Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

24 STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

KELOMPOK 1 :
1. ANA SICAN
2. AMARA ASTINA SAPUTRI
3. DEA APRILIA
4. INTAN MUSTIKA SARI
5. KARMILA
6. REI TAMARA
7. REVI MARISKA
8. SRI FITRIA
9. SUMITRI HARTANI
10. TERESIA MONICA
11. THERESYA NATHALINDRI TIFFANI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

REGULER IV

2019

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
saya bisa menyelesaikan makalah yang membahas tentang “24 Standar Mutu Pelayanan
Kebidanan”. Makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
mahasiswa Kebidanan.

Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah ini, baik dalam segi bahasa dan
pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan saran yang
sifatnya membangun demi mencapainya suatu kesempurnaan dalam makalah ini.

Palangkaraya, Oktober 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................... 1

C. Manfaat Penulisan............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian standar............................................................................. 3

B. Syarat Standar................................................................................... 3

C. Standar Mutu Pelayanan Kebidanan................................................. 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 45

B. Saran................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 47

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar Belakang penulisan ini antara lain, adalah sebagai syarat memenuhi tugas Mata
Kuliah “Mutu Pelayanan Kebidanan”. Semoga dengan adanya pembahasan standar
pengenalan standar pelayanan kebidanan di dalam ini juga dapat menjadi daftar bacaan
yang berisi pengetahuan tentang “standar pengenalan standar pelayanan kebidanan”.

Standar layanan merupakan bagian penting dari layanan kesehatan itu sendiri dan
memainkan peranan penting dalam masalah mutu layanan kesehatan. Jika suatu
organisasi layanan kesehatan ingin meyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu
secara konsisten, keinginan tersebut harus dijabarkan menjadi suatu standar layanan
kesehatan atau standar proseduroperasional.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a. Agar Mahasiswi Akademi Kebidanan Semester V, mengetahui pengertian standar


dan syarat standar.

b. Agar Mahasiswi Akademi Kebidanan Semester V, mengetahui tentang 24 standar


mutu pelayanan kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswi Akademi Kebidanan mengetahui dan dapat mengaplikasikan


pengetahuannya didalam masyarakat kelak dalam memberikan informasi tentang
standar pengenalan pelayanan kebidanan.

b. Mahasiswi Akademi Kebidanan Semester V, memahami bagaimana Pengenalan


pelayanan kebidanan

c. Mahasiswi Akademi Kebidanan Semester V, memahami akan pengenalan Pelayanan


kebidanan

d. Mahasiswi Akademi Kebidanan Semester V, mampu mengaplikasukan pengenalan


pelayanan kebidanan

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

5
Manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah, penulis mengetahui dan
memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan pengenalan pelayanan kebidanan
untuk dapat berbagi informasi ini dengan orang lain.

2. Bagi Institusi Pendidikan Dan Umum

Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi institusi pendidikan maupun
umum mengenai standar pengenalan pelayanan kebidanan dan pencapaian mutu
pelayanan kebidanan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STANDAR

a. Menurut Clinical Practice Guideline (1990)

Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal.

b. Menurut Donabedian (1980)

Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu
dicapai,berkaitan dengan parameter yang telahditetapkan.

c. Menurut Rowland and Rowland (1983)

Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu
sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Secara luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome)
sistem layanan kesehatan. Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi
untuk menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga
semua orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik
pasien, penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen
organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan
perannya masing-masing.

B. SYARAT STANDAR

1. Spesifik (specific)

2. Dapat diukur (measurable)

3. Tepat (appropriate)

4. Dapat dipercaya (reliable)

5. Tepat waktu (timely

C. STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar , yang dikelompokan menjadi 5


bagian besar – yaitu :

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)

7
2. Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

3. Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)

4. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

5. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

1. DUA STANDAR PELAYANAN UMUM

a. STANDAR 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan


masyarakat terhadap segalan hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk
penyuluhan kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan
dan menjadi calon orang tua, persalinan dan nifas).

Bidan harus :

1. Merencanakan kunjungan rumah secara teratur

2. Hormati adat istiadat setempat/perorangan ketika memberikan penyuluhan

3. Beri penyuluhan yang dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan


kesehatannya

4. Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sopan

5. Gunakan alat bantu yang menunjang dan bahasa yang mudah dipahami

6. Beritahu jadwal bidan untuk memeriksakan kehamilan dan konseling perorangan

7. Adakan konseling peroranagan di tempat khusus agar kerahasiaan terjaga

Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk


mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang yang
bertanggungjawab.

Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat dan
perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat.
Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat
reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan
diketahui oleh masyarakat dan ibu.

b. STANDAR 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semu kegiatan yang dilakukannya


, yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan

8
penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan
kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang
berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir . Bidan meninjau secara teratur catatan
tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk
meningkatkan pelayanannya.

Bidan harus :

1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil tercatat

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama kehamilan,


persalinan dan nifas

3. Ibu diberikan KMS ibu hamil untuk di bawa pulang

4. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan data

5. Jaga agar kartu/buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak

6. Pastikan bahwa semua kelahiran kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat

7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur

8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan buatlah rencana tindak lanjut

Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan, menggunakan dan mempelajari


data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian
kerja.Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan pencatatan dan
pelaporan yang maksimal adalah sebagai berikut :

· Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu
hamil dapat tercatat

· Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa pulang . Dan
memberitahu ibu agar membawa buku tersebut setiap pemeriksaan.

· Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat pada patograf.

· Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala .

Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu terlaksananya


pencatatatn dan pelaporan yang baik. Tersedia data untuk audit dan pengembangan
diri, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan , kelahiran bayi dan
pelayanan kebidana

9
2. ENAM STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

a. STANDAR 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat


secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu , suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur.

Bidan harus :

1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil tercatat

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama kehamilan,


persalinan dan nifas

3. Ibu diberikan KMS ibu hamil untuk di bawa pulang

4. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan data

5. Jaga agar kartu/buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak

6. Pastikan bahwa semua kelahiran kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat

7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur

8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan buatlah rencana tindak lanjut

Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali
dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya.Kegiatan yang dapat
dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contoh nya sebagai berikut:

· Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur

· Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil

· Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat


pemeriksaan kehamilan.

Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan
gejala kehamilan. Ibu , suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang
memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

b. STANDAR 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal.


Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama
untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa
mengenali kehamilan dengan risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi ,

10
hipertensi , PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas.

Bidan harus :

1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil tercatat

2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan yang diberikan selama kehamilan,


persalinan dan nifas

3. Ibu diberikan KMS ibu hamil untuk di bawa pulang

4. Lakukan ketentuan nasional/setempat tentang pencatatan data

5. Jaga agar kartu/buku pencatatan tersebut tidak mudah rusak

6. Pastikan bahwa semua kelahiran kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat

7. Pelajari kartu/buku pencatatan secara teratur

8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan buatlah rencana tindak lanjut

Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan
pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan


antenatal minimal 4 kali selama kehamilan. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan
oleh masyarakat. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil,
suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa
yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu
dibutuhkan.

c. STANDAR 5 : Palpasi abdominal

Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan


palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah ,
memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu.

Bidan harus :

1. Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal

2. Tanyakan pada ibu hamil sebelum palpasi yaitu apa yang sedang dirasakan ibu

3. Sebelum melakukan palpasi abdominal mintalah pada ibu hamil untuk


mengosongkan kandung kencingnya

4. Baringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya disangga bantal

5. Periksa abdomen

11
6. Perkirakan usia kehamilan

7. Ukur dengan meteran kain dari simpisis pubis ke fundus uteri, catat hasilnya
dalam cm

8. Lakukan palpasi dengan hati-hati untuk memeriksa letak janin

9. Dengan dua tangan lakukan palpasi untuk menentukan bagian bawah janin

10. Pada trimester 3 jika bagian terbawah janin bukan kepala persalinan dilakukan
di rumah sakit

11. Setelah usia kehamilan 37minggu terutama pada kehamilan pertama periksa
apakah telah terjadi penurunan kepala janin atau kepala janin teraba hanya 2jari
di atas pintu atas panggul

12. Periksa letak punggung janin dan dengarkan DJJ

13. Bicarakan hasil pemeriksaan kepada ibu hamil

14. Catat semua hasil pemeriksaan pada KMS

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan,


pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin.

Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan ,


diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini
kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.

d. STANDAR 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan


rujukan semua kasusu anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Bidan harus :

1. Memeriksa kadar Hb

2. Beri tablet zat besi

3. Beri penyuluhan gizi pada setiap kunjungan antenatal

4. Jika prevensi malaria tinggi selalu ingatkan ibu hamil untukberhati hati agar tidak
tertular malaria

5. Jika ditemukan/di duga anemia berikan 2-3 kali satu tablet zat besi perhari.

6. Rujuk ibu hamil dengan anemia untuk pemeriksaan terhadap cacing/parasit atau
penyakit lain sekaligus pengobatannya.

12
7. Jika di duga anemia berat segera rujuk ibu hamil,untuk pemeriksaan dan
perawatannya lainnya.anemia berat pada bumil TMIII perlu di berikan zat besi
dan asam folat secara IM

8. Rujuk ibu hamil dengan anemia berat untuk rencana bersalin di rumah sakit

9. Sarankan bumil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6
bulan setelah persalinan

Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada
kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi
anemia sebelum persalinan berlangsung.

Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb


semua ibu hamil pada kunnjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet
Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .
beripenyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi,
dll.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil
dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan
anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.

e. STANDAR 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat
dan merujuknnya.

Bidan harus :

1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan termasuk
pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.

2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari : apakah tensimeter berfungsi baik.

3. Ukuran tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring
dengan bagian kiri punggung disangga dengan bantal

Letakkan tensimeter di tempat yang datar, setinggi jantung ibu hamil.

Gunakan ukuran manset yang sesuai.

4. Catat tekanan darah.

5. Jika tekanan darah di atas 140/90 mmHg atau peningkatan diastole 15 mmHg atau
lebih (sebelum 16 minggu), ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam. Bila
tetap, maka berarti ada kenaikan tekanan darah, periksa adanya edema, terutama
pada wajah atau pada tungkai bawah/tulang kering dan daerah sakral

13
(pembengkakan jari dan pergelangan kaki mungkin bersifat fisiologis, terutama
karena cuaca panas atau karena berjalan/berdiri lama).

6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urine terhadap


albumin pada setiap kali kunjungan.

7. Rujuk ibu hamil ke rumah sakit, jika ditemukan :

a. Kenaikan tekanan darah dengan proteinuria ( + + atau lebih)/tanpa edema.

b. Edema pada punggung tangan atau wajah yang timbul mendadak.

Catat, bila ibu tidak di rujuk dan kenaikan tekanan darah 160/110 mmHg,
berikan Metildopa 250 mg peroral dilanjutkan dengan dosis yang sama setiap 8
jam.

8. Segera rujuk ibu hamil ke Rumah sakit jika :

a. Tekanan darah sangat tinggi ( misalnya diatas 160/110 mmHg ) atau lebih

b. Kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba-tiba,atau

c. Berikutnya air seni ( sedikit dan berwarna gelap ), atau

d. Edema berat yang timbul mendadak, khususnya pada wajah/daerah


secara/punggung bawah atau proteinuria.

9. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema, sedangkan dokter tidak mudah
dihubungi , maka pantaulah tekanan darah, periksa urine terhadap proteinuria dan
denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam
istirahat.

10. Jika tekanan darah tetap naik, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan, walaupun tak
ada oedema atau proteinuria.

11. Jika tekanan darah kembali normal, atau kenaikannya kurang dari 15 mmHg :

a. Beri penjelasan pada ibu hamil, suami/keluarganya tentang tanda-tanda


eklamsia yang mengancam, khususnya sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu
hati dan pembengkakan mendadak pada kaki/punggung/wajah.

b. Jika tanda tersebut ditemukan. Segera rujuk ke rumah sakit.

12. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.

13. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil/kartu ibu.

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan
menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang
diperlukan. Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa

14
tekanan darah ibu dan mencatatnya. Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90
mmHg lakukan tindakan yang diperlukan.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda
preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan angka
kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

f. STANDAR 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga pada
trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.Bidan mengusahakan
untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.

Bidan harus :

1.Mengatur pertemuan dengan ibu hamil dan suami/keluarganya pada TM ke-3 untuk
membicarakan tempat persalinan dan hal-hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan.

2.Melaksanakan seluruh pemeriksaan antenatal (lihat standar 5), termasuk anamnesis


dan riwayat obstetri secara rinci, sebelum memberikan nasehat.

3.Memberikan informasi agar mengetehui saat akan melahirkan dan kapan harus
mencari pertolongan, termasuk pengenalan tanda bahaya. (Ketuban pecah sebelum
waktunya dan perdarahan pada kehamilan yang bukan darah lendir normal / show
perlu pertolongan secepatnya ).

4.Jikadirencanakan persalinan dirumah atau didaerah terpencil :

·Beritahukan kepada ibu hamil perlengkapan yang diperlukan untuk persalinan yang
bersih dan lama. Paling sedikit tersedia tempat yang bersih untuk ibu berbaring
sewaktu bersalin, sabun yang baru, air bersih dan handuk bersih untuk cuci tangan;
kain bersih dan hangat untuk membersihkan dan mengeringkan bayi serta ruangan
yang bersih dan sehat.

·Atur agar ada orang yang dipilih oleh ibu sendiri untuk membantu persalinan. (Harus
disepakati tentang bagaimana dan kemana merujuk, jika terjadi kegawat-daruratan)

·Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memanggil bidan. (misalnya jika ketuban
pecah atau timbulnya rasa mulas yang teratur)

·Sebagai persiapan untuk rujukan, atau transportasi ke rumah sakit bersama ibu hamil
dan suami/keluarganya. (Termasuk persetujuan jenis dan biaya transportasi yang
diperlukan bila terjadi keadaan darurat)

5 jika direncanakan persalinan di rumah sakit atau tempat lainnya :

15
a. Beri penjelasan pada ibu hamil dan suami/keluarganya tentang kapan kerumah sakit
dan perlengkapan yang diperlukan. Hal ini dapat berbeda tergantung keadaan, tapi
setidaknya diperlukan sabun dan handuk bersih, pakaian bersih untuk ibu dan bayi
serta pembalut wanita.

b. Ibu hamil dengan kondisi di bawah ini, sebaiknya di anjurkan untuk melahirkan di
rumah sakit :

- Pernah mengalami persalinan sulit atau lahir mati.

- Pernah menjalani bedah sesar.

- Anemia berat

- Penyakit kronis : kencing manis, jantung, asma berat, TBC.

- Perdarahan antepartum.

- Preeklamsia pada kehamilan sekarang.

- Kelainan letak/posisi janin.

- Kehamilan ganda.

- Kehamilan ke-5 atau lebih terutama pada ibu hamil dengan status sosial rendah atau
kurang energi kronis.

- Primigravida sangat muda (dibawah 15 tahun) atau multiparitas dengan usia diatas 40
tahun.

- Kehamilan kurang bulan sudah inpartu.

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil.

Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk
merencanakan persalinan yang bersih dan aman. Persalinan direncanakan di tempat
yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana
transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah
dipersiapkan bila diperkirakan

3. EMPAT STANDAR PELAYANAN PERSALINAN

16
a.STANDAR 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama
proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan
dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak
pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih
orang yang akan mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.

Bidan harus :

1. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ketuban pecah.

2. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan dengan memberikan perhatian terhadap tekanan


darah, teratur tidaknya his dan DJJ, bila ketuban sudah pecah.

3. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat. Jika ditemukan kelainan, lakukan rujukan
ke Puskesmas/Rumah sakit.

4. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan. (Jika his teratur
dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan atau his lemah atau tanda-tanda vital ibu/janin
normal, maka tidak segera dilakukan pemeriksaan dalam).

5. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap 4 jam dan HARUS selalu secara DTT.

6. Jika pada fase aktif, catat semua temuan dalam partograf dan kartu ibu.

7. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif seperti biasa, dan memilih posisi yang dirasakan
nyaman kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara sementara ketuban sudah
pecah. ( Riset membuktikan banyak keuntungannya jika ibu tetap aktif bergerak semampunya
dan merasa senyaman mungkin ).

8. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya setiap 30 menit pada kala I pada akhir kala I atau jika
kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15 menit.

9. Catat dan amati penurunan kepada janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam.

10. Catat tekanan darah setiap 4 jam.

11. Minta ibu hamil untuk sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam.

12. Pada persalinan normal, mintalah ibu untuk banyak minum guna menghindari dehidrasi
dan gawat janin. ( Riset menunjukan bahwa, pada persalinan normal tidak ada gunanya untuk
mengurangi minum dan makan makanan kecil yang mudah di cerna ).

13. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka terhadap
kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yant mendampingi.

14. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan keluarganya. Beritahu
mereka kemajuan persalinan secara berkala.
17
15. Segera catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu.

16. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk kelahiran bayi. ( Lihat standar 10 ).

17. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan yang
memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.

Hasil yang diharapkan adalah ibu berssalin mendapatkan pertolongan yang aman dan
memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikassi lain yang ditangani oleh tenaga
kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama.

b. STANDAR 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan
sikap sopan dan penghargaann terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat
disamping itu ibu diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat persalinan.

Bidan harus :

1) Memastikan tersedianyaruangan yang hangat, juga kain untuk mengeringkan bayibaru


lahir. Tenpat untuk plasenta. (jika ibu belum mandi, bersihkan daerah perineum dengan air
bersih).

2) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan hingga betul-betul kering
dengan handuk bersih. (kuku harus dipotong pendek dan bersih).

3) Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya. (Riset menunjukkan bahwa
posisi duduk dan jongkok memberikan banyak keuntungan).

4) Anjurkan ibu untuk meneran hanya hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah
kelihatan. (Riset menunjukkan bahwa menahan nafas sambil meneran adalah berbahaya, dan
meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu. Bahkan meneran, sebelum pembukaan
serviks lengkap adalah berbahaya). Jika kepala belum terlihat ,padahal ibu ingin meneran
sudah sangat ingin membuka meneran periksa pembukaan servisk dengan periksa dalam. Jika
pembukaan belum lengkap keinginan meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu kesisi
sebelah kiri.

5) Pada kala 11, dengarkan djj setiap his berakhir,irama dan frekuensinya.ha rus kembali
dengan normal.cari pertolongan medis (jika kepala sudah meregangkan perenium dan terjadi
kelambatan kemajuan persalinan atau djj menurun sampai 120 /mnt atau kurang atau
meningkat menjadi 160/mnt atau lebih ,maka percepatan persalinan dengan menggunakan
episiotomi .lihat standar 12).

6) Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya ke
arah luar .(riset menunjukkan hal tersebut berbahaya)

7) Pakai sarung tangan sedapat mungkin, saat kepala bayi kelihatan.

18
8) Jika ada kotoran keluar dari rektum ,bersihkan dengan kain .kering .

9) Bantu kepala bayi lahir berlahan ,sebaiknya di antara his .(riset menunjukkan bahwa
robekan tingkat 2 dapat sembuh sama baiknya dengan luka episiotomi ,sehingga tidak perlu
menggunting perenium ,kecuali terjadi gawat janin atau kemungkitan terjadi robekan tingkat
ketiga yang mengenai rektum )

10) Begitu kepala bayi lahir ,bahu bayi akan memutar (hal ini seharusnya terjadi spontan
,sehingga bayi tidak perlu dibantu .jika bahu bayi tidak memutar ikuti standar 18)

11) Begitu bahu sudah pada posisi anterior –posterior yang bener bantulah persalinan

12) Segera setelah lahir ,keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat ,dan berikan
kepada ibu atau di letakkan di dadanya untuk di susui .(riset ini menunjukkan hal ini penting
untuk keberhasilan dalam memberikan asi dan untuk memmbantu pelepasan plasenta .kontak
kulit dengan kulit adalah cara yang baik untuk menjaga kehangan bayi .sementara handuk di
selimutkan pada punggung bayi .jika bayi tidak didekap oleh ibunya ,selimuti bayi dengan
kain bersih dan hangat .tutupi kepala bayi agar tidak kehilangan panas)

13) Pembersihan jalan nafas tidak selalu di perlukan .jika bayi tidak menangis spontan
,gunakan penghisap lendir untuk pembersihan jalan nafas ( lihat standar 25)

14) Tali pusat di klem di dua tempat ,lalu potong di antara dua klem dengan gunting steril
yang tajam .

15) Perhatikan tanda pelepasan plasenta (fundus membulat dan mengeras ,darah meleleh
,tinggi fundus meningkat ,tali pusat memannjang )kemudian mintalah ibu meneran saat his
berikutnya .pegang dan regangkan tali pusat ,jangan di tarik kemudian plasenta akan lahir dan
terimalah dengan kedua tangan .periksa kelengkapannya.

16) Letakkan tangan di fundus uteri untuk memeriksa kontraksi .palpasi uterus jika tidak
keras ,keluarkan bekuan darah dan lakukan pengusapan /masase fundus dengan hati-hati agar
terjadi kontraksi uterus .perkiraan jumlah kehilangan darah secara akurat .(ingat
perdarahandan sulit di ukur dan sering di perkirakan lebih sedikit)

17) Lakukan pemeriksaan bayi ,perawatan mata dan prosedur lain untuk perawatan bayi baru
lahir .

18) Bersihkan perenium dengan air bersih dan tutupi dengan air bersih /telah di jemur .

19) Berikan plasenta dengan suami /keluarga ibu

20) Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman .berikan bayi kepada ibu untuk di berikan asi

21) Catat semua temuan dengan seksama.

Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih dan aman
bagi ibu dan bayi. Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat berlangsung bersih dan

19
aman. Menigkatnya kepercayaan masyarakat kepada bidan. Meningkatnya jumlah persalinan
yang ditolong oleh bidan. Menurunnya angka sepsis puerperalis.

c. STANDAR 11 : Penatalkasanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Tujuan dilaksanakan
nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah
terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.

Persyaratan:

a) Bidan sudah terlatih dalam membantu mengeluarkan plasenta secara lengkap dengan
menegangkan tali pusat secara benar .

b) Adanya alat dan bahan untuk melahirkan plasenta ,termasuk air bersih larutan klorin0,5%
untuk dekontaminasi ,sabun dan handuk bersih untuk cuci tangan ,juga tempat untuk plasenta
.sebaiknya bidan menggunakan sarung tangan yang bersih .

c) Tersedia oksitosika yang di kirim dan di simpan dengan benar.

Proses:

1.Masukkan oksitosika (oksitosin 10 iu im )kedalam alat suntik menjelang persalinan

2.Setelah bayi lahir ,periksa kemungkinan ada bayi kembar .jika tidak ada beri oksitosika
secara im secepatnya .(kecuali jika terdapat hal lain yang mengharuskan pemberian secara iv
)

3.Tunggu tanda terlepasanya plasenta (yaitu fundus mengeras dan bulat, keluarnya tetesan
darah, fundus naik, tali pusat memanjang) periksa fundus untuk mengetahui adanya
kontraksi, keluarkan gumpalan jika perlu.

4.Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran plasenta dan selaputnya.

5.Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakkan tangan kiri di atas simfisis pubis
untuk menahan korpus uteri, dan regangkan tali pusat dengan tangan yang lain tetapi jangan
ditarik. Mula – mula regangkan diarahkan kebawah, lalu secara perlahan diregangkan kearah
atas dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Jangan menekan fundus karena dapat
mengakibatkan inversio uteri.

6.Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik keatas sehingga plasenta
mengikuti jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan tangan kiri dari perut, untuk menerima
plasenta.

7. Keluarkan selaput dengan hati-hati. (Hal ini harus dikerjakan secara perlahan dan hati-hati.
Jangan ditarik karena selaput mungkin robek).

20
8.Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus berkontraksi dengan baik.
(Mungkin perlu mengeluarkan gumpalan darah, dan mengusap fundus dari luar agar uterus
berkontraksi, jika uterus tidak keras dan bulat).

9.Taksir jumlah kehilangan darah secermat-cermatnya.

10.Periksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap. Jika tidak lengkap, ulangi
pemberian oksitosin jika perdarahan tidak banyak dan rumah sakit dekat, ibu segera dirujuk.
Bila perdarahan banyak dan rumah sakit jauh, lakukan placenta manual (lihat standar 21)
untuk penanganan perdarahan, lihat standar 22.

11.Bersihkan vulva dan perineum dengan air bersih, tutup dengan pembalut wanita/kain
kering yang bersih.

12.Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan secermat-cermatnya.

13.suami/keluarga ibu.Berikan plasenta kepada

Adapun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada
persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri, menurunkan terjadinya retensio
plasenta , memperpendek waktu persalinan kala tiga, da menurunkan perdarahan post partum
akibat salah penanganan pada kala tiga.

d.STANDAR 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi

Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan
episiotomy dengan aman untuk mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan
perineum.

Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan dengan melakukan


episiotomy jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.
Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian asfiksia neonnaturum berat. Penurunan
kejadian lahir mati pada kala dua .

Bidan harus :

1.Mempersiapkan alat-alat steril untuk tindakan ini. Memberitahu ibu tentang perlunya
episiotomi dilakukan dan yang akan dirasakanya.

2.Anastesi lokal diberikan pada saat his. Sebelum menyuntikkanya, tarik jarum sedikit (untuk
memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah) masukkan dua jari tangan kiri ke dalam
vagina untuk melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan tusukkan jarum sepanjang
garis yang akan digunting (sebaiknya dilakukan insisi medio-lateral). Masukkan anestesi
perlahan-lahan, sambil tarik alat suntik perlahan sehingga garis yang akan di gunting
teranestesi.

3. Tunggu satu menit agar anestesinya bekerja, lakukan tes kekebalan.

21
4.Pada puncak his beriutnya, lindungi kepala janin seperti diatas, kemudian lakukan
pengguntingan tunggal yang mantap.

5.Lindungi kepala bayi dengan tangan kiri agar kelahiran kepala terkendali dan tidak terlalu
cepat. Minta ibu untuk meneran di antara dua his. Kemudian lahirkan bayi secara normal.

6.Begitu bayi lahir, tutupi perineum dengan pambalut steril dan lakukan resusitasi neonatus
jika diperlukan.

7.Lahirkan plasenta secara lengkap, sesuai standar 11.

8.Segera sesudah plasenta dikeluarkan, lakukan penjahitan secara aseptik dengan peralatan
yang steril.

9.Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina, lalu perineum.

10.Sesudah penjahitan, masukkan jari dengan hati-hati kerektum untuk memastikan bahwa
panjahitan tidak menembus dinding rektum. Bila hal tersebut terjadi, lapaskan jahitan dan
lakukan jahitan ulang. Periksa vagina dan pastikan tidak ada bahan yang tertinggal.

11.Bersihkan perineum dengan air bersih, usahakan agar ibu merasa bersih dan nyaman.
Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti. Bila perdarahan masih ada
periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomi, temukan titik perdarahan dan segera
ikat jika bkan, ikuti standar 22.

12.Pastikan bahwa ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan kering, serta
menggunakan pembalut wanita yang steril/kain kering yang bersih.

13.Catat semua temuan secermat-cermatnya.

Riset menunjukkan ;

a.Robekan perineum akan sembuh sabaik luka pengguntingan, sehingga kekhawatiran akan
terjadinya robekan perineum bukan merupakan indikasi episiotomi.

b.Episiotomi yang efektif dan tepat waktu dapat menyelamatkan jiwa janin yang mengalami
gawat janin.

c.Semakin cepat episiotomi dijahit maka semakin kecil resiko terjadinya infeksi.

4. TIGA STANDAR PELAYANAN NIFAS

a.STANDAR 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan,
mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah
hipoglikemia dan infeksi.

Penanganan hipotermi

22
1. Letakkan bayi pada dada ibu sehingga terjadi kontak kulit antara keduanya

2.Sarankan ibu untuk serig memberikan ASI

3. Jaga agar ruangan tetap hangat dan bebas asap

4.Selimuti ibu

5.Berikan minum yang hangat untuk ibu

6.Periksa suhu tubuh bayi setia jam

7.Jika suhu tubuh bayi tidak naik segera rujuk, pertahankan kontak kulit bayi dengan kulit ibu

Tujuan nya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.

Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan
tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai pernafasan
dengan baik.

b.STANDAR 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi paling sedikit
selama 2 jam stelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu,
bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Bidan harus

1.Segera kerngkan bayi segera stlah lahir, nilai ap bayi sukar bernafas. Ikuti standart 25

2.Jika keadaan umum bayi baik letakkan bayi di dada ibu selimuti bayi atau bungkus bayi
dengan kain yang kering dan bersih jaga agar bayi tetap hangat

3.Raba fundus uteri lakukan masase uterus agar fundus berkontraksi periksa setiap 15 menit

4.Jika perdarahan pervaginam banyak segera lakukan tindakan sesuai dengan standart 22 agar
tidak terlambat

5.Segera bantu ibu agar dapat menyusu, atur posisi bayi agar melekat dan menghisap dengan
benar.

6.Cuci tangan dan lakukan pemeriksaan fisik pada bayi berikan perawatan lain yang di
perlukan bayi sesuai standart 13

7.Bila bayi tidak perlihatkan tanda kehdupan setelah dilakukan resusitasi beritahu orang tua
bayi. Berikan penjelasan secara sederhana dan jujur. Biarkan orang tua melakaukan upacara
untuk bayi meninggal sesuai dengan adat atau kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi
tenang bantulah mereka dan perlakukan bayi mereka dengan penuh perhatian

23
8.Mintalah ibu untu buang air kecil dalam 2 jam pertama setelah melahirkan, bila kantong
kemih penuh dan ibu tidak dapatBAK lakukan kateter

9.Bantu ibu bersihkan tubuhnya ganti pembalut dan pakaian ibu. Berikan penjelasan
perubahan- perubahan yang terjadi pasca persalinan

10.Catat semua yang ditemukan

11.Sebelum meninggalkan ibu beritahu suami atau keluarga bagaimana caranya meminta
pertolongan jika terjadi gangguan

12.JANGAN meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan baik dan semua
catatan baik dan lengkap. Jika ada hal mengkhawatirkan lakukan rujukan ke rumah sakit.

Tujuan nya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama
persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan
sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.

c.STANDAR 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau
melakukan kunjungan ke rumah paa hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah
persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini,
penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.

PROSES

1.Pada kunjungan rumah sapalah ibu dan suami atau keluarga pasien dengan ramah.

2.Tanyakan apakah ada masalah dengan ibu dan bayinya

3.Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksaibu dan bayi

4.Lakukanlah pemeriksaan lengkap bagi ibu dimulai KU, status present, involusi uterus
sekitar 2cm/hari selama 18 hari pertama, periksa lokhea. Yang pada hari ketiga harusnya
mulai berwarna kecoklatan dan pada hari ke 8-10 hari menjadi sedikit dan berwarna merah
muda jika ada kelainan segera dirujuk(jika di curigai sepsis puerpuralis gunakan standart 24.
Untuk penangan perdarahan post partum sekunder gunakan standart 23.

5.Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perdarahan berat selama proses
persalinan periksa Hb pada hari kerja. Nasehati ibu supaya makan makanan bergizi dan
berikan tablet tambah darah

24
6.Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan diri, memakai
pembalut bersih, mkanan bergizi, istrahat cukup.

7.Cucilah tangan lalu periksa bayi

8.Perhatikan KU bayi tanyakan pada ibu pemberian asi berapa kali bayi buang air dan bentuk
fesesnya.

9.Perhatikan warna kulit bayi

10.Bicarakan pemberian ASI dengan ibu, dan bila mungkin perhatikan apakah bayi menetek
dengan baik

11.Nasehati ibu untuk hnya beri ASI pada bayi selama 4 bulan

12.Bicarakan tentang KB dan kapan sengggama dapat dimulai

13.Catat dengan tepat semua hal yang ditemukan

14.Jika ada hal yang tidak normal segera rujuk ibu

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah
persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

5.SEMBILAN STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN


NEONATAL

a.STANDAR 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester Tiga

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan
pertolongan pertama dan merujuknya.

BIDAN HARUS

1.Memeriksa dan merujuk ibu hamil perdarahan dari jalan lahir

2.Berikan penyuluhan bahaya perdarahan dari jalan lahir sebelum bayi lahir kepada ibu dan
suami atau keluarga pada setiap kunjungan

3.Nasehati ibu hamil suami atau keluarganya untuk memanggil bidan bila terjadi perdarahan
atau nyeri hebat di daerah perut kapan pun dalam kehamilan

4.Lakukan penilaian ku ibu dan perkirakan usia kehamilannya

5.Hindari periksa dalam

6.Berikan cairan IV Nacl atau RL dengan tetesan cepat sesuai kondisi ibu

7. Bila terlihat tanda syok segera rujuk ibu ke Rumah sakit

25
8.Buat catatan lengkap

9.Dampingi ibu yang di rujuk

Ikuti langkah-langkah merujuk

Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat
dan cepat perdarahan pada trimester tiga.

Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan standar ini adalah ibu yang
mengalami perdarahan kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan,
kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang , dan
meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil.

b.STANDAR 17 : Penanganan Kegawatdaruratan pada Eklamsia

Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk dan/atau
memberikan pertolongan pertama.

BIDAN HARUS

1.Selalu waspada terhadap gejala dan tanda eklamsia

2.Catat tekanan darah ibu

3.Cari pertolongan segera untuk mengatur rujukan ibu ke rumah sakit

4.Baringkan ibu pada posisi miring kiri

5.Berikan cairan IV dengan tetesan lambat dan catat semua cairan yang masuk dan keluar

6.Jika terjadi kejang, letakkan ibu dilantai dan jauhkan dari bendayang dapat melukainya

7.Jika terjadi kej`ang berikan MgSO4 sesuai pedoman

8.Bila ibu mengalami koma, pstikan posisi ibu dibaringkan miring kiri, dengan kepala sedikit
ditengadahkan agar jalan nafas sedikit terbuka

9.Catat semua obat yang diberikan , keadaan ibu , termasuk tekanan darahnya setiap 10 menit

10.Bawa segera ibu kerumah sakit setelah serangan kejang berhenti dampingi ibu dalam
perjalanan dan berikan obat-obatan lagi jika perlu

Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan
memberikan perawatan yang tepat dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera
dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi.

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia. Ibu hamil yang mengalami
preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Ibu dengan

26
tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat. Penurunan kesakitan dan
kematian akibat eklamsia.

c.STANDAR 18 : Penanganan Kegawatdaruratan Pada Partus Lama / macet

Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan
yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk untuk persalinan yang aman.

1.Pantau dan catat secara berkala keadaan ibu dan janin dalam lembar partograf

2.Jika pencatatan melewati garis waspada maka lalukan palpasi uterus dengan teliti untuk
mendeteksi gejala gejala dan tanda bandl ring

3.Minta ibu buang air kecil bila kantong kemih penuh

4.Cuci tangan, lakukan periksa dalam menggunakan sarung tangan ingat selalu selalu
tindakan antiseptik

5.Jika ada tanda gejala persalinan macet atau tanda bahaya pada bayi atau ibu maka ib
dibarigkan ke kiri dan berikan cairan iv sesuai pedoman

6.Jika dicurigai adanya rupture uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok berat) maka rujuk segera
dengan infuse terpasang

7.Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks sudah /hampir lengkap maka bantu
kelahiran bayi dengan vacum ekstraksi.

8.Bila keterlambatan kelahiran bayi terjadi (distosia bahu) raba perut ibu dan periksa apakah
bahu sudah berada do bawah pintu atas panggul. Jika belum maka trkan perut ibu dengan satu
tangan dan lihat apakah bahu bayi masuk,jangan memaksa bahu bayi masukkedalam pelvis
sebab tindakan itu berbahaya. Jangan mencoba menarik bahu keluar sebelum bahu bayi
dalam posisi yang benar.

9.Buat pencatatan yang benar

10.Bila terdapat tanda-tanda lelelaha ibu berikan tambahan infuse dextrose 5%

Tanda gejala persalinan macet :

a) Ibu tampak kelelahan dan lemah

b) Kontraksi sering, tidak teratur tetapi kuat

c) Dilatasiserviks lambat atau tidak terjadi

d) Lingkaran retraksi patologis timbul, nyeri di bawah lingkaran bandl ring merupakan tanda
akan terjadi rupture uterus.

Tujuan nya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang tepat keadaan daruratpada
partus lama/macet.

27
Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus lama/macet serta
tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam
proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet.

d. STANDAR 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor

Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum,


melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanan bagi ibu dan janinnya.

Bidan harus :

1. Pastikan bahwa memang perlu dilakukan forsep letak rendah

Syarat : paling sedikit 4/5 kepala bayi sudah masuk dalam panggul

a) Pembukaan serviks sudah lengkap

b) Ketuban harus sudah pecah dan sutura sagitalis harus dalam posisi anterior-posterior

c) Forsep rendah bermanfaat :

d) Bila ada gejala dan tanda gawat janin pada pembukaan serviks lengkap

e) Bila ada gawat ibu dan pertolongan medis tidak ada

f) Bila kala II lama dan kepala bayi sudah di bawah spina isciadika

g) Bila ada alasan medis untuk memperpendek kala II

2. Siapkan peralatan forsep yang telah disterilkan

3. Mintalah ibu untuk buang air kecil jika kandung kemihnya penuh

4. Bringkan ibu pada posisi litotomi, bersihkan daerah genitalia dengan air bersih

5. Cuci tangan dengan sabun air bersih dan keringkan dengan handuk bersih

6. Perisa semua peralatan apakah berfungsi, terutama kedua bagian forsep terdapat terkunci
dengan baik.

7. Dengan tehnik antiseptik, lakukan periksa dalam untuk kemudian masukkan forsep kiri
mengikuti tangan kiri yang melindungi dinding vagina, sampai forsep berada di samping
kapala bayi

8. Masukkan forsep kanan mengikuti tangan kanan yang melindungi dinding vagina

9. Kunci kedua bagian forsep tanpa paksaan

10. Lakukan episiotomi jika perlu

28
11. Jika forsep sudah terkunci tunggu his berikutnya lalu selama his berlangsung lakukan
traksi kearah bawah sampai kepala tampak keluar

12. Lepaskan forsep bila kepala sudah lahir

13.Selama melakukan tindakan bidan hendaknya menerangkan kepada ibu apa yang
dilakukan dengan cara yang baik dan bersahabat

14.Lanjutkan melahirkan bayi seperti biasa ketika kepala sudah lahir dan forsep sudah dilepas

15.Segera setelah bayi lahir periksa dinding vagina dengan teliti apakah ada tanda/gejala
perlukaan/robekan

16. Bila ada robekan jahit dengan alat-alat steril

17. Periksa bayi dengan teliti apakah ada perlukaan atau trauma akibat forsep

18. Periksa ibu apakah sudah bisa buang air kecil secara normal setelah persalinan dan
periksa apakah tidak terjadi kerusakan uretra/leher kandung kemih

19. Jika ada retensi urine/tanda dan gejala terjadinya fistula maka masukkan kateter lunak dan
kirim segera ibu kerumah sakit

20. Amati adanya hematoma yang timbul setelah persalinan

21. Buat catatan lengkap

Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan


tertentu. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan
lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat .

e. STANDAR 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta

Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk
plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuan nya adalah
mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta .

Bidan mampu :

1. Pastikan bahwa ekstraksi vakum memang perlu dilakukan

2. Siapkan semua peralatan dan hubungan satu dangan yang lain

3. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan keringkan dengan handuk bersih

4. Baringkan ibu pada posisi litotomi

5. Mintalah ibu untuk BAK jika kandung kencingnya penuh

6. Dengan tehnik aseptik lakukan periksa dalam dengan hati-hati untuk mengukur
pembukaan serviks dan menilai apakah ketuban sudah pecah

29
7. Jika pembukaan serviks lebih dari7 cm letakkan mangkuk yang tepat ukurannya pada
puncak kepala bayi

8.Mulailah menghisap sesuai dengan petunjuk penggunaan alat

9.Periksa kembali apakah dinding vagina dan serviks bebas dari amngkuk penghisap

10.Pada his berikut naikkan hisapan lebih lanjut jangan pernah melebihi tekanan maksimum
600 mmHg

11.Lakukan tarikan pelan tapi mantap

12.Mintalah ibu meneran jika ada his seprti pada persalinan normal

13.Bila his berhenti bidan harus menghentikan tarikan

14. Jelaskan dengan hati-hati dan ramah kepada ibu apa yang sedang dilakukan

15. Bila kepala sudah turun diperineum lakuka tarikan kearah horizontal lalu keatas pada
sudut 90o dari mangkik penghisap

16. Lakukan episiotomi bila dasar panggul sudah sangat teregang

17. Bila kepala sudah lahir pelan-pelan turunkan tekanan vakum lalu lanjutkan pertolongan
persalinan biasa

18. Setelah bayi lahir periksa dengan teliti dinding vagina terhadap robekan atau perlukaan

19. Jika perlu jahit robekan dengan menggunakan peralatan dan sarung tangan steril

20. Periksa bayi dengan teliti terhadap luka/trauma akibat mangkuk penghisap

21. Pastikan apakah ibu dapat BAK dengan normal sesudah melahirkan dan apakah tidak
ada kerusakan pada uretra

22. Jika terjadi retensi urine pasang kateter lunak dan rujuk ibu

23. Amati kemungkinan terjadi hematoma sesudah persalinan

24. Buat pencatatan yang akurat

Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta. Ibu dengan retesio
plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio
plasenta meningkat.

f. STANDAR 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk
mengendalikan perdarahan. Tujuan nya adalah bidan mampu mengambil tindakan

30
pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum
primer/ atoni uteri.

Bidan harus :

1. Amati adanya tanda dan gejala retensio plasenta

2. Bila plasenta tidak lahir dan kontraksi uterus kurang baik berikan oksitosin 10 IU secara
IM

3. Jika dengan tindakan tersebut plasenta belum lahir rujuk ibu

4. Bila terjadi perdarahan dan kontraksi uterus sudah baik maka lahirkan segera plasenta
secara manual, bila tidak berhasil lakukan rujukan segera dengan infus terpasang

5. Berikan cairan NaCl atau RL secara guyur untuk menggan ti cairan yang hilang dan
pertahankan nadi dan tekanan darah

6. Siapkan peralatan untuk melakukan tehnik manual yang harus dilakukan aseptik

7. Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur

8. Jelaskan kepada ibu apa yang harus dilakukan dan jika ada berikan diasepam 10 mg

9. Cuci tangan dengan sabun, air bersih dan handuk bersih

10. Masukkan tangan kanan dengan hati-hati

11. Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri diatas fundus agar
uterus tidak naik

12. Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap keluarkan plasenta dengan hati-hati dan
perlahan

13. Bila plasenta sudah lahir segera lakukan masase uterus

14. Periksa kelengkapan plasenta

15. Periksa robekan terhadap vagina

16. Bersihkan ibu agar ibu merasa nyaman

17. Jika ragu kelengkapan plasenta atau jika perdarahan tidak terkendali rujuk ibu

18. Buat pencatatan yang akurat

Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post
partum primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu
yang mengalami perdarahan post partum primer.

g. STANDAR 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

31
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan
melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu , dan/atau merujuk. Tujuan
nya adalah mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan
penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.

Bidan harus :

1. Periksa gejala dan tanda perdarahan post partum primer

2. Bila plasenta sudah lahir tetapi perdarahan masih berlangsung palpasi fundus

3. Jika uterus berkontraksi baik perdarahan mungkin berasal dari plasenta atau selaput
ketuban yang tidak lahir secara lengkap

4. Monitor nadi, respirasi dan tensi secara teratur, pasang infus sesuai ketentuan

5. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah panatalaksaan diatas, lakukan rujukan segera

6. Jika terdapat gejala dan tanda-tanda syok, berikan infus cairan sesuai dengan ketentuan

7. Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan
terjadi rupture uteri

Kompresi bimanual uterus (dari luar)

1) Letakkan tangan kiri diatas fundus dan tekan kebawak sejauh mingkin di balakang uterus

2) Tangan kanan dikepalkan dan di tekan ke bawah diantara simfisis dan pusat

3) Lakukan cara diatas kemudian tekan uterus dengan kedua tangan secara bersama-sama

Kompresi bimanual uterus (dari dalam)

1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

2) Letakkan tanan kiri seperti diatas (menekan fundus uteri dari luar)

3) Masukkan tangan kanan dengan hati-hati kedalam vagina dan buat kepalan tinju

4) Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus

5) Lakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut, bila diperlukan

8. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta

9. Perkirakan jumlah perdarahan yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, respirasi
dan tekanan darah

10. Buat catatan yang akurat

11. Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera rujuk

32
12. Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diobservasi ketat untuk gejala dan tanda
inveksi

Kompresi manual pada aorta

Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada perdarahan hebat dan kompresi luar serta
dalam tidak efektif

a) Kompresi aorta hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab
perdarahan sedang di cari

b) Kedua tangan digunakan : tangan yang satu diletakkan di lipat paha untuk meraba palpasi
ateri temoralis, sementara tangan yang satu membentuk tinju diletakkan diatas umbilikus dan
menekan pelan-pelan kebawah, kearah anterior dari kulumna vebrikalis

c) Bila palpasi arteri vemoralis menghilang, maka kompresi pada aorta cukup dan perdarahan
akan berhenti

Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder
menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemuka
secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat.

h. STANDAR 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis

Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis , melakukan
perawatan dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis
puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat.Hasil yang diharapkan yaitu ibu dengan
sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat . penurunan angka
kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam
pelayanan nifas.

Bidan harus :

1. Periksa gejala dan tenda perdarahan post partum sekunder.

2. Pantau dengan hati-hati ibu yang beresiko mengalami perdarahan post partum sekunder
paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.

3. Berikan antibiotik

33
4. Bila kondisi ibu memburuk pasang infus dan segera rujuk

5. Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi

6. Rujuk ibu bersama bayinya (jika mungkin) dan anggota keluarganya yang dapat menjadi
donor darah, jika diperlukan kerumah sakit

7. Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, cepat dengan teliti riwayat perdarahan

8. Berikan suplemen zat besi selama 90 hari kepada ibu yang mengalami perdarahan post
partum sekunder ini.

9. Buat catatan yang akurat.

i. STANDAR 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum

Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan
secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir
dengan tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat.

Bidan harus :

1. Mengamati tanda atau gejala sepsis puerperalis

2. Saat memberikan pelayanan nifas periksa tanda awal atau gejala infeksi

3. Beri penyuluhan kepada ibu, suami atau keluarganya agar waspada terhadap tanda atau
gejala infeksi dan agar segera mencari pertolongan jika menemukannya

4. Jika diduga sepsis, periksa ibu dari kepala sampai kaki untuk mencari sumber infeksi

5. Jika uterus nyeri, pengecilan uterus lambat atau terdapat perdarahan pervaginam,
rujuklah segera ibu ke RS dengan infus terpasang

6. Jaka kondisinya gawat dan terdapat tanda/gejala septik syok (suhu 38°c atau lebih, bau
busuk dan nyeri perut) dan terjadi dehidrasi, beri cairan IV dan antibiotika sesuai dengan
ketentuan rujuk ke RS

7. Jika hanya sepsis ringan, ibu tidak terlalu lemah, berikan antibiotika , bila tidak ada
perbaikan dalam 2x24 jam segera rujuk

8. Pastikan bahwa ibu/bayi dirawat terpisah/jauh dari anggota keluarga lainnya, sampai
infeksi teratasi

9. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan sesudah memeriksa ibu/bayi

10. Alat-alat yang dipakai ibu jangan dipakai untuk keperluan lain,terutama untuk ibu
nifas/bayi lain

11. Beri nasehat kepada ibu tentang pentingnya kebersihan diri

34
12. Tekankan pada anggota keluarga tentang pentingnya istirahat, gizi baik dan banyak
minum bagi ibu

13. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI

14. Lakukan semua pencatatan dengan seksama

15. Amati ibu dengan seksama dan jika kondisinya tidak membaik dalam 24 jam, segera
rujuk ke RS.

Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan
asfiksia,mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara luas, pengertian standar layanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses dan keluaran (outcome)
sistem layanan kesehatan. Standar layanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua
orang yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem, baik pasien,
penyedia layanan kesehatan, penunjang layanan kesehatan, ataupun manajemen organisasi
layanan kesehatan, dan akan bertanggung gugat dalam menjalankan tugas dan perannya
masing-masing.

Syarat standar :

1. Spesifik (specific)

2. Dapat diukur (measurable)

3. Tepat (appropriate)

4. Dapat dipercaya (reliable)

5. Tepat waktu (timely)

24 standar mutu pelayanan kebidanan :

1. Standar pelayanan umum (2)

a. Standar 1 : persiapan untuk kehidupan keluarga

b. Standar 2 : pencatatan dan pelaporan

2. Standar pelayanan antenatal (6)

35
a. Standar 3 : identifikasi ibu hamil

b. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan

c. Standar 5 : palpasi abdominal

d. Standar 6 : pengelolaan anemia pada ibu hamil

e. Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

f. Standar 8 : persiapan persalinan

3. Standar pelayanan persalinan (4)

a. Standar 9 : asuhan persalinan kala I

b. Standar 10 : persalinan kala II yang aman

c. Standar 11 : penatalaksanaan aktif persalinan kala III

d. Standar 12 : penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi

4. Standar pelayanan nifas (3)

a. Standar 13 : perawatan bayi baru lahir

b. Standar 14 : penanganan pada 2 jam pertama setelah persalina

c. Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

5. Standar pelayanan kegawatdaruratan obstetri-neonatal (9)

a. Standar 16 : penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III

b. Standar 17 : penanganan kegawatan pada eklampsia

c. Standar 18 : penanganan kegawatan pada partus lama/ macet

d. Standar 19 : persalinan dengan menggunakan vacum ekstraktor

e. Standar 20 : penangan retensio plasenta

f. Standar 21 : penanganan perdarahan post partum primer

g. Standar 22 : penanganan perdarahan post partum sekunder

h. Standar 23 : penanganan sepsis puerperalis

i. Standar 24 : penanganan asfiksia neonatorum

B. SARAN

36
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswi untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai 24 standar mutu pelayanan kebidanan dalam melakukan
melakukan pelayanan kebidanan. Serta bermanfaat bagi institusi/bidan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbandingan dalam meningkatkan pelayanan asuhan kebidananaa

37

Anda mungkin juga menyukai