Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP, STRATEGI DAN PERENCANAAN KOMUNIKASI

INFORMASI DAN EDUKASI

DISUSUN OLEH :

RISKI DWIPUTRI. A 14120190040

RAHMAWATI 14120190235

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TAHUN AJARAN 2021/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah “Komunikasi Informasi dan
Edukasi Kesehatan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir
zaman.

Alhamdulillah, dengan izin Allah kami telah menyelesaikan tugas makalah Komunikasi
Informasi dan Edukasi Kesehatan “Konsep, Strategi dan Perencanaan Komunikasi Informasi dan
Edukasi Kesehatan”. Penyusunan makalah ini dapat terwujud tak lepas dari bimbingan,
pengarahan dari dosen mata kuliah ini.

Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bari para mahasiswa kesehatan masyarakat untuk menambah
wawasan dalam bidang kesehatan.

Makassar, 23 September 2021

Kelompok 7
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan ............................. 3

2.2 Konsep Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan .................................. 3

2.3 Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan .................................. 4

2.4 Perencanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan .......................... 5

BAB III .............................................................................................................................. 10

PENUTUP .......................................................................................................................... 10
Kesimpulan ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung melalui
saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek (DEPKES, 1984).

Menurut Efendy (1998), komunikasi adlah pertukaran pikiran atau keterangan dalam
rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang
baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini
atau emosi antar dua orang atau lebih.

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif
perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi,
baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa.

Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui


oleh masyarakat (BKKBN,1993). Sedangkan menurut DEPKES,1990 Informasi adalah pesan
yang disampaikan.

Edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif (DEPKES RI,1990).
Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut
dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam
setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan?


2. Apa konsep dari Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan?

3. Apa strategi dari Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan?

4. Apa perencanaan dari Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan

2. Mengetahui konsep Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan

3. Mengetahui strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan

4. Mengetahui perencanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan

Komunikasi adalah merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan dari


komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dengan efek perubahan perilaku dari
penerima pesan atau komunikan. Proses komunikasi pada hakikatnya nya merupakan sebuah
Proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran dalam hal ini bisa berupa gagasan, informasi, kepastian, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian dan sebagainya yang mana timbul dari hati.

Sedangkan menurut Anton M. Meliono (1990), "Informasi adalah data yang telah
diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut untuk menghasilkan sebuah keputusan".
Secara umum informasi adalah sekumpulan fakta-fakta yang telah diolah menjadi bentuk data,
sehingga dapat menjadi lebih berguna dan dapat digunakan oleh siapa saja yang membutuhkan
data tersebut sebagai pengetahuan ataupun dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan edukasi adalah sesuatu kegiatan yang mendorong terjadinya penambahan


pengetahuan, perubahan sikap, perilaku dan keterampilan seseorang atau kelompok secara wajar.

2.2 Konsep Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan

1. Pengertian

Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif di


masyarakat, dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan
komunikasi pribadi maupun komunikasi massa.

Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui


masyarakat (pesan yang disampaikan).

Edukasi adalah proses perubahan perilaku ke arah yang positif. Pendidikan kesehatan
merupakan kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan karena merupakan salah satu peranan
yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan.

2. Tujuan

Menurut Sisparyadi (2018) Tujuan dilaksanakannya program KIE yaitu:


a. Mengubah pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku individu atau
kelompok
b. Secara aktif mendukung seuatu masalah atau isu dan mencoba mendapat dukungan
dari pihak lain.
c. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosiokultural yang dapat menjamin berlangsungnya
proses penerimaan masyarakat terhadap isu kesehatan.
d. Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif, meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga masyarakat
melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.

3. Sasaran KIE

a. Anak
b. Orangtua
c. Keluarga
d. Guru
e. Masyarakat

2.3 Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan

Menurut Hanim (2011) ada tiga strategi yang biasa digunakan sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan KIE kesehatan, yaitu :

1. Advokasi
Mencari dukungan dari para pengambil keputusan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, sehingga KIE kesehatan dapat tercapai. kelompok sasaran untuk strategi
advokasi ini biasa dikenal dengan istilah “kelompok sasaran tersier”. Bentuk operasional
dari strategi advokasi ini biasanya berupa pendekatan kepada pimpinan/institusi tertinggi
setempat.
Tujuan advokasi :
a. Meningkatkan kesadaran mengenai besar dan seriusnya permasalahan.
b. Mengurangi dan menghilangkan praktek-praktek diskriminatif dan hambatan-
hambatan kebijakan yang menghalangi upaya-upaya pencegahan dan pengobatan.
c. Kampanye untuk aksi yang efektif dan berkelanjutan.
Bentuk – Bentuk Advokasi Networking sebenarnya merupakan membuat dan menjaga
kontak dengan individu dan organisasi lain yang berbagi dan mendukung tujuan advokasi
dan dapat membantu mencapainya.

a. Melalui Media
Media mengacu pada chanel komunikasi, termasuk cetak ataupun
elektronik, misalnya internet, koran, jurnal, majalah, radio dan televisi.
b. Melalui Internet
Teknologi internet merupakan alat yang dapat digunakan yang secara
strategis usaha menarik target sasaran secara mutakhir dan organisir. Tetapi
penggunaanya lebih efektif bila merupakan komplemen dan suplemen bukan
sebagai pengganti cara yang lebih tradisional.
2. Bina Suasana
Membuat lingkungan sekitar bersifat positif terhadap tujuan KIE kesehatan yang
ingin dicapai yaitu peningkatan pengetahuan yang diikuti perubahan perilaku. Strategi ini
biasanya digunakan untuk kelompok sasaran para pimpinan masyarakat atau orang-orang
yang mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan dan perilaku kelompok sasaran
utama. kelompok sasaran untuk strategi bina suasana ini bias dikenal dengan istilah
“kelompok sasaran sekunder”. Bentuk operasional dari strategi ini biasanya berupa
pelatihan, sosialisasi program, pertemuan-pertemuan dan dapat memanfaatkan metode
komunikasi modern dan formal maupun metode sederhana dan informal.

Tujuan Bina suasan

a. Untuk mencairkan suasana pelatihan, agar setiap peserta dapat saling mengenal
dan bebas berpartisipasi dan mengemukakan pendapatnya.
b. Menghilangkan rasa ketegangan dan sebagai penyegar otak serta fisik disaat
individu mulai jemu atau mengalami penurunan kemampuan menyerap
kemampuan yang telah diberikan.

Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu (a) bina suasana individu, (b) bina
suasana kelompok dan (c) bina suasana publik.

A. Bina Suasana Individu

Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat. Dalam


kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu panutan dalam hal
perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan mempraktikkan perilaku yang
sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang kepala sekolah atau pemuka agama
yang tidak merokok). Lebih lanjut bahkan mereka juga bersedia menjadi kader dan
turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi
perubahan perilaku individu.

B. Bina Suasana Kelompok

Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam masyarakat,


seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), majelis
pengajian, perkumpulan seni, organisasi Profesi, organisasi Wanita, organisasi
Siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, serikat pekerja dan lain-lain. Bina suasana ini
dapat dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dalam
kategori ini kelompok-kelompok tersebut menjadi kelompok yang peduli terhadap
perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk
dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait dan
atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.

C. Bina Suasana Publik

Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui pengembangan


kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran,
majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dalam
kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung perilaku yang
sedang diperkenalkan. Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu
menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang
sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang
positif tentang perilaku tersebut. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan
dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-
individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku
yang sedang diperkenalkan.

3. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian
yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan
adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien)
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses
membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu, sesuai
dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan individu, (b)
pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan kelompok/masyarakat.
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada
keberhasilan membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya Diare) adalah
masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang klien yang bersangkutan belum
mengetahui dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka klien tersebut
tidak akan bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien telah menyadari
masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut
tentang masalah yang bersangkutan. Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai
dengan menyajikan fakta-fakta dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga
dengan mengajukan harapan bahwa masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di
sini dapat dikemukakan fakta yang berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai
panutan (misalnya tentang seorang tokoh agama yang dia sendiri dan keluarganya tak
pernah terserang Diare karena perilaku yang dipraktikkannya). Bilamana seorang
individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan,
boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung. Tetapi yang seringkali dipraktikkan
adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pemberdayaan kelompok/masyarakat
melalui pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan
masyarakat (community development). Untuk itu, sejumlah individu dan keluarga yang
telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan
yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar
(misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Di sinilah letak pentingya sinkronisasi
promosi kesehatan dengan program kesehatan yang didukungnya dan program-program
sektor lain yang berkaitan. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program
kesehatan dan program lain sebagai bantuan, hendaknya disampaikan pada fase ini,
bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan
masyarakat.

Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta


menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli
terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun
antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat
berdayaguna dan berhasil. Setelah itu, sesuai ciri-ciri sasaran, situasi dan kondisi, lalu
ditetapkan, diadakan dan digunakan metode dan media komunikasi yang tepat.

2.4 Perencanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan

Perencanaan dapat diartikan sebagai: (1). Perumusan atau pemberian definisi terhadap
tujuan dan sasaran organisasi; (2). Aktivitas untuk mengembangkanstrategi menyeluruh dari
organisasi untuk mencapai tujuan; (3). Aktivitas untukmengembangkan hirarki rencana yang
komprehensif sehingga dapat mengintegrasikan dan mengkoordinasikan suatu aktivitas; dan (4).
Aktivitas yang berorientasi pada end (apa yang akan kita buat) sesuai dengan apa yang telah
dirumuskan dalam means (bagaimana cara membuatnya). Secara sederhana, bahwa perencanaan
komunikasi kesehatan adalah proses dalam mengembangkan strategi agar dapat mencapai tujuan
yang kita inginkan.

Tujuan perencanaan komunikasi kesehatan antara lain :

a. Membantu kita mengembangkan koordinasi. Perencanaan komunikasi kesehatan


mengarahkan kita semua untuk bekerjasama, berkoordinasi , baik dalam organisasi kita
maupun dengan pihak lain di luar organisasi.
b. Perencanaan komunikasi kesehatan dapat mengurangi ketidakpastian, mengantisipasi
perubahan yang bakal terjadi akibat komunikasi kesehatan, Menjelaskan akibat dari
tindakan yang mungkin akan terjadi jika ada perubaha, perencanaan membuat kita
melihat kedepan, mengantisipasi perubahan, dan mengembangkan tanggapan yang tepat.
c. Perencanaan komunikasi kesehatan juga dapat mengurangi tumpang tindih dan aktivitas
yang tidak bermafaat dalam komunikasi kesehatan. Koordinasi sebelum berhadapan
dengan fakta yang tidak jelas, membuat kerja kita menjadi lebih jelas, terarah, tidak
tumpang tindih dan kacau.
d. Perencanaan komunikasi kesehatan membuat kita mengawasi tujuan atau standaridisasi
dari kerja komunikasi. Seperti pepatah mengatakan tidak ada perencanaan tidak ada
pengawasan.

Tipe-tipe perencanaan komunikasi kesehatan :

a. Perencanaan strategis, yaitu rencana pada tingkat komunitas atau organisasi,yakni


perencanaan menyeluruh tentang tujuan umum komunikasi kesehatan yang akan dicapai
oleh kelompok atau suatu organisasi yang dikaitkan dengan posisi organisasi itu dalam
lingkungan.
b. Perencanaan operasional, yaitu rencana khusus tentang komunikasi kesehatan dengan
rincian tentang bagaimana “menurunkan” tujuan yang menyeluruh ke konsep komunikasi
kesehatan operasional sehingga mudah kerjakan untuk mencapai tujuan umum.
c. Perencanaan jangka panjang, yaitu rencana untuk memperluas usaha dalam komunikasi
kesehatan lima tahun mendatang.
d. Perencanaan jangka pendek, yaitu rencana untuk mengcover ataumencakup komunikasi
kesehatan dalam satu tahun.
e. Perencanaan khusus, yaitu rencana tertentu (spesifik) atau terbatas yang dibuat untuk
melaksanakan suatu tugas.
f. Perencanaan terarah, yaitu rencana yang dibuat dengan proses pengarahan dan bimbingan
dari pihak terkait.

Menurut Arum (2009), proses KIE memiliki beberapa tahapan perencanaan, yaitu:

1. Menentukan Tujuan

Agar tujuan dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang diinginkan,
maka tujuan harus dibuat dengan persyaratan, specific, measurable,
appropriate,reasonable, time bound.

2. Menentukan sasaran KIE

Sasaran KIE tidak selalu sama, oleh karena itu harus menetapkan sasaran
langsung dan tidak langsung. Menurut Hartonto (2004), sasaran KIE dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu : KIE massa, KIE kelompok, dan KIE perorangan.

3. Menentukan isi KIE


Isi yang disampaikan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah
dipahami oleh sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat dengan menggunakan gambar dan
bahasa setempat sehingga sasaran merasa bahwa pesan tersebut memang benar-benar
ditunjukkan kepadanya dan sebagai akibatnya sasaran dapat mencapai tujuan yang kita
inginkan.

4. Menentukan metode

Dalam menentukan metode, harus mempertimbangkan aspek yang dicapai. Bila


hanya mencakup aspek pengetahuan, maka dapat dilakukan cukup dengan poster,
spanduk, penyebaran leaflet. Untuk aspek sikap maupun motivasi maka perut
memberikan contoh yang lebih konkret yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap
sasaran, misalnya memperlihatkan slide atau melalui pemutaran film atau video.

5. Menentukan Media

Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah dengan
menggunakan media, oleh karena itu hampir semua program pendidikan kesehatan selalu
menggunakan berbagai media. Media yang digunakan harus tergantung dari jenis
sasarannya, tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan
dan sumber daya yang ada. Menurut Hartanto (2004), berdasarkan media yang
digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut : melalui radio, televisi, mobil
unit penerangan, surat kabar, film, dan slide.

6. Menyusun rencana evaluasi

Di sini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, kelompok


sasaran yang mana akan dievaluasi, dan siapa yang akan dievaluasi.

7. Menyusun jadwal pelaksanaan

Merupakan penjabaran waktu, tempat dan pelaksanaan yang biasanya disajikan


dalam bentuk gan chart.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan dalam makalah, maka simpulan yang


dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Konsep dari komunikasi, informasi dan edukasi mencakup pengertian, tujuan dan sasaran dari
komunikasi, informasi dan edukasi

2. Strategi dari komunikasi, informasi dan edukasi ada empat macam strategi menurut AED yaitu
strategi berdasarkan media, strategi desain instruksional, strategi partisipasi dan strategi
pemasaran.

3. Perencanaan dari komunikasi, informasi dan edukasi ada 7 tahapan perencanaan menurut
Arum pada tahun 2009 yaitu menentukan tujuan, menentukan sasaran KIE, menentukan isi KIE,
menentukan metode, menentukan media, menyusun rencana evaluasi dan menyusun jadwal
pelaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Liliweri,Alo. (2007). Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar

Idris, F & Yusriani (Eds.). (2019). Buku Ajar Dasar Komunikasi Kesehatan (Revisi II). FKM
UMI

Novalina,Mei (2013). Pengaruh Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Terhadap
Tindakan Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 [Universitas
Sumatera Utara]. https://www.usu.ac.id/id/fakultas.html

Anda mungkin juga menyukai