Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Shalawat serta salam smoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya diakhiat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SW atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah
dengan judul ``komunikasi efektif dalam hubungan interpersonal dengan klien``
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi
di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia
yang lain. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang
paling dasar.Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan pendapat,
ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya
kesalahfahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan
menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang baik
pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan
gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika
penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan
informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin
tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar memberikan arti
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan oleh
manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar.Terutama ketika seseorang
melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi
ketika aktivitas kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian
communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki communication skill. Banyak orang
yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap
cara komunikasi yang mereka pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
3. untuk mengetahui bagaimana hubugan komunikasi perawat dengan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang
yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam
memahami pesan yang disampaiakan antara pemberi dan penerima pesan sehingga bahasanya
lebih jelas, lengkap,pengiriman dan umpan balik seimbang,dan melatih penggunaan bahasa non
verbal yang baik.
Bentuk dan karakteristik komunikasi meliputi komunikasi verbal efektif dan komunikasi non
verbal. Komunikasi verbal efektif mempunyai karakteristik jelas dan ringkas, perbendaharaan
kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotative dan konotativ, intonasi mampu memengaruhi
isi pesan,kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat,serta ada unsur humor.
klien.komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan
bingung dan tidak mampu engikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting.
3. Arti denotative dan konotatif :dalam berkomunikasi dengan klien dan keluarganya
perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banya disalah tafsirkan terutama
sangat penting ketika menjelaskan kondisi pasien. Arti denotative memberi pengertian
yang sama tentang kata yang digunakan. Sedangkan arti konotativ merupakan
mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan karena emosi
dan tempo bicara yang tepat selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
ketegangan dan rasa sakit yang disebabkna oleh stres sehingga meningkatkan
Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara yaitu penampilan fisik,sikap
sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap seseorang berdasarkan penampilannya.
2. Sikap tubuh dan cara berjalan : sikap tubuh dan cara berjaan mencerminkan konsep
3. Ekspresi wajah : wajah merupakan bagian tubuh yang paling ekspresif. Hasil penelitian
menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah yaitu
b. Pendengnaran pasien terganggu. Pasien ini mungkin tidak dapat memahami kata-kata
c. Pasien buta : pasien ini tidak dapat melihat ekspresi wajah anda .kata-kata dan nada
d. Pasien yang afasia dan tidak dapat memahami atau menyampaikan pikiran dan
Perilaku anda juga dapat mempengaruhi seberapa baik anda mengerti dan mengirim
pesan.sebagai contoh,pada saat anda marah atau cemas anda akan sulit menemukan kata-
kata kunci yang tepat. Hal ini berlaku juga pada pasien yang marah atau gelisah.
Memperbaiki komunikasi
a. Mendengar
e. Berusaha untuk merefleksikan perasaan dan pikiran yang dinyatakan pasien dengan
pertanyaan.
C. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara perawat dan pihak lain yang
sering terjadi saat berhadapan langsung. Ini merupakan tingkat komunikai yang paling
sering digunakan dalam proses keperawatan dan berada pada inti praktek. Komunikasi ini
terjadi dalam konteks sosial dan mencakup pengiriman berbagai simbol dan petunjuk
serta penerimaan arti. Arti terletak pad pribadi dan buka pada kata,sehingga interpretasi
pesan dapat berbeda dari maksudnya.perawat bekerja dengan orang lain yang memilki
dan komunikasi, serta komitmen pada perilaku etis. Memiliki filosofi yang berdasarkan pada
kepedulian dan penghormataan pada orang lain akan membantu perawat untuk berhasil dalam
Di dalam hubungan ini, perawat memiliki peran sebagai penolong profesional dan mengenali
klien sebagai individu yang memiliki kebutuhan kesehatan, respons, dan pola hidup yang unik.
Hubungan bersifat teraupetik dan mendorong terbentuknya iklim psikologis yang memfalitisi
perubahan positif. Komunikasi teraupetik akan membantu pencapaian tujuan yang berhubungan
dengan kesehatan. Tujuan dari hubungan teraupetik berfokus pada pencapaian pertumbuhan
pribadi yang optimal (stuart dan laraia, 2005). Terdapat batasan waktu ekspilisit, pendekataan
yang diarahkan oleh tujuan, dan harapan tinggi atas kerahasiaan. Perawat membentuk,
mengarahkan, dan mengambil tanggung jawab atas interaksi tersebut, dan kebutuhan klien
menempati prioritas yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan perawat. Hubungan ini memiliki
makna kesediaan untuk mendengar pesan atau mengakui perasaan. Namun, bukan berarti anda
harus selalu menyetujjui pihak lain atau keputusan klien. Hubungan bantuan antara perawat dan
klien tidajkk terbentuk begitu saja.Anda menciptakannya dengan bantuan perhatian, ketrampilan,
dan kepercayaan.
Kemajuan alamiah dari empat fase arahan tujuan merupakan karakteristik hubungan perawat-
klien.Hubungan ini sering dimulai sebelum perawat bertemu dengan klien dan terus berlangsung
sampai hubungan pelayan berakhir (kotak 24-2). Bahkan interaksi yang singkat juga
menggunakan versi singkat dari fase prainteraksi, orientasi, kerja, dan terminasi (Arnold dan
Bogg,2003) sebagai contoh, para siswa keperawatan terlebih dulu mengumpulkan informasi
klien untuk mempersiapkan pelayaan, bertemu dengan klien untuk mempersiapkan pelayanaan,
beertemu dengan klien membangun kepercayaan, mencapai tujuan terkait kesehatan melalui
penggunaan proses keperawatan, dan mengucapkan selamat tinggal pada penghujung hari.
Sosialisai merupkan komponen awal yang penting dari komunikasi antar-pribadi. Proses ini
membangun individu untuk saling mengenal dan lebih santai. Sosialisaasi bersifat mudah,
superfisial, dan tidak pribadi, sedangkan interaksi teraupetik lebih dalam, berat, dan tidak
yang lebih dekat. Contohnya “halo, tuan simpson. Anda hari ini berulang tahun, ya? Sudah
berapa usia anda?” suatu komunikasi ramah dan nonformal akan membantu terbentuknya
kepercayaan, tetapi perawat perawat harus menjangkaudi luar percakapan sosial agar dapat
membicarakan masalah yang terkait dengan kesehataan klien. Selama percakapan sosial,
beberapa klien menanyakann pertanyaan pribadi tentang keluarga perawat, tempat tinggal, dan
hal lainnya.Siswa masih meragukan apakah mereka harus menjjawab pertanyaan seperti di atas.
Perawat yang terampil akan menggunakan pertimbangan tentang informasi yang dapat diberikan,
menghidar dengan menggunakan humor, dan mengembalikan fokus percakapan kepada klien.
perasaan pengendalian pribadi dengan menolong individu untuk merasa aman, memiliki
Di dalam hubungan teraupetik, perawat sering mendorong klien untuk bercerita tentang kisah
pribadinya yang disebut interaksi naratif. Melalui cara ini, pperwat dapat memahami kontoks
kehidupan orang lain dan menegtahui hal yang berharga dalam perspektif mereka (shattel dan
Hogan, 2005). Sebagai contoh, perawat meminta klien untuk menceritakan saat dia mengambil
keputusan besar.
E. Komponen Dalam Komunikasi Efektif Perawat-Klien
Menurut Karyowo dalam Musliha dan Siti Fatimah (2009), menyebutkan komponen komunikasi
terdiri dari :
1. Komunikator
Komunikator (pemberi pesan), biasanya juga berarti tempat berasalnya sumber pesan. Dalam
proses keperawatan, perawat merupakan sumber pesan atau komunikator bagi pasien.
2. Message
Message (pesan atau berita) merupakan yang disampaikan oleh perawat melalui pembicaraan,
gerakan dan sebagainya. Dirumah sakit pesan ini biasanya berupa nasehat dokter atau perawat
pada pasien, hasil konsultasi pada status pasien, laporan, dan sebagainya. Isi pesan ini juga yang
menentukan untuk klien memberikan respon dan mengubah perilakuya.
3. Channel
Media atau sarana yang digunakan perawat untuk berkomunikasi dengan pasien, biasanya
menggunakan panca indra.
4. Komunikan
Komunikan adalah penerima pesan atau obyek sasaran dari kegiatan komunikasi. Dalam proses
keperawatan, klien merupakan penerima pesan atau komunikan.
5. Feed back
Feed back adalah umpan balik atau tanggapan, dan merupakan respon pasien terhadap pesan
yang disampaikan perawat.
F. Tujuan Komunikasi Efektif Perawat-Klien
1. Komunikasi verbal
Yaitu komunikasi yang dilakukan perawat-klien melalui kata-kata, bicara, maupun tulisan. Salah
satu komunikasi verba yang penting dalam keperawatan adalah wawancara, yang merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan data dari klien yang spesifik.
Yaitu komunikasi yang menggunakan mimik atau bahasa tubuh. Dalam berkomunikasi dengan
pasien, perawat harus menggunakan komunikasi non verbal juga, seperti gerak tubuh, pandangan
mata ke pasien, jarak dengan pasien, postur, dan ekspresi wajah. Selain dengan menggunakan
bahasa verbal,menggunakan mimik atau bahasa tubuh lebih memudahkan klien untuk mengerti
dan memahami dari maksud komunikasi yang perawat sampaikan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi perawat-klien.
Menurut Potter dan Perry (1993), proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan pasien, perawat harus mengerti pengaruh dari
perkembangan usia baik dari sisi bahasa maupun proses fikir dari pasien tersebut. Karena tiap
tahap perkembangan atau umur klien yang berbeda mempunyai tingkat kemampuan memahami
maksud dari isi komunikasi yang perawat sampaikan.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa, dan
dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi antara perawat-pasien dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien.
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, dan budaya ini juga
yang membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Klien sebagai manusia pasti mempunyai
budaya yang berbeda-beda antara yang satu dan yang lain.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Ekspresi emosi seperti sedih,
senang, dan terharu dapat mempengaruhi orang lain dalam berkomunikasi. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehinnga perawat dapat memberikan asuhan
keperawataan yang tepat.
6. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda. Menurut Tanned (1990);
dalam Nurjannah, I (2005), menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan
gaya komunikasi.
7. Pengetahuan
Pasien yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon dengan pertanyaan mengandung
bahasa verbal dibanding dengan orang yang tingkat pengetahuannya tinggi. Jadi perawat perlu
untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien agar bisa berinteraksi dengan baik.
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara orang yang berkomunikasi.
Seorang perawat berkomunikasi dengan teman sejawatnya pasti akan berbeda ketika
berkomunikasi kepada kliennya. Jadi seorang perawat harus bisa menggunakan gaya bahasa
yang berbeda-beda pada lawan bicaranya berdasarkan peran dan hubungan, terutama dengan
klien.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Lingkungan yang berisik
dan tidak ada privasi pasti akan mengganggu proses komunikasi perawat-klien.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi proses komunikasi, jarak tertentu akan memberikan rasa aman,
kejelasan pesan, dan kontrol ketika berkomunikasi. Maka perawat perlu memperhitungkan jarak
berinteraksi dengan klien.
H.Contoh Kasus
Nn. Supiani dan kakaknya Tn. Akmal yang berumur 18 tahun dan 21 tahun. Pada hari minggu
pergi kerumah neneknya dengan mobil pribadinya. Mobil tersebut di kemudikan oleh Tn.
Akmal, mobil tersebut mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki kiri Nn. Supiani patah
dan harus diamputasi sedangkan kakaknya meninggal dunia. Setelah 2 hari dirawat Nn. supiani
baru sadarkan diri dan dia sangat depresi setelah mengetahui kakinya diamputasi dan ia
menanyakan keadaan kakaknya.dalam kondisi ini perawat pun berusaha untuk membuat pasien
serta keluarga pasien agar tetap terkendali dan sabar dalam menghadapi keadaan tersebut dengan
melakukan beberapa hal baik melalui sentuhan maupun secara lisan yang akan membuat pasien
“maaf pak, bu sabar ya. Semua ini cobaan dari Tuhan. Bapak dan ibu harus tabah mengahadapi
cobaan ini”
‘’ Tenang ya mba…’’
Maaf mba,kaki mba terpaksa harus diamputasi, karena bila tidak segera
diamputasi bisa membahayakan diri mba…!’’
“Sebelumnya maaf ya mba…,Mba harus bisa menerima semua ini.Kami sudah berusaha sebisa
:” Saya tau mba ini adalah hal yang sangat berat untuk mba dan kelurga mba..,Tapi kami benar –
benar telah berusaha sebisa mungkin tapi memang kakak mba tidak bisa di selamatkan karena
luka yang sangat parah…”
Mba yang sabar..,mba harus bisa menerima dan mengikhlas kan kepergian kakak mba.(sambil
mengelus pundak pasien) Sebaiknya sekarang mba istirahat karena kondisi mba masih lemas..”
PENUTUP
Kesimpulan
antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti
konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu
yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada
orang yang terlibat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan
dalam memahami pesan yang disampaiakan antara pemberi dan penerima pesan sehingga
bahasanya lebih jelas, lengkap,pengiriman dan umpan balik seimbang,dan melatih penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/document/415889997/komunikasi-efektif-dalam-hubungan-interpersonal-
docx.
https://www.academia.edu/37500525/BAB_I_PENDAHULUAN_KOMUNIKASI_KEPERAW
ATAN
http://seputarkesehatandankeperawatan.blogspot.com/2014/08/komunikasi-perawat-dan-
pasien.html?m=1