Anda di halaman 1dari 3

HIPOTERMIA

PENDAHULUAN

Hipotermia mengacu pada suhu tubuh yang rendah, yang biasanya terjadi akibat
pajanan kulit pada udara atau larutan dingin. Selama periode-peri operasi, bayi umumnya
beresiko lebih tinggi daripada anak-anak yang berusia lebih tua untuk mengalami hipotermia
karena mereka memiliki permukaan tubuh yang lebih luas secara proporsional.

Hipotermia biasanya menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan pernafasan


serta penurunan kadar glukosa. Terapi yang biasa dilakukan mencakup menutup permukaan
tubuh anak sebanyak mungkin, menggunakan selimut, bantalan penghangat dan penutup
kepala. (Speer, 2007)

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu mengenal gambaran klinik bayi baru lahir dengan hipotermia kemudian
membuat diagnose, serta mampu memberikan tindakan awal pada bayi baru lahir dengan
hipotermia dan melakukan evaluasi pasca asuhan pada bayi baru lahir dengan hipotermia.

1. Definisi
Hipotermia pada bayi adalah dimana bayi mengalami atau beresiko mengalami penurunan
suhu tubuh terus-menerus dibawah 36,5°C. Gejala awal hipotermia adalah suhu tubuh
dibawah 36°C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
2. Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas.
a. Penurunan produksi panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam system endokrin dan terjadi peurunan basal
metabolism tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada
keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.
b. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berjalan ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
Adapn mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara:
1) Konduksi:;
Yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua
obyek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL
dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL
yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu proses
penimbangan.
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh
bayi ke obyek) (JNPK-KR, 2008).
Mencegah kehilangan panas: Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan
(stetoskop, timbangan, tangan pemberi perawatan, baju, dan sprei) (JNPK-KR,
2008).
2) Konveksi:
Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaan kulit
bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi, sumber kehilangan
panas disini dapat berupa: Inkubator dengan jendela yang terbuka atau pada waktu
proses transportasi BBL ke rumah sakit.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu
udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan BBL di
ruangan yang terpasang kipas angina (JNPK-KR, 2008).
Mencegah kehilangan panas: Hindari aliran udara/pendingin udara, kipas angina,
lubang angina terbuka (JNPK-KR, 2008).
3) Radiasi:
Yaitu perpindahan suhu dari suatu obyek panas ke obyekyang dingin, misalnya
dari bayi dengan suhu yang hangat dikelikingi suhu lingkungan yang lebih dingin
atau suhu inkubator yang dingin.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Panas
dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antara kedua obyek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai
contoh, membiarkan BBL dalam keadaan telanjang atau menidurkan BBL
berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok) (JNPK-KR,2008).
Mencegah kehilangan panas:
a) Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam),
b) Tempatkan tempat tidur bayi jauh dari tembok (JNPK-KR, 2008).
4) Evaporasi:
Panas terbuang akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan traktus
respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah
lahir, atau pada waktu dimandikan.
Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara,
dan aliran udara yang melewati. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan
panas. Kehilangan dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan (JNPK-KR, 2008).
Mencegah kehilangan panas:
a) Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat.
b) Basuh dan keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi.
c) Batasi waktu kontak dengan pakaian basah/selimut basah (JNPK-KR, 2008).

Anda mungkin juga menyukai