Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH DAN PRAKONSEPSI

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
Dyah Sari Maharany P05140421007
Fauziah Rouqmaya Illahi P05140421009
Reni Sartika P05140421021
Septi Kardila P05140421025

Dosen Pembimbing :
Lela Hartini, M.Kes.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN ALIH JENJANG
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat-


Nya sehingga makalah ini bisa kami selesaikan. Makalah ini membahas tentang
“ melakukan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) fisiologi dan psikologi
perkembangan remaja, kebutuhan dasar masa remaja,kesehatan reproduksi dan
filosofi bidan sebagai pendamping tahap siklus kehidupan perempuan,
mengembangkan Kie persiapan kehamilan “

Mengingat keterbatasan pengertian yang ada pada makalah ini, maka dalam
penulisan makalah ini tentu terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam isi maupun
sistematikanya. Kami sadar dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan tugas selanjutnya.

Dalam penyusunan makalah ini kami tidak mungkin dapat menyelesaikannya


tanpa memperoleh bantuan dari berbagai pihak terutama dari dosen pembimbing.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kami dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Bengkulu, 28 Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Dfatar Isi............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Melakukan KIE fisiologi dan Psikologi Perkembangan Remaja............3


B. Kebutuhan Dasar Masa Remaja..............................................................6
C. Kesehatan Reproduksi Remaja................................................................8
D. Filosofi Bidan Sebagai Pendamping Siklus Kehidupan Perempuan.......14
E. Mengembangkan KIE Persiapan Kehamilan..........................................18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................23
B. Saran........................................................................................................23

Daftar Pustaka...................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Masa remaja, memiliki tuntutan seperti tuntutan sosial dan
pendidikan. Remaja mengalami kebebasan dalam pilihannya dibandingkan
saat mereka masih membutuhkan pemeliharaan khusus, perlindungan,
bantuan, dan bimbingan penuh dari orang tua mereka. Tanpa keikutsertaan
orang tua dan orang dewasa lainnya secara terus menerus dalam memberikan
petunjuk bagi keselamatan mereka, remaja dapat terperangkap dalam
kehidupan bebas dan masalah seksualitas (Drajat, 2007).
Remaja lebih peka untuk mudah terpengaruh dan meniru berbagai
nilai baru berupa gaya hidup yang cenderung merugikan. Remaja putri
Indonesia terlibat aktivitas seksual sebelum menikah yang berujung pada
kehamilan pranikah. Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah
termasuk kenakalan remaja, dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan
sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 2005). Perilaku menyimpang dapat
dianggap sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Perilaku menyimpang yang terjadi karena kurangnya kesadaran remaja
akan kehidupan mereka kedepan. Terbatasnya perhatian orang tua, pendidikan
agama, pengetahuan norma serta tidak membatasi pergaulan remaja akan
meningkatkan angka kenakalan remaja. Khususnya pada remaja perempuan
membutuhkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya (Pratiwi, 2013). 2
Menurut Hidayat (dalam Tinceuli, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
fisiologi dan psikologi perkembangan remaja?
2. Apa saja kebutuhan dasar masa remaja?
3. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja?
4. Bagaimana filosofi bidan sebagai pendamping pada tahap siklus
kehidupan perempuan?
5. Bagaimana mengembangkan KIE persiapan kehamilan?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE) fisiologi dan psikologi perkembangan remaja.
2. Mengetahui apa saja kebutuhan dasar masa remaja.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja.
4. Mengetahui bagaimana filosofi bidan sebagai pendamping pada tahap
siklus kehidupan perempuan.
5. Mengetahui bagaimana mengembangkan KIE persiapan kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Melakukan KIE Fisiologi dan Psikologi Perkembangan Remaja

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan (KIE) UU No. 36


tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. penyuluhan kesehatan
diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok
masyarakat agar hidup sehat melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
(KIE). Promosi dapat dilakukan dengan pendekatan Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi (KIE) berbagai kategori kelompok sasaran. Setiap jenis
kelompok sasaran masyarakat cara KIE yang berbeda satu sama lain.
Kedalaman tujuan KIE pun berbeda-beda, mulai dari KIE yang hanya
mengubah pengetahuan sampai pada pengubahan sikap mental dan
keterampilan. Untuk mengubah pengetahuan, KIE dapat dilakukan dengan
komunikasi yang bersifat informative saja. Sedangkan untuk mengubah sikap
mental dan keterampilan, KIE harus dilakukan dengan komunikasi yang terus-
menerus, terencana, dan dilaksanakan secara sistematis. Upaya Komunikasi,
Informasi, Edukasi (KIE) memiliki dua tujuan, yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan
2. Perubahan perilaku kelompok sasaran tentang semua aspek kesehatan.
Jenis kegiatan tersebut meliputi:
1. Pemberian informasi dan edukasi
a. Dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara perorangan atau
berkelompok.
b. Menggunakan metoda ceramah tanya jawab, focus group
discussion (FGD), diskusi interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu
media cetak atau media elektronik (radio, email, dan telepon/hotline,
SMS).
c. Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang lengkap,
dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran (remaja, orangtua,
guru) dan mudah dimengerti. Khusus untuk remaja perlu diingat untuk
bersikap tidak menggurui serta perlu bersikap santai.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung adalah:
1. Bagi remaja yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan
mengacu pada prosedur tetap penanganan penyakit tersebut.
2. Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi, kesehatan ibu
dan anak (KIA) dalam menghadapi remaja yang datang, diharapkan dapat
menggali masalah psikososial atau yang berpotensi menjadi masalah
khusus remaja, untuk kemudian bila ada, menyalurkannya ke ruang
konseling bila diperlukan.
Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan
Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif
dalam menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan
yang salah tak jarang mengakibatkan masa depan menjadi suram.
2. Pemecahan masalah
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya
keterampilan pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan
ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah. Berpikir kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk
menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk
dari tindakan yang akan diambil. Meski tak menghasilkan suatu
keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja merespons secara
fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.
4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman
secara objektif. Hal ini akan membantu mengenali dan menilai faktor yang
memengaruhi sikap dan perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan teman
sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik
secara verbal maupun non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan
situasi, dengan cara menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan
kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk meminta
nasihat atau pertolongan bilamana mereka membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain,
sehingga mereka dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan hubungan
baik sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan dukungan sosial, dan
yang terpenting adalah mereka dapat mempertahankan hubungan tersebut;
Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk kesejahteraan mental
remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam
mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif.
7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan
kelemahan, serta pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci.
Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan pengenalan dini akan
adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri ini harus
dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan
interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang
lain.
8. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik,
remaja mampu membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati
melatih remaja untuk mengerti dan menerima orang lain yang mungkin
berbeda dengan dirinya, dan juga membantu menimbulkan perilaku positif
terhadap sesama yang mengalaminya.
9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali
kemampuan merespons emosi dengan benar. Mengendalikan dan
mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau
kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
10. Mengatasi stres
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh,
membantu mengontrol stres, dan mengurangi sumber penyebabnya.
Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar atau merubah cara
hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana bersikap santai sehingga
tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak berkembang
menjadi masalah kesehatan yang serius.

B. Kebutuhan Dasar Masa Remaja


1. Kebutuhan Nutrisi
Pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan nutrisi yang
tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena nutrisi
dan pertumbuhan merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan
seksual dan hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi
penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi
pada masa dewasa kelak, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker
dan osteoporosis.
Sebelum masa remaja, kebutuhan nutrisi anak lelaki dan anak
perempuan tidak dibedakan, tetapi pada masa remaja terjadi perubahan
biologik dan fisiologik tubuh yang spesifik sesuai gender (gender specific)
sehingga kebutuhan nutrisi pun menjadi berlainan. Sebagai contoh, remaja
perempuan membutuhkan zat besi lebih banyak karena mengalami
menstruasi setiap bulan.
2. kebutuhan fisik
Kebutuhan fisik Remaja memiliki kebutuhan fisik yang relatif
sama dengan orang yang bukan remaja. Perbedaan kebutuhan tersebut
berbeda dalam segi kuantitas saja karena remaja memang memerlukan
makan yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan fisiknya. Jika
kebutuhan fisik remaja tidak terpenuhi maka bukan saja pertumbuhan
fisiknya tidak maksimal tetapi juga kesehatan fisik dan mentalnya dapat
terganggu. Stagner (1961) menyatakan bahwa remaja yang kurang gizi
menampilkan prilaku pemarah, mudah tersinggung, pemurung atau emosi
buruk lainnya.
3. Kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis yang paling menonjol pada masa remaja
adalah kebutuhan mendapatkan status, kemandirian, keakraban dan
memperoleh filsafat hidup yang memuaskan untuk mengembangkan
kodrat kemanusiaannya. Menurut Garrison yang dikutip oleh Andi
Mapiare (1982) remaja memiliki kebutuhan paling sedikit ada tujuh
kebutuhan khas remaja. Kebutuhan itu adalah:
1) kebutuhan akan kasih sayang,
2) kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok,
3) kebutuhan untuk berdiri sendiri (mandiri),
4) kebutuhan untuk berprestasi,
5) kebutuhan akan pengakuan dari orang lain,
6) kebutuhan untuk dihargai.

C. Kesehatan Reproduksi Remaja


1. Definisi
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistim reproduksi,
serta fungsi dan prosesnya. Remaja atau adolescence, berasal dari
bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan.
Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik
saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah
masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan
psikis. Masa remaja adalah suatu periode masa pematangan organ
reproduksi manusia, dan sering disebut masa peralihan. Masa remaja
merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa.
2. Tahapan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
a. Masa remaja awal atau dini (early adolescence) : umur 11 – 13
tahun. Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman
sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan
keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16
tahun. Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan
untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta
yang mendalam.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam
mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing
individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak
mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan
secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu
peningkatan
massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan
biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun
perempuan walaupun polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan
(sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja perempuan
dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.
3. Hak- Hak Remaja Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi
Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki
hak-hak mendasar terkait kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga
harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu adalah :
a. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali
remaja, untuk terbebas dari resiko kematian karena kehamilan,
khususnya bagi remaja perempuan.
b. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam
hal ini adalah perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan
kesinambungan.
c. Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan
reproduksi bagi remaja dan setiap individu harus menjaga
kerahasiaan atas pilihan-pilihan mereka.
d. Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan
adanya informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi yang
memadai tersebut.
e. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan
berpendapat, terbebas dari penafsiran ajaran yang sempit,
kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi yang dapat
membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksual.
f. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk
mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah
kesehatan reproduksi menjadi prioritas kebijakan negara.
g. Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini
terutama bagi anak-anak dan remaja untuk mendapatkan
perlindungan dari eksploitasi, pelecehan, perkosaan, penyiksaan,
dan kekerasan seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu
hak mendapatkan pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru,
aman, dan dapat diterima.
i. Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
j. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini
berarti setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala
bentuk diskriminasi termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan
seksual.
k. Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya, mereka berhak
merencanakan,
membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak untuk menikah
atau tidak menikah).
l. Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur
kehidupan seksual dan reproduksinya, sehingga tidak seorang pun
dapat memaksanya untuk hamil, aborsi,
ber-KB dan sterilisasi.
4. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah
tabu akan berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar
pendidikan seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan.
Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah diupayakan oleh
sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO),
dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan
Nasional), untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran
’Pendidikan Reproduksi Remaja’ namun hal ini belum sepenuhnya
mampu mengatasi problem riil yang dihadapi remaja. Faktanya,
masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak
dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
a. Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya.
Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki
(sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh
sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan
bukti cinta.
b. Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang
berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17
tahun) secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan
terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immuno
Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker
pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan
usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut
rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan
penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga
hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi
remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
c. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh
mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos
berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau,
mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak akan
menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya
sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja
perempuan dalam masa subur.
d. Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan
sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya
tergolong dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran
kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang
keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini
terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja
perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara
psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani
kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.
e. Perkawinan dan kehamilan dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa daerah,
dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan
perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan. Alasan
terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di
luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini,
baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk
memiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan
ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20
tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami kekurangan
gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusi makanan
yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap
proses pertumbuhan.
f. IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular
Seksual), dan HIV/AIDS
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV
sebagian besar menular melalui hubungan seksual baik melalui
vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular
dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang
dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar
sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran,
kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan
kematian.
5. Penanganan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki
menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan masalah
yang terjadi pada setiap fase kehidupan, maka upaya-upaya
penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut :
a. Gizi seimbang.
b. Informasi tentang kesehatan reproduksi.
c. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
d. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.
e. Pernikahan pada usia wajar.
f. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.
g. Peningkatan penghargaan diri.
h. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.

D. Filosofi Bidan Sebagai Pendamping Pada Tahap Siklus Kehidupan


Perempuan
Bidan merupakan tenaga pelayanan kesehatan profesional yang
berfokus pada pelayanan kesehatan perempuan dan anaknya. Bidan sebagai
pendamping perempuan dalam menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
agar dapat berlangsung aman dan memuaskan, anak yang dilahirkan dapat
bertumbuh dan berkembang dengan sehat, cerdas dan produktif. Kehidupan
alamiah seorang perempuan merupakan suatu proses yang dilalui mulai sejak
janin didalam kandungan, masa bayi, anak, masa remaja, masa dewasa/pra
konsepsi, konsepsi dan kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi, nifas dan
menyusui, masa interval dan berakhir pada masa klimakterium/ menopause.
Bidan mempunyai peran penting dan strategis dalam mengawal kehidupan
perempuan dan anaknya agar memperoleh pelayanan kebidanan yang
berkualitas. Dalam rangka menjamin kualitas tersebut diperlukan bidan yang
kompeten dan memahami kebutuhan perempuan. Sehubungan dengan hal itu
maka institusi pendidikan kebidanan diharapkan mampu mempersiapkan
bidan yang kompeten tersebut. Kita patut belajar pada negara-negara yang
angka kematiannya sangat rendah, mereka mempunyai Sepuluh Indikator
Sukses dalam Pelayanan Kebidanan (Kementerian Kesehatan UK, 1993):
1. Semua perempuan berhak untuk melaksanakan pencatatan dirinya.
2. Setiap perempuan mengetahui satu bidan yang memastikan asuhan
kebidanan berkesinambungan terhadap dirinya.
3. Minimal 30% perempuan mempunyai bidan sebagai koordinator
professional
4. Setiap perempuan mengetahui koordinator profesional sebagai peran
kunci dalam perencanaan dan pengawasan terhadap dirinya.
5. Minimal 75% perempuan mengetahui penolong yang akan membantu
proses persalinannya.
6. Bidan sebaiknya memperoleh akses langsung tempat tidur di semua unit
kebidanan.
7. Minimal 30% perempuan melahirkan di unit kebidanan dan dibawah
pengawasan bidan.
8. Semua kunjungan antenatal pada kehamilan tanpa komplikasi seharusnya
mendapat kejelasan pemeriksaan berdasarkan bukti sesuai pedoman dari
Obstetrician.
9. Semua ambulan seharusnya didukung paramedis yang mampu
mendukung bidan untuk membawa perempuan ke bagian IGD RS.
10. Semua perempuan seharusnya akses informasi tentang ketersediaan
pelayanan di wilayah tempat tinggalnya.
Kehamilan dan persalinan bukan suatu penyakit, merupakan kehidupan
alamiah dari seorang perempuan dalam menjalankan fungsi dan proses
reproduksinya. Namun dapat tiba-tiba mengalami komplikasi atau kelainan,
disitulah baru memerlukan intervensi kebidanan atau bantuan medis. Bidan
mempunyai tanggung jawab memberikan asuhan kebidanan yang bersifat
mandiri, kolaborasi, konsultasi dan rujukan. Asuhan kebidanan mandiri adalah
asuhan yang diberikan kepada perempuan dan anaknya, dalam
mempertahankan, meningkatkan dan mencegah komplikasi kebidanan dan
penyakit yang dapat menganggu proses kehamilan dan persalinannya.
Kolaborasi adalah asuhan yang diberikan kepada perempuan dan anaknya
untuk mengatasi komplikasi kebidanan, sedangkan konsultasi dan rujukan
adalah asuhan yang diberikan untuk mengatasi komplikasi dan kondisi
patologis serta diluar kewenangan bidan untuk melakukan tindakan. Peran dan
tanggung jawab bidan meliputi sepanjang siklus reproduksi perempuan.
Begitu besar tanggung jawab yang diberikan oleh seorang bidan. Oleh karena
itu, bidan harus mampu melakukan usaha pencegahan penyakit terhadap
pasien. Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for The
Doctor in his Community” membagi usaha pencegahan penyakit dalam lima
tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit, dan pada masa sakit.
Seorang bidan harus dapat mengimplementasikan usaha pencegahan penyakit
sebagai bentuk tugas dan tanggung jawabnya. Lima tingkatan pencegahan itu
adalah :
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Promosi kesehatan adalah mempertinggi nilai kesehatan. Promosi
kesehatan termasuk dalam pencegahan primer. Seorang bidan harus bisa
melaksanakan promosi kesehatan dalam upaya promotif. Beberapa contoh
ruang lingkup bidan dalam hal ini adalah :
a. Melakukan pemeriksaan antenatal care kepada ibu hamil.
b. Konseling atau pendidikan kesehatan di masyarakat, dapat juga
dalam bentuk pendidikan kesehatan.
c. Menganjurkan kepada masyarakat agar melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala.
2. Spesific protection (Perlindungan Khusus)
Arti dari perlindungan khusus adalah memberikan perlindungan khusus
terhadap sesuatu penyakit. Ini juga termasuk dalam pencegahan primer.
Contoh tugas dan tanggung jawab bidan diantaranya dalam perlindungan
khusus adalah :
a. Menganjurkan ibu membawa anaknya ke posyandu atau tempat yang
memberikan pelayanan imunisasi.
b. Mempromosikan kepada ibu agar dapat menjaga kebersihan
perorangan di dalam keluarga.
c. Menganjurkan kepada Pasangan Usia Subur untuk melakukan KB.
3. Early diagnosis and Promt Treatment (Diagnosis dini dan pengobatan
segera) Diagnosis dini dan pengobatan segera mengandung arti agar
mengenal dan mengetahui penyakit pada tingkat awal serta mengadakan
pengobatan yang tepat
dan segera. Diagnosis dini sudah masuk ke tahap pencegahan sekunder.
Hal ini menjadi poin penting bagi seorang bidan untuk mengeliminasi
keterlambatan yang sering menjadi masalah. Keterlambatan itu adalah
terlambat mengenali, terlambat mengambil keputusan, dan terlambat
merujuk. Sehingga wajib bagi bidan untuk dapat mengenal lebih awal dan
melakukan pengobatan segera. Beberapa contoh implementasinya adalah
pemberian MgSO4 pada kasus pre eklamsi dan eklamsi, kemudian
pemberian oksitosin ketika terjadi kasus-kasus saat persalinan.
4. Dissability Limitation (Pembatasan Ketidakmampuan)
Pembatasan ketidakmampuan adalah pembatasan kecacatan dengan
berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang
diakibatkan sesuatu penyakit. Pencegahan sekunder ini juga perlu
dikuasai oleh bidan. Beberapa upaya bidan dalam pembatasan kecacatan
adalah :
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sesuai
dengan wewenang bidan, dengan memenuhi semua hak-hak pasien.
b. Melakukan pendampingan pada pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan secara sempurna, baik dalam hal yang masih
wewenang bidan ataupun dalam melakukan rujukan ketempat-tempat
pelayanan kesehatan yang lebih canggih (rumah sakit yang mampu
mengatasi penyakit pasien secara tuntas dan sempurna).
5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Rehabilitasi adalah tahap pemulihan, dilakukan ketika seorang ibu setelah
menjalani proses reproduksinya agar tetap sehat. Tujuannya adalah untuk
berusaha mengembalikan seperti keadaan semula seperti sebelum hamil
dan bersalin. Beberapa peran bidan dalam pencegahan tersier ini adalah :
a. Memberikan semangat kepada ibu agar tetap ibu tetap bersemangat
dalam memulihkan kesehatan.
b. Memberikan keyakinan dan menumbuhkan kepercayaan diri untuk
bersosialisasi dengan masyarakat.
c. Mencari dukungan kepada keluarga dan masyarakat agar dapat
memberi dukungan untuk kesehatan ibu dan bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan untuk membentuk perilaku hidup
bersih dan sehat.
Seorang bidan adalah tenaga kesehatan yang sangat dekat dengan
masyarakat dan berada di lini terdepan dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak. Hamil dan bersalin adalah suatu proses alamiah, bukan
penyakit, sehingga bidan harus paham betul secara keseluruhan tentang
perempuan. Kehidupan manusia adalah suatu proses kehidupan yang
berkesinambungan. Bidan yang mempunyai tanggung jawab terhadap
perkembangan daur hidup mulai dari bayi, balita, anak, remaja, dewasa,
menikah, bereproduksi, hingga lanjut usia. Bidan tidak hanya melingkupi
persalinan, kehamilan saja, namun dapat berperan di tiap masing-masing
tahap perkembangan anak hingga lanjut usia sejak dalam kandungan.
Mengingat besarnya tanggung jawab dan peran bidan, maka dari itu bidan
perlu memperluas wawasan dan memahami siklus daur hidup manusia

E. Mengembangkan KIE Persiapan Kehamilan


Kehamilan adalah karunia besar yang Allah subhanahu wa ta’ala
berikan kepada setiap calon ibu. Atas kehendak dan takdir-Nya, selama 9
bulan janin akan menjalani kehidupan baru yang sangat menarik dalam perut
ibunya. Sangat tepat apabila seorang wanita yang merencanakan hamil,
bersemangat melakukan persiapan dengan menjaga kesehatan tubuhnya.
Berikut persiapan kehamilan yang harus diperhatikan oleh calon ibu atau
calon bapak :
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu sebelum hamil.
Masa ini disebut prakonsepsi. Waktunya adalah antara 3 – 6 bulan
sebelum hamil. Dengan demikian, insya Allah, calon ibu siap menerima
kehadiran janin dan sehat selama kehamilannya. Pemeriksaan kesehatan
secara teratur termasuk pengobatan penyakit yang diderita sebelum hamil
sampai dinyatakan sembuh atau diperbolehkan hamil oleh dokter dan
dalam pengawasan. Pemeriksaan kesehatan ini juga bisa meliputi
diantaranya :
a. Pemeriksaan Penyakit dan Virus : Pemeriksaan virus rubella,
sitomeglovirus, herpes, varicella zoster untuk menghindari terjadinya
kecacatan pada janin. Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV
untuk menghindari diturunkan penyakit akibat virus-virus tersebut
kepada janin. Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena penyakit
ini dapat menyebabkan kecacatan dan keguguran. Pemeriksaan
penyakit seksual menular, karena hal ini dapat menyebabkan
kematian ibu, janin, maupun bayi yang akan dilahirkan. Selain itu
juga dilakukan pemeriksaan terhadap penyakit yang sedang diderita
seperti asthma, diabetes mellitus dan jantung. Pada Wanita hamil
penyakit-penyakit seperti ini dapat, bertambah berat dan
membahayakan jika tidak dilakukan perawatan dan pengobatan yang
teratur. Untuk menghindari kondisi yang membahayakan, dokter
biasanya akan memantau pasiennya dan menentukan kapan waktu
yang paling tepat untuk hamil. Pemeriksaan penyakit akibat
kekurangan zat-zat tertentu seperti kekurangan zat besi. kekurangan
zat besi dapat menyebabkan anemia. Hal ini dapat menyebabkan
kelahiran prematur dan keguguran.
b. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh
darah (unsur yang mempengaruhi antibodi yang terkandung di dalam
sel darah merah) pada pasangan suami isteri dilakukan untuk
mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah
ibu dan bayinya. Perbedaan golongan darah dan rhesus darah ini
dapat mengancam janin dalam kandungan.
c. Pemeriksaan Faktor Genetika Inti dari pemeriksaan atau tes genetika
ini adalah untuk mengetahui penyakit dan cacat bawaan yang
mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah satu atau
kedua orangtuanya. Khususnya apabila pasangan suami isteri masih
terkait hubungan persaudaraan. Tes ini idealnya dilakukan sebelum
kehamilan untuk mendapatkan informasi yang selengkap-
lengkapnya. Jikalau diperlukan, anda harus mengumpulkan suluruh
catatan-catatan medis yang dimiliki oleh pihak suami maupun isteri,
termasuk keluarga. Sehingga jika telah diketahui data medis secara
lengkap, dapat diketahui secara dini apabila memang ada kelainan
pada janin atau calon orang tua, sehingga bisa membuat keputusan
yang lebih bijak.
2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga teratur. Selama
masa prakonsepsi, pastikan Anda cukup berolahraga. Aktivitas fisik ini
tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu
selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Olah raga selain menyehatkan,
juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan. Fisik seorang wanita
sehat saat akan hamil dan pada waktu hamil diharapkan tidak terlalu
gemuk maupun tidak terlalu kurus alias normal.
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan kebiasaan buruk misalnya perokok berat, morfinis,
pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya, kecanduan alkohol, gaya
hidup dengan perilaku seks bebas. Kebiasaan merokok, minum alkohol,
atau bahkan menggunakan narkoba, dapat menyebabkan berbagai
masalah selama kehamilan, juga janin yang dikandung, Bayi dapat lahir
prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga kematian janin.
4. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang Anda konsumsi. Memperbanyak konsumsi
buah dan sayuran merupakan salah satu solusi. Sebaliknya, hindari
makanan yang mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet,
pewarna dan sejenisnya. Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut
dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga
menyebabkan kelainan fisik, cacat dan sejenisnya.
5. Persiapan secara psikologis dan mental
Ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan
memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan
ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu
berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk
mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting
untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan
melahirkan bayi yang sehat pula. Anda dapat memperkaya pengetahuan
seputar kehamilan yang berhubungan dengan perencanaan, perawatan
selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca persalinan dan juga
perawatan bayi dari berbagai sumber yang terpercaya. Apabila diperlukan
anda langsung dapat bertanya dengan ahlinya sehingga anda dapat
mempersiapkan langsung kehamilan anda secara sehat.
6. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan. Masalah
ini menjadi salah satu faktor penting karena timbulnya ketegangan psikis
serta tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan
tak jarang timbul akibat ketidaksiapan pasangan dalam hal
financial/keuangan. Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami
dan isteri. Biaya kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan
berumah tangga. Anda tentunya menginginkan anak anda mendapatkan
sesuatu yang terbaik dalam bidang apapun.
7. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Berkonsultasilah dengan dokter/bidan/tenaga keshatan lain nya mengenai
kesehatan reproduksi Ibu. Diskusikan mengenai riwayat dan kondisi
medis saat ini yang mungkin dapat memengaruhi masa kehamilan
nantinya. Dokter / bidan juga dapat memberikan saran mengenai masalah
dalam kehamilan sebelumnya, obat apa yang saat ini sedang dikonsumsi
Ibu, serta menganjurkan vaksinasi yang diperlukan dan beberapa langkah
sehat yang dapat dilakukan sebelum masuk masa kehamilan guna
mencegah kecacatan pada bayi. Buat daftar pertanyaan yang akan
didiskusikan dengan dokter / bidan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah Masa remaja, memiliki tuntutan seperti tuntutan sosial dan
pendidikan. Remaja mengalami kebebasan dalam pilihannya dibandingkan
saat mereka masih membutuhkan pemeliharaan khusus, perlindungan,
bantuan, dan bimbingan penuh dari orang tua mereka. Tanpa keikutsertaan
orang tua dan orang dewasa lainnya secara terus menerus dalam memberikan
petunjuk bagi keselamatan mereka, remaja dapat terperangkap dalam
kehidupan bebas dan masalah seksualitas
Bidan merupakan tenaga pelayanan kesehatan profesional yang
berfokus pada pelayanan kesehatan perempuan dan anaknya. Bidan sebagai
pendamping perempuan dalam menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
agar dapat berlangsung aman dan memuaskan, anak yang dilahirkan dapat
bertumbuh dan berkembang dengan sehat, cerdas dan produktif.

B. Saran
Bagi Tenaga Kesehatan Petugas kesehatan dapat mengenali dan
mendeteksi secara dini Kekurangan pada remaja melaui KIE, Petugas
kesehatan khususnya bidan perlu menjelaskan keadaan keluarga ibu
kondisi yang dialami oleh ibu serta diharapkan memberikan dorongan
moral pada keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Marjati, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika.

Romauli, Suryati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Mediaka.

Wirakusumah, Firman F. 2011. Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.


Jakarta: EGC.

Ummi, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologi. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai