Anda di halaman 1dari 8

1.

Buatlah 1 skenario kasus beserta penangananya baik therapy maupun KIE (peran
bidan) pada kasus IMS?
Jawaban:
Asuhan pada Ibu hamil dengan infeksi HIV/AIDS dengan pendokumentasian SOAP
Data Subjektif :
Ny. W 28 tahun, pada tanggal 11 April 2012, datang pukul 11.00 WIB. Dengan keluhan berat
badan menurun, diare yang tidak kunjung sembuh sudah 1 minggu yang lalu, dengan
frekuensi 5-6 kali/hari, demam yang hilang timbul sudah 5 hari yang lalu, sariawan pada
mulut sejak 7 hari yang lalu, ibu mengaku ini kehamilan yang pertama, usia kehamilan 7
bulan, dengan HPHT 18-9-2011, TP 25-6-2012, ibu mengatakan bahwa suaminya mengidap
HIV (+) ± sejak 20 tahun yang lalu, Ny. W menikah sudah 9 tahun yang lalu, didalam
lingkungan keluarga ibu mendapat support dari orang tua dan mertuanya untuk hamil, tetapi
di lingkungan rumah atau masyarakat sekitar kurang memerima kehadiran Ny. W dan
suaminya karena takut menularkan HIV, ibu mengatakan bahwa pergerakan janinnya ada 7
kali dalam sehari, dan ibu menyatakan behwa dari hasil pemeriksaan tes laboratorium darah
pertama tanggal 10 November 2008 bDNA (Branced Deoxyribonuclied Acid) dan CD4
900sel/m3 darah didapatkan hasil (-)HIV, dan tes kedua dilakukan lagi dengan jarak 7 minggu
dengan hasil tes bDNA dan CD4 800 sel/m 3 darah (-)HIv, dan ibu melakukan tes lagi yang
ketiga kalinya tanggal 16 Februari 2009 dengan hasil tes bDNA dan CD4 menurun yaitu 150
sel/m3 darah menunjukkan (+) HIV dan pada tangga l30 Maret 2009 Ny. W melakukan tes
keempat untuk meyakinkan bahwa dirinya (+) HIV, dan hasil bDNA dan CD4 (+) HIV yaitu
100sel/m3 darah.
Data Objektif :
Keadaan umum ibu kurang baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 85 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 38,50C, berat badan 53 kg, berat badan sebelum
hamil 60 kg, menurun karena asupan makanan, tinggi badan 163 cm, kelenjar tiroid tidak ada
pembesaran, pemeriksaan abdomen inspeksi perut tampak memanjang, tidak ada luka bekas
operasi, hyperpigmentasi linea nigra, tampak ada gerakan janin, palpasi TFU 24 cm, leopold I
teraba bagian lunak, kurang bundar, kurang melenting yaitu bokong, leopold II kanan ibu
teraba tahanan besar, memanjang seperti papan yaitu punggung, kiri ibu teraba bagian kecil
yaitu ekstremitas janin, leopold III teraba bagian keras, bulat dan melenting yaitu kepala,
leopold IV konvergen, TBBJ (24-13)x155 = 1705gr, pada pemeriksaan auskultasi didapatkan
DJJ + frekuensi 130x/menit, pemeriksaan genital tidak ada pengeluaran air-air, tidak ada
oedema, tidak ada benjolan, tidak ada varises, tungkai simetris, tidak ada oedema, tidak ada
varises, reflex patella +/+. Pemeriksaan penunjang test bDNA dan CD4 menurun menunjukan
hasil 100 sel/m3 darah(+) HIV, Hb 10 gr%, protein urin (-) dan glukosa (-).

Assessment :
Diagnosa : G1P0A0 hamil 28 minggu, dengan penyakit infeksi HIV (+). Janin tunggal. Hidup.
Intrauterine. Presentasi kepala.

Masalah : cemas, berat badan turun drastic, kekurangan cairan.

Kebutuhan : informasi, konseling, dukungan

Masalah potensial :

a. Pada ibu : ibu HIV (+) stadium III dan AIDS


b. Pada janin : janin dapat tertular HIV (+) dan BBLR

Tindakan segera : kolaborasi dengan Dokter spesialis kandungan.

Penatalaksanaan

a. Melakukan konseling pra dan pasca test HIV dengan memberitahu ibu hasil pemeriksaan
bahwa keadaan ibu saat ini kurang baik, TD 110/70 mmHg, N 85 x/menit, R 20 x/menit, S
38,50C, saat ini usia kandungannya berumur 8 bulan dengan masalah ibu mengidap
HIV/AIDS dari hasil test darah bDNA dan CD4 mennurun menunjukkan hasil 100 sel/m 3
darah (+)HIV, kondisi janin saat ini baik dengan taksiran berat janin 1705 gr, ibu telah
diberitahu hasil pemeriksaan dan ibu mengerti akan hasil pemeriksaan.
b. Menganjurkan ibu ketika berhubungan intim dengan perlindungan kondom untuk
mencegah penular HIV yang lebih lanjut. Ibu mengerti dan akan melakukannya. Perlu
disampaikan pada ibu dan keluarganya bahwa HIV/AIDS tidak ditularkan dengan cara
bersalaman, satu rumah dengan penderita dan berenang. Ibu paham akan masalahnya dan
berjanji akan menghindarkan penularan seperti dijelaskan.
c. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein seperti
mengkonsumsi daging, telur, ayam, ikan, tempe, wortel, kelapa, kembang kol, buah
alpukat, kacang-kacangan dan produk olahannya secara teratur, terutama sayuran dan
buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten) yang tidak rendah serat untuk
mencegah diare yang berkelanjutan, zat besi, makanlah makanan yang ibu suka sebanyak
yang ibu mau untuk menambah berat badan ibu, dan baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, minum susu setiap hari, menghindari makanan yang diawetkan
seperti mie instan, makanan kaleng/sarden, dan makanan yang beragi (tape, brem). Ibu
mengerti anjuran bidan dan akan mengkonsumsi makanan yang telah dianjurkan.
d. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih 8 gelas/hari paling sedikit, terutama
untuk ibu yang sedang demam, diare, keringat pada malam hari karena dalam keadaan
seperti itu ibu membutuhkan penambahan cairan untuk mengganti kehilangan cairan
tersebut. Ibu mengerti dan mengatakan akan menuruti anjuran yang diberikan.
e. Memberi ibu tablet Fe dengan dosis 1x1/hari yang dapat ibu minum pada malam hari
karena bila diminum pada siang hari obat tersebut dapat menimbulkan mual pada ibu,
dengan satu gelas air putih dan jangan diminum dengan air teh atau kopi karena hal
tersebut dapat menghambat kerja obat dan menurunkan efektifitas oabt tersebut, tablet Fe
ini selain baik untuk mencegah dan mengobati Anemia, baik juga untuk pertumbuhan janin
karena mengandung asam folat yang dibutuhkan janin. Ibu mengerti dan berjanji akan
minum tablet Fe dengan teratur dan diminum sesuai anjuran yang diberikan bidan.
f. Menganjurkan ibu untuk meminum obat atas instruksi/kolaborasi dengan dokter, yaitu obat
antiretroviral (ARV) untuk mencegah bayi tertular HIV (+), dengan dosis 1x1 setelah ibu
makan, dan diminum dengan air putih, boleh pada siang hari atau malam hari, tetapi ketika
bersalin obat ARV akan diberikan dalam bentuk intravena. Ibu mengerti dan berjanji akan
minum obat secara teratur.
g. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya kepada dokter spesialis kandungan
untuk mengetahui perkembangan janin dan kondisinya (USG). Ibu mengerti anjuran bidan
dan akan segera mengunjungi dokter kandungan.
h. Memberitahu ibu bahwa ibu dengan HIV (+), proses persalinan tidak bisa ditolong oleh
bidan, walau ibu bersalin bukan indikasi dilakukan pertolongan persalinan dengan seksio
sesaria akan tetapi ada kemungkinan ibu harus di operasi sesar, karena resiko yang
mungkin terjadi pada bayi dapat tertular HIV. Maka ibu dan keluarga diharapkan
mempersiapkan segala sesuatunya seperti uang, tempat bersalin (Rumah Sakit), kendaraan
dan lain-lain untuk proses persalinan ibu. Ibu mengerti informasi yang diberikan dan akan
mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan untuk persalinan nanti.
i. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian atau bila ibu
mengunjungi dokter spesialis kandungan dan atau bila ibu mengalami penyulit atau hal-hal
yang dianggap tidak normal oleh bidan dan keluarga. Ibu mengerti dan mengatakan akan
kembali melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian.
j. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam yang
tiba-tiba, sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, keluar air-air dari vagina sebelum usia
kandungan ibu 9 bulan, maka segera hubungi atau dating ke pelayanan kesehatan terdekat.
Ibu mengerti dan akan segera mendatangi bidan bila terjadi salah satu masalah tadi.
k. Memberitahu ibu cara ber-KB yang aman dan baik bagi ibu, bila ibu telah melahirkan. Ibu
boleh menggunakan KB pil, suntik KB, implant, tetapi ibu jangan menggunakan AKDR
atau alat kontrasepsi dalam rahim karena hal tersebut dapat memperparah resiko infeksi
yang terjadi pada ibu dengan HIV (+). Ibu mengerti dan akan memilih KB yang aman
untuk dirinya nanti bila sudah bersalin.
l. Memberitahu ibu bahwa ibu tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya ketika selesai proses
persalinan dan untuk selamanya mengingat risiko bayi tertular HIV, sebaiknya ibu
memberikan bayinya susu formula, dengan penyajian dan takaran yang benar. Ibu mengerti
dan akan memberikan bayinya nanti susu formula untuk keselamatan dan kesehatann
bayinya.
m. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan pada catatan
SOAP. Hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan telah didokumetasikan pada catatan
SOAP.

2. Ny. A usia 30 tahun sudah menikah dan memiliki 2 anak balita, datang ke Bidan
mengeluh, keputihan. Hasil anamnesa keputihan berwarna kuning, gatal dan berbau
asam. Setelah dilakukan pemeriksaan TD =110/80 mmHg, S=36,5 C, N=80x/m,
P=20x/m, keadaan umum baik, tidak ada nyeri tekan diperut, dan pinggang tidak terasa
nyeri. Tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi keputihan Ny. A?
Jawaban:
Ada beberapa macam pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi infeksi jamur vagina,
yaitu:

 Obat antijamur minum, seperti fluconazole dan itraconazole


 Obat antijamur oles dalam bentuk krim, salep, cairan, atau tablet vagina, misalnya
miconazole, clotrimazole, nistatin, sulfanilamide, dan asam borat
 Obat antihistamin minum

Obat antijamur, baik yang diminum atau dioles, biasanya perlu digunakan hingga
berminggu-minggu atau berbulan-bulan meski gejala yang Anda alami sudah membaik.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pertumbuhan jamur penyebab infeksi di
vagina sudah terkontrol.

Sementara itu, konsumsi obat antihistamin biasanya dihentikan bila keluhan gatal di
vagina sudah mereda.

Cara Mencegah Terjadinya Infeksi Jamur Vagina

Untuk mencegah terjadinya infeksi jamur vagina, ada beberapa cara yang bisa Anda
lakukan, yaitu:

 Kenakan pakaian dalam yang dapat menyerap keringat dengan baik, misalnya
pakaian dalam berbahan katun.
 Hindari penggunaan celana atau celana dalam yang terlalu ketat.
 Hindari terlalu lama menggunakan tampon atau pembalut, terutama yang beraroma.
 Hindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan secara berlebih.
 Bersihkan vagina dengan cara yang benar, yaitu membasuh vagina dari arah bibir
vagina menuju anus dengan air bersih, lalu keringkan.
 Hindari hubungan seks berisiko, misalnya hubungan seks tanpa kondom atau sering
berganti pasangan.

3. Ny. A usia 27 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Daerah mengeluh ingin program
hamil. Hasil anamesa Ny. Sudah 3 kali keguguran di usia kandungan 8 minggu, hasil
pemeriksaan TD=110/80 mmHg, S=36,5 C, N=80x/m, P=20x/m, Ny. A didiagnosa PCOS.
Asuhan kebidanan apa yang paling tepat untuk Ny.A?
Jawaban:
Pemeriksaan ultrasonografi :

Pemeriksaan ulttrasonografi pelvis dapat menemukan adanya pembesaran satu atau kedua
ovarium. Namun yang perlu diingat bahwa pada PCOS tidak selalu terjadi pembesaran
ovarium sehingga diagnosa PCOS dapat diduga tanpa harus melakukan pemeriksaan
ultrasonografi terlebih dulu.
TERAPI
1. Terapi awal
Langkah pertama dalam penatalaksanaan PCOS adalah melakukan olahraga secara teratur,
mengkonsumsi makanan sehat dan menghentikan kebiasaan merokok. Ini merupakan pilihan
utama terapi dan bukan sekedar menghasilkan perubahan gaya hidup. Terapi tambahan
tergantung pada keluhan penderita dan apakah dokter merencanakan agar penderita dapat
memperoleh kehamilan.
a. Bila penderita memiliki berat badan berlebihan, menurunkan sedikit berat badan sudah
sangat membantu dalam menjaga keseimbangan hormonal sehingga siklus haid menjadi
teratur dan terjadi ovulasi. Olah raga teratur dan melakukan diet untuk menurunkan berat
badan merupakan langkah utama dan sangat penting bagi penderita bila menghendaki
kehamilan.
b. Bila penderita memilki kebiasaan merokok, hendaknya kebiasaan ini segera dihentikan.
Perlu diketahui bahwa merokok dapat meningkatkan kadar androgen. Selain itu kebiasaan
merokok akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.
c. Bila penderita menghendaki kehamilan dan penurunan berat badan saja tidak dapat
memperbaiki fertilitas, maka diperlukan pemberian obat untuk menurunkan insulin.
Dengan menurunkan berat badan, kesempatan untuk ovulasi dan kehamilan meningkat.
Terapi dengan pemicu ovulasi dapat pula menyebabkan terjadi ovulasi.
d. Bila penderita menghendaki kehamilan, dokter dapat pula menggunakan terapi
hormonal untuk membantu pengendalian hormon ovarium. Untuk memperbaiki masalah
siklus haid, terapi dengan pil kontrasepsi oral dapat mencegah agar lapisan endometrium
tidak terlalu lama menebal. Hal ini dapat mencegah terjadinya karsinoma endometrium.
Terapi hormonal juga dapat mengatasi pertumbuhan rambut berlebihan dan jerawat.
Terapi hormon dapat berupa pil kontrasepsi oral, patches atau cincin vagina. Kadang-
kadang digunakan pula obat penurun androgen (spironolakton = aldactone) yang biasa
diberikan bersama dengan pil kontrasepsi oral kombinasi estrogen-progestin. Terapi
kombinasi ini diperlukan untuk mengatasi kerontokan, jerawat dan pertumbuhan rambut
berlebihan.

Terapi hormon tidak dapat menurunkan resiko terhadap jantung, tekanan darah, kolesterol
dan resiko diabetes. Inilah sebabnya, mengapa olah raga dan diet yang sehat tetap
merupakan kunci utama dalam pengobatan PCOS.
2. Terapi tambahan untuk mengatasi masalah rambut dan kulit :
Terapi lain untuk PCOS antara lain :
a. Menghilangkan rambut dengan sinar laser, elektrolisis, waxing, tweezing atau kimiawi.
b. Mengatasi masalah pada kulit. Obat jerawat topikal atau per oral dapat diperoleh secara
bebas. Pengangkatan “skin tag” tidak perlu dilakukan kecuali bila menyebabkan iritasi.

3. Terapi Mandiri :
Terapi mandiri dapat membantu penderita dalam mengatasi gejala dan keluhan yang ada serta
mengelola hidup secara sehat.
Pengendalian dan penurunan berat badan
dapat menurunkan resiko terjadinya diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Penurunan
berat badan yang tidak terlalu drastis dapat mengatasi kadar androgen dan kadar insulin serta
infertiliti. Penurunan berat badan sebesar 5 – 7% dalam waktu 6 bulan sudah dapat
menurunkan kadar androgen sedemikian rupa sehingga ovulasi dan fertilitas menjadi pulih
pada 75% kasus PCOS.

a. Penurunan berat badan.


Memperoleh berat badan yang ideal akan memperbaiki kesehatan penderita dan dapat
mengatasi masalah kesehatan jangka panjang. Meningkatkan aktivitas dan makan makanan
sehat merupakan kunci pengendalian berat badan.
b. Olah raga.
Penderita diharap untuk menjadikan olah raga teratur sebagai bagian penting dalam
kehidupannya. Berjalan kaki merupakan aktivitas yang paling baik dan sederhana yang
dapat dengan mudah dikerjakan.
c. Makanan sehat dan gizi seimbang
yang terdiri dari kombinasi buah dan sayuran, produk makanan kecil berkalori rendah yang
dapat memuaskan nafsu makan dan menngatasi kebiasaan makan kecil.
d. Pertahankan berat badan yang sehat.
e. Hentikan kebiasaan merokok.

TERAPI MEDIKAMENTOSA

a. Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin digunakan pada penderita dengan haid
tidak teratur atau amenorea. Terapi ini membantu mengatasi jerawat, pertumbuhan
rambut berlebihan dan kerontokan rambut. Progestin diperlukan agar terjadi pertumbuhan
dan pengelupasan endometrium secara teratur seperti yang terjadi pada haid.
Pengelupasan endometrium yang terjadi setiap bulan dapat mencegah karsinoma uterus.
Pil kontrasepsi YASMIN merupakan pil yang ideal untuk kasus PCOS oleh karena
mengandung progestin yang disebut drospirenon yang memiliki sifat anti androgen.
b. Progestin sintetis. Bila penderita tidak dapat menggunakan hormon estrogen maka
penggunaan progestin yang dapat digunakan adalah yang tidak meningkatkan kadar
androgen dan baik untuk penderita PCOS yaitu : norgestimate, desogestrel dan
drospirenon. Efek samping yang mungkin terjadi : nyeri kepala, retensi air dan perubahan
emosi.
Catatan :
Sejumlah progestin menyebabkan peningkatan kadar androgen. Terdapat 3 jenis progestin
yang tidak meningkatkan kadar adrogen dan sangat baik bila digunakan pada kasus
PCOS.
c. Diuretik. Spironolaktone yang dapat menurunkan androgen (Aladactone) diberikan
bersama dengan pil kontrasepsi kombinasi. Terapi ini dapat mengatasi kerontokan
rambut, pdertumbuhan jerawat dan rambut abnormal (hirsuitisme)
d. Metformin (Glucophage). Obat diabetes ini digunakan untuk mengendalikan insulin,
gula darah dan androgen. Obat ini menurunkan resiko diabetes dan penyakit jantung serta
memulihkan siklus haid dan fertilitas.
Catatan : Metformin nampaknya sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala yang terjadi
pada PCOS. Metformin dapat memperbaiki derajat fertilitas, menurunkan kejadian
abortus, dan diabetes gestasional serta mencegah terjadinya masalah kesehatan jangka
panjang. Penggunaan metformin pada masa kehamilan masih merupakan kontroversi
meskipun resiko nampaknya sangat kecil. Metformin oleh FDA dimaksudkan untuk
mengatasi diabetes sehingga penggunaannya pada kasus PCOS harus dibahas secara
rinci.
e. Klomifen sitrat dan injeksi gonadotropin (LH dan FSH). Klomifen sitrat dapat diberikan
bersama dengan metformin bila metformin dapat memicu terjadinya ovulasi. Kombinasi
kedua jenis obat ini akan memperbaiki kerja dari klomifen sitrat.
f. Eflomithine (Vaniqa) adalah krim yang dapat menghambat pertumbuhan rambut dan
hanya bisa diperoleh dengan resep dokter.

TERAPI PEMBEDAHAN
Terapi pembedahan kadang-kadang dilakukan pada kasus infertilitas akibat PCOS yang
tidak segera mengalami ovulasi setelah pemberian terapi medikamentosa. Melalui
pembedahan, fungsi ovarium di pulihkan dengan mengangkat sejumlah kista kecil.
Alternatif tindakan :
a. “Wedge Resection” , mengangkat sebagian ovarium. Tindakan ini dilakukan untuk
membantu agar siklus haid menjadi teratur dan ovulasi berlangsung secara normal.
Tindakan ini sudah jarang dikerjakan oleh karena memiliki potensi merusak ovarium
dan menimbulkan jaringan parut.
b. “Laparoscopic ovarian drilling” , merupakan tindakan pembedahan untuk memicu
terjadinya ovulasi pada penderita PCOS yang tidak segera mengalami ovulasi setelah
menurunkan berat badan dan memperoleh obat-obat pemicu ovulasi. Pada tindakan
ini dilakukan eletrokauter atau laser untuk merusak sebagian ovarium. Beberapa hasil
penelitian memperlihatkan bahwa dengan tindakan ini dilaporkan angka ovulasi
sebesar 80% dan angka kehamilan sebesar 50%. Wanita yang lebih muda dan dengan
BMI dalam batas normal akan lebih memperoleh manfaat melalui tindakan ini.

Anda mungkin juga menyukai