Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Penyembuhan Luka


Sub pokok bahasan : Konsumsi Putih Telur Kukus
Tempat : Ruang Tunggu OK
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Waktu : 20 menit
Hari/Tanggal :
Pembicara : Siti Aisah, S. Kep.
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kurang lebih selama 20 menit diharapkan klien dapat
mengerti dan memahami tentang manfaat konsumsi putih telur kukus.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan selama 20 menit diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian luka post operasi
b. Menjelaskan fase-fase penyembuhan luka
c. Menjelaskan bagian-bagian telur dan manfaatnya
d. Menjelaskan manfaat konsumsi putih telur
e. Menjelaskan mengolah putih telur

3. Materi
a. Pengertian luka post operasi
b. Fase-fase penyembuhan luka
c. Bagian-bagian telur dan fungsinya
d. Manfaat konsumsi putiih telur
e. Cara mengolah putih telur
4. Setting Acara
a. Acara
1) Pembukaan dengan perkenalan terlebih dahulu 3 menit
2) Penyuluhan tentang etika batuk selama 15 menit.
3) Tanya jawab 2 menit penutup dan kesimpulan.
5. Metode
a. Ceramah dan Tanya jawab
6. Media
a. Leaflet
7. Kegiatan
No. Tahap Waktu Penyuluhan Sasaran
1. Pembukaan 3 menit 1. Mengucapkan salam Menjawab salam.
2. Memperkenalkan diri Menyimak
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan
4. Menyebutkan materi pokok Menjawab pertanyaan
yang akan disampaikan
5. Memberikan pertanyaan
apersepsi
1. Menjelaskan materi
penyuluhan:
a. Pengertian luka post Mendengarkan dan
2. Inti 15 menit operasi Memperhatikan
b. Fase-fase penyembuhan
luka
c. Bagian-bagian telur dan
fungsinya
d. Manfaat konsumsi putih
telur
e. Cara pengolahan putih
telur
2. Penyuluh memberikan
kesempatan kepada sasaran
untuk bertanya dan
mengevaluasi dengan memberi
pertanyaan kepada sasaran
3. Penyuluh memberi jawaban
dengan tepat
4. Menarik kesimpulan
3. Penutup 2 menit1.     Mengakhiri penyuluhan, Menjawab salam
berterimakasih dan memberi salam
8. Sumber bacaan

Amalia, RP., Wahid, TOR., Masdar, H. 2014. Asosiasi Kejadian Stres Psikologis
Dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi Pasien Bedah RSUD Arifin
Achmad. Pekanbaru.

Dharmyanti, Lia. 2019. Pengaruh Konsumsi Putih Telur Kukus Terhadap


Penyembuhan Luka Jahitan Post Sectio Caesarea. Akademi Kebidanan
Sakinah Pasuruan, Jl. Karya Bhakti No.1, Kelurahan Kraton, Kabupaten
Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia.

Purnani, WT. 2019. Perbedaan Efektivitas Pemberian Putih Telur Dan Ikan Gabus
Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas. JPH RECODE Maret 2019;
2 (2) : 126-134http://E-Journal.Unair.Ac.Id/JPHRECODE.

Widiantoro, Rodi. 2020. Pengaruh Program Ambulasi Dini Terhadap Proses


Penyembuhan Luka Pasien Post Operasi Di Rsud Dr. Adjidarmo
Rangkasbitung. Jurnal SMART Keperawatan, 2020, 7 (2), 85-91 SJKP 2020
DOI: Http://Dx.Doi.Org/10.34310/Jskp.V7i2.378 Pissn 2301-6221; Eissn 2502-
5236 Http://Stikesyahoedsmg.Ac.Id/Ojs/Index.Php/Sjkp.
9. Evaluasi
a. Cara : Tanya jawab
b. Jenis : Lisan
c. Waktu : Setelah dilakukan penyuluhan
d. Soal :
1) Apa yang dimaksud dengan luka post operasi?
2) Bagaimana proses penyembuhan luka?
3) Apa saja bagian-bagian telur dan fungsinya?
4) Apa manfaat mengonsumsi putih telur?
5) Bagaimana cara mengolah putih telur?
MATERI PENYULUHAN

1. Definis Luka Post Operasi


Pembedahan adalah tindakan pengobatan invasif melalui sayatan untuk membuka
atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan diakhiri dengan penutupan
dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2010 dalam Widiantoro, 2020).
Luka operasi adalah luka yang disebabkan karena tindakan pembedahan (RS Betha
Medika, 2016).
Menurut Potter & Perry (2013) dalam Widiantoro (2020) klasifikasi operasi terbagi
menjadi dua, yaitu :
a. Operasi minor adalah operasi yang secara umum bersifat selektif, bertujuan untuk
memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit dan memperbaiki deformitas,
contohnya pencabutan gigi, pengangkatan kutil, kuretase, operasi katarak,dan
arthoskopi (Brunner &Sudarth 2010).
b. Operasi mayor adalah operasi yang bersifat selektif, urgen dan emergensi . Tujuan
dari operasi ini adalah untuk menyelamatkan nyawa, mengangkat atau memperbaiki
bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh dan meningkatkan kesehatan, contohnya
apendiktomi, kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi,
amputasi dan operasi akibat trauma (Brunner &Sudarth 2010).
2. Fase-fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka dimulai sejak kerusakan jaringan terjadi. Pada individu
yang sehat, proses penyembuhan berlangsung dalam 3 fase yaitu (Amalia, dkk., 2014):
a. Fase inflamasi
Fase inflamasi dimulai sejak terjadinya luka dan berlangsung selama 5-7
hari. Proses penyembuhan terjadi sejak awal pada saat terjadi luka dan diawali
dengan fase inflamasi yang dimulai dari 0 sampai 5 hari setelah terjadi luka. Reaksi
inflamasi berguna sebagai proteksi jaringan yang mengalami kerusakan agar tidak
mengalami infeksi dan meluas tanpa terkendali (Amalia, dkk., 2014).
Salah satu fungsi utama dari fase inflamasi adalah untuk membawa sel-sel
inflamasi ke area luka sehingga dapat menghindarkan luka dari bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi dan membuang sel-sel yang mati agar dapat dilakukan
perbaikan. Komponen imun yang paling penting dalam reaksi inflamasi adalah
makrofag. Fungsi penting makrofag terdapat pada faktor pertumbuhan dan sitokin
yang dilepaskannya seperti TNF-α, interleukin 1 (IL-1) dan IL-6. Faktor pertumbuhan
dan sitokin tersebut yang mengawali dan mempercepat formasi jaringan granulasi
(Amalia, dkk., 2014).
Bekuan–bekuan darah membentuk matriks fibrin yang nantinya akan
menjadi kerangka untuk perbaikan sel. Jaringan yang rusak menyekresi histamin,
yang menyebabkan vasodilatasi kapiler di sekitarnya dan mengeluarkan serum dan
sel-sel darah putih ke dalam jaringan yang rusak. Hal ini menimbulkan reaksi
kemerahan, edema, hangat, dan nyeri lokal. Respon inflamasi merupaka respon
yag menguntungkan dan tidak perlu mendinginkan area inflamasi atau mengurangi
bengkak kecuali jika bengkak terjadi dalam ruang tertutup (Amalia, dkk., 2014).
Leukosit (sel darah putih) akan mencapai luka dalam beberapa jam. Leukosit
utama yang bekerja pada luka adalah neutrofil, yang mulai memakan bakteri dan
debris yang kecil. Neutrofil mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat
enzim yang akan menyerang bakteri atau membantu perbaikan jaringan.pada
inflamasi kronik, neutrofil yang mati akan membentuk pus. Leukosit penting yang ke
dua adalah monosit yang akan berubah menjadi makrofag (sel kantong sampah)
yang akan membersihkan luka dari bakteri, sel-sel mati dan debris dengan cara
fagositosis (Amalia, dkk., 2014).
Makrofag juga mencerna dan mendaur ulang zatzat tertentu, seperti asam
amino dan gula yang dapat membantu dalam perbaikan luka. Makrofag akan
melanjutkan proses pembersihan debris luka, menarik lebih bnayak makrofag dan
menstimulasi pembentukan fibriblas, yaitu sel yang mensintesis kolagen. Kolagen
dapat di temukan paling cepat pada hari kedua dan menjadi komponen utama
jaringan parut. Setelah makrofag membersihkan luka dan menyiapkannya untuk
perbaikan jaringan, sel epitel bergerak dari bagian tepi luka di bawah dasar bekuan
darah (Amalia, dkk., 2014).
Sel epitel berkumpul di bawah rongga luka selama sekitar 48 jam, lalu di
atas luka akan terbentuk lapisan tipis dari jaringan epitel dan menjadi barier
terhadap organisme penyebab infeksi. Terlalu sedikit proses inflamasi yang terjadi
akan menyebabkan fase inflamasi berlangsung lama dan proses perbaikan menjadi
lambat, seperti yang terjadi pada penyakit yang terlalu banyak inflamasi juga dapat
memperpanjang masa penyembuhan luka karena sel yang tiba pada luka akan
bersaing untuk mendapatkan nutrisi yang memadai (Amalia, dkk., 2014).
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi terjadi pada hari ke 7 sampai dengan 14 hari setelah terjadi
luka. Fase proliferasi merupakan fase kedua dalam rangkaian proses penyembuhan
luka yang berlangsung pada hari ke 3 sampai 14 setelah luka (Amalia, dkk., 2014).
Pada fase inilah kontinuitas jaringan yang rusak mulai diperbaiki. Fibroblas
dan sel-sel endotel merupakan populasi sel terakhir yang memasuki area
luka.Setelah memasuki area luka, fibroblas mengalami proliferasi. Fibroblas
memproduksi kolagen dalam jumlah yang besar yang sangat berguna untuk
membentuk kekuatan pada jaringan parut. Bersamaan dengan proses fibroplasia
terjadi pula proses revaskularisasi pada area luka. Selama proses proliferasi di
dalam luka berlangsung, permukaan luka mengalami reepitelisasi (Amalia, dkk.,
2014).
Dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai hasil rekonstruksi, fase
proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas utama selama fase regenarasi ini
adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau jaringan gramlasi yang baru
dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi. Fibroblas adalah selsel yang
mensintesis kolagen yang akan menutup defek luka. Fibroblas membatuhkan
vitamin E dan C, oksigen, dan asam amino agar dapat berfungsi dengan baik.
Kolagen memberikan kekuatan dan integritas struktur pada luka (Amalia, dkk.,
2014).
c. Fase remodeling
Fase pembentukan kembali (remodelling) dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulan, bahkan tahunan setelah luka. Keberhasilan suatu fase
sangat bergantung pada keberhasilan fase-fase sebelumnya..Fase ketiga dalam
penyembuhan luka adalah fase remodeling yang berlangsung dari hari ke 7 sampai
1 tahun. Pada proses remodelling ini, faktor pertumbuhan, IL-1 dan TNF-α akan
memicu sintesis kolagen dan aktivasi metalloproteinase yang berfungsi untuk
degradasi komponen matriks ekstraseluler yang merupakan remodelling kerangka
jaringan ikat. Kecepatan sintesis kolagen mengembalikan luka menjadi jaringan
normal terjadi dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun (Amalia, dkk., 2014).
Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka, dapat
memerlukan waktu lebih dari 1 tahun. Bergantung pada kedalaman dan keluasan
luka, jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan menguat
setelah beberapa bulan. Namun, luka yang telah sembuh biasanya tidak memiliki
daya elastisitas yang sama dengan jaringan yang digantikannya. Serat kolagen
mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum mencapai bentuk normal.
Biasanya jaringan parut mengandung lebih sedikit sel-sel pigmentasi (melanosit)
dan memiliki warna yang lebih terang dari pada warna kulit normal (Amalia, dkk.,
2014).
3. Bagian-bagian Telur dan Fungsinya
Dalam sebutir telur ada 3 bagian telur yang sangat bermanfaat, yaitu
(Dharmayanti, 2019) :
a. Cangkang sendiri, komposisinya hanya 11%
b. Putih telur, komposisinya sekitar 57%
c. Kuning telur, komposisinya hanya 32%.
Maka komposisi bagian yang paling banyak dalam sebutir telur adalah
bagian putihnya (Dharmayanti, 2019).
4. Manfaat Konsumsi Putih Telur
Putih telur mengandung protein yang sangat tinggi, mutu protein, nilai cerna,
dan mutu cerna paling baik dibandingkan dengan protein hewan lainnya. Protein putih
telur kaya akan nutrisi diantaranya protein niacin, riboflavin, klorin, magnesium, kalium,
sodium, ovalbumin, dan mempunyai nilai biologis tinggi karena mengandung asam
amino lengkap dibanding protein hewan lainnya (Dharmayanti, 2019).
Fungsi protein yaitu membantu tubuh membuat jaringan baru pada luka.
Tentu saja, jika asupan protein seseorang tercukupi dengan baik, maka proses
penyembuhan lukapun akan semakin cepat. Sebaliknya, kekurangan protein dalam
tubuh akan menyebabkan luka yang diderita membutuhkan waktu yang lebih lama
dalam proses penyembuhan luka, termasuk luka-jahitan (Dina, 2016 dalam
Dharmayanti, 2019).
Protein yang paling berperan yaitu albumin. Albumin ialah protein utama
dengan konsentrasi palng tinggi dalam plasma darah yang terdiri dari ratusan asam
amino dan ikatan sufide. Albumin berperan dalam membentuk dan mempercepat
pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak (Dharmayanti, 2019).
Hal ini disebabkan karena putih telur mengandung lebih banyak protein
albumin (95%), dimana kandungan albumin yang membantu proses pergantian dan
perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Selain itu, nilai cerna protein putih telur
mencapai 100%, kandungan protein putih telur sebagai protein bernilai gizi tinggi
diserap dan dimanfatkan utuh oleh tubuh sebagai sumber nitrogen untuk sintesis
protein yang dimanfaatkan untuk pembentukan jaringan baru, serta putih telur
mempunyai kandungan asam amino esensial yang lengkap dengan nilai cerna 90%
(Dharmayanti, 2019).
Menurut Almatsir (2017), kecukupan gizi dan nutrisi terutama protein sangat
mempengaruhi proses penyembuhan luka jahitan karena diperlukan untuk pergantian
jaringan yang rusak, karena pada kejadian perlukaan, banyak nitrogen yang dilepas ke
dalam urin dan banyaknya sesuaidengan protein yang hilang dan meningkatkan
kebutuhan energi. Pemenuhan kebutuhan protein diperlukan karena hasil
sintesisprotein bermanfaat untuk menggantikan dan memperbaiki jaringan yang rusak
(Dharmayanti, 2019).
5. Cara Mengelola Putih Telur
a. Di Kukus
Cara mengukus putih telur, yaitu :
1) Untuk mengukus telur, cukup isi wajan beberapa senti.

2) Masukkan wadah pengukus, tutup dan panaskan.

3) Ketika sudah panas, masukkan telur yang ingin dikukus lalu tutup kembali.

4) Kukus selama enam menit untuk hasil lebih lembut, 11-12 menit untuk hasil
yang benar-benar matang.

5) Durasinya tergantung pada berapa banyak telur yang di kukus.

6) Setelah selesai, masukkan telur ke dalam mangkuk berisi air dingin, agar tidak
terlalu matang akibat panas yang masih tersisa pada telur.

b. Di Rebus
Cara merebus putih telur, yaitu (Purnani, 2019) :
1) Didihkan air dalam panci.
2) Permukaan air harus lebih tinggi dari telur, artinya telur yang direbus harus
tenggelam.
3) Setelah air mendidih masukkan telur sampai ke dasar panci.
4) Rebus selama 7 –8 menit.
5) Angkat telur.
6) Rendam dalam air dingin selama 5 menit , baru kupas.
7) Berikan pada ibu bagian putih telur sebanyak 139 gram sehari selama 7 hari.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, RP., Wahid, TOR., Masdar, H. 2014. Asosiasi Kejadian Stres Psikologis Dengan
Proses Penyembuhan Luka Operasi Pasien Bedah RSUD Arifin Achmad. Pekanbaru.

Dharmyanti, Lia. 2019. Pengaruh Konsumsi Putih Telur Kukus Terhadap Penyembuhan
Luka Jahitan Post Sectio Caesarea. Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan, Jl. Karya
Bhakti No.1, Kelurahan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Indonesia.

Purnani, WT. 2019. Perbedaan Efektivitas Pemberian Putih Telur Dan Ikan Gabus
Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas. JPH RECODE Maret 2019; 2 (2) :
126-134http://E-Journal.Unair.Ac.Id/JPHRECODE.

Widiantoro, Rodi. 2020. Pengaruh Program Ambulasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan
Luka Pasien Post Operasi Di Rsud Dr. Adjidarmo Rangkasbitung. Jurnal SMART
Keperawatan, 2020, 7 (2), 85-91 SJKP 2020 DOI:
Http://Dx.Doi.Org/10.34310/Jskp.V7i2.378 Pissn 2301-6221; Eissn 2502-5236
Http://Stikesyahoedsmg.Ac.Id/Ojs/Index.Php/Sjkp.

Anda mungkin juga menyukai