Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE) DALAM PELAYANAN KELUARGA


BERENCANA MENGGUNAKAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN (ABPK)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana

Dosen Pembimbing : Bd.Ferina, S.ST., M.Keb

Disusun oleh :

Kelompok 3

Arum Mutiasari P17324118048

Mutiara Putri Horison P17324118016

Widayu Salsabilla P17324118010

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

DIII KEBIDANAN BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena atas nikmat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah KIE dalam Pelayanan KB menggunakan ABPK
untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.

Dalam penulisan tugas ini tentunya ada pihak-pihak yang turut serta mendukung
kelancarannya, maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Yulinda, S.ST., M.PH selaku ketua jurusan Kebidanan Bandung Poltekkes
Kemenkes Bandung.

2. Ibu Titi Legiati, S.ST., M.Kes selaku Koordinator mata kuliah Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana

3. Ibu Ferina, S.ST., M.Keb selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa


meluangkan waktu untuk memberikan arahan, dorongan, dan bimbingan dalam
penyusunan tugas ini.

4. Orang tua kami tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa dan
dukungan baik moril maupun materil.

5. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan banyak dukungan.

6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk hasil penyusunan makalah yang lebih baik.

Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi para pembaca.

Bandung, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................. 1

I. Pengertian KIE ................................................................................................... 1

II. Tujuan KIE.......................................................................................................... 1

III. Jenis - Jenis KIE ................................................................................................ 2

IV. Teknik KIE ......................................................................................................... 2

V. Hak Klien dalam KIE Pelayanan Kontrasepsi ................................................... 3

VI. Perbedaan Inform Choice dan Inform Concent ................................................ 3

VII. ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan ..................................................... 6

BAB II PENUTUP ............................................................................................................... 8

I. Kesimpulan......................................................................................................... 8

II. Saran ................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 9

ii
BAB I

KAJIAN PUSTAKA

I. Pengertian KIE
KIE/Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam program Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN,
2011).
Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak
langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk
mendapatkan suatu efek (DEPKES RI, 1984). Komunikasi adalah pertukaran
pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan
saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan
orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi
antara dua orang atau lebih. Komunikasi kesehatan adalah usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat ,
dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa.
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan
yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut
DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang disampaikan.
Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES
RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu
peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan
kesehatan, baik itu terhadap individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

II. Tujuan KIE


Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu untuk mendorong terjadinya
proses perubahan perilaku kearah yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap
dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga masyarakat
melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung
jawab.
Dalam PP No.87 Tahun 2014 disebutkan bahwa tujuan dari KIE ini
adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat dalam
rangka mendukung penyelenggaraan Keluarga Berencana.

1
III. Jenis-jenis KIE
KIE dapat dikelompokkan menjadi 3 kegiatan :
1. KIE Massa
KIE Massa adalah suatu proses KIE tentang yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah besar.
2. KIE Kelompok
KIE Kelompok adalah Suatu proses KIE timbul secara langsung antara
petugas KIE dengan kelompok (2-15) orang.
3. KIE Perorangan
KIE Perorangan adalah Suatu proses KIE timbul secara langsung antara
petugas KIE dengan individu sasaran program.

IV. Teknik KIE


Agar KIE dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan ada dua yang
dapat digunakan adalah teknik menurut GATHER dan SATU TUJU.

1. GATHER
G (Greet) : Berikan salam, kenalkan diri dan buka komunikasi
A (Ask) : Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai apakah
keluhan/kebutuhan sesuai dengan kondisi yang dihadapi?
T (Tell) : Beritahukan persoalan pokok yg dihadapi pasien dari hasil
tukar informasi dan carikan upaya penyelesaiannya
H (Help) : Bantu klien memahami & menyelesaikan masalahnya
E (Explain) : Jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dan hasil yang
diharapkan mungkin dapat segera terlihat/ diobservasi)
R (Refer) : Rujuk bila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang
sesuai. Buat jadwal kunjungan ulang).

2. SATU TUJU
SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena menyesuaikan
dengan kebutuhan klien.
SA : Sapa dan salam.
Sapa klien secara terbuka dan sopan. Kemudian beri perhatian
sepenuhnya, jaga privasi pasien. Bangun percaya diri pasien.
Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa yang
dapat diperolehnya.
T : Tanya.
Tanyakan informasi tentang dirinya. Bantu klien pengalaman tentang KB
dan kesehatan reproduksi. Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan.

2
U : Uraikan.
Uraikan pada klien mengenai pilihannya. Bantu klien pada jenis
kontrasepsi yang paling dia ingini serta jelaskan jenis yang lain
TU : Bantu.
Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya. Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya
J : Jelaskan.
Dijelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya. Jelaskan
bagaimana penggunaannya. Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi.
U : Kunjungan Ulang.
Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

V. Hak Klien dalam KIE Pelayanan Kontrasepsi


1. Terjaga harga diri dan martabatnya
2. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliaranya kerahasiaan
3. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan
dilaksanakan
4. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik
5. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan
6. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan

VI. Perbedaan Inform Choice dan Inform Consent


1) Inform Choice
Informed Choice adalah suatu keputusan yang dibuat setelah
pertimbangan matang terhadap bukti-bukti ilmiah yang relevan.
Keputusan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, keyakinan, dan
pengalaman orang tersebut (Sara Wickham, 2002).
Informed choice terdiri dari dua kata, yakni informed yang berarti
telah diberitahukan, telah disampaikan atau telah diinformasikan
sedangkan choice berarti pilihan. Secara umum informed choice berarti
memberitahukan atau menjelaskan pilihan-pilihan yang ada kepada klien
(John M. Echols, 2003).

Dalam informed choice, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

3
a. Informed choice bukan sekadar mengetahui berbagai pilihan namun
mengerti manfaat dan risiko dari pilihan yang ditawarkan.
b. Informed choice tidak sama dengan membujuk atau memaksa klien
mengambil keputusan yang menurut orang lain baik (meskipun
dilakukan secara halus).

Setelah memberikan informasi mengenai berbagai pilihan yang


ada, bidan mengenai berbagai pilihan yang ada, bidan harus
memberikan kesempatan kepada klien dan keluarganya untuk
memikirkan atau mempertimbangkan semua pilihan tersebut. Bidan
harus menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan
keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik Internasional
bidan yang dinyatakan oleh International Confederation of Midwives
(ICM) 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima
tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya. Sebagai seorang bidan
dalam memberikan informed choice kepada klien harus:
a. Memperlakukan klien dengan baik.
b. Berinteraksi dengan nyaman.
c. Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat
serta tidak berlebihan.
d. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan
yang sesuai dengan kondisinya.
e. Mendorong wanita memilih asuhannya.

2) Inform Consent
Persetujuan (consent) penting dilihat dari sudut pandang bidan,
karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk
semua prosedur yang akan dilakukan oleh bidan. Ada beberapa
pengertian informed consent, yaitu:
1. Menurut D. Veronika Komalawati “Informed Consent” dirumuskan
sebagai “suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atas upaya
medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah
memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang
dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi
mengenai segala risiko yang mungkin terjadi.
2. Persetujuan dari pasien atau keluarganya terhadap tindakan medik
yang akan dilakukan terhadap dirinya atau keluarganya setelah
mendapat penjelasan yang adekuat dari dokter atau tenaga medis.

4
Tujuan informed consent yaitu untuk melindungi pasien dari
tindakan medis yang dilakukan tanpa sepengetahuannya, tindakan
medis yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada
dasar pembenarannya, tindakan medis yang bertentangan dengan hak
asasi pasien dan standar profesi medis, penyalahgunaan alat canggih
yang berbiaya tinggi yang sebenarnya tidak perlu.
Informed consent untuk tindakan medik telah diatur dalam
Permenkes No. 290/2008 sebagai langkah yang paling penting untuk
mencegah terjadinya konflik dalam masalah etik antara tenaga
kesehatan atau bidan dengan pasien. Dasar hukum proses informed
consent :
1. UUD RI tahun 1945
2. UU No.39/1999 tentang HAM
3. UU No.36/2009 tentang Kesehatan
4. UU No.44/2009 tentang Rumah Sakit
5. UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
6. Permenkes No.290/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran

Informed Consent terdiri dari dua bentuk, yaitu :

1. Implied Consent
Yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan walaupun tanpa
pernyataan resmi yaitu pada keadaan emergency yang
mengancam jiwa pasien, tindakan penyelamatan kehidupan tidak
memerlukan persetujuan tindakan medik.
2. Expressed Consent
Yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara explisit
baik secara lisan maupun tertulis. Sekalipun bentuk persetujuan
secara tersirat dapat dibenarkan namun akan lebih baik bila
persetujuan klien dinyatakan dalam bentuk tertulis karena hal ini
dapat menjadi bukti yang lebih kuat di masa mendatang bila
dibutuhkan.

Fungsi informed consent, yaitu :

1. Penghormatan terhadap harkat dan martabat pasien selaku


manusia.

5
2. Promosi terhadap hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
3. Membantu kelancaran tindakan medis sehingga diharapkan
dapat mempercepat proses pemulihan.
4. Untuk mendorong dokter melakukan kehati-hatian dalam
mengobati pasien.
5. Menghindari penipuan oleh dokter.
6. Mendorong diambil keputusan yang lebih rasional.
7. Mendorong keterlibatan publik dalam masalah kedokteran dan
kesehatan.
8. Sebagai suatu proses edukasi masyarakat dalam bidang
kedokteran dan kesehatan.
9. Meningkatkan mutu pelayanan.

VII. ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan)


Saat ini sudah tersedia lembar balik yang dikembangkan WHO dan telah
diadaptasikan untuk Indonesia yang digunakan dalam konseling. ABPK
membantu petugas melakukan konseling sesuai dengan adanya tanda pengingat
mengenai ketrampilan konseling yang perlu dilakukan dan informasi apa yang
perlu diberikan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. ABPK sekaligus
mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan membantu klien untuk mengambil
keputusan. (Saifuddin, 2006)

1. Pengertian Persetujuan Tindakan Medis


Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis,
surat Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) diperlukan. Yang
dimaksud dengan informed consent adalah persetujuan yang diberikan
oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.
Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan
sehat mental.

a. Pemberian informasi yang lengkap


Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan
hak-hak reproduktif individu dan pasangannya, sehingga harus
diawali dengan pemberian informasi yang lengkap. Informasi
yang diberikan kepada calon/klien KB tersebut harus
disampaikan selengkap-lengkapnya, jujur dan benar tentang

6
metode kontrasepsi yang akan digunakn oleh calon/klien KB
tersebut. Dalam memberikan informasi ini penting sekali
adanya komunikasi verbal antara dokter dan klien. Ada
anggapan banyak klien sering melupakan informasi lisan yang
telah diberikan oleh dokter/bidan. Oleh karena itu untuk
mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis
dan jika perlu dibacakan kembali.

b. Persetujuan Tindakan Medis Oleh Pasangan Suami Isteri


Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk
kontrsepsi mantap, maka pengaruhnya terhadap lembaga
perkawinan itu sendiri cukup besar sehingga izin harus dari
kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan tindakan medis
lainnya yang tidak menyangkut organ reprodiksi yang izinnya
terutama diberikan oleh pihak yang akan mengalami tindakan
tersebut.

c. Daftar Tilik Untuk Petugas


Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan
medis terdapat daftar tilik untuk petugas yang digunakan untuk
mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang harus
dijelaskan kepada klien melalui beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan metode kontrasepsi.

d. Catatan Tindakan Dan Pernyataan


Sesudah calon peserta dan pasangannya
menandatangani informed consent, pelayanan kontrasepsi baru
dilakukan. Pada halaman belakang Lembar Persetujuan
Tindakan Medis terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh
dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan. Catatan
tindakan dan pernyataan tersebut memuat catatan tindakan
yang dilakukan yaitu metode, keberhasilan tindakan, waktu
serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan
sudah sesuai dengan standar.

7
BAB II

PENUTUP

I. Kesimpulan
Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam pelayanan kebidanan
mempunyai tujuan mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang
positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara
wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku
yang sehat dan bertanggung jawab.
Adapun jenis-jenis kegiatan dalam KIE antara lain KIE massa, KIE
kelompok KIE perorangan. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
KIE dalam memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah serta
memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu, memberikan penjelasan
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, menggunakan alat peraga
yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari dan
menyesuikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang dimiliki ibu.

II. Saran
Sebagai mahasiswa kebidanan sangat penting memahami dan mampu
melalukan KIE ini karena KIE ini menjadi salah satu modal utama sebagai tenaga
kesehatan khususnya bidan yang kelak akan memberikan berbagai asuhan
kebidanan yang memerlukan komunikasi yang baik untuk membantu
pengambilan keputusan klien terutama dalam Pelayanan KB.

8
DAFTAR PUSTAKA

Prijatni, Ida.,dkk. (2016). Modul Bahan Ajar Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah No.87 Tahun 2014 tentang


Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Keluarga
Berencana Dan Sistem Informasi Keluarga. Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
YBP_SP

Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang RI No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Jakarta

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


Jakarta

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Jakarta

Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Dokter.
Jakarta

Republik Indonesia. (2008). Permenkes No.290 Tahun 2008 tentang Persetujuan


Tindakan Kedokteran. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai