KEWIRAUSAHAAN KEBIDANAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syujur kai panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Penyusun makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewirausahaan,kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana
kewirausahaan di kebidanan
Menyadari banyaknya kekurangan penyusun makalah ini.Karena itu,kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………5
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kewirausahaan dalam kebidanan...……………………………………....6
B. Tahapan kewirausahaan bidan berbasis bakat…………………………....11
C. Faktor Kegagalan dalam wirausaha…….………………………………...13
D. Ide-ide Peluang Usaha….………………………………………………...13
E. Kepmenkes 320 tahun 2020 Ttg Standar Profesi Bidan………………….16
F. PMB(Praktiktik Bidan Mandiri)………………………………………….21
G. PMK NO.28 Ttg Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan………………24
3
BAB II PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai
wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian menjual,
mulai menawarkan ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai pelaku usaha
mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik
manajemen usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk
mampu sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun
perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke
mampuan personal selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya
mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola
manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18). John J.Kao
(1993) mendefinisikan berkewirausahaan sebagai usaha untuk menciptakan nilai melalui
pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan resiko yang tepat, dan melalui
keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan bahan-
bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya
terlaksana dengan baik. Menjadi profesi bidan yang unggul di bidang
kewirausahaan/interprenuership dalam bentuk praktek mandiri dan mampu menciptakan
lapangan pekerjaan,khususnya kewirausahaan yang bergerak dibidang kesehatan sangat
membantu dalam pengembangan pembangunan yang mana pada masa sekarang ini.
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai wirausahawan.
Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian menjual, mulai
menawarkan ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri
dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik manajemen
usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu
sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun
perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai
kemampuan personal selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya
mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola
manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
Bidan yang berwirausaha dengan cara membuka praktek mandiri dirumahnya,
seharusnya berusaha untuk mendongkrak inovasi yang baru terhadap manajemen usaha.
Dimulai dari modal yang ia punya, alat-alat kesehatan, susunan ruangan, manajemen
keuangan, dan lain-lain. Agar laba yang diharapkan dapat terwujud tanpa mengurangi
kualitas pelayanan yang diberikan.
4
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana ideide dan peluang
usaha dalam pelayanan kebidanan yang menyangkut antenatal care, intranatal care,
postnatal care, bayi baru lahir, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
C.Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui ide-ide dan peluang usaha
dalam pelayanan kebidanan yang menyangkut antenatal care, intranatal care, postnatal
care, bayi baru lahir, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
5
BAB II PEMBAHASAN
3) Promosi
Dengan adanya promosi, masyarakat dapat mengenal produk yang ditawarkan.
Sehingga konsumen dapat tertarik membeli produk yang telah dibuat. Para wirausahawan
dapat mengambil alternatifnya yakni, dengan mengikuti bazaar, karena bazaar adalah
sarana promosi yang murah dan dapat dijadikan momen untuk mengambil keuntungan.
Setelah itu baru mempersiapkan brosur ataupun spanduk.
e. Sasaran
9
Sasaran bidan praktik swasta adalah masyarakat dari semua golongan. Jasa bidan
praktik swasta, membidik para ibu rumah tangga sebagai target pasar. Pengguna layanan
jasa praktik bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak balita, wanita usia subur, pasangan
usia subur dan wanita-wanita yang mengalami masa menopause. Layanan yang paling
sering dibutuhkan adalah partus atau persalinan. Bayi dan balita yang membutuhkan
imunisasi juga bisa menjadi konsumen jasa bidan swasta. Ibu hamil menjadi konsumen
jasa bidan swasta. Ibu hamil biasa memeriksakan kesehatan kandungannya. Ibu
melahirkan bayinya dengan bantuan bidan, hingga para ibu yang ingin mengimunisasikan
bayi mereka ataupun
para ibu yang ingin mengikuti program.
f. Strategi
Produk yang dipasarkan adalah berupa jasa pelayanan dibidang kebidanan yang
meliputi pelayanan pemeriksaan hamil, bersalin, nifas, bayi, balita, dan KB. Strategi
pemasaran yang dilakukan dapat melalui mulut ke mulut. Sementara untuk
memperkenalkan program unggulan senam hamil ditempuh melalui promosi kesehatan
dengan memperkenalkan senam hamil pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal
tentang mamfaat dan keuntungan melakukan senam hamil.
Strategi yang ditempuh untuk dapat menarik perhatian klien adalah dengan menjadi
bidan yang professional, efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan, ramah, cepat
tanggap terhadap keadaan klien, tidak membeda-bedakan pasien, meningkatkan
keterampilan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi serta
menjalin kerja sama dengan rumah sakit atau klinik untuk mempercepat penanganan bila
terjadi kegawatdaruratan.Biaya pelayanan yang terjangkau juga merupakan salah satu
strategi pemasaran.Dengan fasilitas pelayanan yang memadai dan keramahtamaan petugas
dalam memberikan pelayanan kepada pasien, maka akan membuat pasien merasa nyaman
dan puas dengan pelayanan yang diberikan. Disini juga disediakan kotak saran tertulis jika
pasien ingin menyampaikan keluhan terkait pelayanan.
10
B.Tahapan Kewirausahaan Bidan Berbasis Bakat
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
1. Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin
apakah membuka usaha baru,melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’. Tahap
ini juga
memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.
2. Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang
wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif
11
(berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan
identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya.
Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya
adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang
sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan
sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen,
akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat
sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang
diharapkan.
3. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang
wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks.Kejujuran mengenai
karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang
dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran
mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh
wirausahawan.
5. Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan
dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan
pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang
wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri
dalam memenuhi kegiatan usahanya.
6. Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita
sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi,
namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak
realistis,obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu
dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukanmasukan/ sumbang
saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
12
C. Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
1. Tidak kompeten dalam manajerial
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan
operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan.Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik,
faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur
pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas
menyebabkan operasional perusahan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan
maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha.
Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena
kurang efisien.
6. Kurangnya pengawasan peralatan
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan
mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,kemungkinan gagal
menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi
wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh
apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
13
Foto copy NPWP
Foto copy Ijasah Asisten Apoteker
Surat pernyataan Kesediaan bekerja dari Asisten Apoteker
2. Mom, Baby and Kids Spa : Alternative Bisnis yang Menjadi Incaran para Bidan
Baby spa mulai dikenal di Indonesia di dekade tahun 2000 an, kala itu masih dikena
dikota besar seperti Jakarta melalui water therapy atau terapi air, istilah terapi air in
dikenal juga dengan nama hydrotherapy/water flotation/aquatic physical therapy.
Yang di maksud dengan hydrotherapy/water flotation/aquatic physical therapy adalah
bayi berendam di dalam kolam kecil atau kolam baby dengan menggunakan neckring atau
pelampung yang di pasangkan di leher si bayi sehingga bayi bebas menggerakkan tangan,
lengan dan tungkai kakinya, kondisi seperti ini membuat bayi seperti berada dalam
kandungan ibunya bebas menggerakkan tungkai kakinya. Melalui therapy air ini akan
memberikan stimulasi kepada si bayi untuk mengkoordinasikan keseimbangan terhadap
syaraf motorik si bayi. Dari beberapa penelitian bayi yang melakukan therapy air
memperoleh kualitas tidur yang lebih baik dan sangat bagus untuk tumbuh kembang anak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 900/MENKES/VII/2002 tentang
Registrasi dan Praktek Bidan Pasal 14 bahwa pelayanan bidan meliputi : a). pelayanan
kebidanan. B) PelayananKeluarga berencana. c) Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Mengenai pelayanan kebidanan ini dijelaskan kembali didalam pasal 15 meliputi
pelayanan kepada ibu pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa nifas,
menyusui dan masa antara (periodeinterval), sedangkan pelayanan bidan kepada anak
diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.
Dengan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan no 900/MENKES/VII/2002
mendorong para bidan membuka pelayanan kesehatan terhadap Ibu dan Anak menjadi
lebih luas.
Sesuai dengan pasal 15 tersebut salah satu pelayanan bidan yang dapat di berikan
untuk ibu dan anak melalui program SPA yaitu SPA untuk ibu, bayi dan anak, yang lebih
dikenal dengan nama Mom, baby and kids spa. melalui menu menu yang ada pada
program mom baby and kids spa para bidan dapat membantu para ibu baik pra nikah, pra
hamil, masa kehamilan, masa menyusui, masa nifas, bayi baru lahir, masa batita dan pra
sekolah untuk mendapatkan treatment yang sesuai dengan masanya.
Pelayanan bidan terhadap ibu bayi dan anak ini,menjadi peluang baru bagi para bidan
untuk mengembangkan usaha pelayanannya terlebih era “ dukun pijat bayi “ mulai
bergeser. Sehingga banyak para ibu muda yang lebih mempercayai para bidan untuk
menangani mulai dari konsultasi pra nikah proses kehamilan persalinan dan perkembang si
bayi.Bahkan untuk ibu yang tidak bisa datang berkunjung ke bidan
praktek, maka pelayanan bisa dilakukan dengan cara mengunjungi rumah
si ibu melalui program home care.
14
Untuk bisa membuka usaha Spa tanpa mengalami kebingungan darimana
mengawalinya peserta dapat mengikuti Pelatihan Manajemen Bisnis Spa. karena materi
manajemen bisnis spa terdiri dari :
Usaha Konsep Spa
Design dan layout spa
Analisa keuangan Spa
Penyusunan menu Spa
Promosi dan pemasaran Spa
Penyusunan Standar operasional Prosedur/SOP
Setelah melalui pelatihan manajemen bisnis spa untuk bisa membuka usaha
dibutuhkan adanya ketrampilan/tehnik massage spa .materi pelatihan yang dapat diikuti
ada pelatihan MOM, BABY and Kids Spa terdiri dari :
1. Baby Gym
2. Baby swimming
3. Baby massage
4. Kids Spa
5. Spa ibu hamil
6. Refleksi
7. Head and Face massage
8. Back Treatment
9. Hot wrapping
3. Postnatal
Untuk Materi lanjutan terkait dengan ibu pasca melahirkan dapat mengikuti Pelatihan
POST NATAL TRADITIONAL TREATMENT, materi ini meliputi :
a. Tradisional Slimming Treatment
Slimming Treatment merupakan beberapa treatment di antaranya teknik massage
dengan gerakan khusus yang berfungsi untuk menghancurkan lemak, sehingga
memudahkan dan memaksimalkan hasil perawatan slimming dengan berbagai alat.Teknik
ini mulai banyak digunakan di beberapa klinik dan spa.Namun, masih sedikit sekali yang
mengombinasikan Lipomassage ini dengan alat. Kebanyakan klinik estetika hanya
menggunkan alatnya saja untuk treatment pelangsingan. Efek sampingnya yaitu kulit akan
sedikit kemerahan dan terasa agak gatal sebagai tanda bahwa terjadi proses penghancuran
lemak.
b. Perawatan Perut/abdominal treatment
Treatment ini menggunakan alat radio frequency dengan cara menghantarkan panas
yang diaplikasikan ke tubuh. Treatment ini bertujuan untuk mengurangi volume lemak di
dalam tubuh lemak,serta merangsang pembentukan kolagen pada kulit sehingga kulit akan
terasa kencang,
c. Ratus treatment/perawatan kewanitaan
Yaitu suatu perawatan vagina tradisional dengan cara pengasapan langsung di organ
intim perempuan. Asap tersebut dihasilkan dari pembakaran ramuan berbagai macam
rempah alami, mulai dari bunga mawar hingga kayu secang.
15
d. Pijat laktasi/perawatan payudara
Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Standar Profesi Bidan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6325)
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 24,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5607);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 954);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 944);
MEMUTUSKAN
Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN.
KESATU : Standar profesi Bidan terdiri atas:
a. standar kompetensi; dan
16
b. kode etik profesi.
KEDUA : Mengesahkan standar kompetensi Bidan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU huruf a, tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KETIGA : Kode etik profesi sebagaimana dimaksud dalam DiktumKESATU huruf b
ditetapkan oleh organisasi profesi.
KEEMPAT: Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KELIMA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
17
pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan
pemberdayaan perempuan dan/atau peneliti dalam penyelenggaraan praktik kebidanan.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan, Bidan memberikan asuhan kebidanan yang bersifat holistik,
humanistic berdasarkan evidence based dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan,
dan memperhatikan aspek fisik, psikologi, emosional, sosial budaya, spiritual, ekonomi,
dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan, meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan.
Perkembangan pelayanan kebidanan sejalan dengan kemajuan pelayanan obstetri dan
ginekologi. Bidan sebagai profesi yang terus berkembang, senantiasa mempertahankan
profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Profesionalitas terkait erat dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
profesional (kompetensi profesional). Bidan profesional yang dimaksud harus memiliki
kompetensi klinis (midwifery skills), sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan
advokasi dan pemberdayaan dalam mencari solusi dan inovasi untuk meningkatkan
kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat.
Sikap profesional Bidan tidak terlepas dari harapan masyarakat tentang profil seorang
Bidan. Survei tentang kinerja bidan yang dilakukan oleh Organisasi Profesi dan asosiasi
institusi pendidikan kebidanan pada Tahun 2010 melalui pendekatan kualitatif
menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan Bidan yang ramah, terampil
dan tanggap di bidangnya. Mencermati harapan masyarakat tersebut, Organisasi Profesi
dan stakeholders terkait menyusun suatu standar kompetensi Bidan yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan.
Standar Kompetensi Bidan yang disusun ini, merupakan penyempurnaan dari Standar
Kompetensi Bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Standar tersebut disusun berdasarkan body of knowledge, falsafah dan
paradigma pelayanan kebidanan serta pola hubungan kemitraan (partnership) Bidan dan
perempuan yang berfokus pada kebutuhan perempuan. Standar kompetensi ini memuat
standar kompetensi lulusan pendidikan profesi Bidan dengan sebutan Bidan dan lulusan
pendidikan Diploma III (tiga) Kebidanan dengan sebutan Ahli Madya Kebidanan.
18
melakukan praktik kebidanan dan pedoman bagi institusi pendidikan kebidanan dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan kebidanan.
Daftar pokok bahasan memuat pengertian dari 7 (tujuh) area kompetensi dalam praktik
kebidanan yang diuraikan sesuai bidang ilmu yang terkait. Daftar pokok bahasan ini dapat
digunakan institusi pendidikan kebidanan untuk memetakan pencapaian kompetensi ke
dalam struktur kurikulum masing-masing institusi.
Daftar masalah, berisikan berbagai informasi yang didapatkan dari klien dan keluarga
atau profesi kesehatan lain yang menjadi acuan dalam melakukan penelusuran melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Institusi pendidikan kebidanan
perlu memastikan bahwa selama pendidikan, mahasiswa bidan mempelajari masalah-
masalah tersebut dan mendapat kesempatan berlatih menanganinya.
Daftar keterampilan klinis berisikan keterampilan klinis yang harus dikuasai oleh
Bidan. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan.
Daftar ini memudahkan institusi pendidikan kebidanan untuk menentukan materi dan
sarana pembelajaran keterampilan klinis.
B. KOMPONEN KOMPETENSI
1. Area Etik Legal dan Keselamatan Klien
a. Memiliki perilaku profesional.
b. Mematuhi aspek etik-legal dalam praktik kebidanan.
c. Menghargai hak dan privasi perempuan serta keluarganya.
d. Menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan
19
c. Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan
perempuan, keluarga, dan masyarakat.
4. Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:
1) Bayi Baru Lahir (Neonatus).
2) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
3) Remaja.
4) Masa Sebelum Hamil.
5) Masa Kehamilan.
6) Masa Persalinan.
7) Masa Pasca Keguguran.
8) Masa Nifas.
9) Masa Antara.
10) Masa Klimakterium.
11) Pelayanan Keluarga Berencana.
12) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.
b. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan situasi
kegawatdaruratan dan sistem rujukan.
c. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan Keterampilan
Dasar Praktik Klinis Kebidanan.
20
j. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
masa klimakterium.
k. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
pelayanan Keluarga Berencana.
l. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
m. Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik klinis kebidanan.
Pengertian
Bidan Praktek Mandiri ( BPM ) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang
kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat
Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau
program. (Imamah, 2012:01).
Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan kesehatan, yang
memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan
bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu, perlu adanya regulasi pelayanan
praktek bidan secara jelas persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek
seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi
semuanya harus sesuai dengan standar.
21
- Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan
prosedur tetap (protap) yang berlaku.
- Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku.
9. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek bidannya atau
foto copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat.
10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang memiliki
SIPB untuk membantu tugas pelayanannya.
B. Tata Ruangan
1. Setiap ruang priksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.
2. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang priksa, ruang
adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu, dan kamar mandi/WC
masing-masing 1 buah.
3. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan.
C. LOKASI
1. Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat
(tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat
perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya.
2. Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai fungsi
sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
22
CTU ( Contraceptive Technology Update) pelatihan KB yang meliputi : KB
IMPLAN,IUD, Pil suntik, kondom.
B. Weakness (Kelemahan) :
Sensitif
Berbicara spontan apa adanya, terkadang tanpa mempedulikan perasaan orang lain
Pelupa
C. Opportunities (peluang):
Bidan praktek swasta yang ada relatif sedikit
Setelah dianalisis pelayanan sebagian bidan di daerah itu kurang memuaskan
khususnya dalam bidang kepuasan pelanggan
Bidan-bidan senior kurang bisa meningkatkan kreatifitas sehingga terlihat
monoton.
D. Threats (ancaman):
Adanya persaingan yang tidak sehat
LOKASI yang tidak startegi
23
G. PMK NO 28 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat penerima pelayanan
kesehatan, setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik
keprofesiannya harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. bahwa Bidan merupakan salah satu dari jenis tenaga kesehatan yang
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan
kebidanan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki;
c. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan perlu disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat
(5) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
24
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan.
MEMUTUSKAN
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
PERIZINAN
25
Bagian kesatu
Kualifikasi Bidan
Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendahmemiliki kualifikasi jenjang
pendidikan diploma tiga kebidanan.
Bagian Kedua
STRB
Pasal 3
(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya.
(2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
SIPB
Pasal 5
(1) Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
(2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan yang telah
memiliki STRB.
(3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
(4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan masih berlaku,
dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 6
(1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
(2) Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB pertama.
Pasal 7
(1) SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(2) Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditembuskan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
26
(3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditembuskan.
Pasal 8
(1) Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada Instansi
Pemberi Izin dengan melampirkan:
a. fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
b. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat Bidan akan
berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat
Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dikecualikan untuk
Praktik Mandiri Bidan.
(3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak
diperlukan.
(4) Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setelah
dilakukan visitasi penilaian pemenuhan persyaratan tempat praktik Bidan.
(5) Contoh surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir
III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
27
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Wirausaha adalah seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan
segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan
cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih
tinggi.
Untuk menjadi seorang wirausaha, kita harus memiliki karakteristik kerja keras dan
disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif dan Inovatif, mandiri dan realistis. Selain itu,
masih ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha, yaitu berani
menghadapi resiko, selalu mencari peluang, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki
kemampuan manajerial, memiliki keterampilan personal.
kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah Sebuah mindset dan method yang
harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola
sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Klinik Bersalin) dengan
mengembangkan kegiatankegiatan berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi
kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk kemajuan/keberhasilan praktek
profesional kebidanannya.
Selain memberikan produk berupa jasa antenatal care (pemeriksaan kehamilan),
menolong persalinan serta pengawasan masa nifas, KB,Imunisasi, konselor pasangan usia
subur dan wanita pascamenopause atau menopause, seorang bidan dengan ilmu yang ia
miliki dapat mebuka usaha baru seperti layanan baby messege, baby spa, baby gym, kelas
senam hamil dan ibu nifas, senam prakonsepsi dan konsepsi, membuat produk makanan
tambahan untuk bayi usia 6 bulan ke atas yang bergizi dan masih banyak lagi
B.Saran
Dalam menjalankan suatu usaha, seorang bidan harus memiliki sifat disiplin, jujur,
komitmen tinggi, kreatif dan inovatif, mandiri dan ralistis.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.unika.ac.id//index.php/shk/article/view/80
https://www.scribd.com/document/377784098/Kewirausahaan-Dalam-Praktek-Kebidanan
https://s3.amazonaws.com/elexmedia/preview/9786020450913.pdf
https://utamiyulidagusnita.wordpress.com/2015/04/24/komplemeter-aromaterapi
https://www.amazine.co/2807/tips-refleksologi-asal-usul-sejarah-manfaat-refleksologi
http://www.bidankita.com/endorphin-massage/2/
https://wicaksonoriza.blogspotcom/2016/04/manfaat-dan-teknik-pada-terapi-messege.html
https://pijatshiatsu.wordpress.com/tentang-shiatsu/
https://yogaleaf.com/index.php?
29