Anda di halaman 1dari 22

i

TREND DAN ISSUE PERAWATAN LUKA


Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah“ Trend dan Issue”
Dosen pembimbing:
“Ikhsan Nurdiansyah, S.Kep”

Disusun oleh :
Alwi Wahyudi (09190000120)
Erni Amalia (09190000133)
Hana Hamidah (09190000139)
Lilih Madanniyah (09190000143)
Meydina Dwiyani Putri (09190000148)
Nadya Apriliani Putri (09190000153)
Risa Sri Rahmawati (09190000162)
Sri Wulandari (09190000172)

Keperawatan 3A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta kesempatan kepada kelompok kami, sehingga kelompok
kami dapat menyelesaikan makalah Trend Dan Issue, yang berjudul “Trend issue
perawatan Luka Baru” ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada
dosen pembimbing kami yaitu Ikhsan Nurdiansyah, S.Kep., yang telah
membimbing serta mengajarkan kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Seperti kata pepatah “Tiada gading yang Tak Retak”, demikian pula dengan
makalah ini. Tentu masih banyak kekurangan, maka dari pada itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan membantu
proses pembelajaran bagi para mahasiswa terutama bagi kami sebagai penyusun.

Cianjur, 5 Januari 2021

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFATAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1. Latar belakang ............................................................................. 1
2. Rumusan masalah ........................................................................ 2
3. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
2.1. Trend dan Issue Perawatan Luka................................................. 4
2.2. Kecendrungan Perawatan Luka Saaat Ini.................................... 5
2.3. Moist Wound Healing............................................................... 6
2.3.1. Definisi Moist Wound Healing.......................................... 6
2.3.2. Tujuan Moist Wound Healing............................................ 6
2.3.3. Mempertahankan Kelembaban Luka dan Balutan yang
Baik.................................................................................... 7
2.3.4. Keuntungan dari Permukaan Luka yang Lembab.............. 7
2.3.5. Teknik Mempertahankan Kelembaban Luka..................... 8
2.3.6. Perlindungan untuk Luka................................................. 11
2.3.7. Berbagai Tipe Moist Wound Healing.............................. 12
2.3.8. Penyembuhan Luka......................................................... 16

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17


3.1..........................................................................................Simpulan
.....................................................................................................17
3.2................................................................................................Saran
.....................................................................................................17
iii

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 18


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika
kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.
Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks
dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus
menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana
sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara
normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi,
fungsi dan penampilan.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika
tenaga kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan
perkembangan, akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap
pentingnya perawatan luka. Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat
luka stabil dengan perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah
yang adekuat., hanya cara tersebut yang membuat penyembuhan luka bisa
sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah,
apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang,
apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi
luka kelihatan kering dan terdapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi
atau drainage objektif terhadap obat topical dan lain-lain. Terjadinya peradangan
pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi eksudat; mengatasi
eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya, mengontrol
eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana
selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal
yang penting bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak dikontrol dapat
2

meningkatkan jumlah bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti
akan meningkatkan biaya perawatan setiap kali mengganti balutan.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci
dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan; mengeliminasi eksudat dari luka yang
berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan
luka. Untuk itu dikembangkan suatu metode perawatan luka dengan cara
mempertahankan isolasi lingkungan luka agar tetap lembab dengan menggunakan
balutan penahan kelembaban, yang dikenal dengan Moist Wound Healing.
Metode ini secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan proliferasi dan
migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis, mengurangi resiko
timbulnya jaringan parut dan lain-lain, disamping beberapa keunggulan metode
ini dibandingkan dengan kondisi luka yang kering adalah meningkatkan
epitelisasi 30-50%, meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %, rata-rata re-
epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat serta dapat mengurangi
kehilangan cairan dari atas permukaan luka.
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat
dimanfaatkan sebagai suatu trend perawatan luka dengan prinsip luka cepat
sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya perawatan
luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan dan
mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang
jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa dan bagaimana trend dan issue perawatan luka?
1.2.2. Apa dan bagaimana kecenderungan perawatana luka saat ini?
1.2.3. Apa dan bagimana Moist Wound Healing?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa dan bagaimana trend dan issue perawatan luka.
1.3.2. Untu mengetahui apa dan bagaimana kecenderungan perawatana luka
saat ini.
3

1.3.3. Untuk mengetahui apa dan bagimana Moist Wound Healing.


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Trend Dan Issue Perawatan Luka


Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat
besar untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini
yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan
profil pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan
metabolik semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses
penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai
dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta
dokumentasi hasil yang sistematis.
Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost
effectiveness. Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu
tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal
ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik
sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan
biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Secara umum, perawatan
luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat
sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.
5

2.2. Kecendrungan Perawatan Luka Saat ini


Pada tatanan pelayanan keperawatan, khususnya dalam perawatan luka,
banyak diteliti metode-metode penyembuhan luka, baik penyembuhan secara
medis, maupun secara komplementer dengan menggunakan media yang ada di
alam untuk mempercepat penyembuhan luka. Semua hasil penelitian memiliki
evidence based yang cukup kuat dan bisa dibuktikan. Namun pada prinsipnya,
secara keilmuan seorang perawat professional harus mengetahui bagaimana
proses penyembuhan luka secara alami, kenapa terjadi luka, proses apa yang
terjadi pada luka, berapa lama luka akan sembuh dan kenapa luka tersebut bisa
sembuh dengan meninggalkan jaringan parut atau bahkan sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut. Hal ini akan mempengaruhi persepsi dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan perawatan luka, semakin mengerti
proses yang terjadi pada luka, kualitas seorang perawat akan semakin baik dalam
melakukan perawatan luka dan outcomenya juga akan baik, kepuasan pasien
meningkat.
Perawatan luka dewasa ini, cenderung menggunakan metode balutan kasa
”wet-to-dry”, digunakan khusus untuk debridemen pada dasar luka, normal salin
digunakan untuk melembabkan kasa, kemudian dibalut dengan kasa kering.
Ketika kasa lembab menjadi kering, akan menekan permukaan jaringan, yang
berarti segera harus diganti dengan balutan kering berikutnya. Hal ini
mengakibatkan tidak hanya pertumbuhan jaringan sehat yang terganggu, tetapi
juga menimbulkan rasa nyeri yang berlebihan, metode wet to dry dianggap
sebagai metode debridemen mekanik dan diindikasikan bila ada sejumlah jaringan
nekrotik pada luka.
Dari metode perawatan luka saat ini, banyak prinsip-prinsip yang terlupakan
atau tidak menjadi pertimbangan bagi perawat dalam merawat luka, seperti proses
fisiologis pertumbuhan jaringan luka, bagaimana mengoptimalkan perbaikan
jaringan, meningkatkan aliran darah ke permukaan luka, bagaimana cara balutan
ideal, jenis balutan yang dipakai tanpa merusak jaringan yang sehat, tidak
menimbulkan nyeri/trauma baru, serta bagaimana agar dapat mempercepat proses
penyembuhan luka hingga dapat menekan biaya perawatan. Karena itulah perlu
6

dilakukan metode perawatan luka yang telah mempertimbangkan berbagai aspek


tersebut demi mencapai perawatan luka yang efektif, proses penyembuhan yang
cepat, outcome yang berkualitas dan biaya yang lebih murah.

2.3. Moist Wound Healing


2.3.1. Definisi
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka
yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan kelembaban,
oklusive, dan semi oklusive. Penanganan luka saat ini digemari terutama
untuk luka kronik, seperti venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic
foot ulcers.
Dan metode moist wound healing adalah metode untuk
mempertahankan kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan
kelembaban, sehingga penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat
terjadi secara alami.
Substansi biokimia pada cairan luka kronik berbeda dengan luka akut.
Produksi cairan kopious pada luka kronik menekan penyembuhan luka dan
dapat menyebabkan maserasi pada pinggir luka. Cairan pada luka kronik ini
juga menghancurkan matrik protein ekstraselular dan faktor-faktor
pertumbuhan, menimbulkan inflamasi yang lama, menekan proliferasi sel,
dan membunuh matrik jaringan. Dengan demikian, untuk mengefektifkan
perawatan pada dasar luka, harus mengutamakan penanganan cairan yang
keluar dari permukaan luka untuk mencegah aktifitas dari biokimiawi yang
bersifat negatif/merugikan.
2.3.2. Tujuan Moist Wound Healing
Moist Wound Healing bertujuan untuk mempertahankan isolasi
lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-
kelembaban, oklusive dan semi oklusive, dengan mempertahankan luka tetap
lembab dan dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat
penyembuhan 45% dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan
jaringan parut residual.
7

2.3.3. Mempertahankan kelembaban luka dan balutan yang baik


Bertambahnya produksi eksudat adalah bagian dari fase inflamasi yang
normal pada proses penyembuhan luka. Peningkatan permeabilitas kapiler
pembuluh darah, menyebabkan cairan yang kaya akan protein masuk ke
rongga interstitial. Hal ini meningkatkan produksi dari cairan yang
memfasilitasi pembersihan luka dari permukaan luka dan mempertahankan
kelembaban lingkungan lokal yang maksimal untuk memaksimalkan
penyembuhan. Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka
adalah faktor kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan;
mengeliminasi eksudat dari luka yang berlebihan pada luka kronik yang
merupakan bagian penting untuk permukaan luka.
2.3.4. Keuntungan dari permukaan luka yang lembab
 Mengurangi pembentukan jaringan parut
 Meningkatkan produksi faktor pertumbuhan
 Mengaktivasi protease permukaan luka untuk mengangkat jaringan
devitalisasi/yang mati
 Menambah pertahanan immun permukaan luka
 Meningkatkan kecepatan angiogenesis dan proliferasi fibroblast
 Meningkatkan proliferasi dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan
air yang tipis
 Mengurangi biaya. Biaya pembelian balutan oklusif lebih mahal dari
balutan kasa konvensional, tetapi dengan mengurangi frekuensi
penggantian balutan dan meningkatkan kecepatan penyembuhan dapat
menghemat biaya yang dibutuhkan.
8

Gambar 4. Perbandingan permukaan luka yang lembab dan luka terbuka

Perbandingan permukaan luka yang lembab dengan luka yang terbuka


 Kelembaban meningkatkan epitelisasi 30-50%
 Kelembaban meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %
 Rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat
 Mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka
Karakteristik penyembuhan luka dengan prinsip moist:
 Memfasilitasi pertumbuhan sel-sel epitel pada permukaan luka
 Mengurangi pada inflamasi permukaan luka
Tanpa lapisan yang lembab/kering:
 Pergerakan pertumbuhan epitelial sebagai debridement enzym
membentuk eskar/parut
 Menambah inflamasi pada luka (eksudat)
Nyeri
Nyeri adalah komplikasi dari perawatan luka. Mengganti balutan yang
kering pada luka menyebabkan rasa nyeri yang lebih hebat/berat dari pada
dengan balutan yang lembab.
Hipergranulasi
Beberapa penelitian kini menemukan indikasi berkurangnya inflamasi
dan jaringan granulasi pada luka akut dengan menggunakan prinsip moist.
2.3.5. Teknik Mempertahankan Kelembaban Luka
Ada tiga prinsip dasar penyembuhan luka.
 Identifikasi dan kontrol penyebab sebaik mungkin
 Konsen dengan dukungan ”patient centered”
 Optimalisasi perawatan pada luka
Berikut beberapa keuntungan dari prinsip optimalisasi perawatan pada
luka, diantaranya:
a. Mengurangi dehidrasi dan kematian sel. Seperti telah dijelaskan
pada fase penyembuhan luka bahwa sel-sel seperti neutropil dan
9

magrofag membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini tidak


dapat berfungsi pada lingkungan yang kering.
b. Meningkatkan angiogenesis. Tidak hanya sel-sel yang
dibutuhkan untuk angiogenesis juga dibutuhkan lingkungan yang
lembab tetapi juga angiogenesis terjadi pada tekanan oksigen
rendah, balutan ”occlusive” dapat merangsang proses angiogenesis
ini.
c. Meningkatkan debridement autolisis. Dengan mempertahankan
lingkungan lembab sel neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik
dibawa ke dasar luka yang memungkinkan
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen. Proses ini
dilanjutkan dengan degradasi fibrin yang memproduksi faktor yang
merangsang makrofag untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan ke
dasar luka.
d. Meningkatkan re-epitelisasi. Pada luka yang lebih besar, lebih
dalam sel epidermal harus menyebar diatas permukaan luka dari
pinggir luka serta harus mendapatkan suplai darah dan nutrisi.
Krusta yang kering pada luka menekan/menghalangi suplai
tersebut dan memberikan barier untuk migrasi dengan epitelisasi
yang lambat.
e. Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi. Balutan
oklusif membalut dengan baik dapat memberikan barier terhadap
migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri dapat menembus
kasa setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang
dibalut dengan pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi
lebih jarang daripada kasa pembalut konvensional tersebut.
f. Mengurangi nyeri. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung
saraf sehingga mengurangi nyeri.
10

 Memilih Balutan yang Ideal


Pada tahun 1979 Tumer menggambarkan balutan yang ideal dengan
karakteristik sebagai berikut:
 Dapat mengangkat eksudat yang berlebihan dan toksin
 Kelembaban tinggi pada permukaan luka
 Memungkinkan pertukaran gas
 Memberikan insulasi termal
 Melindungi terhadap infeksi sekunder
 Bebas dari partikel-partikel dan komponen toksik
 Tidak menimbulkan trauma saat mengangkat/mengganti balutan
Walau bagaimanapun tidak ada suatu balutan yang dapat berfungsi
magis ”one-size-fits-all”. Sebagai praktisi klinis sangat penting untuk
memahami karakteristik dari perbedaan balutan dan penggunaannya sesuai
dengan perkembangan fase penyembuhan luka, karakteristik luka, dan faktor
risiko dari pasien yang mempengaruhi penyembuhan dan ketrampilan dari
perawat itu sendiri.
 Balutan Luka
Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid,
hydrogel, dan film transparant” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan
terhadap air yang membantu pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid
menyerap eksudat dan melindungi lingkungan dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban
pada area luka. Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan
nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi
oklusive, berarti air dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan
ini dan termasuk juga dapat mempertahankan lingkungan luka yang tetap
lembab.
Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi
sebagai berikut:
11

 Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang


 Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka
terinfeksi
 Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung
penyembuhan luka
 Menambal bagian luka terutama bagian yang mati
Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau
pembalut kasa yang biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu
menciptakan tingkat kelembaban pada luka. Pada masa kini hasil-hasil dari
penelitian menyatakan bahwa tingkat kelembaban mendukung kesehatan
kulit, kelembaban memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses
penyembuhan. Konsep inilah yang disebut dengan ”moist wound healing”.
2.3.6. Perlindungan untuk Luka
Meskipun kita berfikir sebaliknya, membiarkan balutan tidak
dibuka/diganti dalam beberapa hari sangat membantu dalam proses
penyembuhan awal karena luka tidak terganggu. Hal ini sangat penting
karena situasi kelembaban lingkungan luka dapat dipertahankan dengan baik
sesuai dengan suhu tubuh, kondisi ini akan mendukung penyembuhan luka.
Untuk penjelasan lebih lanjut, penggantian balutan yang lebih sering
mengakibatkan suhu luka menurun/dingin akibat terpapar dengan udara. Hal
ini akan mengakibatkan perlambatan proses penyembuhan hingga suhu luka
menjadi hangat kembali. Jadi, penggantian balutan duka yang tidak terlalu
sering sudah sangat jelas dapat membantu proses penyembuhan.
Sebagai ilustrasi untuk menunjukkan bagaimana kelembaban dapat
menyembuhkan lebih ceat adalah dengan melidungi/membalut luka akan
tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh pergerakan sel-sel
epidermal dengan mudah menyebrangi permukaan luka, untuk
menyembuhkan luka. Pada lingkungan luka yang kering, sel-sel epidermal
harus menyusup melalui terowongan yang lembab dan mensekresi enzym
untuk kemudian mengangkat keropeng dari permukaan luka sebelum sel-sel
bermigrasi dan selanjutnya baru memulai proses penyembuhan.
12

2.3.7. Berbagai tipe ”moist wound dressing” (balutan luka yang mampu
mempertahankan kelembaban)
Ada beberapa tipe balutan luka dan lebih dari satu dapat
direkomendasikan untuk dipakai merawat luka hingga sembuh. Untuk hal ini,
kita perlu memahami tentang tipe balutan luka yang dapat kita pilih dan
gunakan, yang akan dijelaskan berikut ini.
 Foam/Busa
Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan
pada tahap awal masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak
mengeluarkan drainase. Balutan busa nyaman dan lembut bagi kulit dan
dapat digunakan untuk pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan
ketebalan dari busa tersebut sangat bervariassi, dengan atau tanpa
perekat pada permukaannya.
Contoh :

 Foam silikon lunak/balutan yang menyerap


Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada
permukaan yang kontak dengan luka. Silikon membantu mencegah
balutan foam melekap pada permukaan luka atau sekitar kulit pada
pinggir luka. Hasilnya menghindarkan luka dari trauma akibat balutan
saat mengganti balutan, dan membantu proses penyembuhan. Balutan
luka silikon lunak ini dirancang untuk luka dengan drainase dan luas.
Contoh :
13

 Balutan wafer berperekat/ balutan hydrocolloid


Balutan hidrokoloid ”water-loving” dirancanga elastis, merekat, dan
dari agen-agen gell (seperti pectin atau gelatin) dan bahan-bahan
absorben/penyerap lainnya. Bila dikenakan pada luka, drainase dari
luka berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk
membentuk seperti gel yang menciptakan lingkungan yang lembab
untuk penyembuhan luka. Balutan hidrokoloid ada dalam bermacam
bentuk, ukuran, dan ketebalan, dan digunakan pada luka dengan jumlah
drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis ini biasanya diganti satu kali
selama 5-7 hari, tergantung pada metode aplikasinya, lokasi luka,
derajad paparan kerutan-kerutan dan potongan-potongan, dan
inkontinensia. Balutan hidrokoloid tidak biasa digunakan pada luka
yang terinfeksi.
Contoh :

 Hydrogels
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran, seperti serat kasa, atau gel.
Gel akan memberi rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan
meningkatkan rasa nyaman pasien. Gel sangat baik menciptakan dan
mempertahankan lingkungan penyembuhan luka yang moist/lembab
dan digunakan pada jenis luka dengan drainase yang sedikit. Gel
diletakkan langsung diatas permukaan luka, dan biasanya dibalut
dengan balutan sekunder (foam atau kasa) untuk mempertahankan
kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung
penyembuhan luka.
Contoh :
14

 Hydrofibers
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan
atau balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole,
beberapa bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan
hidrokoloid. Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan
drainase dari luka untuk membentuk gel yang lunak yang sangat mudah
dieliminir dari permukaan luka. Hidrofiber digunakan pada luka dengan
drainase yang sedang atau banyak, dan luka yang dalam dan
membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga digunakan pada
luka yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap dipertahankan
(dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber dapat
dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.
Contoh :

 Alginates
Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar
ganggang laut. Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu.
Alginate dan hidrofiber merupakan tipe produk yang sama. Pada kasus
ini, alginate akan menjadi lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate
juga digunakan pada luka dengan drainase sedang hingga berat dan
tidak dapat digunakan pada luka yang kering. Balutan dapat dipotong
sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan dibalut, atau dapat dilapisi
untuk menambah penyerapan.
Contoh :
15

 Gauze
Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon,
poliester, atau kombinasi dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan
ada yang kasar dan berlubang, tergantung pada benangnya. Kasa
berlubang yang baik sering digunakan untuk membungkus, seperti
balutan basah lembab normal saline. Kasa katun kasar, seperti balutan
basah lembab normal saline, digunakan untuk debridement non selektif
(mengangkat debris dan atau jaringan yang mati). Banyak kasa yang
bukan tenunan dibuat dari poliester, rayon, atau campuran bermacam
serat yang ditenun seperti kasa katun tetapi lebih kuat, besar, lunak, dan
lebih menyerap. Beberapa balutan, seperti kasa saline hipertonik kering
digunakan untuk debridemen, berisi bahan-bahan yang mendukung
penyembuhan. Produk lainnya berisi petrolatum atau elemen
penyembuh luka lainnya dengan indikasi yang sesuai dengan tipe
lukanya.
Dengan memahami hal tersebut diatas maka perawat dapat memilih
balutan yang tepat untuk digunakan saat merawat luka.
 Transparan Film
Contoh:

 Pembersih Luka
Membersihkan permukaan luka dengan mengangkat bakteri dan
drainase. Produk yang digunakan dapat mengandung deterjen. Dapat
juga digunakan normal saline untuk membersihkan luka tanpa
membahayakan jaringan yang baru tumbuh.
16

Contoh :

2.3.8. Penyembuhan luka


Penyembuhan luka membutuhkan pendekatan:
 Patient centered: ingat selalu bahwa apa yang menyebabkan sesorang
menderita luka dan atau luka kronik. Kita dapat mengembangkan
rencana penanganan yang baik tetapi bila pasien tidak melibatkan
pasien akan berhasil.
 Holistic: praktek yang baik membutuhkan pengkajian pasien
”whole”/secara menyeluruh, bukan ”lubang pada pasien”/”hole in the
patient”. Semua kemungkinan faktor-faktor yang berkontribusi harus
dieksplorasi.
 Interdisciplinary: perawatan luka adalah bisnis yang komplek
membutuhkan ketrampilan dari berbagai disiplin, ketrampilan
perawatan, fisioterapis, terapi okupasi, dietisian, dan dokter umum dan
spesialis (dermatologis, bedah plastik, dan bedah vaskular sesuai
dengan yang dibutuhkan). Kadang-kadang memerlukan/melibatkan
pekerja sosial.
 Evidence based: pada saat ini lingkungan penanganan harus
berdasarkan pada kebaikan dan ”cost efekctive”.
17

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Moist Wound Healing adalah mempertahankan isolasi lingkungan luka yang
tetap lembab dengan menggunakan balutan penahan-kelembaban, oklusive dan
semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk luka kronik,
seperti ”venous leg ulcers, pressure ulcers, dan diabetic foot ulcers”.
Keseimbangan kelembaban pada permukaan balutan luka adalah faktor kunci
dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan, mengeliminasi eksudat dari luka yang
berlebihan pada luka kronik yang merupakan bagian penting untuk permukaan
luka. Dan metode moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan
kelembaban luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, metode ini
memiliki prinsip penyembuhan luka secara alami, karena dengan
mempertahankan kelembaban dapat menyembuhkan lebih cepat dengan
melidungi/membalut luka akan tercipta lingkungan yang lembab yang diikuti oleh
pergerakan sel-sel epidermal dengan mudah menyeberangi permukaan luka, untuk
menyembuhkan luka. Keuntungan dengan mempertahankan luka tetap lembab dan
dilindungi selama proses penyembuhan dapat mempercepat penyembuhan 45%
dan mengurangi komplikasi infeksi dan pertumbuhan jaringan parut residual.

3.2. Saran
Dari manfaat dan keuntungan metode Moist Wound Healing tersebut, dapat
dimanfaatkan sebagai suatu trend dan issue perawatan luka dengan prinsip luka
cepat sembuh, kualitas penyembuhan baik serta dapat mengurangi biaya
perawatan luka, dan ini sangat penting bagi perawat untuk dapat mengembangkan
dan mengaplikasikannya di lingkungan perawatan khususnya perawatan luka yang
jelas sangat memberikan kepuasan bagi kesembuhan luka pasien.
18

DAFTAR PUSTAKA

----. 2015. Trend & Issue Modern Wound Care. Tersedia di


http://jvrist.blogspot.com/2015/08/trend-issue-modern-wound-care.htm?m=1,
diakses pada 5 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai