Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH WOUNDCARE III

PRINSIP MANAJEMEN LUKA

Dosen Pengampuh : Emmy Wahyuni, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

 MUH AYYUB IRSYADULLAH NASIR


 DINA
 MIRNAWATI
 NURALAM

S-1 KEPERAWATAN NON REGULER

STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat yang
diberikanNya kami dapat menyelasaikan makalah tentang Prinsip Manajemen Luka ini untuk
membantu proses belajar mengajar pada mata kuliah wound care III. Kami mengucapkan
terimakasih pada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini dan kami
menyadari terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini, jadi kami
mengharapkan kritik dan saran dari teman-taman semua agar lebih baik untuk kedepanya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan di manfaatkan oleh kita semua.

Makassar 25 Juni 2022

Penyusun

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah …………………………………………………………. 1
3. Tujuan……………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Luka…………………………………………………………… 2
2. Mekanisme Terjadinya Luka …………………………………………….. 3
3. Warna Dasar Luka………………………………………………………… 3
4. Proses Penyembuhan Luka………………………………………………… 4
5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka…………………. 5
6. Komplikasi Penyembuhan Luka…………………………………………… 5
7. Prinsip Manajemen Luka ………………………………………………….. 5
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ………………………………………………………………… 14
2. Saran ………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi
yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang
berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana
pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak ditemukan.
Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang
tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh
perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat
mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini antara lain:
a. Apa pengertian luka?
b. Bagaimana mekanisme terjadinya luka?
c. Apa jenis warna dasar luka?
d. Bagaimana proses penyembuhan luka?
e. Apa saja factor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka?
f. Apa saja komplikasi penyembuhan luka?
g. Apa saja prinsip manajemen luka?
3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan prinsip manajemen luka.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul :
 Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
 Respon stres simpatis
 Perdarahan dan pembekuan darah
 Kontaminasi bakteri
 Kematian sel
Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis;
dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai
ke tulang. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak
ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Klasifikasi luka berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu : akut
dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2-3
minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh
dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga
dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika
menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. Mekanisme Terjadinya Luka
a. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah
seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
b. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.
f. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.
g. Luka Bakar (Combustio)

3. Warna Dasar Luka


a. Merah: dasar warna luka merah tua atau terang tampak lembab
Merupakan luka bersih bergranulasi, vaskularisasi baik dan mudah berdarah,
Warna dasar merah muda ataupun pucat merupakan lapisan epitelisasi
Warna ini sebagai fase akhir dari proses penyembuhan
b. Kuning : dasar warna kuning kecoklatan atau kuning kehijauan atau kuning pucat.
Kondisi luka terinfeksi
Kondisi luka terkontaminasi
Avaskularisasi (SLOUGH)
c. Hitam : warna dasar hitam kecoklatan atau hitam kehijauan
Merupakan jaringan nekrosis
Avaskularisasi.
4. Proses Penyembuhan Luka
a. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih
(overlap)
b. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
c. Fase penyembuhan luka :
1) Fase inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi
berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan debris
dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan. Karakteristik :
tumor, rubor, dolor, color, functio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi
infeksi.
2) Fase proliferasi or epitelisasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Disebut juga dengan fase
granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka. Luka nampak merah segar,
mengkilat. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi,
pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Fibroblast (sel jaringan
penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi. Epitelisasi terjadi pada
24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka.
Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi.
3) Fase maturasi atau remodeling
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-
bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Terbentuknya kolagen yang baru yang
mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength). Dalam
fase ini terdapat remodeling luka yangmerupakan hasil dari peningkatan jaringan
kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka Terbentuk
jaringan parut (scar tissue). Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular
and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka


a. Status Imunologi
b. Kadar gula darah (impaired white cell function)
c. Hidrasi (slows metabolism)
d. Nutriisi
e. Kadar albumin darah
f. Suplai oksigen dan vaskularisasi
g. Nyeri (causes vasoconstriction)
h. Corticosteroids (depress immune function)

6. Komplikasi Penyembuhan Luka


Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-
beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat,
keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga akibat
komplikasi post operatif dan adanya infeksi. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga
infeksi luka.

7. Prinsip Manajemen Luka


Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan luka yang lembab.
Manajemen perawatan luka yang lama atau disebut metode konvensional hanya membersihkan
luka dengan normal salin atau ditambahkan dengan iodin povidine, kemudian di tutup dengan
kasa kering. Tujuan manajemen luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi. Ketika akan
merawat luka di hari berikutnya, kasa tersebut menempel pada luka dan menyebabkan rasa sakit
pada klien, disamping itu juga sel-sel yang baru tumbuh pada luka juga rusak.
Manajemen luka yang dilakukan tidak hanya melakukan aplikasi sebuah balutan atau
dressing tetapi bagaimana melakukan perawatan total pada klien dengan luka. Manajemen luka
ditentukan dari pengkajian klien, luka klien dan lingkungannya serta bagaimana kolaborasi klien
dengan tim kesehatan. Tujuan dari manajemen luka, yaitu:
 Mencapai hemostasis
 Mendukung pengendalian infeksi
 Membersihkan (debride) devaskularisasi atau material infeksi
 Membuang benda asing
 Mempersiapkan dasar luka untuk graft atau konstruksi flap.
 Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase
 Mempertahankan keseimbangan kelembaban
 Melindungi kulit sekitar luka
 Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan penyembuhan sekunder
Tujuan manajemen luka selain mempertahankan keseimbangan kelembaban (moist wound
healing) dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan dasar luka sebelum dilakukan
pemasangan graft atau flap konstruksi. Menurut Scnultz et al (2003), mempersiapkan dasar luka
atau disebut wound bed preparation adalah manajemen luka untuk mempercepat penyembuhan
endogenous atau untuk memfasilitasi keefektifan pengukuran terapeutik lainnya. Pelaksanaan
wound bed preparation dengan TIME, yaitu;

a. Tissue Management (Manajemen jaringan)


Cara melakukan manajemen jaringan adalah dengan debridemen surgikal (sharp
debridement), conservative sharp wound debridement (CSWD), enzimatik debridemen,
autolitik debridemen, mekanik debridemen, kimiawi debridemen dan biologikal atau parasit
debridemen
b. Infection-inflamation control (Mengendalikan infeksi dan inflamasi)
Dapat mengenal dan mengatasi tanda inflamasi (tumor, rubor, calor, dolor) dan tanda
infeksi (eksudat purulen). Balutan yang dapat digunakan untuk mengembalikan keseimbangan
bakteri yaitu; cadexomer iodine powder/paste/sheet dressing, povidine iodine impregnated
tulle gras, chlorhexidine impregnated tulle gras, madu luka, silver impregnated dressing.
c. Moisture balance management (Mempertahankan keseimbangan kelembaban)
Berdasarkan penelitian Winter tahun 1962, menyatakan kelembaban pada lingkungan
luka akan mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan demikian, untuk menciptakan
lingkungan luka yang lembab maka diperlukan pemilihan balutan atau dressing yang tepat.
Pemilihan balutan akan dipengaruhi oleh hasil pengkajian luka yang dilakukan, seperti;
apakah luka kering, eksudat minimal, sedang atau berat, oedem yang tidak terkontrol. Berikut
balutan yang dapat mengoptimalkan keseimbangan kelembaban yang dapat digunakan secara
occlusive/ tertutup atau compression/ kompresi;
 Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif balutan basah
 Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid, semipermeabel film, kalsium alginate
 Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber, hidrokoloid pasta, powder dan sheet, foams
 Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam sheet/cavity, ektra balutan absorben kering, kantung
luka/ostomy
d. Epitelization advancement management (Kemajuan tepi luka)
Epitelisasi pada tepi luka memerlukan perhatian khusus terhadap adanya pertumbuhan
kuman dan hipergranulasi yang dapat menghambat epitelisasi dan penutupan luka. Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mengontrol hipergranulasi sehingga tepi luka dapat
menyatu, antara lain;
 Pemberian topikal antimikroba untuk mengtasi keseimbangan bakteri
 Hipertonik impregnated dressing untuk mengendalikan edema dan keseimbangan bakteri
 Tekanan lokal menggunakan foam dressing dan perban kompresi atau tape fiksasi
 Konservatif debridemen luka tajam (CSWD)
 Kimiawi debridemen dengan silver nitrat atau cooper sulfate (dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan nekrosis jika tidak digunakan hati-hati)
 Topikal kortikosteroid
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan.
Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan
lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik
terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan
muncul :
 Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
 Respon stres simpatis
 Perdarahan dan pembekuan darah
 Kontaminasi bakteri
 Kematian sel
Manajemen luka ditentukan dari pengkajian klien, luka klien dan lingkungannya serta
bagaimana kolaborasi klien dengan tim kesehatan. Tujuan dari manajemen luka, yaitu:
 Mencapai hemostasis
 Mendukung pengendalian infeksi
 Membersihkan (debride) devaskularisasi atau material infeksi
 Membuang benda asing
 Mempersiapkan dasar luka untuk graft atau konstruksi flap.
 Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase
 Mempertahankan keseimbangan kelembaban
 Melindungi kulit sekitar luka
 Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan penyembuhan sekunder
Prinsip dasar manajemen luka yaitu pencucian luka dan pemilihan balutan atau dressing.
2. Saran
a. Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern
b. Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika

Bobak, K. Jensen. 2010. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2012. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah.
Jakarta: EGC.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2010. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.

Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai