Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH STRATEGI KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN

EDUKASI KESEHATAN MASYARAKAT


Disusun Untuk Memenuhi Penugasan pada Mata Kuliah Teori dan Aplikasi
Komunikasi dalam Kesehatan Kelas C

Dosen Pengampu:

Mury Ririanty, S.KM., M.Kes.

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Frida Yumna Izzati 222110101101


2. Dies Bunga Grandise 222110101110
3. Rahayu Mulya Ramdhani 222110101119
4. Irma Putri Iksanti 222110101125
5. Maulidah 222110101126
6. Marceila El Salsabila 222110101149
7. Vininta Arna Sagala 222110101079

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah mencurahkan
segala nikmat serta keberkahan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul “Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan
Masyarakat” ini dengan baik. Penyusunan makalah ini dilakukan dengan
semaksimal mungkin dengan mencari literatur-literatur mengenai strategi
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan masyarakat sehingga dapat
memperlancar penyusunan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Mury Ririanty, S.KM., M.Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori dan
Aplikasi Komunikasi Kesehatan Kelas C di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember atas materi-materi terkait yang sudah diajarkan. Selain itu, kami
juga berterima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat membantu para pembaca


untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Selain itu, diharapkan para
pembaca juga bisa memperbaiki bentuknya atau menambahkan lebih banyak kajian
ilmu yang lebih sempurna lagi. Penulis merasa yakin akan banyak
ketidaksempurnaan dalam makalah ini karena terbatasnya pemahaman penulis.
Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Demikian yang dapat penulis
sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jember, 15 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

2.1 Definisi Strategi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) ................ 2

2.2 Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) .................................... 5

2.3 Jenis Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) ......................................... 6

2.4 Langkah Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) ................................... 9

2.5 Hambatan dan Solusi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) ............. 10

2.6 Telaah Kasus ............................................................................................... 12

BAB 3. PENUTUP................................................................................................. 4

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 4

3.2 Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup secara berkelompok.


Hidup secara berkelompok membuat individu memerlukan adanya interaksi
dengan individu yang lain. Setiap proses interaksi membutuhkan adanya
komunikasi antar individu. Komunikasi menjadi sarana interaksi antara
komunikator dengan komunikan untuk menyampaikan pesan, ide, gagasan, dan
pendapat. (Ansori,2020). Setiap individu harus mempunyai keterampilan
berkomunikasi dengan baik. Schramm memaparkan bahwa komunikasi yang
baik adalah komunikasi yang dilakukan secara efektif dan efisien. Hal ini
bertujuan agar komunikan dapat memahami informasi dan edukasi yang
disampaikan. Pada praktiknya, perlu adanya strategi yang tepat di setiap proses
berkomunikasi sehingga dapat menunjang tingkat efektivitas dan efisiensi.
Strategi komunikasi, informasi, dan edukasi yang tepat dapat mempengaruhi
komunikan untuk mengikuti ajakan atau perintah yang disampaikan oleh
komunikator. (Widyarti Kusomowardhani, 2021)
Seiring dengan perkembangnya zaman yang semakin modern, strategi
komunikasi, informasi, dan edukasi memiliki peran penting di bidang
kesehatan. Perkembangan teknologi komunikasi semakin canggih, hal ini
menjadi salah satu urgensi strategi komunikasi, informasi, dan edukasi dalam
meningkatkan promosi kesehatan melalui media-media komunikasi yang ada.
Strategi komunikasi, informasi, dan edukasi yang baik mampu meningkatkan
rasa kepekaan masyarakat terhadap isu permasalahan kesehatan yang terjadi.
Masyarakat juga mampu menentukan tindakan kesehatan yang tepat untuk
mencegah penyakit maupun dalam menentukan pengobatan ketika terjangkit
penyakit. Strategi komunikasi, informasi, dan edukasi harus memperhatikan
media yang digunakan untuk menyebarkan informasi kesehatan di masyarakat.
Tenaga kesehatan harus mampu menyesuaikan dengan karakteristik sasaran
yang akan menerima informasi kesehatan. (Widyarti Kusowardhani, 2021).
2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya


adalah bagaimana strategi komunikasi, informasi, dan edukasi dapat
memengaruhi persepsi dan pola perilaku atau kebiasaan masyarakat untuk
meminimalisir resiko terjangkit penyakit.

1.3 Tujuan

Makalah ini disusun untuk mengkaji hubungan strategi komunikasi,


informasi, dan edukasi sebagai sarana yang diharapkan mampu mempengaruhi
persepsi masyarakat, serta pola kebiasaan atau perilaku masyarakat untuk
semakin sadar terhadap kesehatan sehingga dapat meningkatan taraf derajat
kesehatan masyarakat.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Strategi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Secara umum, komunikasi memiliki definisi yang sangat bervariasi, namun


pada dasarnya memiliki makna yang sama dan saling melengkapi. (Ansori,
2020). Komunikasi berasal dari istilah “communicate” yang memiliki arti
sebagai sarana komunikator dan komunikan untuk saling bertukar informasi
yang berisi tentang perasaan, pikiran, serta berpotensi membangun hubungan
interaksi yang memiliki tingkat afeksi yang baik. (Stuart, 1983 dalam
Vardiansyah 2004:3, dalam Ansori, 2020). Komunikasi merupakan suatu aspek
penting di segala bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang
kesehatan. Komunikasi kesehatan adalah proses interaksi yang dilakukan
antara profesionalisme kesehatan dengan pasien atau keluarga pasien, baik
secara verbal maupun non-verbal. Komunikasi yang dilakukan dengan baik
dapat mempengaruhi tingkat kemauan pasien dalam mengikuti saran dan
anjuran yang telah disampaikan oleh tenaga kesehatan, seperti bagaimana
anjuran mengelola stress dan kesabaran selama tahap proses penyembuhan.
(Athena du Pre, 2005 dalam Ansar, 2020).

Menurut Schramm, komunikasi yang dilakukan secara efektif dan efisien


akan mampu menghasilkan informasi dan edukasi yang akan mudah dipahami
oleh komunikan. Istilah informasi sendiri berasal dari bahasa Perancis, yaitu
“Informacion” yang memiliki arti suatu konsep, gagasan dan ide. Informasi
juga dapat diartikan sebagai sekumpulan data-data yang harus diproses terlebih
dahulu agar lebih bermakna sewaktu diinterpretasikan. (Raymond Mcleod, Jr,
2004). Suatu informasi yang data-datanya telah diolah akan lebih memudahkan
komunikan dalam penggunaan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
(Kelly 2011:10). Informasi kesehatan merupakan sekumpulan data yang telah
diproses dan diolah secara optimal guna meningkatkan kualitas nilai di
dalamnya sehingga dapat digunakan sebagai referensi dalam pembangunan
4

kesehatan nasional. (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang


Sistem Informasi Kesehatan).

Sedangkan, edukasi merupakan suatu proses penyampaian pesan kepada


masyarakat luas maupun individu yang bertujuan untuk memperoleh berbagai
informasi yang lebih baik dari yang didapatkan sebelumnya. (Notoatmodjo,
2012). Edukasi di bidang kesehatan merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengontrol dan memperbaiki gaya hidup individu sebagai bentuk rasa
tanggung jawab terhadap kesehatan tubuhnya. (WHO,2008). Departemen
Kesehatan RI memaparkan bahwa edukasi ini sebagai bentuk upaya yang
dilakukan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui
kemampuan, kemauan, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki setiap individu.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Komunikasi,


Informasi, dan Kesehatan (KIE) adalah proses penyampaian informasi yang
dilakukan oleh komunikator kepada komunikan yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat terkait kesehatan diri
sendiri dan orang lain di sekitarnya. Tentunya, untuk mengoptimalkan
komunikasi, informasi, dan edukasi kesehatan diperlukan adanya strategi yang
mendasari proses interaksi tersebut. Strategi merupakan perencanaan yang
dibentuk oleh suatu organisasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber
daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan tertentu. (Quinn, 1990). Strategi
merupakan suatu metode yang digunakan dalam menentukan kebijakan jangka
panjang dalam proses mencapai sasaran yang diinginkan. (Grant dan Craig,
1996). Strategi, Komunikasi, Informasi dan Kesehatan (KIE) merupakan suatu
teknik promosi kesehatan yang dilakukan oleh profesionalisme kesehatan
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, melalui media-media
informasi yang relevan. (Sisparyadi et al.., 2019).
5

2.2 Strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kesehatan Masyarakat memiliki


banyak strategi. menurut WHO (1994) secara global, terdiri dari:

2.2.1 Advokasi (Advocacy)

Advokasi adalah aktivitas yang membuat keputusan dalam rangka


memberi bantuan untuk masyarakat yang diberikan oleh pemangku
kebijakan pada kesehatan ataupun bidang yang lain. Advokasi
merupakan upaya agar orang lain yakin memberikan dukungan agar
tercapainya suatu tujuan.
Strategi ini memiliki kelompok sasaran yang biasa disebut kelompok
sasaran tersiser. Implementasi dari strategi ini dengan pendekatan
terhadap institusi atau pemimpin yang berkuasa pada tempat tersebut
melalui metode berkomunikasi formal serta modern. Contohnya tenaga
kesehatan yang bertemu dengan pemimpin setempat seperti camat yang
bertujuan agar mendukung pelayanan kesehatan berbentuk anggaran
untuk pelaksanaan program yang sesuai dengan kondisi masyarakat
tersebut.
2.2.2 Bina Suasana
Strategi ini berbentuk upaya bina suasana supaya lebih kondusif
terhadap kesehatan dengan cara menciptakan suasana sekitar yang positif
untuk pencapaian tujuan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
yaitu meningkatkan pemahaman disertai adanya perubahan sikap atau
perilaku.
Kelompok sasaran pada strategi ini biasa disebut sebagai kelompok
sasaran sekunder yaitu pemimpin masyarakat ataupun orang yang
berpengaruh banyak untuk pemahaman serta perilaku masyarakat
setempat.

Implementasi dari strategi bina suasana ini seperti sosialisi program


pada masyarakat setempat, pelatihan serta pertemuan yang bisa
6

menggunakan metode berkomunikasi yang formal dan modern ataupun


informal dan metode yang kebih sederhana seperti dengan tatap muka.

2.2.3 Gerakan Masyarakat


Gerakan masyarakat merupakan strategi yang difokuskan langsung
untuk masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan
kelompok sasaran dan diharapkan adanya perubahan perilaku yang bisa
menyelesaikan masalah yang sedang terjadi.
Strategi GERMAS ini memiliki kelompok sasaran yaitu masyarakat
yang mau diubah baik dari segi pengetahuan serta perilaku. kelompok
sasaran ini biasa disebut dengan “kelompok sasaran primer”. Biasanya
strategi ini seperti penyuluhan secara bekelompok atau bertatap muka
secara langsung, serta dapat menggunakan metode berkomunikasi yang
informal dan lebih sederhana.

2.3 Jenis Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Penyuluhan kesehatan dapat dibantu oleh sebuah media, yaitu media


Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) (Silviyani et al,2021). Penggunaan
media KIE dapat meningkatkan perhatian dan penerimaan informasi kesehatan
kepada Masyarakat. Selain itu, menggunakan media dapat memberikan
informasi secara luas, efektif, dan efisien. KIE memiliki tiga jenis yang
memiliki sasaran yang berbeda, yaitu:

2.3.1 KIE Tatap muka

KIE tatap muka merupakan KIE yang dilakukan secara langsung dan
memiliki sasaran individu dalam kegiatannya. Dalam pelaksanaannya,
petugas akan mendatangi rumah sasaran individu untuk melakukan
penyuluhan.

2.3.2 KIE Penyuluhan

KIE penyuluhan dapat dilakukan secara langsung dan memiliki


sasaran kelompok yang biasa terdiri dari 2-15 orang. Komunikasi yang
7

dilakukan dapat berupa diskusi kelompok dengan membagi sejumlah


orang menjadi beberapa kelompok kecil terdiri lebih dari 2 orang.

2.3.3 KIE Media massa

KIE media massa merupakan penyuluhan yang dapat dilakukan secara


langsung maupun tidak langsung dan disasarkan kepada Masyarakat
dengan jumlah yang besar. Penyampaian KIE dapat melalui seminar,
penyiaran melalui televisi, radio, dan lain-lain.

Dalam menyampaikan informasi, KIE memiliki media yang terbagi menjadi


tiga, yaitu:

2.3.4 Media komunikasi audial

Media komunikasi audial merupakan bentuk komunikasi yang dapat


ditangkap dan diterima oleh Indera pendengaran, yaitu telinga. Media ini
tersampaikan melalui lambang auditif berupa suara yang diucapkan
melalui perkataan untuk memberikan informasi. Alat komunikasi
berbentuk audial dapat berupa, radio, telepon, tape recorder, maupun
intercom.

2.3.5 Media komunikasi visual

Media komunikasi visual merupakan komunikasi yang dapat dilihat


dan dipahami melalui Indera penglihatan, yaitu mata. Penyampaian
pesan dengan media visual dirangkai menggunakan lambang, desain
grafis, ilustrasi, dan warna. Alat komunikasi yang berbentuk visual, yaitu
majalah, diagram, poster, peta, dan lain-lain.

2.3.6 Media komunikasi audio-visual

Media komunikasi audio-visual merupakan gabungan diantara


media komunikasi audial dan media komunikasi visual dimana informasi
dari media ini dapat dilihat dan didengarkan secara bersamaan. Unsur
yang terdapat didalamnya juga memuat suara serta unsur gambar atau
8

desain grafis. Media yang berbentuk audio-visual adalah film, televisi,


ataupun video.

Dalam penyampaian informasi melalui media, KIE dapat ditentukan


bentuknya menjadi tiga bentuk sebagai berikut (Yulia dan Arif, 2021).

2.3.7 Media cetak

Media cetak merupakan bentuk perantara dalam berkomunikasi


melalui bahan yang tercetak pada kertas maupun kain untuk
menyampaikan informasi. Dalam media cetak unsur utama yang ada
didalamnya adalah teks dan visualisasi gambar. Media ini berbentuk
printing sehingga bersifat statis dan dapat ditemukan dengan mudah.
Namun, media ini memiliki kekurangan dari segi waktu persebaran
karena membutuhkan waktu dalam mencetaknya dan memiliki biaya
besar untuk mencetak serta pendistribusiannya. Media cetak dapat
berupa booklet, leaflet, flyer, ataupun poster.

2.3.8 Media elektronik

Media elektronik adalah media yang perlu alat elektronik untuk


mengakses informasi yang termuat di dalamnya. Bentuk dari media
elektronik umumnya, yaitu berbentuk audio, video, ataupun gabungan
dari keduanya. Berkebalikan dengan media cetak, media elektronik
memiliki keunggulan, yaitu tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
penyebarannya dan biaya relatif lebih murah. Media ini biasanya berupa
berita televisi, video singkat, maupun berita radio.

2.3.9 Media luar ruang

Media luar ruang merupakan media yang dapat ditemukan di luar


ruangan dan umumnya memiliki bentuk yang cukup besar. media yang
termasuk dalam media luar ruang, yaitu videotron, baliho, spanduk,
banner, transit media, billboard, dan lain sebagianya
9

2.4 Langkah Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Terdapat beberapa Langkah yang harus dilakukan dalam proses KIE,


langkah langkah ini dilakukan agar KIE dapat terlaksana secara efektif dan
efisien. Langkah langkah tersebut yakni:

a. Menentukan tujuan. Tujuan yang jelas dapat memudahkan membuat


Langkah Langkah selanjutnya untuk mencapai kerja yang efektif dan
efisien
b. Mengidentifikasi sasaran secara berkelompok , sehingga identifikasi dapat
dilakukan lebih spesifik
c. Mengembangkan pesan, pesan yang ingin disampaikan harus jelas dan
mudah dipahami oleh sasaran sehingga pesan tersampaikan dengan baik
d. Memilih media strategi, penyuluh harus membuat strategi dalam
pembuatan media yang akan digunakan dalam pemberian KIE.
Penyusunan strategi diharapkan media dapat sesuai dengan karakteristik
sasaran sehingga pesan disampaikan sesuai dengan target

e. Membuat perancangan sumber daya dan melakukan penguatan


interpersonal. Perancangan sumber daya memiliki tujuan agar
pendistribusian sumber daya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki,
sehingga tidak menghambat proses KIE. Penguatan interpersonal
berfungsi sebagai bentuk mengembangkan kompentensi setiap personal
sehingga kompetensi tersebut dapat memperlancar proses KIE, contoh
kompetensi yang dikembangkan ialah kemampuan mendengar aktif, kerja
sama tim, memupuk tanggung jawab, empati, kesabaran, dan fleksibilitas.
Tujuan secara spesifik ialah mencapai keefektifan dan efisiensi melalui
penguuatan secara internal.

f. Membuat susunan rencana kegiatan, tupoksi, jangka waktu, dan sumber


daya yang dibutuhkan. Susunan ini dibuat dengan tujuan mengoptimalkan
proses kegiatan, baik dalam kegiatan maupun proses pendistribusian
tugasnya.S
10

g. Membuat indikator keberhasilan, hal ini dilakukan agar dapat menilai


tingkat pencapaian yang telah dilakukan dan mengevaluasi hal yang perlu
ditingkatkan

2.5 Hambatan dan Solusi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

2.5.1 Faktor Penerima Pesan (Komunikan)

a. Psikologis
Prasangka, stereotip dan dorongan adalah beberapa contoh
hambatan psikologis antara komunikator dan komunikan. Prasangka
merupakan salah satu hambatan atau penghalang untuk mencapai
tujuan dalam komunikasi. Ini disebabkan oleh emosi yang memaksa
kita untuk membuat kesimpulan berdasarkan prasangka tanpa
menggunakan pikiran yang rasional. Stereotip (pandangan/penilaian)
biasanya di gunakan untuk komunikasi massa. Komunikator
komunikasi massa harus memperhatikan stereotip
(padangan/penilaian) karena ketika seseorang memiliki stereotip
(pandangan/penilaian) tertentu tentang cara mereka berkomunikasi
selama proses komunikasi massa, maka dapat dipastikan bahwa
komunikan tidak akan dapat menerima pesan apa pun. Solusinya
membutuhkan keterampilan dalam berkomunikasi tidak hanya itu
kominikator juga dapat berkomunikasi secara terbuka dan untuk
komunikan dapat menghilangkan atau mengurangi rasa prasangka dan
stereotip terhadap orang atau kelompkok tertentu dan juga dapat
mngendalikan emosi sebelum melanjutkan berkomunikasi.
b. Pendengaran kurang sempurna
Salah satu indera yang paling penting dalam proses komunikasi
adalah pendengaran, jika komunikan mengalami masalah
pendengaran, mereka tidak dapat menerima informasi dengan baik.
Solusi yang dapat diberikan adalah komunikasi melalui teks atau
terjemahan dan juga dukungan dari orang orang sekitar juga sangat
11

perlu dan untuk komunikator dapat berbicara dengan lambat dan jelas
dalam menyampaikan informasi agar dapat diterima komunikan
dengan baik.

2.5.2 Faktor Isi Pesan

a. Penyusunan kalimat yang tidak tepat


Penyusunan suatu kalimat membutuhkan kecermatan dalam
meletakkan kata. Hal ini dikarenakan jika suatu kata ditempatkan di
tempat yang salah maka akan mengganggu proses pemahaman
pembaca atau pendengar (Alwi, 1994 dalam Riana, R. & Junaidi, M.,
2018). Dalam rangka mempermudah pemahaman suatu ide atau
gagasan yang ada dalam sebuah kalimat maka setiap fungsi bagian
kalimat yakni subjek, presikat, objek, dan keterangan harus
mendukung satu ide yang sama. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
kesamaan ide di dalam sebuah kalimat agar tidak menghambat
pemahaman dari pembaca atau pendengar.
b. Penggunaan kata yang memiliki arti ganda
Pemakaian kosa kata ganda dalam suatu kalimat yang tidak tepat
penggunaannya akan menyulitkan pembaca atau pendengar dalam
memahami kalimat tersebut (Rustan, E., 2016). Oleh karena itu,
penggunaan suatu kalimat harus sesuai dengan konteks yang sedang
dibicarakan.

2.5.3 Faktor Pengirim Pesan (Komunikator)

a. Kurang percaya diri


Kepercayaan diri erat kaitannya dengan kemampuan atau
keberanian seseorang dalam melakukan berbagai tindakan yang bukan
hanya membawa risiko fisik, tetapi juga risiko psikologis (Fakhiro, A.
& Hidayatullah S., 2018). Sikap dan keyakinan seseorang atas
kemampuan dirinya juga berpengaruhpenting dalam proses
pembangunan rasa percaya diri. Dalam proses berkomunikasi
12

dibutuhkan rasa percaya diri dari seorang komunikator hal ini harus
dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik
oleh komunikan. Oleh karena itu, komunikator harus membangun rasa
percaya diri dalam dirinya agar proses komunikasi dapat berjalan
dengan efektif.

2.6 Telaah Kasus

Pada Studi kasus didapatkan hasil dari pembahasan sebagai berikut:

2.6.1 Komunikasi Persuasif dalam penyuluhan penyakit kaki gajah

Menurut Erwin P. Betinghaus dalam bukunya yang berjudul


“Persuasif Communication” (1973: 10), dijelaskan bahwa komunikasi
persuasif ini dapat mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang,
hubungan aktivitas antara pembicara dan pendengar dimana pembicara
berusaha mempengaruhi tingkah laku pendengar melalui perantara
pendengaran dan penglihatan.Komunikasi persuasif ini diharapkan dapat
13

memberi informasi kepada sasaran serta dapat mempengaruhi sasaran


supaya mengikuti apa yang sudah disampaikan oleh komunikator.

Dalam kasus ini tentunya komunikasi persuasif digunakan untuk


mempengaruhi masyarakat bogor agar mengikuti informasi yang sudah
disampaikan.Bentuk pengaplikasian dari komunikasi persuasif yaitu
penyuluhan,dengan penyuluhan masyarakat kabupaten Bogor
mendapatkan pengetahuan baru atau informasi baru terkait apa itu
penyakit kaki gajah,bagaimana penanganannya dan lain lain.Dengan
diadakannya penyuluhan diharapkan penyakit kaki gajah dapat
diminimalisir bahkan tidak terjadi pada daerah Kabupaten bogor
tersebut.

2.6.2 Hambatan dalam proses penyuluhan penyakit kaki gajah

Hambatan yang dihadapi selama proses penyuluhan antara lain:

a. Kesadaran Masyarakat yang Rendah


Hal ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan
dari program tersebut.sesuai dengan yang terdapat di dalam jurnal
bahwa masih terdapat beberapa masyarakat yang tidak hadir dalam
penyuluhan dan tidak hadir dalam pengambilan obat pencegah
penyakit kaki gajah sehingga membuat petugas harus mendatangi
rumah-rumah warga yang tidak hadir tersebut.Dan tentunya hal ini
akan membuat petugas cukup memakan waktu untuk menuntaskan
tugas-tugasnya.
2.6.3 Strategi yang digunakan dalam penyuluhan penyakit kaki gajah
a. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Salah
satu strategi pertama yaitu pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menggerakkan masyarakat
14

untuk datang ke kegiatan BELKAGA dan minum obat untuk


pencegahan penyakit kaki gajah (mobilisasi masyarakat).
b. Bina Suasana
Bina Suasana bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung masyarakat untuk hidup sehat. Dinas suasana merupakan
salah satu strategi yang digunakan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
dengan cara mendekatkan pelayanan ke masyarakat dengan
mendirikan Pos-pos Minum Obat di setiap desa dan lokasi-lokasi
strategis lainnya, contohnya di Puskesmas “Amalyris”
c. Advokasi
Advokasi tentunya menjadi salah satu strategi yang cukup berperan
penting dalam keberhasilan program ini, advokasi sendiri merupakan
proses dan upaya yang dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat atau pihak pihak yang berpengaruh untuk terlaksananya
program.
Oleh karena itu mendukung lancarnya program pemerintah
(Pemberantasan Penyakit Kaki Gajah di Kabupaten Bogor) Dinas
Kesehataan Kabupaten Bogor bekerja sama dengan Puskesmas,
Kecamatan, Kelurahan, Posyandu dan beberapa tokoh-tokoh
masyarakat di lingkungan sekitar tempat penyuluhan. Kerja sama ini
dilakukan agar mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi berasal dari istilah “communicate” yang memiliki arti sebagai


sarana komunikator dan komunikan untuk saling bertukar informasi yang
berisi tentang perasaan, pikiran bahkan dapat memicu terjalinnya hubungan
dengan tingkat afeksi yang baik. (Stuart, 1983 dalam Vardiansyah 2004:3,
dalam Ansori, 2020).

Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) menurut WHO meliputi


advokasi yakni aktivitas yang membuat keputusan dalam rangka memberi
bantuan untuk masyarakat yang diberikan oleh pemangku kebijakan pada
kesehatan ataupun bidang yang lain. Kemudian juga meliputi bina suasana
strategi ini berbentuk upaya bina suasana supaya lebih kondusif terhadap
kesehatan dengan cara menciptakan suasana sekitar yang positif untuk
pencapaian tujuan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yaitu
meningkatkan pemahaman disertai adanya perubahan sikap atau perilaku.
Yang terakhir ada gerakan masyarakat merupakan strategi yang difokuskan
langsung untuk masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan
kelompok sasaran dan diharapkan adanya perubahan perilaku yang bisa
menyelesaikan masalah yang sedang terjadi.

Penyuluhan kesehatan dapat dibantu oleh sebuah media, yaitu media


Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) (Silviyani et al,2021). Penggunaan
media KIE dapat meningkatkan perhatian dan penerimaan informasi kesehatan
kepada Masyarakat. Selain itu, menggunakan media dapat memberikan
informasi secara luas, efektif, dan efisien. KIE memiliki tiga jenis yang
memiliki sasaran yang berbeda, KIE tatap muka, KIE penyuluhan dan KIE
media massa.

Proses dan Langkah-langkah Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)


Kesehatan Masyarakat: menetukan tujuan, mengidentifikasi sasaran secara
16

berkelompok, mengembangkan pesan, memilih media strategi, membuat


perancangan sumber daya dan melakukan penguatan interpersonal, membuat
susunan rencana kegiatan, tupoksi, jangka waktu, dan sumber daya yang
dibutuhkan, dan yang terakhir membuat indikator keberhasilan

Hambatan dalam Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) berasal dari


beberapa factor diantaranya adalah faktor penerima pesan (komunikan) yang
dapat berupa factor psikologis dan pendengaran yang kurang sempurna.
Kemudian ada factor isi pesan yakni berupa penyusunan kalimat yang tidak
tepat dan penggunaan kata yang memiliki arti ganda. Lalu, factor yang terakhir
adalah factor pengirim pesan yang berupa kurangnya rasa percaya diri dari
komunikator.

3.2 Saran

Melalui makalah “Strategi Komunikasi, Informasi, dan edukasi kesehatan


masyarakat” ini diharapkan dapat menambah wawasan utamanya bagi petugas
promosi Kesehatan untuk dapat melakukan Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi Kesehatan kepada Masyarakat dengan lebih efektif.
17

DAFTAR PUSTAKA

Candrasari, S. & Naning, S. (2019). Strategi Komunikasi Persuasif Dinas

Kesehatan Kabupaten Bogor dalam Penyuluhan Penyakit Kaki Gajah.

Kalbisocio. 6 (1):80-88.

http://research.kalbis.ac.id/Research/Files/Article/Full/5D27H91AW3O610

EWUPWGH2875.pdf

Fakhiroh, A. & Hidayatullah, S. (2018). Pengaruh Percaya Diri terhadap

Keterampilan Berbicara. El-Ibtikar. 7 (1):34-46.

https://www.jurnal.syekhnurjati.ac.id/index.php/ibtikar/article/view/3065/17

79

Ira Nurmala. (2018). Promosi Kesehatan. Airlangga University Press.

https://webadminipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/15705

4/

Kebidanan. (2023). Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Kesehatan

Reproduksi. URL: Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Kesehatan Reproduksi - Medical Ebook. Diakses tanggal 25 Oktober 2023.

Riana, R. & Junaidi, M. (2018). Konstitusionalisasi Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan melalui Penggunaan Bahasa Indonesia Baku. Jurnal

LEGISLASI INDONESIA. 15 (4):275-283.

https://www.academia.edu/download/61183399/261-1215-1-PB20191111-

120726-19rvxbo.pdf
18

Rustan, E. (2016). Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Hukum pada

Putusan Perkara Ekonomi Syariah Pengadilan Agama Makassar. Al Amwal.

1 (2):166-176.

https://www.academia.edu/download/55660914/_Edhy_Rustan__Bahasa_In

donesia_Laras_Hukum.pdf

Silviyani CT, Sari N, Aryastuti N. Pengaruh Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)

dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan Ibu dalam Pengelolaan Kejadian

Kejang demam di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin tahun 2020.

Indonesian Journal of Health and Medical. (2021) Oct 30;1(4):536-52.

https://scholar.google.co.id/citations?user=-_8X0h8AAAAJ&hl=id&oi=sra

Wisman, Y. (2017). Komunikasi Efektif dalam Dunia Pendidikan. 3 (2):646-654.

https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/n/article/view/2039

Yulia W, Arif E. Pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi (Kie) Kb Mkjp Di

Kabupaten Sijunjung. Jurnal Kependudukan Dan Pembangunan Lingkungan.

(2021) May 14;2(1):19-33.

http://jkpl.ppj.unp.ac.id/index.php/JKPL/article/view/103

Anda mungkin juga menyukai