Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROGRAM KIE DAN PELAYANAN KB


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga
Dosen pengampu Mariati, SKM, MPH

Disusun oleh :
1. Ice Amelia 6. Meiranti Rusmami
2. Intan Afela 7. Mella Syafitri
3. Juwita Lestari Rahmadani
4. Kori Ramadhania 8. Nabella Fransiska Utari
5. Linda Faryani 9. Natasya

Kelompok : 3 (Tiga)
Kelas/Semester : 2-B/4

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang telah memberikan


karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan judul " Program KIE dan Pelayanan KB”.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada
semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penulisan
makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini.
Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah penulis
harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga makalah ini menjadi tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa
pun yang membacanya.

Bengkulu, 17 Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2
A. Program KIE dan Pelayanan KB............................................................. 2
B. Konseling Mengenai Kondom................................................................ 11
BAB III PENUTUP........................................................................................... 16
A. Kesimpulan.............................................................................................. 16
B. Saran........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk
melahirkan menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program
keluarga berncana ( KB ) sebagai salah satu cara untuk mengurangi
tingginya angka kematian ibu. Banyaknya anak-anak terlantar dan dengan
jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.
Indonesia mempunyai kebijakan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk diantaranya melalui program Keluarga Berencana
(KB). Keluarga Berencana adalah suatu upaya dilakukan manusia untuk
mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga tidak melawan hukum
dan moral pancasila untuk kesejahteraan keluarga. Melalui program KB
akan terjadi pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk sehingga dapat
meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi keluarga.
Pelayanan KB yang berkualitas tidak hanya berkaitan dengan pelayanan
dalam pemasarangan alat kontrasepsi, akan tetapi juga berkaitan dengan
pemberian komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K) kepada akseptor.
(Maritalia, 2017).

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa itu program KIE dan pelayanan KB?
2. Bagaimana cara konseling mengenai Kondom?

C. Tujuan Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagiai berikut:
1. Untuk mengetahui program KIE dan pelayanan KB.
2. Untuk mengetahui cara Konseling mengenai Kondom.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Program KIE dan Pelayanan KB


1. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
KIE merupakan salah satu bentuk kegiatan yang penting dalam
upaya promosi kesehatan perorangan, kelompok maupun masyarakat
yang dilaksanakan baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Tujuan
dari KIE adalah agar khalayak atau target/sasaran paham dan mampu
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes Republik
Indonesia,2014).
a) Komunikasi
Penyampaian pesan secara langsung atau pun tidak
langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima
pesan, untuk mendapatkan suatu efek (Depkes RI,
1984). Menurut Effendy. (1998), komunikasi adalah
pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka
menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya,
demi terwujudnya hubungan yang baik antara
seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah
pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua
orang atau lebih. Komunikasiesehatan adalah usaha
yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan masyarakat. dengan menggunakan
berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi antar pribadi maupun
komunikasi (Notoatmodjo et al., 2012), massa

b) Informasi
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun
kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh

2
masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut (Jain,
1989), informasi adalah merupakan pesan yang
disampaikan. Informasi yang disampaikan pada klien
paling sedikit ada 3 elemen untuk membantu klien.
Adapun elemen tersebut adalah:
1. Informasi tentang kontraindikasi, risiko dan
keuntungan
dari berbagai jenis metode kontrasepsi.
2. Informasi tentang bagaimana menggunakan
alat kontrasepsi. potensial efek samping dan
bagaimana mengatasi efek samping tersebut.
3. Informasi tentang apa pengguna harapkan
dari penyedia pelayanan termasuk saran,
dukungan, pasokan, rujukan untuk layanan
lainnya jika dibutuhkan.

c). Edukasi
Pendidikan adalah proses perubahan
perilaku kearah yang positif (Depkes RI. 1990).
Menurut (Effendy, 1998), pendidikan kesehatan
merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari
tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap
memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap
individu, keluarga, kelompok atau pun masyarakat.

2. Tujuan Informasi Dan Edukasi (KIE)


a. Menambah Pengetahuan, mengubah sikap, kepercayaan, nilai-
nilai dan perilaku individu atau kelompok.
b. Secara aktif mendukung suatu masalah/isu dan mencoba untuk
mendapatkan dukungan dari pihak lain.

3
c. Meletakan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat
menjamin berlangsungnya proses penerimaan masyarakat
terhadap isu perlindungan anak
d. KIE mendidik individu dan masyarakat tentang keberadaan dan
manfaat perlindungan anak berbasis masyarakat

3. Jenis Kegiatan KIE


a) KIE Tatap Muka KIE/Penyuluhan tatap muka biasanya dilakukan
oleh petugas lapangan pada saat kunjungan rumah atau jika sasaran
individu mendatangi petugas lapangandi kelurahan. Sasaran KIE
individu dalam kegiatan kunjungan rumah adalah bisa calon
akseptor KB atau ibu hamil atau peserta KB pasca pelayanan atau
pasca rujukan komplikasi atau juga keluarga yang mempunyai
balita atau keluarga yang mempunyai remaja atau keluarga yang
mempunyai lansia atau keluarga yang mempunyai permasalahan
yang berhubungan dengan program KB. Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Berencana
b) KIE Penyuluhan Biasanya dilakukan dipendopo kelurahan atau
dipertemuan tingkat RW, pertemuan RT atau pertemuan rutin
lainnya (di poktan posyandu, BKB, BKR, BKL dan UPPKS).
Sasaran KIE kelompok adalah masyarakat setempat yang
disesuaikan dengan tema KIE nya dan berjumlah antara 2 sampai
15 orang. Jika KIE kelompok akan menyampaikan informasi
tentang Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) maka
sasarannya adalah pasangan calon akseptor, ibu pasca melahirkan
dan akseptor non MKJP. PKB harus juga mengundang peserta KB
MKJP untuk ikut menyampaikan testimoninya sehingga KIE yang
dilakukan akan lebih efektif dan berhasil.
c) KIE Media Massa KIE/Penyuluhan dengan menggunakan media
massa ditujukan pada sasaran yang berjumlah banyak. Biasanya
dilakukan pada kegiatan momentum seperti kegiatan TNI
Manunggal KB Kesehatan (TMKK), dengan menayangkan film

4
program KKB. Selain menggunakan sarana mobil penerangan juga
digunakan mobil pelayanan KB.

4. Prinsip dalam pelaksanaan KIE menurut Handayani (2010):

a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.


b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu
Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami.
c. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh
dari kehidupan sehari-hari.
d. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang
dimiliki ibu.
e. Pemantapan kelestarian ber-KB dengan metode kontrasepsi efektif
terpilih.
f. Mengarahkan gerakan KB nasional kepada gerakan yang menuntut
partisipasi dari seluruh masyarakat.
g. Menumbuhkan lingkungan yang mendukung terhadap peningkatan
penggunaan kontrasepsi. Universitas Sumatera Utara
h. Meningkatkan kualitas pelayanan Komunikasi, Informasi dan
Edukasi KIE melalui analisa sasaran yang semakin tajam,
kesepakatan pengelola program. perkembangan isi pesan yang
berkaitan dengan reproduksi sehat, pendidikan, sosial ekonomi dan
emosi sebagaimana adanya.

5. Menurut Effendy (1998), 3 tahapan pengelolaan KIE

1) Tahap perencanaan

Pada tahap ini, kegiatan pokoknya yang dilakukan adalah


mengumpulkan data, mengembangkan strategi, menguji coba dan

5
memproduksi bahan-bahan komunikasi, membuat rencana
pelaksanaan, menyiapkan pelaksanaan tahap intervensi
(pelaksanaan).

2) Tahap intervensi

Tahap intervensi ini dibagi kedalam siklus-siklus pesan yang


terpisah. Setiap siklus pesan mencakup informasi yang serupa
dengan pendekatan yang sedikit berbeda disesuaikan dengan
perubahan kebutuhan sasaran. Perubahan perubahan ini dilakukan
secara periodik, dapat mengurangi kejenuhan sasaran dan
memungkinkan keterlibatan sasaran secara berkesinambungan.
Cara ini memungkinkan perencana program untuk memasukkan
hasil-hasil tahap sebelumnya kedalam perencanaan tahap-tahap
berikutnya. Cara ini memungkinkan perencana membuat beberapa
kali perubahan-perubahan penting dalam strategi yang ditempuh.
Perubahan-perubahan ini harus dilakukan sebagai jawaban
terhadap informasi-informasi tentang penerimaan sasaran terhadap
program dan efektivitas kegiatan yang dilaksanakan.

1) Tahap monitoring dan evaluasi (pemantauan dan penilaian)


Tahap monitoring memberikan informasi kepada perencana
mengenai pelaksanaan program, secara teratur dan pada waktu
yang tepat, hingga perbaikan yang diperlukan dapat segera
dilaksanakan. Aspek-aspek yang dipantau meliputi input, proses,
dan output dari suatu kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE). Aspek-aspek tersebut meliputi: sasaran, media, jalur, isi
pesan, hasil-hasil kegiatan, permasalahan yang dihadapi, kegiatan
pemantauan oleh instansi di atasnya, tindak lanjut kegiatan dan
kemandirian (Depkes RI. 1993). Tahap evaluasi dilakukan
terhadap keluaran (output) program, dampak primer, perubahan
perilaku dan perubahan status dari sasaran yang perinciannya.

6
6. Konseling dalam KIE

a) Pengertian Konseling
Konseling merupakan salah satu bagian dari edukasi kesehatan.
Edukasi kesehatan merupakan suatu proses untuk mengubah
perilaku baik individu maupun masyarakat sehingga norma hidup
sehat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sasaran edukasi
kesehatan adalah individu dan masyarakat baik dalam kondisi sehat
maupun sakit dan dapat berasal dari semua golongan usia
(Sukraniti, 2018b).

b) Tujuan Konseling
Tujuan konseling kesehatan secara umum adalah membantu
klien dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan meliputi perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan
perubahan tindakan sehingga terjadi peningkatan status kesehatan
(Sukraniti, 2018b).

Menurut Supariasa (2012) tujuan konseling kesehatan antara lain


a. Membantu klien dalam mengidentifikasi dan
menganalisis masalah karena melalui konseling klien
dapat bercerita dan berbagi masalah
b. Memberi alternatif pemecahan masalah karena melalui
konseling konselor dapat memahami masalah dan
kondisi klien Merubah gaya hidup klien menjadi gaya
hidup sehat baik dari pola aktivitas maupun pola makan
karena melalui konseling klien belajar tentang gaya
hidup sehat
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu
atau keluarga klien tentang kesehatan, karena melalui
konseling klien mendapatkan informasi pengetahuan
tentang kesehatan.

7
c) Jenis Konseling
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Konseling Umum Konseling umum dapat dilakukan oleh
petugas lapangan keluarga berencana atau PLKB. Konseling
umum meliputi penjelasan umum dari berbagai metode
kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi,
tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
2) Konseling Spesifik Konseling spesifik dapat dilakukan oleh
dokter / bidan / konselor. Konseling spesifik berisi penjelasan
spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif,
keuntunganketerbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
3) Konseling Pra dan Pasca Tindakan Konseling pra dan pasca
tindakan dapat dilakukan oleh operator atau konselor atau
dokter atau bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik
tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama dan
pasca) serta penjelasan lisan atau instruksi tertulis asuhan
mandiri.

d) Langkah-Langkah Konseling Keluarga Berencana

Sebelum menerapkan langkah-langkah konseling KB, konselor


hendaknya memperhatikan beberapa sikap yang baik selama
konseling, sikap ini dikenal sebagai SOLER yaitu:

S Face your clients squarely (menghadap ke klien) dan


Smile/ nod at client (senyum/ mengangguk ke klien)
O Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)
L Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata/ tatap
mata sesuai cara yang diterima budaya setempat)
R Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)

8
Pada konseling KB terdapat enam langkah konseling yang
sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan langkah
konseling KB SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan klien. beberapa klien membutuhkan lebih banyak
perhatian pada langkah yang satu dibanding dengan langkah yang
lainnya.
Langkah konseling KB SATU TUJU yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
SA SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinka klien untuk
membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien apa yang
dapat dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan kesehatan reproduksi serta
yang lainnya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
Dengan memahami kebutuhan, pengetahuan dan keinginan klien,
kita dapat membantunya
U Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan jelaskan mengenai
kontasepsi yang mungkin diingini oleh klien dan jenis kontasepsi
yang ada
TU BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya.
Dorong klien untuk menunjukan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapi secara terbuka dan petugas
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klienterhadap setiap
jenis kontrasepsi. Tanyakan apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihannya tersebut.

9
J Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan, perlihatkan alat/obat kontasepsinya. Jelaskan
bagaimana alat/obat tersebut digunakan dan cara penggunaannya.
Lalu pastikan klien untuk bertanya atau menjawab secara terbuka
U Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat
perjanjian kepada klien untuk kembali lagi melakukan pemeriksaan
lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan

Selama konseling dalam hal apapun termasuk mengenai


keluarga berencana dapat ditemukan beberapa situasi yang dinilai
sulit bagi konselor, seperti berikut:
1) Klien tidak mau berbicara
2) Klien tidak berhenti menangis
3) Petugas konseling meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi
masalah klien
4) Petugas konseling melakukan situasi kesalahan
5) Petugas konseling tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan
yang diajukan klien 6. Klien menolak bantuan petugas
konseling Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
6) Klien tidak nyaman dengan jenis kelamin (jender)/umur/latar
belakang/suku/adat, dsb dari petugas konseling
7) Waktu yang dimiliki petugas konseling terbatas
8) Petugas konseling tidak dapat menciptakan “rapport”
(hubungan)yang baik
9) Petugas konseling dan klien sudah saling kenal
10) Klien berbicara terus menerus dan tidak sesuai dengan pokok
pembicaraan
11) Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada petugas
konseling
12) Petugas konseling merasa dipermalukan dengan suatu topik
pembicaraan

10
13) Klien terganggu konsentrasinya karena ada orang lain di
sekitarnya
14) Petugas konseling belum dikenal oleh klien

B. Konseling Mengenai Kondom


Kondom berasal dari bahasa latin condus yang berarti baki atau
nampan penampung. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang terbuat
dari lateks. Untuk mencegah kehamilan, kondom dipasang pada penis atau
pada vagina pada saat melakukan hubungan. Sperma yang dikeluarkan
ketika ejakulasi tidak masuk ke Rahim tapi tertampung di dalam kondom,
dengan kemikian sel sperma tidak akan pernah bertemu dengan sel telur
sehingga tidak terjadi fertilisasi. Namun kebersihan metode kontrasepsi ini
dalam mencegah kehamilan tidak 100%, ada kemungkinan komdom bocor
atau pemakaian yang kurang tepat. (Maritalia, 2017). Kondom adalah
selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya
lateks (karet), pastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada saat
berhubungan seksual (handayani, 2016).
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya karet (lateks), Plastik (vinil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung sperma
ketika seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual. Kondim
terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder dengan muaranya
berpinggir tebal yang digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari
ketebalannya, yaitu 0,02 mm. kondom untuk pria sudah lazim dikenal,
meskipun kondom wanita sudah ada namun belum lazim dikenal,
meskipun kondom wanita sudah ada namun belum popular seperti kondom
laki-laki (Mulyani, 2013).
a. Manfaat kondom
1. Efektif bila digunakan dengan benar

11
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu kesehatan klien
4. Tidak mempunyai pengaruh yang sistemik
5. Murah dan dapat dibeli secara umum
6. Tidak perlu resep dokter atau periksaan kesehtan khusus
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
ditunda
b. Efek samping kondom
1. Bocor
2. Iritasi penis
3. Mempengaruhi kenikmatan
(Mulyani, 2013).

Efek samping atau masalh Penanganan

Kondom rusak atau bocor sebelum Buang dan pakai


pemakaian komdom yang baru
atau gunakan
spermisida

Kondom bocor saat berhubungan Pertimbangan


pemakaian morning
after pil

Adanya reaksi alergi Berikan kondom jenis


alami atau ganti
metode kontasepsi
lain

Mengurangi kenikmatan berhubungan Gunakan kondom


seksual yang lebih tipis atau
ganti metode

12
kontasepsi

c. Jenis kondom
Berikut adalah jenis-jenis kondom yang beredar di pasaran :
1. Kondom dengan aroma dan rasa: kondom ini memiliki aroma,
sehingga merangsang pengguna.
2. Kondom berulir (ribbed condom): jenis satu ini memiliki keunikan
di bentuknya yang berulir untuk menambah kenikmatan pengguna.
3. Kondom ekstra tipis (exra thin): tipe satu ini berbahan karet dengan
ukuran yang sangat tipis. Sehingga pengguna dalam bercinta
seakan-akan tanpa menggunakan kondom.
4. Kondom bintik (dotted condom): tipe ini dengan bintik-bintik di
sekitarnya yang bisa menimbulkan efek mengejutkan bagi wanita.
5. Kondom wanita: kondom yang juga berbahan lateks atau
poliuretan, sehingga elastis dan fleksibel, kondom ini lebih
menimbulkan sensasi atau rangsangan. Terutama bagi pria yang
kurang suka memakai kondom.
6. Kondom getar: kondom ini dilengkapi cincin getar di bagian
ujungnya. Kondom yang menggunakan baterai khusus untuk
menggerakkan cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30 menit.
7. Kondom baggy: tipe ini bentuknya agak membesar di bagian ujung
serta memiliki ulir di bagian badannya, untuk memaksimalkan
gerakan saat bercinta. (Mulyani, 2013).
Cara Kerja Kondom
d. Alat kontrasepsi kondom mempunyai kerja sebagai berikut:
1. Dapat mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
2. Sebagai alat kontrasepsi.
3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme
penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS).
e. Cara Pemakaian Kondom
1. Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.

13
2. Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke
3. dalam kondom.
4. Gunakan tangan saat membuka kemasan, jangan menggunakan
gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam
lainnya.
5. Tekanlah ujung kondom antara ibu jari dan jari telunjuk untuk
mengeluarkan udara yang terperangkap pada mocong kondom.
6. Saat penis sedang ereksi pasanglah kondom di atas glond penis
dengan satu tangan lalu lepas gulungan karetnya dengan jalan
menggeser gulungan tersebut kearah pangkal penis. Pemasangan
ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina. Bila penis
7. tidak disirkumisisi maka tarik ke belakang terlebih dahulu
prepatium kulit yang membalut ujung penis). Hal ini mengurangi
risiko kondom pecah selama hubungan seks berlangsung.
8. Periksa bahwa semua batang penis harus terbalut kondom sampai
ke pangkalnya.
9. Setelah mencapai klimaks ejakulasi segera keluarkan penis dari
vagina dengan memegang bagian pangkal kondom agar tidak
terlepas pada saat penis dikeluarkan dan agar tidak terjadi
tumpahan cairan sperma di sekitar vagina, serta segara lepas
kondom sebelum penis melembek.
10. Agar sperma tidak tercecer di luar ikatlah pangkal kondom yang
telah digunakan untuk hubungan seks, lalu buanglah pada tempat
yang aman.
11. Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
12. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan
disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan
kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
13. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
14. Jangan gunakan minyak goring, minyak mineral, atau pelumas dari
bahan petrolatum karena merusak kondom.

14
15. Pemakainan kondom efektif bila dipakai secara benar setiap kali
berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten
membuat tidak efektif. Angka kegagalan kontasepsi kondom
sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
(Mulyani, 2013).

f. Kondisi Yang Perlu Dipertimbangkan Bagi Pengguna Alat Kontrasepsi


Kondom

Kondom

Baik digunakan Tidak baik digunakan

Ingin berpartisipasi dalam program Mempunyai pasangan yang


KB berisiko tinggi apabila terjadi
kehamilan

Ingin segera mendapatkan kontrasepsi Alergi terhadap


kontrasepsi bahan dasar
kondom

Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dalam


persiapan untuk melalukan
hubungan seksual

Hanya ingin menggunakan alat Tidak peduli dengan berbagai


kontasepsi saat berhubungan persyaratan kontasepsi

Berisiko tinggi tertular atau


menularkan PMS

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
KIE merupakan salah satu bentuk kegiatan yang penting dalam
upaya promosi kesehatan perorangan, kelompok maupun
masyarakat yang dilaksanakan baik di Puskesmas maupun di
Rumah Sakit. Tujuan dari KIE adalah agar khalayak atau
target/sasaran paham dan mampu menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat (Kemenkes Republik Indonesia,2014).
Konseling merupakan salah satu bagian dari edukasi kesehatan.
Edukasi kesehatan merupakan suatu proses untuk mengubah
perilaku baik individu maupun masyarakat sehingga norma hidup
sehat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sasaran edukasi
kesehatan adalah individu dan masyarakat baik dalam kondisi sehat
maupun sakit dan dapat berasal dari semua golongan usia
(Sukraniti, 2018b).
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), pastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada (kondom pria) atau
vagina (kondom wanita) pada saat berhubungan seksual
(handayani, 2016).
Namun kebersihan metode kontrasepsi ini dalam mencegah
kehamilan tidak 100%, ada kemungkinan komdom bocor atau
pemakaian yang kurang tepat. (Maritalia, 2017).
B. Saran
Makalah ini telah disusun berdasarkan dengan ruang lingkup
pembelajaran yang ada. Namun, kami menyadari bahwasanya masih
banyak kesalahan maupun kekurangan baik didalam penulisan ataupun
isinya. Oleh karena itu, kami minta kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga materi
yang ada didalam makalah ini dapat berguna bagi kita semua yang
mempelajarinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Indah Fathmawati, d. (2019). PENGARUH KONSELING KB DENGAN METODE


PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP KEIKUTSERTAAN KB DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULONPROGO.
Yogyakarta: 2019.
Maisyarah., d. (2021). Dasar Meida Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
Kesehatan. Medan: November 2021
Sulistyawati, ari . 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba
Medika
Prijatni, Ida & Rahayu, Sri. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta Selatan
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama

17

Anda mungkin juga menyukai