“ WOUND CARE”
Dosen PJMK :
Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep
KELOMPOK 4
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang “Wound Care”
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tugas ini bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyusun makalah ini.
Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata semoga ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Terutama bagi
teman-teman yang ingin menerusan karya tulis ini sehingga menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................32
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat
dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian dari proses
pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk
yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan
(safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada
intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan
sosial
6
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
3. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
7
a. Ekskoriasi atau luka lecet
b. Vulnus scisum atau luka sayat
c. Vulnus laseratum atau luka robek
d. Vulnus punctum atau luka tusuk
e. Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang
f. Vulnus combotio atau luka bakar
2. Berdasarkan ada/tidaknya kehilangan jaringan
a. Ekskoriasi
b. Skin avulsion
c. Skin loss
3. Berdasarkan derajat kontaminasi
a. Luka bersih
1) Luka sayat elektif
2) Steril, potensial terinfeksi
3) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus elimentarius, traktus
genitourinarius.
b. Luka bersih tercemar
1) Luka sayat elektif
2) Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal
3) Kontak dengan orofaring, respiratorius, elimentarius dan genitourinarius
4) Proses penyembuhan lebih lama
c. Luka tercemar
1) Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius, kandung empedu, traktus genito
urinarius, urine
2) Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka penetrasi.
d. Luka kotor
1) Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
8
2.4 Proses penyembuhan luka
1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih
(overlap)
2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
3. Fase penyembuhan luka:
a. Fase inflamasi :
1) Hari ke 0-5
2) Respon segera setelah terjadi injuri pembekuaàn darah untuk mencegah kehilangan daraha
3) Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
4) Fase awal terjadi haemostasis
5) Fase akhir terjadi fagositosis
6) Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b. Fase proliferasi or epitelisasi
1) Hari 3 – 14
2) Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka luka
nampak merah segar, mengkilatà
3) Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang
baru, fibronectin and hyularonic acid
4) Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada
tepian luka
5) Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c. Fase maturasi atau remodelling
1) Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
2) Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength)
3) Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnyaa
9
4) Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.
10
2) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik borok.
3) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane)
Merupakan senyawa biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut
dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
c. Oksidansia
1) Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah berdasarkan sifat
oksidator.
2) Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan
membunuh kuman anaerob.
d. Logam berat dan garamnya
1) Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.
2) Merkurokrom (obat merah) dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat
keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts).
e. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
f. Derivat fenol
1) Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia eksterna
sebelum operasi dan luka bakar.
2) Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
g. Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol),
merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi.Dalam
proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan
teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat
pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan meningktkan biaya perawatan
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,memperbaiki dan mempercepat
proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan
debris.
11
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu:
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda
asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptik
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
e. Bila perlu lakukan penutupan luka.
4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit
primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya
dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
5. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan
berlangsung optimal.
6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka.
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan
lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan
yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau
kotor maka perlu diberikan antibiotik
8. Pengangkatan jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan
tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap
penderita dan adanya infeksi.
Waktu Pengangkatan Jahitan
1 Kelopak mata 3 hari
12
2 Pipi 3-5 hari
3 Hidung, dahi, leher 5 hari
4 Telinga,kulit kepala 5-7 hari
5 Lengan, tungkai, tangan,kaki 7-10+ hari
6 Dada, punggung, abdomen 7-10+ hari
2.7 Komplikasi
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-beda. Komplikasi
yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan
granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya
infeksi.Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis jaringan lunak,
dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksiluka.
13
2.8 Pathways
Kurangnya
Kerusakan integritas
Pengetahuan
kulit/ jaringan
Nyeri
Resiko infeksi Jaringan parut
Gangguan citra
tubuh
Fungsi tubuh
terganggu
Imobilisasi dan
Intoleransi Aktifitas kelemahan fisik
14
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Luka
1. Anamnesa
1) Tanggal dan waktu pengkajian → Mengetahui perkembangan penyakit
2) Biodata → nama,umur,jenis kelamin,pekerjaan,alamat
3) Keluhan utama
4) Riwayat kesehatan → kesehatan sekarang (PQRST), riwayat penyakit dahulu,
status kesehatan keluarga dan status perkembangan
5) Aktivitas sehari-hari
6) Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan kulit
Diagnosa Keperawatan
15
1. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan pada daerah luka
2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
3. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah, cedera akibat zat
kimia
4. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan jaringan parut pada kulit
5. Ansietas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai perawatan luka
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri, imobilisasi, kelemahan fisik
Intervensi
e. Obat analgesik
penting diberikan
kepada pasien untuk
mengurangi rasa
nyeri
23
bertaha
p
6 Intoleran Setelah a. Kaji respon a. Sebagai
si dilakukan terhadap parameter untuk
aktivitas perawatan aktivitas menentukan
berhubun selama 3x24 pasien tingkat
gan jam klien b. Kaji tanda- kemampuan
dengan mampu tanda vital pasien dalam
nyeri, melakukan c. Observasi beraktifitas
imobilisa aktivitas keluhan b. Sebagai
si, sehari-hari pasien indikator
kelemah dengan kriteria selama terhadap
an fisik hasil : beraktifitas perubahan TTV
d. Anjurkan akibat aktivitas
a. Klien
pasien c. Indikator untuk
dapat
untuk melakukan
melaku
menggunak intervensi
kan
an teknik selanjutnya
aktifita
relaksasi d. Mengurangi
s
e. Jelaskan kelelahan otot
selama
pada pasien dapat
masa
tentang membantu
perawat
teknik mengurangi
an
penghemat nyeri, spame
b. Pasien
an energi dan kejang
tampak
e. Mengurangi
rileks
dan menghemat
c. TTV
penggunaan
dalam
energi, juga
batas
membantu
24
normal keseimbangan
d. Mampu antara suplai
berpind oksigen dan
ah : kebutuhan O2
dengan
atau
tanpa
bantuan
alat
Implementasi
No Diagnosa Implementasi
4 Kerusakan integritas kulit a. Menjaga agar luka tetap bersih dan kering
yang berhubungan dengan b. Mengganti balutan sesuai program termasuk
insisi bedah, cedera akibat debridemen dan pemberian obat-obatan
zat kimia c. Menginstruksikan klien atau orang yang
penting bagi klien untuk mengkaji dan
merawat luka
d. Meminta klien untuk
mendemonstrasikannya kembali
5 Gangguan citra diri yang a. Memberikan stimulasi positif mengenai
26
berhubungan dengan penerimaan klien terhadap dirinya
jaringan parut pada kulit b. Memberikan pujian kepada klien mengenai
tingkat kemajuan positif yang dialami klien
c. Mendorong klien untuk merawat diri dan
berperan serta dalam asuhan klien secara
bertahap
6 Intoleransi aktivitas a. Mengkaji respon terhadap aktivitas
berhubungan dengan nyeri, pasien
imobilisasi, kelemahan b. Mengkaji tanda-tanda vital
fisik c. Mengobservasi keluhan pasien selama
beraktifitas
d. Menganjurkan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
e. Menjelaskan pada pasien tentang teknik
penghematan energi
Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
27
P : Hentikan Intervensi
A : Nyeri Teratasi
P : Hentikan Intervensi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
28
a. Jaga agar luka tetap bersih dan kering
b. Ganti balutan sesuai program
termasuk debridemen dan pemberian
obat-obatan
5 Gangguan citra diri yang S : Pasien mengatakan paham dengan
berhubungan dengan jaringan kondisinya
parut pada kulit
O : Klien tampak mampu berperan dalam
perawatn dirinya
P : Hentikan Intervensi
6 Intoleransi aktivitas S : -
berhubungan dengan nyeri,
O : Klien tampak mampu melakukan aktivitas
imobilisasi, kelemahan fisik
secara mandiri
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
luka adalah suatu keadaan gangguan pada kulit berupa kerusakan kontinuitas jaringan pada
kulit atau organ lainnya, baik disengaja atau tidak disengaja akibat dari trauma. Luka dapat
bersifat akut dan kronis. Tanda dan gejala luka ialah rubor, kalor, tumor, dolor dan fungsio.
Proses penyembuhan luka terdiri dari tiga fase tanpa memandang penyebabnya, yaitu fase
inflamasi, fase poliferasi, dan fase maturasi. Komplikasi yang terjadi pada saat luka adalah
infeksi, perdarahan, Dehiscence dan Eviscerasi (komplikasi yang terjadi pada saat post operasi
yang serius). Prioritas penatalaksanaan luka adalah mengatasi perdarahan (hemostasis),
mengeluarkan benda asing yang menyebabkan infeksi; melepaskan jaringan yang devitalisasi,
krusta yang tebal dan pus; menyediakan temperatur, kelembaban, dan pH yang optimal untuk
sel-sel yang berperan dalam proses penyembuhan.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini perawat diharapkan mampu memberikan perawatan pada
pasien luka dengan seoptimal mungkin baik terhadap luka tertutup maupun luka terbuka. dan
juga perawat mampu memberikan edukasi kepada pasien atau masyarakat sedini mungkin akan
terjadinya luka, karena karena bnyak sekali faktor-faktor yang dapat menyebabkan luka.
30
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan
Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004,Perawatan Luka, Makalah Mandiri, Jakarta
Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny
Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC
Morison, Maya J. 2004. Manajemen Luka. Jakarta : EGC
Aquilino, Mary Lober. Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition. United State
of America: Mosby Elsevier
31
32