Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN KEBIDANAN

NAMA: Shinta Kartika Dewi


NIM :08021A013

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA


BALIKPAPAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syujur kai panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.Penyusun makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewirausahaan,kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana
kewirausahaan di kebidanan
Menyadari banyaknya kekurangan penyusun makalah ini.Karena itu,kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………5
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN
A. Kewirausahaan dalam kebidanan...……………………………………....6
B. Tahapan kewirausahaan bidan berbasis bakat…………………………....11
C. Faktor Kegagalan dalam wirausaha…….………………………………...13
D. Ide-ide Peluang Usaha….………………………………………………...13
E. Kepmenkes 320 tahun 2020 Ttg Standar Profesi Bidan………………….16
F. PMB(Praktiktik Bidan Mandiri)………………………………………….21
G. PMK NO.28 Ttg Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan………………24

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………28
B. Saran……………………………………………………………………...28

Daftar Pustaka ………………………………………………………………….29

3
BAB II PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai
wirausahawan. Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian menjual,
mulai menawarkan ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai pelaku usaha
mandiri dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik
manajemen usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk
mampu sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun
perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai ke
mampuan personal selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya
mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola
manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa
takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007:18). John J.Kao
(1993) mendefinisikan berkewirausahaan sebagai usaha untuk menciptakan nilai melalui
pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan resiko yang tepat, dan melalui
keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan bahan-
bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya
terlaksana dengan baik. Menjadi profesi bidan yang unggul di bidang
kewirausahaan/interprenuership dalam bentuk praktek mandiri dan mampu menciptakan
lapangan pekerjaan,khususnya kewirausahaan yang bergerak dibidang kesehatan sangat
membantu dalam pengembangan pembangunan yang mana pada masa sekarang ini.
Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat disebut juga sebagai wirausahawan.
Dimana wirausahawan adalah seorang yang memiliki keahlian menjual, mulai
menawarkan ide hinggá komoditas yakni layanan jasa. Sebagai pelaku usaha mandiri
dalam bentuk layanan jasa kesehatan dituntut untuk mengetahui dengan baik manajemen
usaha. Bidan sebagai pelaku usaha mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu
sebagai manajerial dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun
perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara strategis dan mempunyai
kemampuan personal selling yang baik guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya
mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu mengelola
manajemen pelayanan secara profesional, serta mempunyai jiwa entrepreneur.
Bidan yang berwirausaha dengan cara membuka praktek mandiri dirumahnya,
seharusnya berusaha untuk mendongkrak inovasi yang baru terhadap manajemen usaha.
Dimulai dari modal yang ia punya, alat-alat kesehatan, susunan ruangan, manajemen
keuangan, dan lain-lain. Agar laba yang diharapkan dapat terwujud tanpa mengurangi
kualitas pelayanan yang diberikan.

4
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana ideide dan peluang
usaha dalam pelayanan kebidanan yang menyangkut antenatal care, intranatal care,
postnatal care, bayi baru lahir, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

C.Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui ide-ide dan peluang usaha
dalam pelayanan kebidanan yang menyangkut antenatal care, intranatal care, postnatal
care, bayi baru lahir, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

5
BAB II PEMBAHASAN

A.Kewirausahaan dalam Kebidanan


Menurut Heri Wibowo (Buku Kewirausahaan, Heri Wibowo : 2011),Kewirausahaan
adalah sebuah mindset (pola pikir) dan method (metode).Keduanya dapat berdiri sendiri
maupun bersama-sama. Sebagai mindset ,kewirausahaan mewakili pola pikir, asumsi
dasar, nilai atau yang mendasari pemikiran kita. Ia adalah ‘sesuatu’ yang berbeda diantara
stimulus dan respon. Ia adalah pembeda antara seorang individu dengan individu lainnya.
Mindset adalah hal yang berpotensi mewarnai pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan
kita. Mindset wirausaha dalam hal ini adalah pola piker positif, pantang menyerah, selalu
berusaha melihat peluang. Selanjutnya, sebagai metode (method), tentu saja aktivitas wira
usaha memiliki langkah/cara/strategi tertentu untuk dapat sukses (tidak terlalu mudah
gagal).
Dari sekian banyak kasus, tentunya ditemukan formula/rumus ideal bagaimana cara
memulai aktivitas wirausaha dengan baik, dalam arti berpeluang mendapatkan profit
sekaligus memiliki sedikit peluang untuk bangkrut. Metoda dalam hal ini bagaimana
aktivitas kewirausahaan ini dijalankan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menghasilkan keuntungan bagi pengelolanya. Secara umum metode ini juga dapat dibagi
dua yaitu business content (jenis bisnisnya/produk/barang), dan business context (yaitu
perangkat bisnisnya, mulai dari manajemen keuangannya,pemasaran, sdm, dan lain-lain).
Kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah Sebuah mindset (polapikir ) dan method
(metode) yang harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai
dan/atau mengelola sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta maupun
Klinik Bersalin) dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan berbasis kreativitas dan
inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk
kemajuan/keberhasilan praktek profesional kebidanannya.

1. Sumber Potensi Peluang Kewirausahaan Pada Kebidanan


Proses penjaringan ide disebut screening yang merupakan suatu
cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk atau jasa
riil. Adapun langkah-langkah dalam penjaringan ide (screening) ide
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menciptakan Produk Baru dan Berbeda
Produk dan jasa yang dibuat harus menciptakan nilai bagi pembeli, untuk itu wirausaha
harus benar-benar mengenal perilaku konsumen di pasar. Ada dua unsur pasar yang perlu
diperhatikan:
1) Permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan
2) Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa
Kemampuan untuk memperoleh peluang, sangat bergantung pada kemampuan wirausaha
untuk menganalisis pasar, yang meliputi aspek :
1) Analisis demografi pasar
2) Analisis serta tingkah laku pesaing
3) Analisis keunggulan bersaing pesaing dan kevakuman pesaing
yang dapat dianggap dapat menciptakan peluang
6
b. Mengamati Pintu Peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya:
1) Kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru
2) Pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru
3) Dukungan keuangan
4) Keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar
Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan
mengamati kelemahan-kelemahan dan resiko pesaing dalam menanamkan modal barunya.
Pintu peluang usaha baru dapat diperoleh dengan cara (Zimmerer) :
1) Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang
relatif singkat
2) Kerugian teknik harus rendah
3) Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi
produknya
4) Pesaing tidak memiliki teknologi yang canggih
5) Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam
mempertahankan posisi pasarnya
6) Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumbe-sumber untuk
menghasilkan produk barunya

c. Memperhitungkan Risiko yang Mungkin Terjadi


Risiko pesaing, kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisi
pasarnya :
1) Kesamaan dan keunggulan produk yang dikembangkan pesaing
2) Tingkat keberhasilan yang dicapai pesaing dalam
pengembangan produknya
3) Seberapa besar dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan
produk baru
Risiko teknik adalah kegagalan dalam proses pengembangan
produk. Sedangkan resiko finansial adalah kegagalan yang timbul
akibat ketidakcukupan dana.

d. Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan


Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah
memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut
dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Komptensi itu sendiri
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman. Wirausahawan adalah seseorang yang
memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi, ia memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.Kemampuan kreatif dan
inovatif tersebut tercermin dalam:
1) Kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start-up)
2) Kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative)
3) Kemampuan dan kemampuan untuk mencari peluang(opportunity)
7
4) Kemampuan dan keberanian untuk menanggung resiko (risk bearing)
5) Kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya
Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
1) Menghasilkan produk atau jasa baru
2) Menghasilkan nilai tambah baru
3) Merintis usaha baru
4) Melakukan proses/teknik baru
5) Mengembangkan organisasi baru

2. Kewirausahaan Dalam Praktik Kebidanan


a. Defenisi Bidan Praktek Swasta
Bidan praktek swasta merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang kesehatan
dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya.Bidan yang melakukan praktek harus memiliki SIPB
sehingga dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program. SIPBdikeluarkan
oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/ kota yang seterusnya akan disampaikan
laporannya kepada kepala dinas kesehatan provinsi setempat dengan tembusan kepada
organisasi profesi setempat.
Jasa praktek bidan swasta biasanya merupakan usaha yang dijalankan oleh seorang
yang memiliki keahlian atau berprofesi sebagai seorang bidan. Kadangkala usaha praktek
bidan yang mereka jalankan bisa menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan
dengan gaji bulanan mereka. Beberapa jasa usaha ini adalah persalinan, imunisasi balita,
kesehatan ibu dan anak (KIA) yang meliputi pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan
balita tahap awal.Besarnya tarif biasanya disesuaikan dengan kondisi wilayah mereka
tinggal dan kesenioritasan yang mencangkup keahlian bidantersebut.

b. Tujuan BPS (Bidan Praktik Swasta)


1) Umum
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai dan mudah dijangkau kepada
masyarakat terutama ibu dan anak.
2) Khusus
a) Untuk membantu masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal
b) Untuk menerapkan ilmu yang sudah didapatkan
c) Untuk mengembangkan usaha berupa penjualan jasa kepada masyarakat.

c. Langkah-Langkah yang Dilakukan Dalam Pengembangan Usaha


1) Menjalin komunikasi dengan orang lain
Maksudnya agar tidak ketingggalan informasi diperlukan matamata dalam menjalankan
usaha, tentunya mata-mata dalam arti positif yaitu orang yang bertugas mengumpulkan
informasi untuk mendukung kemajuan usahanya. Memperluas jaringan komunikasi
sangatlah penting selain mempermudah mendapatkan informasi juga dapat memperluas
daerah pemasaran.
8
2) Berani berinvestasi
Sebagai pemula dalam usaha dengan dana/ modal yang terbatas, diharapkan untuk
berani menjual asset sendiri yang dapat menghasilkan uang untuk berinvestasi ataupun
berusaha mengkredit uang dengan orang lain dengan syarat harus adanya pertanggung
jawaban untuk melunasinya.

3) Promosi
Dengan adanya promosi, masyarakat dapat mengenal produk yang ditawarkan.
Sehingga konsumen dapat tertarik membeli produk yang telah dibuat. Para wirausahawan
dapat mengambil alternatifnya yakni, dengan mengikuti bazaar, karena bazaar adalah
sarana promosi yang murah dan dapat dijadikan momen untuk mengambil keuntungan.
Setelah itu baru mempersiapkan brosur ataupun spanduk.

4) Dapat memilih tempat yang strategis


Dalam hal memproduksi barang dan penamaan tempat perlu adanya keunikan. Karena
dengan keunikan suatu barang, maka kemungkinan banyak konsumen yang mencari, dan
semakin besar peluang untuk mendapatkan keuntungan besar, dalam hal ini juga dapat
memberikan nilai tambah didalam penjualan produk ataupun memberikan nilai diskon
apabila pembelian banyak.

5) Pertimbangkan untuk mengembangkan bisnis


Yakni dengan jalan waralaba lisensi atau peluang bisnis ataupun distribusi wholesale.

6) Strategi untuk mendapatkan keuntungan besar


Seringkali para pemilik bisnis berpikir bahwa untuk meningkatkan profit/ keuntungan
maka mereka harus menaikkan jumlah pelanggan mereka dan omset mereka/ total
pendapatan kotor mereka. Anggapan ini adalah salah, karena profit, omset, dan pelanggan
sebenarnya adalah hasil akhir yang tidak dapat diubah bila kewirausahaan tidak mengubah
srategi tersebut.

d. Kewirausahaan dan Networking


Penerapan networking dalam bidan pribadi (bidan professional) dapat berupa: promosi
dan pemasaran pelayanan bidan secara getok tular untuk menjaring klien baru. Hal ini
diperoleh ketika ada seorang klien atau pasien yang merasa puas dengan pelayanan
professional bidan tersebut kepada klien maupun calon klien lain terutama yang
mengalami ketidakpuasan untuk pindah ke pelayanan professional oleh bidan tersebut.
Promosi dan pemasaran pelayanan bidan melalui jejaring media social. Bidan yang up to
date dengan teknologi kini dan tidak gatek dapat sharing informasi dan pengalaman dan
berkomunikasi dengan klien atau calon klien menggunakan media social misalnya FB,
Twitter, dan sebagainya.

e. Sasaran

9
Sasaran bidan praktik swasta adalah masyarakat dari semua golongan. Jasa bidan
praktik swasta, membidik para ibu rumah tangga sebagai target pasar. Pengguna layanan
jasa praktik bidan swasta ini adalah ibu hamil, anak balita, wanita usia subur, pasangan
usia subur dan wanita-wanita yang mengalami masa menopause. Layanan yang paling
sering dibutuhkan adalah partus atau persalinan. Bayi dan balita yang membutuhkan
imunisasi juga bisa menjadi konsumen jasa bidan swasta. Ibu hamil menjadi konsumen
jasa bidan swasta. Ibu hamil biasa memeriksakan kesehatan kandungannya. Ibu
melahirkan bayinya dengan bantuan bidan, hingga para ibu yang ingin mengimunisasikan
bayi mereka ataupun
para ibu yang ingin mengikuti program.

f. Strategi
Produk yang dipasarkan adalah berupa jasa pelayanan dibidang kebidanan yang
meliputi pelayanan pemeriksaan hamil, bersalin, nifas, bayi, balita, dan KB. Strategi
pemasaran yang dilakukan dapat melalui mulut ke mulut. Sementara untuk
memperkenalkan program unggulan senam hamil ditempuh melalui promosi kesehatan
dengan memperkenalkan senam hamil pada ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal
tentang mamfaat dan keuntungan melakukan senam hamil.
Strategi yang ditempuh untuk dapat menarik perhatian klien adalah dengan menjadi
bidan yang professional, efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan, ramah, cepat
tanggap terhadap keadaan klien, tidak membeda-bedakan pasien, meningkatkan
keterampilan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi serta
menjalin kerja sama dengan rumah sakit atau klinik untuk mempercepat penanganan bila
terjadi kegawatdaruratan.Biaya pelayanan yang terjangkau juga merupakan salah satu
strategi pemasaran.Dengan fasilitas pelayanan yang memadai dan keramahtamaan petugas
dalam memberikan pelayanan kepada pasien, maka akan membuat pasien merasa nyaman
dan puas dengan pelayanan yang diberikan. Disini juga disediakan kotak saran tertulis jika
pasien ingin menyampaikan keluhan terkait pelayanan.

g. Kendala yang Dihadapi BPS


Kendala yang dirasakan dalam usaha praktek bidan swasta ini biasanya hanya seputar
masalah teknis persalinan. Salah satu contohnya adalah anjuran untuk sebelum saatnya
mengejan tetapi ternyata pasien tidak mengiindahkan dan tetap mengejan. Tentu hal
ini sangat merepotkan apabila bidan tidak terbiasa menangani hal seperti itu. Selain
kendala di atas, untuk jasa praktek bidan swasta yang berada di wilayah pedesaan, kendala
yang sering dirasakan adalah apabila ibu hamil tinggal di daerah pegunungan dan jalan
menuju daerah tersebut sulit dijangkau. Dalam hal ini memang sering terjadi, mengingat
rata-rata kondisi jalan daerah pedesaan tidak sebagus dan semudah di kota. Untuk jam
praktek, mereka bisa dibilang 24 jam penuh nonstop. Salah satu penyebabnya adalah
proses persalinan yang sering tidak bisa diperkirakan. Ini merupakan resiko jika mereka
benar-benar terjun di usaha ini.

10
B.Tahapan Kewirausahaan Bidan Berbasis Bakat
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
1. Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin
apakah membuka usaha baru,melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’. Tahap
ini juga
memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.

2. Tahap melaksanakan usaha


Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi,
kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan,
pemasaran, dan melakukan evaluasi.

3. Tahap mempertahankan usaha


Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis
perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

4. Tahap mengembangkan usaha


Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami
perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang
mungkin diambil. Sikap wirausaha Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan
di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari
kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
1. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memilik kedisiplinan
yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan
terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu
ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan
terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan
berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan
meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat
dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat
azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang
tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan
kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas
pekerjaan dan sistem kerja.

2. Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang
wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif
11
(berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan
identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya.
Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya
adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang
sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan
sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen,
akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat
sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang
diharapkan.

3. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang
wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks.Kejujuran mengenai
karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang
dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran
mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh
wirausahawan.

4. Kreatif dan Inovatif


Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya
kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir
yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk
yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat
dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius
yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi
oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

5. Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan
dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan
pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang
wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri
dalam memenuhi kegiatan usahanya.

6. Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita
sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi,
namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak
realistis,obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu
dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukanmasukan/ sumbang
saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
12
C. Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
1. Tidak kompeten dalam manajerial
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan
operasi perusahaan.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan.Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik,
faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur
pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas
menyebabkan operasional perusahan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan
maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha.
Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena
kurang efisien.
6. Kurangnya pengawasan peralatan
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan
mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,kemungkinan gagal
menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi
wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh
apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

D. Ide-ide Peluang Usaha Bidan


1. ANC
a. Menjual baju ibu hamil.
b. Menjual perlengkapan bayi seperti baju, jaket,celana, topi, kaus kaki
c. Pakaian dalam (Underwear, Bra untuk ibu menyusui) dan pembalut
d. Toko Obat
Dengan mengajukan surat permohonan perijinan mendirikan Toko obat dengan
melengkapi persyaratan sebagai berikut :
 Permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Manado bermaterai Rp. 6.000,-
 Foto copy Akte Pendirian ( Pemohon yang berbadan hukum )
 Foto copy KTP

13
 Foto copy NPWP
 Foto copy Ijasah Asisten Apoteker
 Surat pernyataan Kesediaan bekerja dari Asisten Apoteker

e. Menjual buku seputar kehamilan, persalinan, nifas, KB dan perawatan bayi.

2. Mom, Baby and Kids Spa : Alternative Bisnis yang Menjadi Incaran para Bidan
Baby spa mulai dikenal di Indonesia di dekade tahun 2000 an, kala itu masih dikena
dikota besar seperti Jakarta melalui water therapy atau terapi air, istilah terapi air in
dikenal juga dengan nama hydrotherapy/water flotation/aquatic physical therapy.
Yang di maksud dengan hydrotherapy/water flotation/aquatic physical therapy adalah
bayi berendam di dalam kolam kecil atau kolam baby dengan menggunakan neckring atau
pelampung yang di pasangkan di leher si bayi sehingga bayi bebas menggerakkan tangan,
lengan dan tungkai kakinya, kondisi seperti ini membuat bayi seperti berada dalam
kandungan ibunya bebas menggerakkan tungkai kakinya. Melalui therapy air ini akan
memberikan stimulasi kepada si bayi untuk mengkoordinasikan keseimbangan terhadap
syaraf motorik si bayi. Dari beberapa penelitian bayi yang melakukan therapy air
memperoleh kualitas tidur yang lebih baik dan sangat bagus untuk tumbuh kembang anak.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 900/MENKES/VII/2002 tentang
Registrasi dan Praktek Bidan Pasal 14 bahwa pelayanan bidan meliputi : a). pelayanan
kebidanan. B) PelayananKeluarga berencana. c) Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
Mengenai pelayanan kebidanan ini dijelaskan kembali didalam pasal 15 meliputi
pelayanan kepada ibu pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa nifas,
menyusui dan masa antara (periodeinterval), sedangkan pelayanan bidan kepada anak
diberikan pada masa bayi baru lahir, masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.
Dengan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan no 900/MENKES/VII/2002
mendorong para bidan membuka pelayanan kesehatan terhadap Ibu dan Anak menjadi
lebih luas.
Sesuai dengan pasal 15 tersebut salah satu pelayanan bidan yang dapat di berikan
untuk ibu dan anak melalui program SPA yaitu SPA untuk ibu, bayi dan anak, yang lebih
dikenal dengan nama Mom, baby and kids spa. melalui menu menu yang ada pada
program mom baby and kids spa para bidan dapat membantu para ibu baik pra nikah, pra
hamil, masa kehamilan, masa menyusui, masa nifas, bayi baru lahir, masa batita dan pra
sekolah untuk mendapatkan treatment yang sesuai dengan masanya.
Pelayanan bidan terhadap ibu bayi dan anak ini,menjadi peluang baru bagi para bidan
untuk mengembangkan usaha pelayanannya terlebih era “ dukun pijat bayi “ mulai
bergeser. Sehingga banyak para ibu muda yang lebih mempercayai para bidan untuk
menangani mulai dari konsultasi pra nikah proses kehamilan persalinan dan perkembang si
bayi.Bahkan untuk ibu yang tidak bisa datang berkunjung ke bidan
praktek, maka pelayanan bisa dilakukan dengan cara mengunjungi rumah
si ibu melalui program home care.

14
Untuk bisa membuka usaha Spa tanpa mengalami kebingungan darimana
mengawalinya peserta dapat mengikuti Pelatihan Manajemen Bisnis Spa. karena materi
manajemen bisnis spa terdiri dari :
 Usaha Konsep Spa
 Design dan layout spa
 Analisa keuangan Spa
 Penyusunan menu Spa
 Promosi dan pemasaran Spa
 Penyusunan Standar operasional Prosedur/SOP
Setelah melalui pelatihan manajemen bisnis spa untuk bisa membuka usaha
dibutuhkan adanya ketrampilan/tehnik massage spa .materi pelatihan yang dapat diikuti
ada pelatihan MOM, BABY and Kids Spa terdiri dari :
1. Baby Gym
2. Baby swimming
3. Baby massage
4. Kids Spa
5. Spa ibu hamil
6. Refleksi
7. Head and Face massage
8. Back Treatment
9. Hot wrapping

3. Postnatal
Untuk Materi lanjutan terkait dengan ibu pasca melahirkan dapat mengikuti Pelatihan
POST NATAL TRADITIONAL TREATMENT, materi ini meliputi :
a. Tradisional Slimming Treatment
Slimming Treatment merupakan beberapa treatment di antaranya teknik massage
dengan gerakan khusus yang berfungsi untuk menghancurkan lemak, sehingga
memudahkan dan memaksimalkan hasil perawatan slimming dengan berbagai alat.Teknik
ini mulai banyak digunakan di beberapa klinik dan spa.Namun, masih sedikit sekali yang
mengombinasikan Lipomassage ini dengan alat. Kebanyakan klinik estetika hanya
menggunkan alatnya saja untuk treatment pelangsingan. Efek sampingnya yaitu kulit akan
sedikit kemerahan dan terasa agak gatal sebagai tanda bahwa terjadi proses penghancuran
lemak.
b. Perawatan Perut/abdominal treatment
Treatment ini menggunakan alat radio frequency dengan cara menghantarkan panas
yang diaplikasikan ke tubuh. Treatment ini bertujuan untuk mengurangi volume lemak di
dalam tubuh lemak,serta merangsang pembentukan kolagen pada kulit sehingga kulit akan
terasa kencang,
c. Ratus treatment/perawatan kewanitaan
Yaitu suatu perawatan vagina tradisional dengan cara pengasapan langsung di organ
intim perempuan. Asap tersebut dihasilkan dari pembakaran ramuan berbagai macam
rempah alami, mulai dari bunga mawar hingga kayu secang.

15
d. Pijat laktasi/perawatan payudara

E. KEPMENKES 320 TAHUN 2020 TENTANG PROFESI BIDAN

Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan dan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Standar Profesi Bidan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6325)
5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 24,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5607);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 954);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 944);

MEMUTUSKAN
Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN.
KESATU : Standar profesi Bidan terdiri atas:
a. standar kompetensi; dan
16
b. kode etik profesi.
KEDUA : Mengesahkan standar kompetensi Bidan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KESATU huruf a, tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
KETIGA : Kode etik profesi sebagaimana dimaksud dalam DiktumKESATU huruf b
ditetapkan oleh organisasi profesi.
KEEMPAT: Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KELIMA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pertumbuhan dan perkembangan reproduksi perempuan dimulai sejak terbentuknya


organ reproduksi, jauh sebelum seorang perempuan dilahirkan dan berketurunan
diperlukan untuk menjaga keberlanjutan generasi agar tidak punah, hal ini merupakan
proses dan fungsi reproduksi perempuan secara alamiah.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dinyatakan
kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik,mental dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki dan perempuan. Pemerintah menjamin
pemenuhan hak kesehatan reproduksi bagi setiap orang dan menjamin kesehatan ibu dalam
usia reproduksi agar melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, serta mengurangi
angka kematian ibu yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kesehatan Reproduksi dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual.
Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 Angka
Kematian Ibu (AKI) 305/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan berdasarkan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, Angka Kematian Bayi (AKB)
24/1000 KH, adapun target Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030
adalah AKI mencapai 70/100.000 KH, sedangkan AKB 12/1000 KH. Bidan sebagai salah
satu profesi tertua di dunia memiliki peran sangat penting dan strategis dalam penurunan
AKI dan AKB serta penyiapan generasi penerus bangsa yang berkualitas, melalui
pelayanan kebidanan yang bermutu dan berkesinambungan.
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang bermutu dapat berkesinambungan,
bidan harus memahami falsafah, kode etik, dan regulasi yang terkait dengan praktik
kebidanan. Berdasarkan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Kebidanan bahwa dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan memberikan
pelayanan meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, serta pelaksanaan tugas
berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau pelaksanaan tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu, dan dalam Pasal 47 mengatakan Bidan dapat berperan sebagai
pemberi pelayanan kebidanan, pengelola pelayanan kebidanan, penyuluh dan konselor,

17
pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik, penggerak peran serta masyarakat dan
pemberdayaan perempuan dan/atau peneliti dalam penyelenggaraan praktik kebidanan.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan, Bidan memberikan asuhan kebidanan yang bersifat holistik,
humanistic berdasarkan evidence based dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan,
dan memperhatikan aspek fisik, psikologi, emosional, sosial budaya, spiritual, ekonomi,
dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan, meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai kewenangannya dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan.
Perkembangan pelayanan kebidanan sejalan dengan kemajuan pelayanan obstetri dan
ginekologi. Bidan sebagai profesi yang terus berkembang, senantiasa mempertahankan
profesionalitasnya dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Profesionalitas terkait erat dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
profesional (kompetensi profesional). Bidan profesional yang dimaksud harus memiliki
kompetensi klinis (midwifery skills), sosial-budaya untuk menganalisa, melakukan
advokasi dan pemberdayaan dalam mencari solusi dan inovasi untuk meningkatkan
kesejahteraan perempuan, keluarga dan masyarakat.
Sikap profesional Bidan tidak terlepas dari harapan masyarakat tentang profil seorang
Bidan. Survei tentang kinerja bidan yang dilakukan oleh Organisasi Profesi dan asosiasi
institusi pendidikan kebidanan pada Tahun 2010 melalui pendekatan kualitatif
menunjukkan bahwa pada intinya masyarakat mengharapkan Bidan yang ramah, terampil
dan tanggap di bidangnya. Mencermati harapan masyarakat tersebut, Organisasi Profesi
dan stakeholders terkait menyusun suatu standar kompetensi Bidan yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan.
Standar Kompetensi Bidan yang disusun ini, merupakan penyempurnaan dari Standar
Kompetensi Bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Standar tersebut disusun berdasarkan body of knowledge, falsafah dan
paradigma pelayanan kebidanan serta pola hubungan kemitraan (partnership) Bidan dan
perempuan yang berfokus pada kebutuhan perempuan. Standar kompetensi ini memuat
standar kompetensi lulusan pendidikan profesi Bidan dengan sebutan Bidan dan lulusan
pendidikan Diploma III (tiga) Kebidanan dengan sebutan Ahli Madya Kebidanan.

SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI BIDAN


Standar Kompetensi Bidan terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari
gambaran tugas, peran, dan fungsi Bidan. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya,
yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa
komponen kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di
akhir pendidikan.
Standar Kompetensi Bidan ini dilengkapi dengan daftar pokok bahasan masalah,
dan keterampilan klinis. Fungsi utama ketiga rincian tersebut sebagai pedoman bidan

18
melakukan praktik kebidanan dan pedoman bagi institusi pendidikan kebidanan dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan kebidanan.
Daftar pokok bahasan memuat pengertian dari 7 (tujuh) area kompetensi dalam praktik
kebidanan yang diuraikan sesuai bidang ilmu yang terkait. Daftar pokok bahasan ini dapat
digunakan institusi pendidikan kebidanan untuk memetakan pencapaian kompetensi ke
dalam struktur kurikulum masing-masing institusi.
Daftar masalah, berisikan berbagai informasi yang didapatkan dari klien dan keluarga
atau profesi kesehatan lain yang menjadi acuan dalam melakukan penelusuran melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Institusi pendidikan kebidanan
perlu memastikan bahwa selama pendidikan, mahasiswa bidan mempelajari masalah-
masalah tersebut dan mendapat kesempatan berlatih menanganinya.
Daftar keterampilan klinis berisikan keterampilan klinis yang harus dikuasai oleh
Bidan. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan.
Daftar ini memudahkan institusi pendidikan kebidanan untuk menentukan materi dan
sarana pembelajaran keterampilan klinis.

STANDAR KOMPETENSI BIDAN


A. Area Kompetensi
Kompetensi Bidan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi:(1) Etik legal dan
keselamatan klien, (2) Komunikasi efektif, (3)Pengembangan diri dan profesionalisme, (4)
Landasan ilmiah praktik kebidanan, (5) Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan, (6)
Promosi kesehatan dan konseling, dan (7) Manajemen dan kepemimpinan. Kompetensi
Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara komprehensif, efektif,
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.

B. KOMPONEN KOMPETENSI
1. Area Etik Legal dan Keselamatan Klien
a. Memiliki perilaku profesional.
b. Mematuhi aspek etik-legal dalam praktik kebidanan.
c. Menghargai hak dan privasi perempuan serta keluarganya.
d. Menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan

2. Area Komunikasi Efektif


a. Berkomunikasi dengan perempuan dan anggota keluarganya.
b. Berkomunikasi dengan masyarakat.
c. Berkomunikasi dengan rekan sejawat.
d. Berkomunikasi dengan profesi lain/tim kesehatan lain.
e. Berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders).
3. Area Pengembangan Diri dan Profesionalisme
a. Bersikap mawas diri.
b. Melakukan pengembangan diri sebagai bidan profesional.

19
c. Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan
perempuan, keluarga, dan masyarakat.
4. Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan
a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:
1) Bayi Baru Lahir (Neonatus).
2) Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
3) Remaja.
4) Masa Sebelum Hamil.
5) Masa Kehamilan.
6) Masa Persalinan.
7) Masa Pasca Keguguran.
8) Masa Nifas.
9) Masa Antara.
10) Masa Klimakterium.
11) Pelayanan Keluarga Berencana.
12) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.
b. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan situasi
kegawatdaruratan dan sistem rujukan.
c. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan Keterampilan
Dasar Praktik Klinis Kebidanan.

5. Area Keterampilan Klinis Dalam Praktik Kebidanan


a. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
bayi baru lahir (neonatus), kondisi gawat darurat, dan rujukan.
b. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
bayi, balita dan anak pra sekolah, kondisi gawat darurat, dan rujukan.
c. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi
kesehatan reproduksi pada remaja perempuan.
d. Kemampuan memberikan pelayanan tanggap budaya dalam upaya promosi
kesehatan reproduksi pada masa sebelum hamil.
e. Memiliki ketrampilan untuk memberikan pelayanan ANC komprehensif untuk
memaksimalkan, kesehatan Ibu hamil dan janin serta asuhan kegawatdaruratan dan
rujukan.
f. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
ibu bersalin, kondisi gawat darurat dan rujukan.
g. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
pasca keguguran, kondisi gawat darurat dan rujukan.
h. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
ibu nifas, kondisi gawat darurat dan rujukan.
i. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
masa antara.

20
j. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
masa klimakterium.
k. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
pelayanan Keluarga Berencana.
l. Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif dan berkualitas pada
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan.
m. Kemampuan melaksanakan keterampilan dasar praktik klinis kebidanan.

F. PMB (PRAKTIK MANDIRI BIDAN)


Istilah Bidan Praktik
 BPS (Bidan Praktik Swasta)
 PBM ( Praktik Bidan Mandiri)
 PMB ( Praktik Mandiri Bidan )
 TPMB (Tempat Praktik Mandiri Bidan )

Pengertian
Bidan Praktek Mandiri ( BPM ) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di bidang
kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat
Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau
program. (Imamah, 2012:01).
Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan kesehatan, yang
memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan
bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu, perlu adanya regulasi pelayanan
praktek bidan secara jelas persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek
seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi
semuanya harus sesuai dengan standar.

Persyaratan Pendidikan Bidan Praktek Mandiri


1. Menjadi anggota Ibi
2. Permohonan Surat Ijin Praktek Bidan selaku Swasta Perorangan
3. Surat Keterangan Kepala Puskesmas Wilayah Setempat Praktek
4. Surat Pernyataan tidak sedang dalam sanksi profesi/ hukum.
5. Surat Keterangan Ketua Ranting IBI Wilayah
6. Persiapan peralatan medis dan medis usaha praktek bidan secara perorangan
dengan pelayanan pemeriksaan pertolongan persalinan dan perawatan.
7. Membuat Surat Perjanjian sanggup mematuhi perjanjian yang tertulis.
8. Bidan dalam menjalankan praktek harus :
- Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi persyaratan kesehatan.
- Menyediakan tempat tidur untuk persalinan minimal 1 dan maksimal 5 tempat
tidur.

21
- Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan
prosedur tetap (protap) yang berlaku.
- Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peralatan yang berlaku.
9. Bidan yang menjalankan prakytek harus mencantumkan izin praktek bidannya atau
foto copy prakteknya diruang praktek, atau tempat yang mudah dilihat.
10. Bidan dalam prakteknya memperkerjakan tenaga bidan yang lain, yang memiliki
SIPB untuk membantu tugas pelayanannya.

Selain itu harus memenuhi persyaratan bangunan yang meliputi:


A. Papan Nama
1. Untuk membedakan setiap identitas maka setiap bentuk pelayan medik dasar swasta
harus mempunyai nama tertentu, yang dapat diambil dari nama yang berjasa dibidang
kesehatan, atau yang telah meninggal atau nama lain yang sesuai dengan fungsinya.
2. Ukuran papan nama seluas 1 x 1,5 meter.
3. Tulisan blok warna hitam, dan dasarnya warna putih.
4. Pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas mudah terbaca oleh
masyarakat.

B. Tata Ruangan
1. Setiap ruang priksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.
2. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang priksa, ruang
adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu, dan kamar mandi/WC
masing-masing 1 buah.
3. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan.

C. LOKASI
1. Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah daerah setempat
(tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum lainnya seperti pusat
perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya.
2. Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar sesuai fungsi
sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.

D. HAK DAN GUNA PAKAI


1. Mempunyai surat kepemilikan (Surat hak milik / surat hak guna pakai)
2. Mempunyai surat hak guna (surat kontrak bangunan) minimal 2 tahun

Menerapkan Analisis Swot


A. Strength (Kekuatan) :
 Telah menyelesaikan program SI Kebidanan & Profesi
 Pengetahuanbaiktekhnismaupun non tekhnis, anatara lain :
 Asuhan Persalinan Normal ( APN)

22
 CTU ( Contraceptive Technology Update) pelatihan KB yang meliputi : KB
IMPLAN,IUD, Pil suntik, kondom.
B. Weakness (Kelemahan) :
 Sensitif
 Berbicara spontan apa adanya, terkadang tanpa mempedulikan perasaan orang lain
 Pelupa

C. Opportunities (peluang):
 Bidan praktek swasta yang ada relatif sedikit
 Setelah dianalisis pelayanan sebagian bidan di daerah itu kurang memuaskan
khususnya dalam bidang kepuasan pelanggan
 Bidan-bidan senior kurang bisa meningkatkan kreatifitas sehingga terlihat
monoton.

D. Threats (ancaman):
 Adanya persaingan yang tidak sehat
 LOKASI yang tidak startegi

Perlu di ingat selalu ya


 Permenkes No 28 tahun 2017 tentang Izin Penyelenggraan dan praktik bidan
 KEMENKES NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN
 UU NO. 4 TAHUN 2019 tentang kebidanan.

5. Memiliki surat perijinan


SIPB dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang seterusnya
akan disampaikan laporannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan
tembusan kepada organisasi profesi setempat.

6. Kelengkapan Administrasi,peralatan,sarana dan prasarana BPM


Permenkes No 28 tahun 2017 tentang Izin Penyelenggaraan dan praktik bidan yuk
dipelajari.

7.Pelayanan yang diberikan bidan praktik mandiri


KEMENKES NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG STANDAR PROFESI
BIDAN

23
G. PMK NO 28 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat penerima pelayanan
kesehatan, setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan praktik
keprofesiannya harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. bahwa Bidan merupakan salah satu dari jenis tenaga kesehatan yang
memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan
kebidanan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki;
c. bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan perlu disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan hukum;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat
(5) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan; (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 122);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
977);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1320);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);

24
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN DAN


PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN.

KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan;


1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan
dalam bentuk asuhan kebidanan.
3. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik kebidanan.
5. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan
kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
6. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
8. Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan di Indonesia.
9. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden
dan menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
10. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
11.Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

PERIZINAN
25
Bagian kesatu
Kualifikasi Bidan

Pasal 2
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendahmemiliki kualifikasi jenjang
pendidikan diploma tiga kebidanan.

Bagian Kedua
STRB
Pasal 3
(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya.
(2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) Contoh surat STRB sebagaimana tercantum dalam formulir II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
SIPB

Pasal 5
(1) Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB.
(2) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan yang telah
memiliki STRB.
(3) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
(4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan masih berlaku,
dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.

Pasal 6
(1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB.
(2) Permohonan SIPB kedua, harus dilakukan dengan menunjukan SIPB pertama.

Pasal 7
(1) SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(2) Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditembuskan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.

26
(3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditembuskan.

Pasal 8
(1) Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada Instansi
Pemberi Izin dengan melampirkan:
a. fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;
b. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik;
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat Bidan akan
berpraktik;
e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.

(2) Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat
Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dikecualikan untuk
Praktik Mandiri Bidan.
(3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan kabupaten/kota,
persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f tidak
diperlukan.
(4) Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setelah
dilakukan visitasi penilaian pemenuhan persyaratan tempat praktik Bidan.
(5) Contoh surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir
III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

27
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan
Wirausaha adalah seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan
segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan
cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai lebih
tinggi.
Untuk menjadi seorang wirausaha, kita harus memiliki karakteristik kerja keras dan
disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif dan Inovatif, mandiri dan realistis. Selain itu,
masih ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha, yaitu berani
menghadapi resiko, selalu mencari peluang, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki
kemampuan manajerial, memiliki keterampilan personal.
kewirausahaan dalam praktek kebidanan adalah Sebuah mindset dan method yang
harus dikuasai seorang Bidan sebagai wirausahawan dalam memulai dan/atau mengelola
sebuah usaha praktek profesional (Bidan Praktek Swasta maupun Klinik Bersalin) dengan
mengembangkan kegiatankegiatan berbasis kreativitas dan inovasi yang dapat memenuhi
kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat untuk kemajuan/keberhasilan praktek
profesional kebidanannya.
Selain memberikan produk berupa jasa antenatal care (pemeriksaan kehamilan),
menolong persalinan serta pengawasan masa nifas, KB,Imunisasi, konselor pasangan usia
subur dan wanita pascamenopause atau menopause, seorang bidan dengan ilmu yang ia
miliki dapat mebuka usaha baru seperti layanan baby messege, baby spa, baby gym, kelas
senam hamil dan ibu nifas, senam prakonsepsi dan konsepsi, membuat produk makanan
tambahan untuk bayi usia 6 bulan ke atas yang bergizi dan masih banyak lagi

B.Saran
Dalam menjalankan suatu usaha, seorang bidan harus memiliki sifat disiplin, jujur,
komitmen tinggi, kreatif dan inovatif, mandiri dan ralistis.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.unika.ac.id//index.php/shk/article/view/80
https://www.scribd.com/document/377784098/Kewirausahaan-Dalam-Praktek-Kebidanan
https://s3.amazonaws.com/elexmedia/preview/9786020450913.pdf
https://utamiyulidagusnita.wordpress.com/2015/04/24/komplemeter-aromaterapi
https://www.amazine.co/2807/tips-refleksologi-asal-usul-sejarah-manfaat-refleksologi
http://www.bidankita.com/endorphin-massage/2/
https://wicaksonoriza.blogspotcom/2016/04/manfaat-dan-teknik-pada-terapi-messege.html
https://pijatshiatsu.wordpress.com/tentang-shiatsu/
https://yogaleaf.com/index.php?

29

Anda mungkin juga menyukai