Disusun Oleh:
1. Nur Aprilianingsih (108118069)
2. Dewi Safa Azizah (108118070)
3. Uun Dwi Hidayati (108118071)
Assalamualaikum wr. wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
selesainya makalah. Makalah yang berjudul “Makalah Pada Anak Kebutuhan
Khusus, Korban Kdrt, Korban Trafficking, Narapidana, Korban Pemerkosaan, dan
Anak Jalanan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Jiwa
2. Makalah ini berisi tentang konsep dan asuhan keperawatan Pada Anak
Kebutuhan Khusus, Korban Kdrt, Korban Trafficking, Narapidana, Dan Anak
Jalanan. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, kepada :
1. Dosen selaku Dosen Pembimbing kami, yang memberikan masukan
kepada penulis.
2. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk pembuatan makalah di waktu yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................................58
PENDAHULUAN...........................................................................................................58
A. Latar Belakang..................................................................................................58
B. Rumusan Masalah.............................................................................................59
C. Tujuan................................................................................................................60
BAB II.............................................................................................................................61
PEMBAHASAN.............................................................................................................61
PENUTUP.....................................................................................................................169
A. Simpulan............................................................................................................169
B. Saran..................................................................................................................170
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................171
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan anugrah dari Tuhan yang sangat dinantikan
kehadirannya, namun tidak semua anak beruntung dengan mendapatkan
kesempurnaan. Terdapat beberapa anak yang istimewa, berbedadari yang lain
yang harus mendapatkan perhatian khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah
mereka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan
kekhususanya.[ CITATION Aul10 \l 1033 ]. Sama halnya dengan anak yang
normal, anak yang berkebutuhan khusus juga harus di perhatikan,
pertumbuhan dan perkembangan anak sangat penting bagi anak karena
menentukan masa depannya.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke
rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak
alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling
banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh
keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien setidaknya
sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan). Asuhan keperawatan yang diberikan di
rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan
perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku
kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien
mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK
pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi
pendekatan proses keperawatan.
Masalah perdagangan manusia (Human Trafficking) bukan lagi hal
yang baru, tetapi sudah menjadi masalah nasional dan internasional yang
berlarut-larut, yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tepat, baik oleh
pemerintah setiap Negara, maupun oleh organisasi-organisasi internasional
yang berwenang dalam menangani masalah perdagangan manusia tersebut.
Peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia saaat ini
mengakibatkan persaingan dalam dunia kerja semakin ketat, sehingga
berdampak pada banyaknya pengangguran. Berdasarkan data dari badan pusat
statistik (2013), tingkat pengangguran setiap bulan adalah sekita 5,92% dari
jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 121,2 juta orang.
Banyaknya pengangguran tersebut menyebabkan beberapa dari mereka
menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan
yang harus dipenuhi salah satunya adalah kebutuhan dasar yang dipenuhi
dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu kebutuhan untuk makan.
Seseorang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah akan mengalami
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Tingkat
ekonomi menengah kebawah tersebut merupakan suatu hal yang mendasari
perbuatan seseorang untukmemenuhi dorongan social yang memerlukan
dukungan finansial sehingga berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari
( Afrinanda, 2009 ).
Anak jalanan adalah anak- anak yang menghabiskan sebagian
waktunya untuk bekerja di jalanan kawasan urban. Sedangkan menurut
Departemen Sosial RI, anak jalanan merupakan anak yang berusia di bawah
18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam sehari dalam 6 hari dalam
seminggu. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana cara
asuhan keperawatan terhadap orang-orang yang mengalami gangguan
psikologis karna hal-hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Anak Kebutuhan Khusus dan Askep Anak Kebutuhan
Khusus?
2. Bagaimana Konsep Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Askep
Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga?
3. Bagaimana Konsep Korban Trafficking dan Askep Anak Korban
Trafficking?
4. Bagaimana Konsep Narapidana dan Askep Narapidana?
5. Bagaimana Konsep Anak Jalanan dan Askep Anak Jalanan?
6. Bagaimana Konsep korban pemerkosaan dan Askep Korban pemerkosaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Anak Kebutuhan Khusus dan Askep Anak
Kebutuhan Khusus
2. Mengetahui Konsep Korban KDRT dan Askep pada Korban KDRT
3. Mengetahui Konsep Anak Korban Trafficking dan Askep Anak Korban
Trafficking
4. Mengetahui Konsep Narapidana dan Askep Narapidana
5. Mengetahui Konsep Anak Jalanan dan Askep Anak Jalanan
6. Mengetahui Konsep Korban Pemerkosaan dan Askep Korban
Pemerkosaan
BAB II
PEMBAHASAN
5) Aspek Psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan social, Spiritual dengan
lingkungan, keluarga, atau teman bermainnya.
6) Status Mental
Lakukan pengkajian pada Penampilan, Pembicaraan, Aktivitas
motoric, lnteraksi selama wawancara, perilaku, dan hal-hal atau
kebiasaan yang berulang-ulang dilakukan.
7) Kebutuhan Persiapan Pulang
Kaji pola makan, pola BAB/BAK, Mandi, Berpakaian, lstirahat
dan tidur, Penggunaan obat, Pemeliharaan kesehatan, Kegiatan
di dalam rumah, Kegiatan di luar rumah
b. Analisa Data
1) Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Core Problem
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah Kronik
c. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan
a. Isolasi Sosial
Tujuan Umum : Kelien mampu berinteraksi dengan lingkungan
sossialnya
Tujuan Khusus :
1) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik karena Hubungan saling percaya
merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
selanjutnya.
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukan sifat empati dari menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2) TUK II : Klien dapat menyebutka n penyebab menarik diri
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan
faktor resipitasi yang dialami klien.
a) kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
dan tanda-tandanya
b) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
c) diskusikan bersama klien tetang perilaku menarik diri
dan tanda-tanda serta penyabab yang muncul
d) berikn pujian terhadap kemampuan klien dalam
menggunakan perasaannya.
3) TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa
membina hubungan yang sehat dengan orang lain
a) kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
b) beri kesempatan dengan klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
c) diskusikan bersma klien tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
d) beri reinforcement positif terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
e) kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
f) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
g) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
h) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
4) TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial scara
bertahap.
a) Kaji kemampuan klien membina hubungam dengan
orang lain.
b) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap :
K-p
K-P-P Lain
K-P-P lain – K lain
K-P-Kel/Klp/Masy
c) Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan
bersama klien dalam mengisi waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
5) TUK V : Klien dapat mengungkap kan perasaannya setelah
berhubungan dengan orange lain.
a) dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain.
b) Deskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan klien manfaat berhubungan dengan
orang lain.
6) TUK VI : Klien dapat memberdaya kan system pendukung
atau keluarga mampu mengemban gkan kemampuan klien
untuk berhubungan dengan orang lain.
Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses
perubahan perilaku klien.
a) bisa berhubungan saling percaya dengan keluarga :
salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat
kontrak, eksplorasi perasaan keluarga
b) diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku
menarik diri, penyebab perilaku manrik diri, akibat
yang akan terjadi jika perilaku manrik diri tidak
ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik
diri
c) dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu minggu sekali.
e) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga.
5. Evaluasi
Proses yg berkelanjutan utk menilai efek dari tindakan keperawatan
yg sudah diberikan. Evaluasi ada dua yaitu, evaluasi proses
(formatif) : setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil
(sumatif) : dilakukan dg membandingkan respon pada TUK & TUM.
Evaluasi dg menggunakan SOAP
S : respon subjektif klien thd tindakan yg telah diberikan
O : respon objektif klien thd tindakan yg telah diberikan
A : analisa ulang atas DS & DO simpulkan masalah tetap,
teratasi/tercapai atau muncul masalah baru
P : rencana/tindak lanjut berdasarkan hasil analisa (P & K)
c. Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual yaitu kekerasan yang penyerangannya secara
fisik oleh pelaku seringkali diikuti, atau diakhiri dengan
kekerasan seksual dimana korban dipaksa untuk melakukan
hubungan seksual dengan pelaku atau berpartisipasi dalam suatu
kegiatan seksual yang tidak diinginkannya, termasuk hubungan
seks tanpa pelindung.
Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan)
istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan
seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan
kepuasan pihak istri.
1) Kekerasan Seksual Berat, berupa:
a) Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba,
menyentuh organ seksual, mencium secara paksa,
merangkul serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa
muak/jijik, terteror, terhina dan merasa dikendalikan.
b) Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban
atau pada saat korban tidak menghendaki.
c) Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai,
merendahkan dan atau menyakitkan.
d) Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk
tujuan pelacuran dan atau tujuan tertentu.
e) Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku
memanfaatkan posisi ketergantungan korban yang
seharusnya dilindungi.
f) Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau
tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka,atau
cedera.
d. Kekerasan Ekonomi
Kekerasan ekonomi termasuk pasal 9 yang meliputi berbagai
tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan dan
kendali atas keuangan, seperti: melarang pasangan mereka untuk
mendapatkan atau tetap mempertahankan pekerjaan, membuat
pasangan mereka harus meminta uang untuk setiap pengeluaran,
membatasi akses pasangan mereka terhadap keuangan dan
informasi akan keadaan keuangan keluarga, dan mengendalikan
keuangan pasangan.
1) Kekerasan Ekonomi Berat yakni tindakan
eksploitasi, manipulasi dan pengendalian lewat sarana
ekonomi berupa:
a) Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif
termasuk pelacuran.
b) Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.
c) Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan
korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda
korban.
2) Kekerasan Ekonomi Ringan
Kekerasan ini berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang
menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara
ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
4) Aspek Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ
akibat kelainan yang dialaminya, seperti tanda-tanda vital, berat
badan, tinggi badan, mata, telinga, dan semua yang mencakup
pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki. Perlu dilakukan
pemeriksaan fisik :
a) Keadaan umum pasien saat dikaji, kesan kesadaran, tanda-
tanda vital (perubahan suhu, frekuensi pernapasan, system
sirkulasi, dan perfusi jaringan). Kepala dan lingkar kepala
hendaknya diperiksa sampai anak usia 2 tahun dengan
pengukuran diameter oksipito-frontalis terbesar.
b) Ubun-ubun normal : besarrata atau sedikit cekung sampai
anak usia 18 bulan.
c) Mata, reflex mata baik, sclera adakah ikterus, konjungtiva
adakah anemis, penurunan penglihatan (visus).
d) Telinga, simetris, fungsi pendengaran baik.
e) Mulut/leher , keadaan faring, tonsil (adakah pembesaran,
hyperemia), adakah pembesaran kelenjar limfe, lidah dan
gigi (kotor atau tidak, adakah kelainan, bengkak, dan
gangguan fungsi). Kelenjar tiroid adakah pembesaran
(gondok) yang dapat mengganggu proses pertumbuhan
dan perkembangan anak.
f) Kulit, keadaan warna, turgor, edema, keringat, dan infeksi.
g) Thorak, bentuk simetris, gerakan
h) Paru, normal vesicular, adakah kelainan pernapasan
(ronkhi ,wheezing).
i) Jantung, pembesaran, irama, suara jantung, dan bising.
j) Genitalia, testis, jenis kelamin, apakah labia mayor
menutupi labia minor pada perempuan.
k) Ekstremitas, reflek fisiologis, reflek patologis, reflek
memegang, sensibilitas, tonus, dan motorik.
5) Aspek Psikososial
Genogram, Konsep diri, Hubungan social, Spiritual dengan
lingkungan, keluarga, atau teman bermainnya.
6) Status Mental
Lakukan pengkajian pada Penampilan, Pembicaraan,
Aktivitas motoric, lnteraksi selama wawancara, perilaku, dan
hal-hal atau kebiasaan yang berulang-ulang dilakukan.
7) Kebutuhan Persiapan Pulang
Kaji pola makan, pola BAB/BAK, Mandi, Berpakaian,
lstirahat dan tidur, Penggunaan obat, Pemeliharaan kesehatan,
Kegiatan di dalam rumah, Kegiatan di luar rumah
b. Analisa data
1) Pohon masalah
Isolasi Diri
Efect
2. Diagnosa Keperawatan
a. Sindrom Pasca Trauma
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
3. Intervensi
b. Sindron Pasca Trauma
Kemungkinan Penyebab :
1) Riwayat trauma dan penganiyaan pada diri sendiri atau
keluarga.
2) Riwayat pernah diserang.
3) Pengalaman militer selama waktu perang.
Batasan karakteristik :
1) Kembali memgalami trauma melalui kilas balik, mimpi-mimpi
buruk di malam hari, atau pikiran intrusif /mengganggu.
2) Gangguan tidur, termasuk mimpi buruk.
3) Swamedikasi (pengobatan yang dilakukan sendiri) untuk
mengurangi nyreri emosi atau fisik
TUM : Klien mampu mengontrol respon pribadi yang berhubungan
dengan situasi traumatik dan memperoleh kembali tingkat fungsi
yang dapat diterima secara sosial.
TUK I : Klien mendiskusikan peristiwa traumatik yang dialaminya
dengan perawat.
Intervensi dan Rasional :
1) Dorong klien untuk mendeskripsikan pengalaman trauma yang
dialaminya. Sangat penting untuk mengidentifikasi trauma dan
cedera yang diakibatkannya untuk dapat memberikan
intervensi krisis.
2) Dukung upaya klien untuk mengekspresikan perasaannya
mengenai trauma dengan mendorong ekspresi emosi,
menangis, atau mengungkapkan rasa kehilangan dan rasa
sakitnya. Ekspresi perasaan akan membantu mengurangi
ansietas dan memfasilitasi rasa berduka, dengan demikian
memungkinkan klien untuk memulai proses penyembuhan.
3) Kenali rasa marah klien, permintaan, atau perilaku
penganiyayaannya, dan bantu klien mengekspresikan
kemarahannya secara tepat dalam batas waktu tertentu.
Memperkenalkan klien untuk mengungkapkan perasaannya
saat memberikan kebutuhan keamanan adalah dua buah
prioritas dalam intervensi keperawatan.
4) Dorong klien untuk membicarakan rasa takuut yang
berhubungan dengan pengalaman traumanya. Sebuah diskusi
yang realistik mengenai rasa takut klien dapat membantunya
menentukan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengurangi
bahaya cedera atau serangan yang berhubungan dengan rasa
takut.
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Implementasi yaitu melakukan tindakan keperawatan
terhadap klien sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh
klien. Sebelum melakukan tindakan perawat perlu memperhatikan:
a) Memvalidasi dg singkat: rencana tindakan masih sesuai dg
kondisi klien saat ini (here and now)
b) Menilai diri sendiri: kemampuan interpersonal, intelektual, dan
teknikal
c) Apakah aman bagi klien
d) Buat kontrak dg klien: jelaskan apa yg akan dilaksanakan & peran
serta klien yg diharapkan
5. Evaluasi
Proses yg berkelanjutan utk menilai efek dari tindakan
keperawatan yg sudah diberikan. Evaluasi ada dua yaitu, evaluasi
proses (formatif) : setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil
(sumatif) : dilakukan dg membandingkan respon pada TUK & TUM.
Evaluasi dg menggunakan SOAP
S : respon subjektif klien thd tindakan yg telah diberikan
O : respon objektif klien thd tindakan yg telah diberikan
A : analisa ulang atas DS & DO simpulkan masalah tetap,
teratasi/tercapai atau muncul masalah baru
P : rencana/tindak lanjut berdasarkan hasil analisa (P & K)
SP IVp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP Vp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. Terjadi transaksi
Terjadi transaksi antara orang ketiga atau calo sebagai perantara antar
penjual kepada pihak pemakai.
c. Tidak mengerti
Korban tidak mengerti dengan penyimpangan yang akan di lakukan
pelaku,jadi pada saat korban di bawa untuk di berikan
pekerjaan,korban tidak tahu bahwa ia di jadikan korban oleh sindikat
tindak pidana atau menjadi korban dari sebuah tindakan pidana.
d. Migrasi
Adanya migrasi atau perpindahan melampaui batas kota dan batas
provinsi sehingga jarak tersebut di jadikan kesempatan oleh sindikat
dalam melakukan traffcking.
b. Analisa data
1) Pohon masalah
Isolasi Sosial
Efect
c. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Implementasi yaitu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien
sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh klien. Sebelum
melakukan tindakan perawat perlu memperhatikan:
1) Memvalidasi dg singkat: rencana tindakan masih sesuai dg kondisi
klien saat ini (here and now)
2) Menilai diri sendiri: kemampuan interpersonal, intelektual, dan
teknikal
3) Apakah aman bagi klien
4) Buat kontrak dg klien: jelaskan apa yg akan dilaksanakan & peran
serta klien yg diharapkan
d. Evaluasi
Proses yg berkelanjutan utk menilai efek dari tindakan
keperawatan yg sudah diberikan. Evaluasi ada dua yaitu, evaluasi
proses (formatif) : setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil
(sumatif) : dilakukan dg membandingkan respon pada TUK & TUM.
Evaluasi dg menggunakan SOAP
S : respon subjektif klien thd tindakan yg telah diberikan
O : respon objektif klien thd tindakan yg telah diberikan
A : analisa ulang atas DS & DO simpulkan masalah tetap,
teratasi/tercapai atau muncul masalah baru
P : rencana/tindak lanjut berdasarkan hasil analisa (P & K
Diagnosa
SP Pasien SP Keluarga
Keperawatan
Harga Diri SP I SP I
Rendah 1. Membina hubungan saling percaya 1. Mendiskusikan
2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek masalah yang
positif yang dimiliki pasien dirasakan
3. Membantu pasien menilai kemampuan keluarga dalam
pasien yang masih dapat digunakan marawat pasien
4. Membantu pasien memilih kegiatan yang 2. Menjelaskan
akan dilatih sesuai dengan kemampuan pengertian, tanda
pasien dan gejala harga
5. Melatih pasien sesuai kemampuan yang diri rendah yang
dipilih dialami pasien
6. Memberikan pujian yang wajar terhadap beserta proses
keberhasilan pasien terjadinya
7. Menganjurkan pasien memasukkan ke 3. Menjelaskan cara-
dalam jadwal kegiatan harian cara merawat
pasien dengan
SP II harga diri rendah
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Meatih kemampuan ke dua
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
SP II
1. Melatih keluarga
mempraktekkan
cara merawat
pasien dengan
harga diri rendah
2. Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
keluarganya yang
mengalami harga
diri rendah
SP III
1. Membantu
keluarga
membuat jadwal
aktifitas di rumah
termasuk minum
obat (discharge
planning)
2. Menjelaskan
follow up pasien
setelah pulang
G. KONSEP NARAPIDANA
1) Definisi
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi kurungan
atau saksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang
sedang menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum. Menurut
Pasal 1 Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan,
narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
Lembaga Permasyarakatan.
Karena terkucilkan dari masyarakat umum, berbagai masalah
kejiwaan narapidana kemungkinan akan muncul, diantaranya :
a) Harga diri rendah dan Konsep diri yang negative
b) Risiko bunuh diri
Dalam makalah ini kelompok penulis berfokus membahas masalah
harga diri rendah yang terjadi terhadap narapidana. Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri ( Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung
di ekspresikan.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia
meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat
berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak
disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep
diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa
disalahkannya, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau
menyalahkan orang lain (Rini, J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
(1) Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu
yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk
persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart &
Sundeen, 1998).
(2) Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal
tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal
diri sama dengan cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
2) Penyebab Gejala
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya
system pendukung kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan
balik yang negatif, difungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau
lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik,
psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu
tidak efektif merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan
memecahkan masalah seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan
peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu
a. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua, penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehillangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas yang menurun.
Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah :
1) Mengejek dan mengkritik diri
2) Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri
sendiri
3) Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi
4) Menunda keputusan
5) Sulit bergaul
6) Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
7) Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga,
halusinasi
8) Merusak diri : harga diri rendah menyokong pasien untuk
mengakhiri hidupnya
9) Merusak/melukai orang lain
10) Perasaan tidak mampu
11) Pandangan hidup yang pesimistis
12) Tidak menerima pujian
13) Penurunan produktivitas
14) Penolakan terhadap kemampuan diri
15) Kurang memerhatikan perawatan diri
16) Berpakaian tidak rapih
17) Berkurang selera makan
18) Tidak berani menatap lawan bicara
19) Lebih banyak menunduk
20) Bicara lambat dengan nada suara lemah
3) Penatalaksanaan Terapi
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan
gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.(Keliat dan Akemat,2005)
H. ASKEP NARAPIDANA
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal
dirawat, tanggal pengkajian, nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi
faktor biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan
social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif
maupun maladaptive
2. Analisa data
a. Pohon masalah
Gangguan Presepsi Sensori :
Halusinasi
Efect
Isolasi Sosial
Core Problem
3) Evaluasi
Proses yg berkelanjutan utk menilai efek dari tindakan
keperawatan yg sudah diberikan. Evaluasi ada dua yaitu, evaluasi
proses (formatif) : setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil
(sumatif) : dilakukan dg membandingkan respon pada TUK & TUM.
Evaluasi dg menggunakan SOAP
S : respon subjektif klien thd tindakan yg telah diberikan
O : respon objektif klien thd tindakan yg telah diberikan
A : analisa ulang atas DS & DO simpulkan masalah tetap,
teratasi/tercapai atau muncul masalah baru
P : rencana/tindak lanjut berdasarkan hasil analisa (P & K)
Isolasi Sosial
Efect
2.Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah Kronik
b. Defisit Perawatan Diri
c. Isolasi Sosial
3.Intervensi Keperawatan
a) Harga Diri Rendah Kronik
Tujuan Umum : Kien dapat meningkatkan harga dirinya
Tujuan khusus:
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya
1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
(a) Perkenalkan diri dengan sopan
(b) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
(c) Jelaskan tujuan pertemuan
(d) Jujur dan menepati janji
(e) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
(f) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
Diskusikan tingkat kemampuan klen seperti menilai realitas, kontrol
diri atau integritas ego sebagai dasar asuha keperawatan.
Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri. Pujian yang
realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin
mendapat pujian
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
(b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
(c) Utamakan memberi pujian yang realistik.
(1) Berpakaian
(2) Menyisir rambut
(3) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
(4) Berpakaian
(5) Menyisir rambut
(6) Berhias
TUK III : Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Melatih pasien makan secara mandiri
(1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
(2) Menjelaskan cara makan yang tertib
(3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
(4) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
TUK IV : Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
(1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
(2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
(3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
c) Isolasi Sosial
Tujuan Umum : Kelien mampu berinteraksi dengan lingkungan
sossialnya
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik karena Hubungan saling percaya merupakan
dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
(1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
(2) Perkenalkan diri dengan sopan
(3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
(4) Jelaskan tujuan pertemuan
(5) Jujur dan menepati janji
(6) Tunjukan sifat empati dari menerima klien apa adanya.
(7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
TUK II : Klien dapat menyebutka n penyebab menarik diri
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan faktor
resipitasi yang dialami klien.
(1) kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
(2) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
(3) diskusikan bersama klien tetang perilaku menarik diri dan tanda-
tanda serta penyabab yang muncul
(4) berikn pujian terhadap kemampuan klien dalam menggunakan
perasaannya.
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa
membina hubungan yang sehat dengan orang lain
(1) kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
(2) beri kesempatan dengan klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
(3) diskusikan bersma klien tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
(4) beri reinforcement positif terhadap kemampuan pengungkapan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
(5) kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
(6) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
(7) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain.
(8) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan pengungkapan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial scara
bertahap.
(1) kaji kemampuan klien membina hubungam dengan orang lain.
(2) dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
K-p
K-P-P Lain
K-P-P lain – K lain
K-P-Kel/Klp/Masy
(3) beri reinforcement terhadap keberhasilan yang dicapai.
(4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
(5) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
(6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
(7) Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
TUK V : Klien dapat mengungkap kan perasaannya setelah
berhubungan dengan orange lain.
(1) dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain.
(2) Deskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
(3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
klien manfaat berhubungan dengan orang lain.
TUK VI : Klien dapat memberdaya kan system pendukung atau
keluarga mampu mengemban gkan kemampuan klien untuk
berhubungan dengan orang lain.
Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses perubahan
perilaku klien.
(5) bisa berhubungan saling percaya dengan keluarga : salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak, eksplorasi
perasaan keluarga
(6) diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik
diri, penyebab perilaku manrik diri, akibat yang akan terjadi jika
perilaku manrik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi
klien menarik diri
(7) dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
(8) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu minggu sekali.
(9) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
6. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Implementasi yaitu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien sesuai
dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh klien. Sebelum melakukan
tindakan perawat perlu memperhatikan:
a. Memvalidasi dg singkat: rencana tindakan masih sesuai dg kondisi
klien saat ini (here and now)
b. Menilai diri sendiri: kemampuan interpersonal, intelektual, dan
teknikal
c. Apakah aman bagi klien
d. Buat kontrak dg klien: jelaskan apa yg akan dilaksanakan & peran
serta klien yg diharapkan
7. Evaluasi
Proses yg berkelanjutan utk menilai efek dari tindakan keperawatan yg
sudah diberikan. Evaluasi ada dua yaitu, evaluasi proses (formatif) : setiap
selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil (sumatif) : dilakukan dg
membandingkan respon pada TUK & TUM. Evaluasi dg menggunakan
SOAP
S : respon subjektif klien thd tindakan yg telah diberikan
O : respon objektif klien thd tindakan yg telah diberikan
A : analisa ulang atas DS & DO simpulkan masalah tetap,
teratasi/tercapai atau muncul masalah baru
P : rencana/tindak lanjut berdasarkan hasil analisa (P & K)
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah memberikan dukungan simpatis,
untuk menurunkan trauma, emosional pasien dan mengumpulkan bukti
yang ada untuk kemungkinan tindakan legal.
a. Hormati privacy dan sensitifitas pasien, bersikap baik dan
memberikan dukungan.
b. Yakinkan pasien bahwa cemas adalah sesuatu yang dialami.
c. Terima reaksi emosi pasien, misalnya terlalu perasa.
d. Jangan tinggalkan pasien sendiri
Isolasi Sosial
Efect
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Sindrom Pasca Trauma
c. Isolasi sosial
3. Intervensi
1) Harga Diri Rendah Kronik
Tujuan Umum : Kien dapat meningkatkan harga dirinya
Tujuan khusus:
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi
selanjutnya
(a) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
(b) Perkenalkan diri dengan sopan
(c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
(d) Jelaskan tujuan pertemuan
(e) Jujur dan menepati janji
(f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
(g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
Diskusikan tingkat kemampuan klen seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuha
keperawatan. Reinforcement positif akan meningkatkan harga
diri. Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan
kegiatan hanya karna ingin mendapat pujian
(a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
(b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu
klien.
(c) Utamakan memberi pujian yang realistik.
TUK 3: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang
dimiliki adalah prasarat untuk berubah. Pengertian tentang
kemampuan yang dimiliki diri motivasi untuk tetap
mempertahankan penggunaanya.
(a) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
(b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
TUK 4: Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Klien adalah individu ang bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Klien perlu bertindak secara realistis dalam
kehidupannya. Contoh peran yang dilihat klien akan
memotivasi klien utuk melaksanakan kegiatan
(a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari
(b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
(c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
TUK 5: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakitnya
Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dirumah.
Reinforcement positif akan meingkatkan harga diri.
Memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan kesempatan kepada klien untuk
tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
(a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
(b) Beri pujian atas keberhasilan klien
(c) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
TUK 6: Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang
ada.
Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri
dirumah Support system keluarga akan sangan berpengaruh
dalam mempercepat proses penyembuhan. Meningkatkan
peran serta keluarga dlam merawat klien dirumah.
(a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
mearwat klien dengan harag diri rendah.
(b) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien
dirawat.
(c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
3) Isolasi Sosial
Tujuan Umum : Kelien mampu berinteraksi dengan
lingkungan sossialnya
Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik karena
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.
(a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
verbal
(b) Perkenalkan diri dengan sopan
(c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
yang disukai klien
(d) Jelaskan tujuan pertemuan
(e) Jujur dan menepati janji
(f) Tunjukan sifat empati dari menerima klien apa adanya
(g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan
faktor resipitasi yang dialami klien.
(a) kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri
dan tanda-tandanya
(b) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau
bergaul
(c) diskusikan bersama klien tetang perilaku menarik diri
dan tanda-tanda serta penyabab yang muncul
(d) berikn pujian terhadap kemampuan klien dalam
menggunakan perasaannya.
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar
terbiasa membina hubungan yang sehat dengan orang lain
(a) kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
(b) beri kesempatan dengan klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
(c) diskusikan bersma klien tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain.
(d) beri reinforcement positif terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
(e) kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
(f) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain.
(g) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
(h) eri reinforcement positif terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial scara
bertahap.
f. kaji kemampuan klien membina hubungam dengan
orang lain.
g. dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap :
K-p
K-P-P Lain
K-P-P lain – K lain
K-P-Kel/Klp/Masy
h. beri reinforcement terhadap keberhasilan yang dicapai.
i. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
j. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan
bersama klien dalam mengisi waktu
k. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
l. Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
TUK V : Klien dapat mengungkap kan perasaannya setelah
berhubungan dengan orange lain.
(a) dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain.
(b) Deskusikan dengan klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain
(c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan klien manfaat berhubungan dengan
orang lain.
TUK VI : Klien dapat memberdaya kan system pendukung
atau keluarga mampu mengemban gkan kemampuan klien
untuk berhubungan dengan orang lain.
Keterlibatan keluarga sangat mendukung terhadap proses
perubahan perilaku klien.
(a) bisa berhubungan saling percaya dengan keluarga :
salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat
kontrak, eksplorasi perasaan keluarga
(b) diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku
menarik diri, penyebab perilaku manrik diri, akibat
yang akan terjadi jika perilaku manrik diri tidak
ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik
diri
(c) dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
(d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu minggu sekali.
(e) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga.
4.Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Implementasi yaitu melakukan tindakan keperawatan
terhadap klien sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh
klien. Sebelum melakukan tindakan perawat perlu memperhatikan:
1) Memvalidasi dg singkat: rencana tindakan masih sesuai dg
kondisi klien saat ini (here and now)
2) Menilai diri sendiri: kemampuan interpersonal, intelektual, dan
teknikal
3) Apakah aman bagi klien
4) Buat kontrak dg klien: jelaskan apa yg akan dilaksanakan &
peran serta klien yg diharapkan
5. Evaluasi
Proses yg berkelanjutan utk menilai efek dari tindakan
keperawatan yg sudah diberikan. Evaluasi ada dua yaitu, evaluasi
proses (formatif) : setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi
hasil (sumatif) : dilakukan dg membandingkan respon pada TUK
& TUM. Evaluasi dg menggunakan SOAP
S : respon subjektif klien thd tindakan yg telah diberikan
O : respon objektif klien thd tindakan yg telah diberikan
A : analisa ulang atas DS & DO simpulkan masalah tetap,
teratasi/tercapai atau muncul masalah baru
P : rencana/tindak lanjut berdasarkan hasil analisa (P & K)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia 2013, men-jelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah: “Anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik,
mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara
signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya”.
Pemerkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual
yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang
dinilai melanggar menurut moral dan hukum. (Wigjosubroto dalam prasetyo,
1997).
Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan,
pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan
untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas
tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan,
tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman
terhadap binatang (Gunawan Wibisono, 2009).
Traffcking merupakan pengiriman, penampungan, penerimaan
seseorang dengan ancaman, pemaksaan,penculikan dan kebohongan dengan
cara mengeksploitasi untuk memperoleh persetujuan menggunakan orang
yang berkuasa yang meliputi adopsi, pemekerjaan, motif eksploitasi seks dan
transplantasi organ.
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani saksi kurungan atau
saksi lainnya, menurut perundang-undangan. Pengertian narapidana menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang
menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5- 18 tahun baik laki- laki
maupun perempuan yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerja di
jalanan kawasan urban, memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali
tidak pernah berkomunikasi dengan keluarga dan kurang pengawasan,
perlindungan, dan bimbingan sehingga rawan terkena gangguan kesehatan
dan psikologi.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penulisan makalah di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, ataupun
seluruhnya, dan meningkatkan rasa cinta dan syukur kita kepada Allah SWT
dan Rasulullah SAW. Amiin ya Rabbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006.
Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
Alimul H, A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Perawatan. Jakarta: Salemba Medika
Ade, DH. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Ernawati. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Keliat, Farida Kusumawat. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Stuart GW, Sundeen SJ. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta:
EGC
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
https://www.scribd.com/document/363820786/ASKEP-KDRT-docx
https://www.perawatkitasatu.com/2017/10/harga-diri-rendah-situasional-nanda-
nic.html
https://www.perawatkitasatu.com/2017/09/ansietas-nanda-nic-noc.html
https://www.scribd.com/doc/314264739/Asuhan-Keperawatan-Kekerasan-Dalam-
Rumah-Tangga