah dan ibu), menggunakan
media modul, video, alat permainan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan keluarga (Purwandari, 2011). Fakta lain menunjukkan bidan tidak efektif
melakukan skreening tumbuh kembang dan lebih melibatkan kader kesehatan, maka pada
pengembangan model pemberdayaan keluarga tahun kedua ini dilakukan dengan melibatkan
tenaga kader kesehatan/relawan untuk melakukan pendampingan stimulasi pada area yang
lebih luas yaitu pada balita dan waktu implementasi diperpanjang lebih 4 bulan.
Perkembangan yang diukur, lebih difokuskan pada perkembangan personal sosial, bahasa dan
motorik.
B.Rumusan masalah
1. Apa saja masalah kesehatan keluarga ?
2. Apa asuhan kehamilan dirumah?
3. Apa asuhan persalinan dirumah?
4. Apa asuhan nifas dirumah?
5. Apa asuhan bayi baru lahir dirumah?
C.Tujuan
1.Mahasiswa dapat mengetahui apa saja masalah kesehatan keluarga ?
2.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan kehamilan dirumah?
3.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan persalinan dirumah?
4.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan nifas dirumah?
5.Mahasiswa dapat megetahui apa saja asuhan bayi baru lahir dirumah?
D. Manfaat penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat anatara lain :
1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami masalah kesehatan keluarga
2. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuahan kehamilan dirumah
3. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan persalinan dirumah
4. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan nifas dirumah
5. Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan bayi baru lahir
BAB II
PEMBAHASAN
a. Sehat menurut WHO (Maryani, 2010) adalah suatu keadaan yang sempurna
baik secara fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan, sedangkan sehat menurut UU nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan
generasi sehat, cerdas, dan berkualitas, melalui pemenuhan makanan bergizi dan
perawatan dengan penuh kasih sayang. Kelompok usia 6-24 bulan adalah usia
emas karena perkembangan anak meningkat pesat, sekaligus sebagai masa kritis,
bila anak gagal melewatinya dapat terjebak kondisi “point of no return”, artinya
walau anak dapat dipertahankan hidup tapi kapasitas perkembangan tak bisa
kembali pada kondisi potensialnya. Hasyuti, N (2011), menyebutkan masa kritis
anak terjadi usia 6-24 bulan, karena kegagalan tumbuh mulai terlihat.Penelitian
oleh Purwandari H (2011), menunjukkan dukungan keluarga yang diwujudkan
dalam pemberian rangsang atau stimulasi tumbuh kembang pada bayi terbukti
mampu meningkatkan skor perkembangan bayi pada kelompok intervensi. Bayi
dan balita membutuhkan stimulasi yang baik. Fase balita adalah fase keemasan
tapi juga rentan dalam perkembangannya. Stimulasi yang kurang akan
mengakibatkan kemampuan sosialisasi, bahasa, motorik halus dan kasar menjadi
terlambat (Depkes RI, 2009). Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan
masa yang penting dalam perkembangan selanjutnya. Peran keluarga dalam bi-
dang kesehatan dan dukungan sosial berkontribusi bagi balita dalam menjalani
proses tumbuh kembang secara normal dan wajar sehingga tidak ada
penyimpangan.
1. Tujuan Umum
Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan
kebutuhan, sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat
lahir dengan sehat ( Yuilifah,2012 )
2. Tujuan Khusus
Terdapat 6 standar dalam standart pelayanan antenatal seperti berikut ini ( Depkes
RI,2002) :
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi lainnya, serta mengambil
tindakan yang tepat dan merujuknya.
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk
merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hari ini.
Kunjungan Rumah
b. Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara trimester ke-14 sampai minggu
ke -28.
c. Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28 sampai minggu ke-
36 dan setelah minggu ke-36.
Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan antenatal
dirumah:
d. Sebelum melakukan asuhan dirumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal, hari,
dan jam yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak mengganggu aktifitas ibu
serta keluarga.
a. Saat Persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama
proses persalinan berlangsung.
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan dan
penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan
segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti
dengan penjahitan perineum.
Terjamin kebersihannya
2. Rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan
syarat rumah diantaranya :
Tempat nyaman
3. Persiapan Peralatan
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh bidan dan keluarga untuk melakukan
persalinan di rumah :
1. Persiapan untuk pertolongan persalinan
a. Oleh keluarga
Waskom
Sabun cuci
Air DTT
Larutan Clorin
Selimut
Pakaian ganti
Pembalut
Kain pel
Lampu
Handuk Bayi
Pakaian bayi
Selimut bayi
b. Oleh Bidan
Partus Set
Heating set
Timbangan Bayi
Obat-obatan
APD
Persalinan adalah saat yang menegangkan bahkan dapat menjadi saat yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan
emosional dan pengalaman yang menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan
sayang ibu selama proses persalinan.
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran
Tujuan:
3) Membenkan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga, bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi
baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
Tujuan:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, fundus
di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Tujuan:
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang rileks dan kekeluargaan.
Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan
pada ibu dan bayi di rumah, pada pelaksanaannya bisa cukup unik, sehingga bidan akan
memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk
meningkatkan suatu pilihan kreatif perawatan bersama keluarga .
a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah
kepulangan klien ke rumah.
b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu
kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
d. Rencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat dan perlengkapan yang akan
digunakan.
e. Pikirkan cara yang dapat digunakan untuk menciptakan dan mengembangkan hubungan
yang baik dengan keluarga.
2 Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan pada saat melakukan
kunjungan rumah tanpa menghiraukan dimana bidan berinteraksi dengan klien.
Bagaimanapun bidan harus tetap waspada. Tindakan kewaspadaan ini, dapat meliputi :
b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat, perhatikan keadaan di sekitar
lingkungan rumah klien sebelum kunjungan diadakan untuk mengidentifikasi masalah
potensial yang kemungkinan akan muncul.
c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan dan beri kabar kepada
rekan anda segera setelah kunjungan selesai.
d. Bawalah telepon selular dan yakinkan batere telepon selular anda telah diisi ulang.
e. membawa cukup uang dan uang recehan untuk menelepon dari telepon umum jika
diperlukan.
g. Sebaiknya memakai tanda nama pengenal dan kenakan sepatu yang pantas dan nyaman,
serta hindari memakai perhiasan yang mencolok.
h. Waspada terhadap bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja yang ada selama
kunjungan.
Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan standar, sehingga dapat
membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu dan bayi
a. Intranatal Di Rumah
Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi.
Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan
rujukan
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan
manajemen aktif kala III. Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah
mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada
ibu.
Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam
setelah plasenta lahir. Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang
menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.
b. Kegawatdaruratan Persalinan
a. Kunjungan I
a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering. Menilai penampilan bayi secara
umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia
bersuara yang dapat menggambarkan keadaan kesehatannya.
b. Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi
selama 6 jam pertama.
b. Kunjungan II
d. Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk
c. Kunjungan III
a. Pada hari ke-8 sampai 28 hari setelah kelahiran. Tapi biasanya pada minggu ke-2
bersamaan dengan saat melakukan kunjungan nifas yang ketiga pada ibu.
b. Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca salin
a. Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat
a. Pemeriksaan awal
5. APGAR Score Merupakan alat untuk peagkajian bayi setelah lahir meliputi 5
variabel yaitu pernapasan, frekuensi jantung, warna kulit, tonus otot, reflek .
Apgar score ditemukan oleh virginia apgar (1950).
Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian, setelah membiarkan
bayi beberapa waktu untuk pulih karena kelahiran. Bayi secara keseluruhan. Bayi
normal berbaring dengan posisi fleksi (menekuk). la mungkin meregang
atau menguap. Warnanya merah muda. la menangis. Pernapas-annya teratur. la
memberikan respon terkejut yang normal, jika tiba-tiba diberi sentakan (ia akan
melemparkan tangannya ke arah depan luar seperti hendak meraih seseorang). Ini
disebut refleks Moro.
a. Kepala
3. Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau celah palatum.
b. Punggung.
Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada bayi. Tidak didapatkan
tulang dan kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi sumsum tulang
belakang bayi.
c. Anus
Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini untuk
meyakinkan tidak adanya anus imperforate/atresia ani. Anus imperforata atau
atresia ani merupakan kelainan kongenital pada anus dimana tidak terdapatnya
lubang anus.
d. Anggota tubuh
2. Pemeliharaan BBL
a. Kebutuhan Higiene
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan :
1. Kuku jari tangan ibu hendaknya selalu pendek supaya tidak ada kuman dan
kotoran yang terselip di bawah kuku dan mencegah jangan sampai melukai
badan bayi.
2. Sebelum dan sesudah memegang bayi ibu harus selalu mencuci tangan.
3. Kamar bayi terlindungi dari angin, debu, tetapi cukup mendapat sinar matahari
dan udara segar.
4. Untuk menghindari infeksi, pakaian bayi harus dicuci terpisah dari pakaian
anggota keluarga yang lain.
5. Pakaian bayi harus selalu bersih dan kering dan tidak memberi kapur/kamper
pada pakaian bayi.
b. Memandikan Bayi
1. Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa sabun karena bahaya sabun
masuk ke mata bayi. Badan disabuni mulai dari kepala, leher, tangan, jari,
ketiak, dada, perut, sekitar pusat, kemudian punggung, kaki, dan terakhir alat
kelamin. Perhatikan lipatan, misalnya leher, ketiak, paha harus dibersihkan
dengan baik. Dengan waslap bersih, badan dibersihkan dari sabun.
3. Bayi diangkat dari air, diletakkan diatas handuk dan dikeringkan mulai dari
kepala menurun ke bawah. Perhatikan, lipatan harus benar-benar kering dan
dilihat apakah ada kelainan kulit dan sebagainya.
Jika tali pusat masih ada, ambil sepotong kasa steril kering kemudian tali pusat
dibungkus. Perhatikan pangkal/puntung tali pusat harus terbungkus dengan baik.
d. Pakaian Bayi
Semua pakaian bayi yang akan dipakai harus dicuci dahulu, tidak boleh disimpan
dengan kapur barus karena dapat menyebabkan bayi kuning. Ukuran popok yang
paling baik yaitu jangan terlalu kecil supaya dapat dipakai agak lama. Baju bayi
dipilih sesuai dengan keadaan setempat.
Jika kuku bayi panjang harus digunting, tetapi jangan terlalu pendek. Sebaiknya,
gunakan pemotong kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil. Hati-hati, jangan
sampai melukai jari bayi karena kulit bayi masih sangat lunak.
Mulut bayi dengan bercak putih mungkin karena sisa dari susu (apabila bayi tidak
minum ASI). Cara menghilangkannya ialah membilasnya dengan air putih setelah
minum susu.
g. Merawat Telinga
Telinga bagian dalam harus tetap kering. Jika keluar cairan berbau, harus segera
berobat ke dokter. Setelah memandikan, telinga dikeringkan dengan baik dan
dibersihkan dengan kapas hindari menggunakan lidi atau benda keras.
h. Merawat Hidung
Jika bayi pilek, lendir pada lubang hidung dapat dibersihkan dengan memasukkan
kapas yang digulung dan diputar sedikit ke dalam lubang hidung, jangan
menggunakan benda lain. Untuk membantu kesembuhan, bayi dijemur pada pagi
hari.
i. Kebutuhan Makanan
Makanan utama dan terbaik bagi bayi yang sudah disediakan Tuhan adalah air
susu ibu (ASI). ASI tidak hanya memberi perlindungan terhadap infeksi dan
alergi, tetapi juga merangsang pertumbuhan sistem kekebalan.
j. Kebutuhan Tidur
Bayi harus cukup tidur dan teratur. Pada bulan pertama, bayi akan tidur terus, ia
hanya bangun jika lapar, mandi, dan jika diganti popoknya. Makin besar, waktu
tidur bayinya makin berkurang karena bayi sudah dapat bermain. Meskipun
demikian harus tetap diusahakan agar bayi tidur teratur pagi, sore, dan malam
hari.
2. Timbang BB bayi baru lahir dan neonatus sebulan sekali sejak usia 1 bulan
sampai 5 tahun di posyandu
4. Jika bayi baru lahir dan neonatus tumbuh kurang sehat minta nasehat gizi ke
petugas kesehatan
5. Bermain dan bercakap-cakap pada BBL dan neonatus sangat penting bagi
perkembangan BBL dan neonatus
6. Minta imunisasi sesuai jadwal di posyandu, rumah sakit atau praktek swasta.
8. Imunisasi mencegah penyakit TBC, hepatitis, polio, difteri, batuk 100 hari,
tetanus dan campak
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan
juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera,
aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar
kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau
infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera
dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi
dan infeksi
B. SARAN
Penulis mengakui makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan hal ini lebih disebabkan
oleh kekurangan referensi yang dimiliki oleh penulis, maka untuk itu penulis
mengharapkan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini pada masa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati.2010.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas . Jakarta :EGC
Depkes RI. 2009 .Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI: Jakarta
Karwati ,dkk .2011 . Asuhan Kebidanan Komunitasn . Trans Info Media : Jakarta.
Prawiroharjo, Sarwono .2010 . Ilmu Kebidanan . Jakarta :YBP Sarwono Prawiroharjo
DAFTAR PUSTAKA