Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma. Di Indonesia sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya
untuk mencegah kehamilan. Di Indonesia keluarga berencana modren mulai dikenal pada
tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh masyarakat
telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah pertumbuhan
penduduk.
Secara ringkas, inovasi teknologi kontrasepsi dimulai dengan cara sederhana seperti
kondom, pil KB, suntik, susuk dan akhirnya cara yang sangat mantap yaitu kontrasepsi
pembedahan seperti tubektomi dan vasektomi.Misi Program KB Nasional salah satunya
adalah meningkatkan kualitas pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Hasil studi
pendahuluan di BPS ANISA Jakarta terhadap 10 akseptor KB suntik, dimana 6 akseptor
(60%) diantaranya tidak mengetahui tentang KB suntik, dan 4 (40%) diantaranya
mengetahui tentang KB suntik. Ketepatan waktu suntik kembali sangat penting bagi
akseptor KB suntik tersebut karena bila tidak tepat untuk suntik kembali maka dapat
menyebabkan kehamilan.
Pengertian Keluarga Berencana (KB) menurut UU No. 10 th 1992 adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Program KB secara Nasional berkaitan erat dengan program Nasional di bidang
kesehatan, karena program KB Nasional bersifat mendukung dan mempunyai sasaran
serupa dengan program kesehatan. Program Keluarga Berencana Nasional memberikan
arahan kebijakan untuk meningkatkan kualitas penduduk melalui pegendalian kelahiran,
memperkecil angka kematian dan peningkatan kualitas program KB.

B. RUMUSAN MASALAH
1
1. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi ?
2. Bagaimana cara kerja dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan alat ?
3. Bagaimana indikasi dan kontra indikasi dari masing-masing kontrasepsi sederhana
dengan alat ?
4. Bagaimana Efektifitas dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan alat ?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan
alat ?
6. Apa efek samping dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan alat ?
7. Bagaimana cara pemakaian dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan alat ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian kontrasepsi.
2. Untuk mengetahui cara kerja dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan alat.
3. Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi dari masing-masing kontrasepsi
sederhana dengan alat.
4. Untuk mengetahui efektifitas dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan alat.
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontrasepsi
sederhana dengan alat.
6. Untuk mengetahui efek samping dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan
alat.
7. untuk mengetahui cara pemakaian dari masing-masing kontrasepsi sederhana dengan
alat

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. DEFINISI KELUARGA BERENCANA (KB)


Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk mendapatkan
objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan jumlah anak
dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
( Hanafi. 2003. hlm 879 ).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, Sarwono, 2002 : 905).
Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika
digunakan secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau
wanita), pil (baik yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik,
patch/koyo kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi.
Kontrasepsi Sederhana dengan Alat adalah suatu upaya mencegah /mengahalangi
pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan menggunakan metode-
metode yang membutuhkan alat sederhana yang tidak memerlukan obat-obatan.

B. METODE KB SEDERHANA DENGAN ALAT


1. Metode Barier pada Pria (Kondom)
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan di antaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (produksi alami)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Berbagai bahan telah
ditambahkan pada kondom baik untuk menaikkan efektivitasnya (misalnya
penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi
tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas, ketebalan, dan bahan.
Kondom tidak hanya menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia interna wanita, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. Kira-kira 1
cm dari ujung kondom dibiarkan kosong untuk menampung air mani yang keluar,
kondom mencegah agar air mani tidak masuk ke dalam rahim. Setelah mengalami
ejakulasi tetapi sebelum ereksi sama sekali hilang, pria yang memakainya harus

3
menekan pinggir kondom KB pada penisnya agar air mani yang tertampung tidak
tumpah dari Kondom. Pada setiap kali sanggama harus menggunakan kondom yang
baru.

a. Macam-macam Kondom :
 Kulit
Dibuat dari membran usus biri biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut,
menjalarkan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas
selama sanggama namun lebih mahal.
 Lateks
Paling banyak dipakai, murah, elastis.
 Plastik
Sangat tipis, menghantarkan panas tubuh namun lebih mahal dari kondom
lateks. Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak
karet. Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya
udara (O2) dapat mempercepat kerusakan karet.

b. Indikasi
Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan sekual dan belum
menginginkan kehamilan. Selain itu, untuk perlindungan maksimum terhadap
infeksi menular seksual (IMS) (Puspitasari, 2009).

c. Kontra Indikasi
 Absolut
1. Pria dengan ereksi yang tidak baik
2. Riwayat syok septic
3. Tidak bertanggung jawab secara sexual
4. Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
5. Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual
 Relatif
Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual

d. Efektivitas

4
Kondom cukup relative bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak
dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan
kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun. Sebab-sebab
kegagalan :
 Memakai kondom yang sudah bocor.
 Kondom robek waktu coitus.
 Semen tertumpah melalui leher kondom.
 Kondom tertinggal di dalam vagina oleh karena penis baru dikeluarkan setelah
kendor.
 Tidak memakai kondom sejak permulaan.
 Hanya memakai kondom bila istri disangka berada dalam masa subur.

e. Keuntungan
 Keuntungan sebagai alat kontrasepsi :
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu kesehatan klien.
3. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
4. Murah dan dapat dibeli secara umum.
5. Mudah dipakai
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda.

 Keuntungansebagai alat non kontrasepsi.


1. Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
2. Dapat mencegah penularan IMS.
3. Mencegah ejakulasi dini.
4. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogenik eksogen pada serviks).
5. Saling berinteraksi sesama pasangan.

Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut akan diperoleh, jika kondom


dipakai secara benar dan konsisten pada setiap sanggama, karena umumnya

5
kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten,
tidak teratur atau tidak hati-hati.

f. Kekurangan
 Efektifitas tidak terlalu tinggi.
 Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
 Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
 Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan
ereksi.
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
 Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum.
 Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

g. Efek Samping
 Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis.
 Alergi terhadap karet

h. Cara Pemakaian Kondom


 Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
 Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida dalam kondom.
 Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda
tajam lainnya pada saat membuka kemasan
 Pasang kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans
penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan
gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal
penis. Pemasangan ini harus dilakukan penetrasi penis ke vagina.
 Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka pada saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
 Kondom dilepas sebelum penis melembek.
 Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut dan melepaskan kondom
di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
 Gunakan kondom hanya satu kali pakai
 Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman

6
 Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah dan jangan disimpan di
tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak
atau robek saat digunakan.
 Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh atau kusut.
 Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan
petrolatum karena akan segera merusak kondom.

2. Metode Barier Wanita (Intra-Vaginal)


Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan
immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks.
Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
1) Angka kegagalan relatif tinggi.
2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya.
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati, selalu pada setiap sanggama.

Macam-macam Barier Intra-Vaginal :


1) Diafragma (Diaphragma)
2) Kap Serviks (Cervical cap)
3) Spons (Sponge)
4) Kondom Wanita

Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal harus dipakai
bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas metode ini, antara
lain :
a. Paritas
b. Frekuensi sanggama
c. Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d. Kebiasaan dan motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang menggunakan
metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom Syok Toksik (Toxic
7
Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya. Calon akseptor metode
Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah risiko
timbulnya Sindrom Syok Toksik :
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya.
2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam
3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan
per-vaginam.
4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6-12 minggu sebelum menggunakan metode
Barier Intra-vaginal.
5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :
 Demam, muntah
 Diarrhoe
 Nyeri otot tubuh, rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis
7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.

Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus.
Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal)
selama haid.

Berikut penjelasan dari macam-macam metode barier wanita (intr-vaginal):


1) Diafragma (Tangkup Vagina)
Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel dengan bentuk seperti
topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga
serviks (leher rahim) tertutupi semuanya.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama
dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap
sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah
sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan
didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan
dapat timbul infeksi.
 Jenis diafragma antara lain :
a) Flat spring (flat metal band)

8
Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini dapat
dipakai oleh wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina
normal, arcus pubis yang dangkal dibelakang simpisis pubis, multigravida, uterus
anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke belakang.
b) Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang bundar
dan dilapisi karet, diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot-otot
vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os pubis tidak ada perubahan
posisi uterus, ukuran dan kontur vagina normal.
c) Arching spring (kombinasi metal spring)
Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok dengan
wanita dengan : tonus otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang, prolapsus uteri
ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke depan.

 Cara Kerja
a) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur
(tuba falopi)
b) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.

 Indikasi
a) Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau di atas usia 35
tahun.
b) Tidak menyukai penggunaan akdr.
c) Menyusui dan perlu kontrasepsi
d) Memerlukan proteksi terhadap IMS
e) Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.

 Kontraindikasi
 Kelainan anatomis dari vagina, serviks dan uterus :
Prolapsus uteri, cystocele/rectocele yang besar, retroversi atau anteflexi uterus yang
berlebihan, septum vagina.Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
 Alergi terhadap latex atau spermisid
9
 Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
 Nyeri pelvis/nyeri introitus yang sementara oleh sebab apapun (PID, Herpes, baru
mengalami episiotomi, introitus yang sangat sempit/ketat)
 Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu
 Ketidakmampuan calon akseptor atau pasangannya untuk mempelajari dan
melaksanakan teknik insersi yang benar.

 Efektivitas
Tingkat kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama, bila tidak
digunakan dengan spermisida.

 Kelebihan
Kelebihan kontrasepsi :
 Efektif bila digunakan dengan benar.
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Tidak mengganggu kesehatan klien.
 Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan sebelumnya.
 Dapat dipakai selama haid

 Kelebihan non kontrasepsi:


 Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
 Kemungkinan mempunyai efek perlindungan terhadap timbulnya displasia
cervical.

 Kekurangan
 Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
 Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
 Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya.
 Insersi relatif sukar
 Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
 Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh spermisidnya

 Efek Samping

10
Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragma dipakai
sebagaimana semestinya. Kadang kadang reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi.
Sebab sebab kegagalan :
 Ketidaktauan cara pemasangan yang benar
 Ukuran diafragma tidak tepat
 Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama
 Adanya cacat/kerusakan pada diafragma
 Perlu diperhatikan :Jika ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan,
rujuk segera pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.
Apabila terjadi panas lebih dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi per
oral dan analgesi.

 Cara Pemakaian
 Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
 Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
 Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air
atau melihat menembus cahaya)
 Oleskan sedikit spermisida krim atau jelly pada cap diafragma (untuk
memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan dengan
pinggirannya)
 Posisi saat pemasangan diafragma:
 Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
 Sambil berbaring
 Sambil jongkok
 Lebarkan kedua bibir vagina
 Masukkan diafragma kedalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan
pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
 Masukkan jari kedalam vagina sampai menentuh serviks, sarungkan karetnya
dan periksa serviks telah telindungi.
 Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum berhubungan seksual. Jika
hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan
spermisida di dalam vagina. Diafragma berada dalam vagina paling tidak 6 jam

11
setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma lebih dari
24 jam sebelum diangkat.
 Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan
tengah.
 Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.

2) Kap Serviks (Cervical Cap)


Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan dengan
diafragma, kap serviks lebih dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil,
umumnya lebih kaku, menutupi serviks karena hisapan (suction), bukan karena pegas.
Zaman dahulu kap serviks terbuat dari logam/plastik, sekarang yang banyak adalah
dari karet.
Syarat pemakaian kap serviks :
1. Serviks harus dapat dicapai
2. Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3. Serviks tidak luka

Macam – macam Kap serviks :


 Prentif Cavity Rim Cap
Paling sering dipakai. Tersedia dalam 4 ukuran, diameter dalam 22, 25, 28, dan 31
mm
 Dumas atau Vault Cap
Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir alas yang tebal dan bagian tengah
yang tipis. Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 – 75 mm. Cocok untuk wanita yang tidak
dapat memakai diafragma oleh karena tonus otot vagina yang kurang baik atau wanita
dengan seviks yang terlalu pendek.

 Vimule Cap
Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) untuk memperkuat
hubungan dengan sekitarnya. Cocok untuk wanita dengan :
a) Tonus otot vagina kurang baik
b) Cystocele
c) Serviks yang lebih panjang dari rata-rata
12
d) Tersedia dalam ukuran 42 – 55 mm

a. Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar tidak
mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan
sebagai alat tempat spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma
yang tidak tertahan pada kaps serviks

b. Indikasi
Cervical caps dapat digunakan untuk wanita atau pasangan yang ingin menunda untuk
mempunyai anak.

c. Kontraindikasi
1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi)
2. Postpartum 6-12 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstruasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside

d. Efektivitas
Pada 100 wanita yang menggunakan metode ini selama satu tahun, terdapat sebanyak 7 orang
yang hamil.

e. Kelebihan
1. Dapat digunakan selama menyusui.
2. Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24 jam,
pemberian spermiside sebelum bersenggama menambah efektifitasnya.
3. Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama.
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari vagina
misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina yang kurang baik.
5. Jarang terlepas selama sanggama.

f. Kekurangan
1. Angka kegagalan tinggi

13
2. Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4. Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit.
5. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung pada
kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan.
6. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi.
7. Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman.
8. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual), HIV AIDS

g. Efek Samping
1. Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama didalam
vagina.
2. Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karena kontak yang terlalu lama
dengan karet (kap) dan spermiside nya.
3. Menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
4. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian cervical
caps dilakukan pada saat menstruasi.
5. Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan HPV.

h. Cara Pemakaian
1. Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap serviks adalah mencuci
tangan. Pemakai memasukkan kap serviks saat seksualitasnya bangkit dan sebelum
melakukan hubungan seksual.
2. Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks dengan spermisida. Pisahkan
labia dengan kedua tangan. Tangan yang lain menjangkau sekeliling pinggiran kap
diantara ibu jari dengan jari telunjuk.
3. Masukkan kap ke dalam vagina dan dorong kap sepanjang dinding vagina sejauh kap
itu bisa masuk. Cara ini bisa dilakukan dengan cara berdiri, mengangkat satu kaki ke
atas, posisi jongkok, berbaring.
4. Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan pinggiran kap di sekitar
serviks sampai serviks sudah tertutup dengan kap tersebut. Periksa posisi kap dengan
cara mendorong kubah kap untuk memastikan bahwa serviks sudah tertutupi.
5. Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.

14
6. Pemakai harus mempertahankan kap serviks selama 6 jam setelah ejakulasi
intravagina terakhir untuk memastikan bahwa sperma yang tertinggal di dalam vagina
tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
7. Namun, untuk mengeluarkan kap serviks harus dilakukan dalam kurun waktu 48 jam.
Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap dengan sabun dan air hangat
dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan dengan benar agar dapat digunakan
kembali. Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama 2 tahun, tapi harus
diperiksa secara teratur untuk memastikan apakah ada lubang, atau bocor. Bila terjadi
kerusakan pada kap, maka pemakai diinstruksikan untuk segera menggantinya

3) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina
sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna. Dan sebagai dasar mekanis
yaitu sebagai menghalangi spermatozoa dan sebagai dasar kimiawi sebagai imobilisasi /
mematikan spermatozoa.
Jenis-jenis spermisida :
1) Zat pembawa/pengangkut ( vehicle, carrier ) yang inert
 Jelly
1. Dibuat dari bahan yang larut dalam air, misalnya gelatin.
2. Akan mencair pada suhu badan dan dengan cepat menyebar di dalam vagina.
3. Daya perlindungan di capai segera setelah pemberian.
 Cream
1. Dibuat dari lemak yang tidak larut dalam air, misalnya gliserin, steara.
2. Setelah di masukkan ke dalam vagina, cream tetap berada pada tempatnya dan
tidak menyebar lebih.
3. Daya perlindungan di capai segera setelah pemberian.
 Foam/Busa
Akan mengisi vagina dengan gelembung-gelembung busa yng mengandung
spermisid-nya

 Tablet Busa ( Foam table )


1. Dengan adanya secret vagina, tablet busa akan menghasilkan CO2 yang
selanjutnya akan menyebarkan spermisid-nya.

15
2. Memerlukan waktu 10 menit sebelum boleh bersenggama.
3. Tablet busa yang terkenal : Tablet Neo Sampoo

a) Cara Kerja
1) Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2) Memperlambat motilitas sperma.
3) Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

b) Indikasi
o Tambahan/Adjuvan pada metode barier (kondom, diafragma )
o Tambahan/Adjuvan pada metode rhythm
o Tambahan/Adjuvan pada IUD selama masa subur
o Tambahan/Adjuvan pada kontrasepsi hormonal pada saat awal dari siklus pertama atau
bila lupa minum 2 tablet atau lebih
o Sebagai metode temporer sebelum menggunakan metode sistematik atau sebelum insersi
IUD
o Fertilitas rendah atau tersanka infertile pada wanita yang telah dapat/bersedia
menggunakan metode barier
o Senggama yang jarang.

c) Kontraindikasi
1) Absolut
 Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas yang tinggi karena alasan kesehatan,
pribadi atau social
 Penghentian Sexual foreplay akan menghambat/menghalangi minat seksual
 Ketidakmampuan penerimaan estetik pada salah satu partner
 Alergi terhadap isi spermisid
 Alergi local kronis, kontak dermatitis genitalia, eksema genetalia, psoriasis dan lain –
lain dermatosis genitalia

2) Relative
 Penghentian sexual foreplay akan mengganggu senggama
 Fertilisassi tinggi
16
 Dispareunia
 Vaginismus

d) Efektivitas
Angka kegagalan : 11-31 %

e) Keuntungan
 Aman
 Sebagai kontrasepsi pengganti/cadangan untuk wanita dengan kontra-indikasi
pemakaian pil oral, IUD, dan lain-lain
 Efek pelumas pada wanita yang mendekati menopause disamping efek proteksi
terhadap kemungkinan menjadi hamil
 Tidak memerlukan supervise medik

f) Kerugian
 Angka kegagalan relative tinggi ( umumnya kegagalan di sebabkan oleh pemakaian
yang tidak konsisten )
 Harus digunakan segera sebelum senggama, bahkan ada spermisid vaginal yang perlu
waktu 5 – 30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja, sehingga mengganggu
senggama pasangan tersebut
 Karena harus di letakkan dalam –dalam / tinggi di vagina, ada wanita yang segan untuk
melakukannya
 Harus di berika berulang kali untuk senggama yang berturut-turut
 Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa wanita

g) Efek Samping
 Belum pernah di laporkan terjadinya efek samping yang serius ( spermisid telah di
pakai selama > 60 tahun
 Yang mungkin terjadi:
 Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria
 Supossitoriatidak meleleh atau tidak membentuk busa di dalam vagina
 Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :

17
 Kelainan congenital janin ( efek teratogenik )
 Perubahan air susu ibu
 Efek sistemik ( masuknya spermisid ke dalam aliran darah )

h) Cara Pemakaian
Agar supaya mendapatkan efektifitas yang sebesar-besarnya, spermasid harus di gunakan
dengan benar pada setiap senggama.
 Letakkan spermisidnya setinggi/ sedalam mungkin didalam vagina, sehingga akan
menutupi serviks
 Tunggulah waktu yang di tentukan/diperlukan sebelum mulai bersenggama, agar
supaya spermisidnya telah tersebar dengan baik didalam vagina bagian ats dan
sekeliling serviks
 Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi senggama pada saat yang sama
 Jangan melakukan pembilasan vagina ( douching ) paling sedikit 6-8 jam setelah
senggama selesai.

4) Kondom Wanita
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin
polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada masing-masing ujung dari
suatu selubung lunak polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang, biasanya ditambahkan
spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom, Dominique, Protectiv, dan Care. Baru-baru ini
juga dipasarkan kondom wanita yang terbuat dari bahan lateks (seperti kondom pria)
sehingga tidak menimbulkan suara berisik saat dipakai. Dipasarkan dengan brand Reddy, V
Amour, dan Sutra. Pengujian secara in vitro menunjukkan kondom wanita impermeabel
terdapat HIV, sitomegalo virus dan hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom wanita adalah karena pada kondom pria dan
diafragma biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daerah perineum sehingga masih ada
kemungkinan penyebaran mikroorganisme penyebaran PHS.
Kondom wanita yang telah tersedia saat ini :
 Reality Vaginal kondom
Berupa “tabung” polyuretnane, panjang 17 cm, dengan 2 cincin polyuretnane lentur
pada masing-masing ujungnya, insersi alat ini seperti insersi diafgrama.

18
 Women’s Choice Female Condomme = Condomme
Bentuknya seperti kondom pria, dengan ujung-dalam yang lebih tebal yang berada
pada bagian atas vagina, dan suatu cincin-luar yang menutupi labia, condomme
terbuat dari lateks, dan 30% lebih tebal daripada kondom pria agar supaya lebih kuat,
insersi Condomme dilakukan dengan suatu aplikator plastik yang dapat dipakai ulang.
 Kondom vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba, berupa suatu celana-dalam lateks dengan suatu
kantong-tergulung yang “built-in” dan berada tepat pada mulut vagina, Sebelum
sanggama, wanita mendorong kantong tersebut kedalam vagina. Alat ini menutupi
seluruh perineum dan genitalia eksterna, sehingga dapat memberikan perlindungan
maksimal terhadap PHS.

Cara Pemakaian Kondom Wanita:


Cincin yang terbuka berada di luar vagina, sedangkan cincin tertutup berada di bawah
simfisis. Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat
menutupi serviks karena akan terdorong keatas selama sanggama ; cincin-luar
menutupi labia dan dasar dari penis, keatas selama sanggama, cincin-luar menutupi
labia dan dasar dari penis.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya ini dapat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma tersebut.
19
Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika
digunakan secara tepat. Yang dimaksud Kontrasepsi Sederhana dengan Alat adalah suatu
upaya mencegah /mengahalangi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma
dengan menggunakan metode-metode yang membutuhkan alat sederhana yang tidak
memerlukan obat-obatan. Seperti kondom bagi pria, dan barier intra-vaginal (diafragma, kap
serviks, spons, kondom wanita).

B. SARAN
Dengan berbagai macam alat kontrasepsi kita dapat memilih alat kontraspsi yang
paling tepat dengan cara memperhatikan keuntungan dan kerugiannya. Sebaiknya pilih alat
kontrasepsi yang paling minimum kerugiannya dengan tujuan memberikan rasa nyaman pada
setiap hubungan dan demi mencapai kesejahteraan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2006
Cunningham FG. Mc. Donald CP, Gant FN, Leveno JK, Gilstrap CL. Family Planning. In :
Williams Obstetrics 19th ed. New Jersey : Pratice-Hall International Inc. 1993. 1321-1340.
Notodiharjo, Riano. 2002. Reproduksi, Kontrasepsi, dan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Kanisius.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG.,
dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr.
Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.

20
Pernoll LM, Benson CR. Contraception. In : Benson CR, Pernoll LM. Handbook of
Obstetrics and Gynecology. 9th ed. New York : Mc. Graw-Hill International Inc. 1993. 1321-
1340.

21

Anda mungkin juga menyukai