Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN KOMUNITAS

“Trend dan Issue Keperawatan Komunitas”

Dosen Pembimbing :

Dr. Yulianto, S.Kep., Ns., M.Mkes.

Disusun oleh :

1. Keyshilla Holillah Ardiyanti (0119026)


2. Nora Irfania Dewi (0119034)
3. Nur Ailil (0119035)
4. Gigin Pidhiana (0119038)
5. Puji Sudarsono Tuk Wijaya (0119040)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas.
Dalam proses menyelesaikan penyusunan tugas kami yang
berjudul “Trend dan Issue Keperawatan Komunitas”, kami juga
mendapat dukungan dan juga bantuan dari berbagai pihak, maka
dari itu kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas berkat dan anugrah-Nya yang luar biasa, yang
tidak pernah berkesudahan hingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
2. Dr. Yulianto, S.Kep., Ns., M.Mkes.selaku dosen pembimbing.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang


terdapat dalam penulisan dan penyajian materi pada makalah yang
sederhana ini. Untuk itu kami menerima saran dan kritik dari
pembaca. Kami berharap makalah ini dapat diterima dengan baik
dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Mojokerto, 21 Maret 2022

TIM PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Definisi Trend dan Issue ................................................................................ 4
2.2 Keperawatan Komunitas ................................................................................ 4
2.3 Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas ................................................. 4
2.4 Trend dan Issue Pendidikan Keperawatan Komunitas .................................. 6
2.5 Trend dan Issue Penelitian Keperawatan Komunitas .................................... 10
2.6 Trend dan Issue Keprofesian Keperawatan Komunitas ................................ 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu
sistem yang disebut dengan Sistem Kesehatan. Pada intinya sistem kesehatan
merupakan seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk
mempromosikan, mengembalikan dan memelihara kesehatan. Sistem
kesehatan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, sistem kesehatan tidak hanya mencakup “health
care” atau pelayanan kesehatan, tetapi meliputi pengembangan pembiayaan
dan mekasnisme risk pooling sehingga dapat melindungi masyarakat dari
beban keuangan dan beban ekonomi karena penyakit. Dimensi lain
menyangkut peningkatan kepuasan konsumen dan memberikan informasi dan
pilihan, juga merupakan bagian penting dari sistem kesehatan.
Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pelayanan kesehatan
menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di
berbagai bidang. Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang, dimana
perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Perawat dianggap sebagai salah satu profesi kesehatan yang
harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik di
dunia maupun di Indonesia (Harefa, 2019). Orientasi praktik perawat
komunitas tidak hanya kepada masalah sakit saja tetapi juga kepada masalah
sehat, dimana perawat komunitas mengajarkan kepada masyarakat bagaimana
mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan menjadi sehat sehat, dan
bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan
kesehatannya. Juga menjadikan masyarakat dari yang tidak tau menjadi tahu,
dari yang tidak mau menjadi mau dan dari yang tidak mampu menjadi

1
mampu (Harefa, 2019).
Dalam menjalankan visi misinya tentu perawat komunitas memiliki
peran dan fungsi. Diataranya Peran yang dapat dilaksanakan adalah sebagai
pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayananan
kesehatan, pembaharu (innovator), pengorganisasian pelayanan kesehatan
(organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan
sebagai pengelola (manager). Selain peran perawat juga memiliki fungsi,
diantaranya adalah fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi
interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran tersebut kehadiran
perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat
Indonesia (Efendi & Makhfudli, 2016).
Peran perawat komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015,
yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin
melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat
pencegahan (levels of prevention). Perawat dalam melaksanakan praktik
kelapangan melaksanakan atau memberikan asuhan keperawatan di
komunitas atau masyarakat pertama, berbasis institusi pendidikan ketika
sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh program sarjana
(tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana baik
aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu
didinkes dan puskesmas (Amin, 2019). Berdasarkan fenomena diatas, tim
penyusun tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Komunitas
serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, tim penyusun merumuskan rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana trend dan isu dalam pendidikan keperawatan komunitas?
1.2.2 Bagaimana trend dan isu dalam penelitian keperawatan komunitas?
1.2.3 Bagaimana trend dan isu dalam keprofesian keperawatan komunitas?

2
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
lebih dalam mengenai trend dan isu dalam keperawatan komunitas baik
dalam ruang lingkup pendidikan, penelitian hingga keprofesian yang
berlangsung dalam praktik keperawatan komunitas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trend dan issue

a. Defenisi Trend

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat didefenisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.

b. Defenisi issue

Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social,
politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak
namun belum jelas faktanya atau buktinya.

2.2 Keperawatan komunitas

Berbagai defenisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan


oleh organisasi- organisasi professional. Berdasarkan pernyataan dari American
Nurses Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan
komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
dari popolasi dengan mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai
dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan
komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu.
Berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. Defenisi
keperawatan kesehatan komunitas menurut American public health (2004) yaitu
sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan professional yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas.

2.3 Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas


Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi
kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat (American public health association, 1996). Perawat
komunitas juga harus mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan
pengembangan komunitas, koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan,
kesehatan lingkungan dan ilmu kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan
komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok meliputi :

4
1) Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemilogis, pekerja sosial,
nutrisionis dan pendidik kesehatan
2) Organisasi kesehatan pemerintah
3) Penyedia layanan kesehatan
4) Organisasi dan koalisasi masyarakat
5) Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum dan unit
gawat darurat
6) Industri dan bisnis
7) Institusi penelitian dan pendidikan

Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat


diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (rumah sakit , puskesmas dll) yang


mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
2. Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis.
Peran home care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah
kesehatan
3. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan,

Mempertahankan kesehatan, dan pendidikan kesehatan


4. DI tempat kerja/ industry
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri
industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk
keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan
stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.
5. Di barak – barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut,
penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada
individu, kelompok masyarakat diperdesaan, kelompok terlantar.
Pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan
sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus penyakit akut dan
kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.

5
7. Di panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainnya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (lapas)
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi :
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak lansia
mendapat perlakuan kekerasan
b. Pelyanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia ,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/ orang dengan HIV-AIDS). Dan WTS

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan
pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan

2.4 Trend dan Issue Pendidikan Keperawatan Komunitas


2.4.1 Aplikasi pendidikan perawat ke masyarakat
Dalam jurnal Aarabi, et all (2015) menyebutkan bahwa
pendidikan keperawatan di Iran meningkatkan partisipasi perawat
dalam professional decision, dibutuhkan perawat yang terdidik
dengan baik dan terlatih untuk berhubungan dengan komunitas
dan berhadapan langsung dengan pasien. Dalam
pengembangannya, Iran membuat keputusan untuk melatih
mahasiswa Sarjana, menghadapi tantagan untuk perawat PhD dan
menghadapi deficit pendidikan keperawatan secara umum.
Kemudian membuat kurikulum yang komprehensif pada program
PhD, mengembangkan attitude perawat PhD, dan performa
perawat PhD.
Amstrong & Rispel (2015) juga menjelaskan bahwa
akuntabilitas sosial merupakan komponen penting untu
transformasi pendidikan, harus memperhatikan isu pemerintah,
tanggung jawab terhadap kurikulum, kesiapan pendidik, dan
kesiapan siswa. Isu dan masalah terkait perkembangan profesi
keperawatan Indonesia adalah distribusi yang belum merata,

6
jumlah perawat tinggi namun rasio perawat disbanding jumlah
penduduk sebagian besar wilayah Indonesia belum memenuhi
target Renstra Kesehatan, selain itu jumlah perawat ahli dan
spesialis masih relative kecil, melainkan paling banyak adalah
perawat vokasi dan perawat yang bekerja dengan menggunakan
STR hanya sebesar 41,8% (Infodatin, 2017).

2.4.2 Level pendidikan Keperawatan di Dunia


Pendidikan keperawatan secara global mayoritas adalah
pendidikan Sarjana untuk level terendah. Seperti dalam jurnal
Simunovic (2010) menyebutkan bahwa tiga siklus pendidikan
keperawatan untuk mendidik generasi perawat professional yang safe,
competent, dan beretika. Tiga level pendidikan, yaitu basic education
(bachelor’s level) merupakan program sarjana yang harus
memberikan dasar yang sama untuk para mahasiswa. Kemudian level
pendidikan kedua yaitu master’s degree (program magister) yang
dirancang untuk professional kesehatan yang berencana untuk
berpartisipasi di organisasi, menejemen, dan pengawasan proses
keperawatan. Dan level pendidikan keperawatan ketiga adalah
doctoral degree (program doktor) untuk mrningkatkan kemampuan
siswa untuk terlibat dalam pengajaran dan penelitian.
Sedangkan kondisi di Indonesia, jenjang pendidikan yang lebih
sering berhadapan lansung dengan masyarakat adalah level vokasi,
dimana skill atau keterampilan lebih diutamakan. Dan jumlah institusi
maupun mahasiswa yang terjun di masyarakat paling banyak adalah
perawat vokasi. Sehingga persepsi maupun realisasi pelayanan asuhan
keperawatan professional di Indonesia belum begitu terlihat.
Berdasarkan klasifikasi pendidikan, perawat yang berada di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah 77,56% perawat non ners (lulusan D3),
10,84% perawat ners, 5,17% perawat lulusan SPK, dan 6,42%
perawat spesialis (Infodatin, 2017).

7
2.4.3 Kolaborasi dalam pendidikan keperawatan
Evaluasi pendidikan komprehensif memerlukan partisipasi,
keterlibatan, dan kolaborasi antara Dewan Perawat, kantor menteri
keperawatan, fakultas keperawatan, dan Organisasi Keperawatan.
Dengan demikian, perlu untuk lebih menentukan sistem evaluasi,
kebijakan, pendekatan, metode, dan prosedur evaluasi pendidikan saat
ini (Khodaveisi, Pazargadhi, Bimoradi, et all. 2012).
Sedangkan kondisi di Indonesia evaluasi pembelajaran
merupakan hasil belajar mahasiswa yang dievaluasi secara berkala
meliputi struktur, proses, hasil, berdasarkan capaian kompetensi.
Kemudian hasil evaluasi dijadikan sebagai acuan pengembangan bagi
mahasiswa, program pendidikan, dan penentuan beban studi
selanjutnya. Evaluasi dilakukan oleh pendidik (Standar Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 2012). Untuk peningkatan kualitas
pendidikan tinggi kesehatan dinilai berdasarkan system akreditasi,
penjaminan mutu lulusan melalui system uji Kompetensi (Sailah,
2012).

2.4.4 Lulusan Perawat yang mampu bersaing Global


Masalah yang sering dihadapi dan menjadi tinjauan public
adalah masalah yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia.
Kurangnya kemampuan bahasa oleh perawat Indonesia menyebabkan
kualitas perawat Indonesia masih lemah apabila disandingkan dengan
perawat Internasional (Komarudin, 2012).
Menurut Zurn et all (2002) dalam artikelnya mengatakan
bahwa ada ketidakseimbangan tenaga kesehatan. Terutama tenaga
perawat, yang sejak tahun 1915 di dunia terdapat ketidakseimbangan
jumlah perawat disbanding dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
negara-negara Asean yang mampu menekspor tenaga professional
adalah mayoritas dari Filipin dan Singapura. Ini seharusnya memberi
peluang bekerja bagi perawat Indonesia, namun kenyataannya
perawat kita tidak mampu bersaing dengan perawat di negeri lain. Hal

8
ini disebabkan kesulitan berbahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi
Internasional.

2.4.5 Strategi menghadapi Tantangan Pendidikan Keperawatan di


Indonesia
1. Seluruh stakeholder keperawatan di Indonesia, baik di lingkup
akademik maupun klinik mendukung dang mendesak agar
pengaplikasian UU Keperawatan tahun 2014 berjalan lancar agar
pelayanan keperawatan yang sah dan professional bisa
berkembang dan ikut berperan dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Termasuk perihal pengembangan praktik
mandiri keperawatan yang sampai sekarang ini masih pada tahap
proses perizinan dan aturan (legalitas).
2. Perlu adanya pemaksimalan program profesi seperti di pendidikan
keperawatan, pelayanan, dan riset keperawatan (empowering dan
strengthening). Sehingga dalam kehidupan sehari-hari pun para
pelaku professional keperawatan mampu menunjukkan sikap dan
perilaku professional, terutama dalam memberikan asuha
keperawatan kepada masyarakat. Selain itu, bagi perawat
akademisi maupun praktisi perlu melanjutkan pendidikan, baik
pendidikankeperawatan formal maupun non formal karena
pendidikan akan mampu mengembangkan kemapuan berfikir
kritis dan professional desicion.
3. Pelaksanaan pengawasan dan penilaian terhadap system
pendidikan lebih komprehensif dengan melibatkan organisasi
keperawatan dalam hal ini PPNI (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia).
4. Mengembangkan kurikulum di pendidikan dengan memasukkan
beban kuliah Bahasa Inggris, sebagai mata kuliah wajib.

9
2.5 Trend dan Issue Penelitian Keperawatan Komunitas
2.5.1 Pengertian
Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade
terakhir telah mengalami kemajuan yang sangat pesat melampaui
perkembangan sebelumnya. Derivasi ilmu-ilmu kesehatan dan
pengembangannya melalui riset merupakan dinamika proses yang
sangat penting dalam pertumbuhan masingmasing profesi kesehatan.
Tujuan dilakukannya riset kesehatan adalah untuk memperkuat dasar-
dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan
praktik klinik, pendidikan, dan menejemen pelayanan
kesehatan.Sedangkan praktik pelayanan kesehatan yang berdasarkan
fakta empiris (evidence based practice) bertujuan untuk memberikan
cara menurut fakta terbaik dari riset yang diaplikasikan secara hati-
hati dan bijaksana dalam tindakan preventif, pendeteksian, maupun
pelayanan kesehatan. Menerapkan hasil penelitian dalam pelayanan
kesehatan adalah upaya signifikan dalam memperbaiki pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada efektifitas biaya dan manfaat
(costbenefit effectiveness). Meningkatkan kegiatan riset kesehatan dan
menerapkan hasilnya dalam praktik pelayanan kesehatan merupakan
kebutuhan mendesak untuk membangun pelayanan kesehatan yang
lebih efektif dan efisien. Menurut sebuah studi meta-analysis terhadap
berbagai laporan penelitian keperawatan yang dilakukan oleh Heater,
Beckker, dan Olson (1988), menjumpai bahwa pasien yang
mendapatkan intervensi keperawatan bersumber dari riset memiliki
luaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan pasien yang hanya
mendapatkan intervensi standar. Sudah saatnya kini, praktisi
kesehatan di tingkat pelayanan primer maupun dunia pendidikan
kesehatan perlu segera mendorong pertumbuhan budaya ilmiah di
lingkungannya agar mereka dapat mempraktikan hasil berbagai
penelitian. Kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan organisasi
keperawatan, yaitu :
1. Membentuk komite riset;

10
2. Menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah;
3. Kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya;
4. Pendidikan berkelanjutan.
Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi
akuntabilitas publik, justifikasi indakan keperawatan, dan bahan
pengambilan keputusan. Kesadaran terhadap nilai riset yang potensial
akan memberikan dampak yang menguntungkan bagi rganisasi,
misalnya kinerja keperawatan yang meningkat dan out come klien
yang optimal. Issue dan Trend dalam penelitian keperawatan
komunitas sudah banyak sekali topik/judul yang digunakan oleh para
peneliti keperawatan komunitas seperti Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Berkunjung Ke Kelompok
Binaan Khusus Lansia Di Puskesmas Global Limboto Kabupaten
Gorontalo dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan
Kejadian Diare Pada Anak Sekolah Dasar (SD). Menurut Depkes
2014 angka kejadian diare sangat tinggi, banyak peneliti yang
melakukan penelitian terhadap PHBS pada anak usia sekolah karena
anak usia sekolah lebih aktif dan rasa keingin tahuan yang tinggi
terhadap benda asing sehingga rentan sekali untuk terkena penyakit
daire dan kurangnya suatu penerapan tersebut dari orang tua dan pihak
sekolah. Dengan dilakukannya tindakan PHBS maka anak, dan orang
tua mengetahui bahwa pentingnya melakukan cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan.
Trend dan issue saat ini juga adalah kurangnya dukungan keluarga
terhadap lansia, sehingga para lansia memiliki harga diri rendah
seperti merasa sudah tidak berdaya di dalam keluarganya. Dukungan
keluarga kepada lansia sangat di butuhkan agar lansia merasa bahagia
dan berguna, dengan cara memberikan motivasi kepada lansia dalam
mengikuti suatu kegiatan di lingkungan sekitar rumah.

2.5.2 Memanfaatkan Hasil Penelitian Dalam Pelayanan Kesehatan


Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade

11
terakhir telah mengalami kemajuan yang sangat pesat melampaui
perkembangan sebelumnya. Derivasi ilmu-ilmu kesehatan dan
pengembangannya melalui riset merupakan diamika proses yang
sangat penting dalam pertumbuhan masing-masing profesi kesehatan.
Tujuan dilakukannya riset kesehatan adalah untuk memperkuat dasar-
dasar keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan
praktikklinik, pendidikan, dan menejemen pelayanan kesehatan.
(Ross, Mackenzie, & Smith, 2003). Sedangkan praktik pelayanan
kesehatan yang berdasarkan fakta empiris (evidence based practice)
bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik dari risetyang
diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif,
pendeteksian, maupun pelayanan kesehatan.(Cullum,2001).

2.6 Trend dan Issue Keprofesian Keperawatan Komunitas


2.6.1 Sejarah Keprofesian Keperawatan Komunitas
Trend dan issu dalam profesi keperawatan komunitas sama
seperti jenjang pendidikan keperawatan. Yang dominan dalam
keprofesian keperawatan komunitas adalah pada program akademik
dan profesi dalam program tersebut sudah banyak dibuka peminatan
pada keperawatan komunitas seperti Ners, S2, S3, dan Spesialis. Bagi
jurusan S3 Keperawatan Komunitas hanya berada di Universitas
Indonesia saja (Efendy, 2011).
Trend lebih sering dan banyak dibicarakan adalah tentang gaji
perawat. Banyak perawat mengeluh tentang penerimaan gaji yang
kecil dan berbeda dibandingkan dengan institusi lainnya, sedangkan
pekerjaan yang mereka lakukan sama beratnya. Sehingga mereka
terkadang merasa iri dengan gaji perawat lain yang memiliki gaji
lebih besar. Dengan adanya aturan dari Mentri Kesehatan Republik
Indonesia gaji perawat diberikan berdasarkan jenjang pendidikannya,
pada setiap provinsi dan institusi kesehatan/ Rumah sakit berbeda-
beda. Semakin tinggi tingkat jenjang pendidikan semakin tinggi gaji

12
yang mereka peroleh. Tunjangan pada PNS lebih besar dari pada gaji
pokok. Pemberian gaji juga berdasarkan pada lamanya pengalaman
pekerjaan sang perawat (Efendy, 2011).
Perkembangan/ pelatihan pada keperawatan komunitas dapat
dikatakan masih jarang dan masih minim, tetapi pelatihan sangat
diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
masalah penyakit serta meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.
Maka dalam komunitas diperlukan suatu pelatihan pada puskesmas
tentang peningkatan pelayanan kesehatan dan pemberian konseling
kepada kader dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang sering
terjadi pada lingkup masyarakat. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat
bagi masyarakat dan puskesmas karena meningkatkan wawasan bagi
masyarakat serta mampu menurunkan morbiditas dan mortalitas pada
desa yang memiliki angka kejadian tinggi. Sebaliknya untuk desa
yang memiliki angka kejadian rendah dapat mempertahankannya agar
tidak memiliki kurva morbiditas dan mortalitas yang meningkat
(Maulana, 2016).

2.6.2 Pengertian Keprofesian Keperawatan Komunitas


Menurut konsorsium ilmu – ilmu kesehatan praktek
keperawatan profensional atau ners melalui kerjasama yang bersifat
kolaboratif baik dengan klien maupun tega kesehatan lain dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistic sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawanya pada berbagai tatanan, termasuk
praktik keperawatan individu dak berkelompok.
Menurut undangan – undang keperawatan (UKK) No. 38
Tahun 2014 pengertian Pratik Keperawatan adalah pelayanan yang
diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
Pasal 28 ayat 2 UKK No. 38 tahun 2014 menyebutkan bahwa
Praktik Keperawatan terdiri atas praktik keperawatan mandiri dan
praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

13
2.6.3 Dasar Hukum Praktik Mandiri Perawat
Dasar hukum praktik mandiri perawat diatur dalam :
1. Undang – undangan Keperawatan No. 38 tahun 2014, antara lain:
 Pasal 28 ayat 1 dan 2, yaitu:
1) Praktik keperawatan dilaksankan di fasilitas pelayanan
kesehatan dan tempat lainnya sesuai dengan klien
sasarannya.
2) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksut pada ayat (1)
terdiri atas praktik keperawatan mandiri dan praktik
keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

 Pasal 21 UU keperawatan tahaun 2014, pasal 47 UU


kesehatan tahun 2014 : dalam melakukan praktek mandiri
keperawatan, seorang perawat wajib memasang papan nama
praktik keperawatan.
2. Peraturan menteri kesehatan (Permenkes) No. 17 tahun 2013,
antara lain:
 Pasal 2 ayat 3 : perawat yang menjalankan praktik mandiri
berpendidikan minimal Diploma III (D III) keperawatan.
 Pasal 3 ayat 2 : setiap perawat yang menjalankan praktik
keperawatan di praktik mandiri wajib memiliki SIPP.
 Pasal 5A : perawat hanya dapat menjalankan praktek
keperawatan maksimal di dua tempat yaitu pada fasilitas
pelayanan kesehatan dan praktek mandiri perawat.

2.6.4 Syarat Melakukan Praktik Mandiri Perawat


Menurut UU Keperawatan No. 38 tahun 2014 syarat untuk
dapat melakukan praktik mandiri perawat, yaitu:
1. Perawat berpendidikan vokasi (D III) keperawatan dan profesi
(Ners & Ners spesialis).
2. Perawat yang memiliki surat tanda registerasi ( STR).
3. Dalam UUK no. 38 tahun 2014 pasal 18 ayat 3, persyaratan
pembuatan STR meliputi :

14
 Memiliki ijazah pendidikan tinggi keperawatan.
 Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi.
 Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental.
 Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
profesi
 Membuat pernyatan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi.
4. Perawat yang memiliki surat izin praktek perawat (SIPP). Dalam
UUK no. 38 tahun 2014 pasal 19, SIPP diberikan oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat menjalankan
praktiknya. Untuk mendapatkan SIPP Perawat harus
melampirkan: salinan STR yang masih berlaku, Rekomendasi dari
Organisasi Profesi Perawat; dan Surat pernyataan memiliki tempat
praktik atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanaan
Kesehatan.

2.6.5 Persiapan Sebelum Melakukan Praktik Mandiri Perawat


Alat yang disiapkan sebenarnya tergantung dari kekhususan
dari masing-masing klinik sesuai bidang keahlian teman-teman,
misalnya perawat yang mempunyai sertifikat wound care dan
memiliki pengalaman sebagai perawat luka, bisa membuka klinik
keperawatan luka, atau mungkin ada yang sudah mendapatkan
pelatihan keperawatan paliatif, bisa berpikir untuk membuka klinik
keperawatan khusus palliative care.
Sementara itu fasilitas dasar yang harus ada adalah:
1. Perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan dan kunjungan
rumah, antara lain: Alat untuk mengukur tanda-tanda vital,
timbangan, meteran badan. Alat untuk mengukur gula darah, asam
urat dan kolesterol jika ingin menambahkan, tergantung
kemampuan finansial masing-masing.
2. Obat-obatan

15
Ingat, hanya boleh obat bebas dan obat bebas terbatas.
3. Perlengkapan administrasi, meliputi formulir catatan tindakan
asuhan keperawatan serta formulir rujukan dan formulir
persetujuan tindakan keperawatan (inform consent).

2.6.6 Kewenangan Perawat Dalam Praktik Mandiri


1. Melaksanakan proses keperawatan antara lain: pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.
2. Merujuk pasien ke rumah sakit.
3. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompensi.Misalnya memberikan bantuan hidup dasar,atau
penanganan pertama pada keselakaan.
4. Berkolaborasi dengan dokter jika ada kasus yang tidak bisa
ditangani sendiri
5. Memberikan penyuluhan kesehatan dan konseling.Contohya
perawat yang sudah memiliki sertifikat konselor laktasi,dapat
memberikan konseling bagi ibi-ibu yang mengalami masalah pada
saat menyusui
6. Memberikan obat sesuai resep dokter.Pasien tuborkulosis rawat
jalan yang harus mendapatkan obat injeksi setiap hari selama dua
bulan,bisa mendatangi klinik kita.
7. Memberikan obat bebas dan obat bebas terbatas

2.6.7 Hal-Hal Penting Yang Harus Diperhatikan


1. Praktik keperawatan mandiri yang kita jalankan harus berdasarkan
pada kode etik,standar pelayanan,standar profesi dan standar
prosedur operasional(SPO).
2. Perawat berhak menolak keinginan klien atau pihak lain yang
bertentangan dengan kode etik,standar pelayanan,standar profesi
dan standar prosedur operasional.
3. Rujuk pasien yang tidak dapat ditangani kepada perawat lain,atau
tenaga kesehatan lain yang lebih kompeten.

16
4. Jangan melakukan pekerjaan tenaga medis,karenakita tidak
berwenang,kecuali jika sudah ada pendelegasian tertulis dari
dokter yang bersangkutan.
5. Pasien berhak memberi persetujuan atau menolak tindakan
keperawatan yang akan diterimanya,jadi sebelum melakukan
tindakan apapun itu sebaiknya minta surat persetujuan atau inform
consent.
6. Dokumentasikan segala teman pengkajian,tindakan,evaluasi yang
telah dilakukan kepada pasien.
7. Jangan lupa memperpanjang SIPP dan memasang papan nama
diklinik yang dijalankan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan merupakan suatu profesi yang memiliki organisasi yang sangat
bermanfaat dalam menetapkan standar praktek, pelayanan dan pendidikan
keperawatan. Keperawatan sebagai sebuah profesi yang didalamnya terdapat body
of knowledge yang jelas, memiliki dasar pendidikan yang kuat sehingga dapat
dikembangkan setinggi- tingginya.

Untuk itu Tren praktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat
praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara
terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim
asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan
aspek- aspek dari keperawatan yang mengkarakteristik keperawatan sebagai
proses meliputi pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik.

3.2 saran
perawat dapat memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan
media untuk mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya
tersebut harus ditinjau dan di evaluasi untuk kesesuaian mereka untuk kelompok
sasaran yang dituju. Kunci untuk memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan
masyarakat yang merangkul gagasan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses
interaktif akan di pengaruhi oleh faktor internal dan eksternal banyak. Untuk
mengetahui trend issue keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia dan dunia
diantaranya home care, home health care, perawat keluarga, pondok kesehatan
desa (poskesdes)

18
DAFTAR PUSTAKA

Aarabi, Cheraghi, dan Ghiyasvandian. (2015). Modification of Nursing Education


for Upgrading Nurses Participation: a Thematic Analysis. Diakses pada 16
Oktober dari http://dx.doi.porg/10.5539/gjhs.v7n4p161.

American Nurses’ Association, Council Of Community Health Nursing. (1986).


“Standards Of Community Health Nursing Practice. “Kanses city : ANA

Amin, H. L. M. (2019). Sistem Pelayanan Asuhan Keperawatan Kesehatan


Komunitas : Studi Kasus di Dusun Mensaleng. Jurnal Kesehatan Qamarul
Huda, 7(1), 59–70.

Amstrong & Rispel. (2015). Social Accountability and Nursing Education in


South Africa. Diakses pada 5 Juni 2021 dari
http://www.globalhealthaction.net.

Dapertemen RI. (1993). Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI

Efendy, F. (2011). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Efendi, F., & Makhfudli. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:


Salemba Medika.

Harefa, E. I. J. (2019). Peningkatan Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas


di Rumah Sakit. https://doi.org/10.31227/osf.io/385md

Infodatin. (2017). Pusat Data dan Onformasi Kementrian Kesehatan RI: Situasi
Tenaga Keperawatan Indonesia. Diakses 5 Juni 2021 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
%20perawat%202017.pdf

Khodaveisi., Pazargadi., Bikmoradi., et all. (2012). Identifying Challenges for


Effective Evaluation in Nursing Education: a Qualitative Study. Diakses
pada 5 Juni 2021 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3685791/?report=reader

19
Komarudin. (2012). Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan dalam Pencapaian
Sustainability Profesionalisme Keperawatan. Diakses pada 5 Juni 2021
dari http://digilib.unmuhjember.ac.id/files/disk1/53/umj-1x-komarudin-
2604-1-10.artik-v.pdf

Maulana, I. (2016). Telenursing Sebagai Trend dan Issu Pelayanan. Universitas


Indonesia. : Jakarta

Sailah, I. (2012). Implikasi UU No. 12 tahun 2012 terhadap Pendidikan


Keperawatan di Indonesia. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Ditjen Pendidikan Tinggi, Kemendikbud

Simunovic, Zupanovic, Mihanovic, et all. (2010). In search of a Croatian model of


nursing education. Diakses pada 5 Juni 2021 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?
term=In+Search+of+a+Croatian+Model+of+Nursing+Education

Zurn, Poz, Stilwell, & Adams. (2002). Imbalances in the health workforce.
Diakses pada 5 Juni 2021 dari
http://www.who.int/hrh/documents/en/imbalances_briefing.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai