Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN


DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Disusun Oleh :
Kelompok 7

DOSEN PEMBIMBING:

RIYANTI IMRON,SST, M.Kes.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
1. Putri Setya Endarwati : 181540101
2. Septika Nuraini : 1815401015
3. Fera Novalina : 1815401016
4. Eli Kusuma : 181540101

PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN TANJUNG KARANG


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama tuhan yang maha esa, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Konsep kebutuhan pendidikan kesehatan dalam
pelayanan kebidanan”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
      Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Konsep kebutuhan
pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan”.
 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 16 Februaari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep kebutuhan individu dan kelompok................................. 3
2.2 Kebutuhan pengetahuan / pendidikan kesehatan......................... 6
2.3 Teknik identifikasi kebutuhan..................................................... 14
2.4 Survey kebutuhan........................................................................ 18
BAB III PENUTUP 
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 22
3.2 Saran............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA 

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dalam rangka mendukung visi Indonesia Sehat 2010 Departemen Kesehatan mempunyai
beberapa misi, antara lain : memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terjangkau, serta mendorong kemandirian masyarakat. (Fuadramadan, 2012).
Untuk itu perlu adanya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam mewujudkan
tujuan diatas disesuaikan dengan cara pandang dan kebijakan bidang kesehatan. Salah satu
unggulan dalam Indonesia Sehat 2010 adalah upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) baru lahir, yang perlu penyesuaian dan dijabarkan
dalam beberapa kegiatan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan
keselamatan ibu dan bayi baru lahir dalam pelayanan kebidanan.  Dalam hal ini pelayanan
kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga
bidan. (Suci, 2012).
Bidan sebagai salah satu tenaga utama dalam percepatan penurunan AKI & AKB baru lahir.
dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut, sehingga pelayanan yang diberikan lebih
bermutu, optimal dan mencapai tujuan yang diharapkan. (Suci, 2012).
Seiring perkembangan dunia medis yang sedemikian pesatnya, maka pelayanan kebidanan
dituntut untuk bisa mengikuti dan pengimbangi perkembangan pelayanan medis dan kesehatan
lainnya. Di sebagian besar pelayanan kesehatan yang seharusnya melaksanakan pelayanan dan
asuhan kebidanan, masih terbatas pada pelaksanaan “kegiatan-kegiatan” yang belum memenuhi
kaidah asuhan secara profesional yang bertanggung gugat. Begitu rumitnya masalah yang
dihadapi sehingga sukar menentukan titik masuk untuk mengadakan perubahan yang strategis
dan bermakna. Kalaupun ada upaya untuk membenahi, pada umumnya masih bersifat insidentil,
kurang terarah, terfagmantasi dan berjangka pendek yang bahkan justru dapat merugikan
perkembangan pelayanan kebidanan itu sendiri. (Fuadramadan, 2012).

1.2         Rumusan Masalah
1.      Apa konsep kebutuhan individu dan kelompok ?
2.      Apa saja kebutuhan pengetahuan / pendidikan kesehatan ?
3.      Bagaimana teknik identifikasi kebutuhan ?
4. Bagaimana survey kebutuhan ?

1
1.3         Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa konsep kebutuhan individu dan kelompok?
2.      Untuk mengetahui apa saja kebutuhan pengetahuan / pendidikan kesehatan?
3.      Untuk mengetahui bagaimana teknik identifikasi kebutuhan ?
4. Untuk mengetahui bagaimana survey kebutuhan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebutuhan Individu dan Kelompok


Kebutuhan individu merupakan kebutuhan perseorangan yang wajib dipenuhi / terpenuhi
agar jalannya kelangsungan hidup perseorangan tersebut terjamin. Kebutuhan kelompok
merupakan kebutuhan secara bersama – sama yang dibutuhkan suatu kelompok / masyarakat
untuk menunjang kebutuhan individu didalam kelompok / masyarakat tersebut agar tercapainya
keselarasan dan keharmonisan hidup.
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pertolongan
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan sesuai
dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat
daruratan. (Vioren, 2012),
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit,
klinik atau unit kesehatan lainnya. (Vioren, 2012)
Pelayanan Kebidanan terbagi menjadi 3 jenis :
1.      Layanan kebidanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab
bidan.
2.      Layanan kebidanan Kolaborasi adalah layanan kebidanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersama-sama atau sebagai salah satu
urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.
3.      Layanan kebidanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya. Pelayanan yang dilakukan oleh
bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan
yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara horizontal
maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya. Layanan kebidanan yang tepat akan
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.
(Vioren, 2012)

Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Proses dimana masyarakat


dapat mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta

3
mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala
prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun berasal dari
luar secara gotong royong. (Vioren, 2012)

Agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bidan
harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat. Komunikasi tersebut
melibatkan lebih banyak proses mendengarkan dan pada proses berbicara, merupakan suatu
proses interaksi yang tetap yang ditujukan untuk suatu kesepakatan. Komunikasi yang baik akan
membentuk pengetahuan dan tanggung jawab orang-orang yang terlibat didalamnya (Vioren,
2012)
Komunikasi yang baik dapat menunjukkan rasa hormat kepada orang lain dan
memperlihatkan pandangan dan opini mereka dihargai. Selanjutnya hal ini dapat membuat
masyarakat mau mengambil keputusan sendiri dan mengusulkan ide-idenya. Bebrapa hal yang
perlu diperhatikan seorang bidan dalam berkomunikasi kepada masyarakat adalah sebagai
berikut :
1. Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak menyela
2. Jangan meneruskan kaliamt mereka/mengantisipasi apa yang sedang mereka ucapkan
3. Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas
4. Lebih baik membicarakan sesuatu dengna cara tatp muka, daripada berkomunikasi secara
tertulis.
(Vioren, 2012)
 Ada 3 jenis pendekatan :
1. Specifict Content Approach
Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah, melalui proposal
program kepada instansi yang berwenang. Contoh : pengasapan pada kasus DBD
2. General Content objective
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan
dalam wadah tertentu. Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.
3. Proses Objective approach
Masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri sesuai
kemampuan. Contoh : kader
(Vioren, 2012)

Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai berikut (Vioren, 2012) :
a.    Pelaksanaan Asuhan dan Pelayanan kebidanan
Bidan dapat bekerja mandiri melakukan pelayanan kebidanan primer sesuai dengan
wewenangnya dan menentukan perlunya dilakukan rujukan. Disamping itu perannyaa didalam

4
pelayanan kolaboratif sebagai mitra dalam pelayanan medis terhadap ibu, bayi dan anak dan
sebagai anggota tim kesehatan dalam pelayanan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam
pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan / masaalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita,
dan pelayanan kesehatan masyarakat). Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan
kesehatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan
berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganyadengan menumbuhkan rasa
percaya diri. Pelaksanaan kebidanan merupakan baguan integral dan pelayanan kesehatan, yang
difokuskan pada pelayanan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir dan balita
untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia Sumber Daya manusia (SDM) yang
berkualitas di masa depan. Sebagai pelaksanaan, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan.
b.    Peran Sebagai Pengelola
Bidan memimpin mengkoordinasi pelayanan kebidanan sesuai dengan wwewenangnya
didalam tim, unit pelayanan RS, Puskesmas, klinik bersalin, praktek bidan, dan pokok bersalin.
c.     Peran Sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing leader.
Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu,
keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan,
khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
d.    Melatih dan membimbing leader

Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina
dukun di wilayah atau tempat kerjanya.
e.     Peran Sebagai Peneliti/lnvertigator
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun berkelompok.
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai
berikut.
1.      Fungsi Pelaksana.
2.      Fungsi Pengelola
3.      Fungsi Pendidik
4.      Fungsi Peneliti

5
2.2 Kebutuhan Pengetahuan / Pendidikan kesehatan
2.2.1 Pengetahuan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam
memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau
masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela
dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991)

Pengertian pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang berpengaruh


menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan ada hubungannya dengan kesehatan
perseorangan, masyarakat, dan bangsa. Kesemuanya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah
diterimanya secara suka rela perilaku yang akan meninhkatkan dna memelihara kesehatan.Menurut
Wood dikutip dari Effendi (1997)

Unsur program ksehatan dan kedoktern yang didalamnya terkandung rencana untuk merubah
perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program
pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Menurut Stewart dikutip
dari Effendi (1997)

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam


memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan
merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,
kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran,
yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Menurut (Notoatmodjo. S, 2003: 20)

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan
kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan
mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan
adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun
social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya (Mubarak, 2009).

6
Menurut Benyamin Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan
3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain), dan psikomotor
(psychomotor domain). (Notoatmodjo, 2003: 127)
Menurut Notoatmodjo (2007: 139) dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek.
7) Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
1)   Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
2)   Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

7
3)   Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga.
4)   Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
Praktik atau tindakan (practice)
Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
1)   Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2)   Respon terpimpin (guided response)
Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
3)   Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
4)   Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya
tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.2.3 Ruang Lingkung Pendidikan Kesehatan
Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 27 ) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat
dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat
pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek
pokok yaitu:
1. Promosi ( promotif )
2. Pencegahan ( preventif )
3. Penyembuhan ( kuratif )
4. Pemulihan ( rehabilitatif )
Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

8
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
lima yaitu:
1. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah   dengan sasaran murid.
3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang
bersangkutan.
4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun,
bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.
5. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit,
Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.
 
Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
5 tingkat pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut;
1. Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan perbaikan sanitasi
lingkungan.
2. Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi.
3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera.
4. Pembatasan Cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan orang yang ber sangkutan menjadi cacat.
5. Rehabilitasi (pemulihan).
2.2.4 Pentingnya Pendidikan Kesehatan
Banyak dari kita yang sudah diajarkan pentingnya kesehatan sejak menginjak pendidikan
sekolah dasar hingga bangku sekolah menengah atas. Sehingga ketika kita dewasa, kita bisa
mengetahui mana yang berguna bagi kesehatan dan mana yang bisa
menurunkan kesehatan.Jika kita maknai lebih lanjut, sebenarnya ada beberapa alasan mengapa
pendidikan kesehatan itu Penting dan perlu diberikan. Antara lain:
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat, dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yg optimal.
Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yg sesuai dengan
konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian.
Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu
memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada

9
pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat
guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat
2.2.5 Konsep Pembelajaran Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Konsep dasar
pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri
individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu
memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih
mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu,
kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Kegiatan belajar tiu mempunyai ciri-ciri :
1)      Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu, kelompok atau
masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial
2)      Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang
berlaku untuk waktu yang relative lama
3)      Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan
Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada
individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu,
dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain
sebagainya.
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau
masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku) nya/mereka untuk mencapai
kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-batasan konsep pendidikan kesehatan yang sering
dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain sebagainya.
2.2.6 Ilmu-Ilmu Bantu Pendidikan Kesehatan
Dalam perkembangannya, suatu ilmu secara sadar ataupun tidak sadar memerlukan ilmu-
ilmu lain sebagai alat bantunya. Ilmu pendidikan yang mempunyai tujuan akhir pada perubahan
tingkah laku manusia sudah barang tentu memerlukan banyak sekali ilmu bantu sesuai dengan
aspek yang mempengaruhi tingkah laku. Perilaku manusia cenderung bersifat holistik
(menyeluruh). Sebagai arah analisis, perilaku .manusia tersebut dapat dibagi menjadi 3 aspek,
yakni aspek fisiologi, psikologi dan sosial. Ketiga aspek tersebut sulit dibedakan dalam pengaruh
dan kontribusi pembentukan perilaku manusia.

10
Ilmu-ilmu yang mempelajari faktor-faktor tersebut di atas antara lain psikologi, antropologi,
sosiologi, komunikasi dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menganalisis dan memecahkan
masalah kesehatan dari segi edukatif, sebenarnya adalah menganalisis dan memecahkan masalah
tingkah laku individu atau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan mereka. Umumnya
tingkah laku itu dijabarkan di dalam 3 bentuk, yakni knowledge, attitude, dan practice (KAP).
Jadi apabila kita melihat problem kesehatan dengan kacamata edukatif maka yang tampak adalah
bagaimana sikap pengetahuan dan kebiasaan hidup dari masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhi. Demikian pula dengan cara pemecahannya. 

2.2.7 Prinsip Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan
kebiasaan sasaran pendidikan.
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang
lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.
Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
 2.2.8 Peranan Pendidikan Kesehatan
Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada
H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap
status kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan
keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3 faktor
pokok yakni :
1)      Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
2)      Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
3)      Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah
melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat
sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah suatu usaha

11
ntuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai kesehatan.
  2.2.9 Proses Pendidikan Kesehatan
Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar terdapat tiga
persalan pokok, yakni :
1. Persoalan masukan (input)
Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar
(sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan
berbagai latar belakangnya.
2. Persoalan proses
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
(prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbale balik
antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode
dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni : Faktor
materi (bahan mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek belajar. Faktor instrumental ini
terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan
perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya
2.2.10 Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya
sasarannya juga berbeda. Misalnya:
1)  Pendidikan Kesehatan di Keluarga
2) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru dan murid, yang
pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS)
3)  Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai
kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien
4)   Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan
5) Pendidikan Kesehatan di tempat umum ,misalnya pasar,terminal,bandar udara,tempat-tempat
pembelanjaan,tempat tempat olah raga,taman kota ,WC dsb
2. 2.11 Aspek Sosbud Dalam Pendidikan Kesehatan

12
Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan, persepsi masyarakat terhadap
sehat dan sakit
Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda dengan konsep sehat dan sakit
versi sistem medis modern (penyakit disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna, dan dosa
1. Kepercayaan
Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah laku kesehatan,  beberapa pandangan
yang berasal dari agama tertentu kadang-kadang memberi pengaruh negatif terhadap program
kesehatan. Sifat fatalistik atau Fatalisme adalah ajaran atau paham  bahwa manusia dikuasai oleh
nasib. Seperti contoh, orang-orang Islam di pedesaan menganggap bahwa penyakit adalah
cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi, sulit menyadarkan masyarakat
untuk melakukan pengobatan saat sakit.
PendidikanMasih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah, petunjuk-petunjuk kesehatan
sering sulit ditangkap apabila cara menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat
pendidikan khayalaknya.
2. Nilai Kebudayaan
Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa yang mempunyai perbedaan
dalam memberikan nilai pada satu obyek tertentu. Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan
arah pada cara hidup, persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan  pilihan mereka untuk
bertindak.
Contoh : Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI akan menjadi amis -
Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru. Penyakit ini menyerang susunan saraf otak
dan penyebabnya adalah virus. Penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah
dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme Sifat
1. Etnosentris
merupakan sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik  jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain.
2. Etnosentrisme
merupakan sikap atau  pandangan yg berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri,
biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain.
Seperti contoh, Seorang perawat/dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan,
sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak. Selain itu,
budaya yang diajarkan sejak awal seperti budaya hidup bersih sebaiknya mulai diajarkan sejak
awal atau anak-anak karena nantinya akan menjadi nilai dan norma dalam masyarakat.
1. Norma
merupakan aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dalam masyarakat,
dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan diterima oleh

13
masyarakat. Terjadi perbedaan norma (sebagai standar untuk menilai perilaku) antara satu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Masyarakat menetapkan perilaku yang normaL
(normatif) serta perilaku yang tidak normatif. Contohnya Bila wanita sedang sakit, harus
diperiksa oleh dokter wanita dan masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada
beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada
diberas putih.
2. Inovasi Kesehatan
Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu  perubahan selalu
dinamis. artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. Seorang
petugas kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi
contoh dalam perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan
contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa  perilaku kesehatan yang baik
adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.
Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
1. Penghasilan (income). Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan angka
kesakitan yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan gizi.
2. Jenis kelamin (sex). Wanita cenderung lebih sering memeriksakan kesehatan ke dokter
dari pada laki-laki.
3. Jenis pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang diderita pekerja.
4. Self Concept, menurut Merriam- Webster adalah : “the mental image one has of
oneself yaitu gambaran mental yang dipunyai seseorang tentang dirinya. Self
concept ditentukan oleh tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap
diri kita sendiri. Self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan, karena
mempengaruhi perilaku masyarakat dan perilaku petugas kesehatan.
5. Image Kelompok. Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Perilaku anak cenderung merefleksikan dari kondisi keluarganya.
6. Identitas Individu pada Kelompok. Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya
sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan
mereka. Inovasi akan berhasil bila kebutuhan sosial masyarakat diperhatikan.

2.3 Teknik Identifikasi Kebutuhan


Identifikasi berasal dari kata Identify yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi adalah
kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan
informasi dari “kebutuhan” lapangan. Secara intensitas kebutuhan dapat dikategorikan (dua)
macam yakni kebutuhan terasa yang sifatnya mendesak dan kebutuhan terduga yang sifatnya
tidak mendesak.
Fungsi dan tujuan identifikasi kebutuhan program untuk mengetahui berbagai masalah atau
kebutuhan program yang diinginkan masyarakat. Untuk mengetahui berbagai sumber yang dapat

14
dimanfaatkan untuk pendukung pelaksanaan program dan mempermudah dalam menyusun
rencana program yang akan dilaksanakan.
Fungsi agar program yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Data yang
dikumpulkan dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana program yang dapat di
pengaruhi pengelola program. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan
Untuk mengidentifikasi individu yang menjadi sasaran kegiatan promosi kesehatan
merupakan proses yang kompleks. Pada beberapa kasus, individu lebih bersifat menerima
pertolongan daripada menggunakannya, seperti menerima anjuran, informasi atau penyuluhan
kesehatan. Selain itu suatu pelayanan dapat tidak terjangkau atau tidak menarik minat kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. Tindakan positif mungkin diperlukan agar setiap individu
mendapat kesempatan yang sama terhadap promosi kesehatan.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan dan membuat
prioritas dari kegiatan promosi kesehatan. Menurut Supranto (2001), maksud menentukan
kebutuhan adalah membentuk suatu daftar semua dimensi mutu yang penting dalam
mneguraikan barang atau jasa. Penting atau tidaknya prioritas suatu kegiatan promosi kesehatan
dengan jasa yang dihasilkan bagi sasaran bergantung pada persepsi sasaran terhadap kebutuhan
promosi kesehatan itu sendiri sebagai pengguna dan penerima promosi kesehatan.
Untuk mengetahui prioritas masalah suatu individu, maka harus mengkaji kebutuhan
individu. Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik
fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Sedangkan, promosi kesehatan adalah
ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan
yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan
intelektual. . Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan
pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan
yang sehat.
Jadi, hal penting yang perlu dikaji dalam kebutuhan promosi kersehatan adalah
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual sehingga menciptakan
lingkungan yang mendukung, mengubah perilaku buruk, dan meningkatkan kesadaran mengenai
kesehatannya. Dalam pengkajian kebutuhan promosi kesehatan terdapat tiga hal penting yang
perlu dikaji yaitu:
1.      Pengkajian Faktor Predisposisi
a.       Pengkajian riwayat keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status perkembangan seseorang,
sehingga dapat memberi arah mengenai isi promosi kesehatan dan pendekatan yang harus
digunakan.pertanyaan yang di ajukan hendaknya sederhana. Pada klien usia lanjut, pertanyaan
diajukan dengan perlahan dan diulang. Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat
dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas, sehingga perawat mendapat data
tentang kemampuan motorik dan perkembangan intelektualnya.

15
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan bagaimana mereka
menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan informasi kepada perawat tentang
seberapa jauh pengetahuan mereka mengenai masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan
aktivitas sehari-hari. Informasi ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi
arahan yang tepat serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang dianut, dan peran
gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan rencana pendidikan kesehatan.
Kepercayaan yang penting digali pada klien, contohnya adalah kepercayaan tidak boleh
menerima tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan
alat kontrasepsi.
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri. Kepercayaan
dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan makan, kebiasaan mempertahankan
kesehatan, kebiasaan menangani keadaan sakit, serta gaya hidup. Perawat sangat penting
mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap individu
dalam suatu etnik dengan kultur tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak
selalu terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien. Bagaimanapun,
perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena perencanaan pendidikan kesehatan dirancang
sesuai dengan sumber-sumber yang ada pada klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan
tidak akan sesuai dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang
sangat penting untuk diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu bervariasi. Cara
terbaik seseorang dalam belajar mungkin dengan melihat atau menonton untuk memahami
sesuatu dengan baik. Dilain pihak, yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi
dengan cara melakukan secara actual dan menemukan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu
hal. Yang lain mungkin dapat belajar dengan baik dengan membaca sesuatu yang
dipresentasikan oleh orang lain.
Bidan perlu meluangkan waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan
mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi pendidikan kesehatan yang sesuai
dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan variasi teknik mengajar dan variasi aktivitas
selama mengajar adalah jalan yang baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah
teknik akan sangat efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk klien
dengan gaya belajar yang berbeda.
Bidan perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan siapa saja sasaran
pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong proses belajar klien. Anggota
keluarga atau teman dekat mungkin dapat membantu klien dalam mengembangkan keterampilan
di rumah dan mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.
b.      Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap kebutuhan belajar
klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status nutrisi. Hal lain yang mencakup

16
pengkajian fisik adalah pernyataan klien tentang kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas
perawatan diri sendiri. Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap
pemilihan substansi dan pendekatan dalam mengajar. Fungsi system muskuloskelet
mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan perawatan diri. Toleransi aktivitas juga
dapat mempengaruhi kapasitas klien untuk melakukan aktivitas.
c.       Pengkajian kesiapan klien untuk belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang tidak siap.
Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya melalui bertanya,
membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesama klien yang pada umumnya
menunjukkan ketertarikan. Dilain pihak, klien yang tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk
menghindari masalah atau situasi. Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien dapat
memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing,
lelah, mengantuk, atau lain hal.
Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar. Klien dalam keadaan
cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan kesehatannya atau keadaan
keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar. Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus
menunggu sampai keadaan klien memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.
Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikir secara jernih? apakah klien dalam keadaan sadar
penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan
itu sangat penting untuk dikaji.
Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa saling percaya
dengan bidan? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi karena masih belum menaruh rasa
percaya. Hubungan saling percaya antara perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah
yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.
d.      Pengkajian motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan belajar demi
keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan atau jalan untuk belajar merupakan
faktor penentu yang sangat kuat untuk kesuksesan dalam mendidik klien dan berhubungan erat
dengan pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah
keuangan, penolakan terhadap status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social,
pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya konsep diri yang
negatif. Motivasi  juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan. Contohnya,  motivasi belajar
seorang pria setengah baya yang dinyatakan hipertensi dan mulai mendapat pengobatan anti
hipertensi untuk mengendalikan tekanan darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya
menceritakan bahwa ia impotent setelah mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari pengkajian kesehatan
secara umum atau diangkat sebagai masalah yang spesifik. Seorang perawat ketika mengkaji
motivasi dan kemampuan klien harus betul-betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar.

17
Motivasi memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukka secara verbal atau juga secara
nonverbal.
2.      Pengkajian Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting untuk
menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang ada, personalia
yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang serupa. Faktor ini juga
menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh klien: apakah biaya, jarak, waktu dapat
dijangkau? Bagaimana keterampilan klien untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui ,
karena dengan mengetahui sejauh mana klien memiliki keterampilan pemungkin, wawasan yang
bernilai bagi perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.
3.      Pengkajian Faktor Penguat
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh
dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada tujuan dan jenis program. Di
dalam pendidikan kesehatan klien di rumah sakit, misalnya, penguat diberikan oleh perawat,
dokter, ahli gizi, atau klien lain dan keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah penguat
mungkin berasal dari guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah faktor
penguat itu positif atau negative tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang
berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh yang sangat kuat
dibandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan perilaku.
Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin bahwa sasaran
pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapat umpan balik
yang mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.

2.3 Survey Kebutuhan

Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif . Survei yang dilakukan
dalam melakukan penelitian itu biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner atau
wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau
kecenderungan suatu tindakan. Survei lazim dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun
kualitatif.

Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam
penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.

Survei (survey) atau lengkapnya self-administered survey adalah metode pengumpulan data
primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu. Jadi bisa
disimpulkan survei adalah metode untuk mengumpulkan informasi dari kelompok yang mewakili
sebuah populasi:

1. Sejumlah besar responden


2. bertanya ke orang
3. Menggunakan kuesioner

18
4. Tempo yang relatif singkat
5. Sangat kuantitatif

Survey dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung maupun melalui
telepon, terstruktur atau tidak terstruktur. Misalnya : surveikepuasan pasien.

Secara umum dimensi kepuasan tersebut dapat dibedakan atas dua macam:

1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi.

Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kebidanan terbatas

hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu  pelayanan 

kebidanan  disebut  sebagai  pelayanan  kebidanan  yang bermutu apabila penerapan

standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini maka

ukuran-ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu hanya mengacu pada penerapan

standar serta kode etik profesi yang baik saja.

2. Kepuasan  yang  mengacu  pada  penerapan  semua  persyaratan  pelayanankesehatan.

Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kebidanan dikaitkan dengan

penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan . Suatu pelayanan kebidanan disebut sebagai

pelayanan kebidanan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan dapat

memuaskan pasien. Dengan pendapat ini mudahlah dipahami bahwa ukuran-ukuran pelayanan

kebidanan yang bermutu lebih bersifat luas.

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan

setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,

serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Menyelenggarakan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan standar dan kode etik profesi

meskipun diakui tidak mudah namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini memang telah

ada tolok ukurnya, yakni rumusan-rumusan standar serta kode etik profesi yang pada umunya

19
telah dimiliki dan wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap

kegiatan profesi.

Tetapi akan bagaimanakah halnya untuk penyelenggaraan pelayanan kebidanan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan ?.Sekalipun aspek kepuasan tersebut telah

dibatasi hanya yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk yang menjadi sasaran

utama pelayanan kebidanan , namun karena ruang lingkup kepuasan memang bersifat sangat

luas, menyebabkan upaya untuk menyelenggarakan pelayanan kebidananyang bermutu tidaklah

semudah yang diperkirakan.

Untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kebidanan ketiga unsur harus diupayakan

sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan atau kebutuhan.

1.      Unsur Masukan

Unsur  masukan  (input)  adalah  tenaga,  dana  dan  sarana  fisik,perlengkapan serta

peralatan. Secara umum disebutkan bahwa apabila tenagadan sarana (kuantitas dan kualitas)

tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standardofpersonnel and facilities), serta jika

dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah  diharapkan baiknya mutu

pelayanan (Bruce 1990).

2.      Unsur Lingkungan

Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan, organisasi, manajemen.  Secara 

umum  disebutkan  apabila  kebijakan, organisasi  dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan

standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan.

3.      Unsur proses

20
Yang  dimaksud  dengan  unsur  proses  adalah  tindakan medis, keperawatan atau non

medis. Secara umum disebutkan apabila tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan (standard  of conduct), maka sulitlah diharapkan mutu pelayanan menjadi baik.

Mutu  pelayanan  kebidanan  sebenarnya  menunjuk  pada  penampilan(performance) dari

pelayanan kebidananyang dikenal dengan keluaran (output)yaitu hasil akhir kegiatan dari bidan

terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat kebidanan dan kepuasan baik positif maupun

sebaliknya.

Sedangkan baik atau tidaknya keluaran tersebut sangat dipengaruhi olehproses (process),

masukan (input) dan lingkungan (environment).

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang optimal, banyak syarat yangharus

dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal pokok yakni: tersedia(available),  wajar 

(appropriate),  berkesinambungan  (continue),  dapat  diterima(acceptable),  dapat  dicapai 

(accesible),  dapat  dijangkau  (affordable),  efisien(efficient) serta bermutu (quality).Kedelapan

syarat pelayanan kebidanan ini sama pentingnya, namun padaakhir - akhir ini

dengan semakin majunya ilmu dan teknologi kebidanan serta semakin baiknya tingkat

pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, tampak syaratmutu  makin  bertambah 

penting.  Mudah  dipahami  karena  apabila  pelayanankebidanan yang bermutu dapat

diselenggarakan, bukan saja akan dapat memperkeciltimbulnya berbagai risiko karena

penggunaan berbagai kemajuan ilmu dan teknologitetapi sekaligus juga akan dapat memenuhi

kebutuhan dan tuntutan masyarakat yangsemakin hari tampak semakin meningkat.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan,


pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan
tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan, serta
melaksanakan tindakan kegawat daruratan.
Pelayanan yang berorentasi pada kebutuhan masyarakat adalah proses dimana
masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan tentukan prioritas dari kebutuhan
tersebut serta mengembangkan keyakinan masyarakat untuk berusaha memenuhi
kebutuhan sesuai skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat
sendiri maupun berasal dari luar secara gotong royong.
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam
memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau
masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka
rela dalam tingkah laku individu 

Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif . Survei yang


dilakukan dalam melakukan penelitian itu biasanya dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui: siapa mereka, apa yang
mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei lazim dilakukan dalam
penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Survey dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau
interview secara langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.

3.2 Saran

Diharapkan agar dapat memberi masukan berupa kritik dan saran yang bersifat

membangun tentang konsep kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Vioren. 2012.  Pelayanan kebidanan. http://viorenshaflody.blogspot.com


Suci. 2012.  Konsep kebidanan. http://sisucilagisukangeblog.blogspot.com
Fuadramadan. 2012.  Kebutuhan Dasar Manusia. http://fuadramadan.wordpress.com
Notoatmojo,soekidjo.2003.Pendidikan dan perilaku kesehatan.jakarta ;RINEKA CIPTA
Setiawati,Dermawan.2008.Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan.Jakarta;TRANS
INFO MEDIA

Aziz, Alimul Hidayat. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.Rizka,


Aditya.2012.mengkaji Kebutuhan Promosi Kesehatan.online.
( http://theadityarizka.blogspot.com/2012/10/mengkaji-kebutuhan-promosi-kesehatan.html). Dia
kses tanggal 31 Agustus 2014
Smeltzer dan Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta: EGC.
Soekidjo, Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: CV Sagung Seto. 7

23

Anda mungkin juga menyukai