M DENGAN ATTENTION
DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
CIREBON TAHUN 2021
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kelas R5
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Asuhan Keperawatan mengenai “Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)”.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas di dapatkan rumusan masalah :
1. Apa Definisi dari ADHD?
2. Apa saja Klasifikasi dari ADHD?
3. Apa Hambatan Belajar pada anak ADHD?
4. Apa Etiologi dari ADHD?
5. Apa Manifestasi dari ADHD?
6. Apa Patofisiologi dari ADHD?
7. Bagaimana Pathway ADHD?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Laporan asuhan keperawatan ini dibuat agar mahasiswa mampu
memahami mengenai penyakit kanker dan mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien kanker denagn perawatan paliatif
dengan baik dan benar menurut prosedurnya.
b. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang :
1. Mengetahui Definisi dari ADHD
2. Mengetahui Klasifikasi dari ADHD
3. Mengetahui Hambatan belajar pada Aank ADHD
4. Mengetahui Apa Etiologi dari ADHD
5. Mengetahui Apa Manifestasi dari ADHD
6. Mengetahui Apa Patofisiologi dari ADHD
7. Mengetahui Bagaimana Pathway ADHD
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
3
2.2 KlASIFIASI ADHD
ADHD biasanya mulai timbul pada usia 3 tahun, namun pada
umumnya baru terdeteksi setelah anak duduk di sekolah dasar, dimana
situasi belajar yang formal menuntut pola perilaku yang terkendali termasuk
pemusatan perhatian dan konsentrasi yang baik. Ciri utama adanya
kecenderungan untuk berpindah dari satu kegiatan kepada kegiatan lain
tanpa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, tidak dapat konsentrasi
dengan baik bila mengerjakan suatu tugas yang menuntut keterlibatan
kognitif, serta tampak adanya aktivitas yang tidak beraturan, berlebihan, dan
mengacau. Ciri utama individu dengan gangguan pemusatan perhatian
meliputi: gangguan pemusatan perhatian (inattention), gangguan
pengendalian diri (impulsifitas), dan gangguan dengan aktivitas yang
berlebihan (hiperaktivitas).
- Inatensi, adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini
tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya.
Mereka sangat mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba
diterima oleh alat inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat
itu. Dengan demikian mereka hanya mampu mempertahankan suatu
aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek, sehingga akan
mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.
- Impulsifitas, yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa
tindakan yang tidak disertai dengan pemikiran. Mereka sangat
dikuasai oleh perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi. Mereka
sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan
atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya.
Perilaku ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun
lingkungannya.
- Hiperaktivitas, yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan
melebihi gerakan yang dilakukan secara umum anak seusianya.
Biasanya sejak bayi mereka banyak bergerak dan sulit untuk
ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang aktif tapi
produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak
4
mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas
motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan
tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah,
sehingga kesulitan untuk memusatkan perhatian
5
d. Kurang perhatian
Kesulitan dalam mendengar, mengikuti arahan, dan memberikan
perhatian adalah merupakan masalah umum pada anak-anak ini.
Kesulitan tersebut muncul karena kemampuan perhatian yang jelek.
Anak ADHD mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian dan
cenderung melamun, kurang motivasi, sulit mengikuti instruksi.
Mereka sering menunda atau menangguhkan tugas yang diberikan dan
kesulitan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan karena cepat
berpindah ke topik lain
e. Tugas yang tidak diselesaikan
Masalah ini berhubungan dengan penghargaan waktu yang kurang
baik, frustasi terhadap tugas, serta berbagai sikap yang merusak,
namun membangun kebiasaan yang baik secara konsisten merupakan
langkah yang penting agar tugas dapat diselesaikan.
f. Bingung akan arahan-arahan
Masalah ini berpangkal pada perhatian, ketika perhatian pecah selama
kegiatan permbelajaran, terjadi perpecahan proses informasi yang
mengakibatkan kebingungan sehingga informasi yang diterima tidak
utuh.
g. Disorganisasi
Pada umumnya anak-anak ini mengalami disorganisasi, impulsif,
ceroboh, dan terburu-buru dalam melakukan tugas yang
mengakkibatkan pekerjaan acak-acakan, bingung, dan sering kali lupa
beberapa bagian tugas. Anak akan gagal melakukan seluruh tugas
karena ia lupa atau salah menginterpretasikan keperluan dalam
menyelesaikan tugas tersebut atau meski ia dapat menyelesaikan
tugas, ia sering kali lupa membawa kembali
tugas tersebut ke sekolah.
h. Tulisan yang jelek
Anak-ank ini seringkali memiliki tulisan tangan yang jelek. Masalah
ini bisa
ditemukan pada tingkat berat sampai ringan. Tulisan yang jelek ada
6
hubungannya dengan masalah aktivitas motorik dan sikap impulsif
yang teburu-buru. Masalah ini juga erat kaitannya dengan masalah
koordinasi motorik yang mengaruhi keterampilan motorik kasar dan
halus atau koordinasi mata dan tangan.
i. Masalah-masalah sosial
Meskipun masalah dalam hubungan teman sebaya tidak ditemukan
pada semua anakanak ini, namun kecenderungan impulsif, kesulitan
menguasai diri sendiri, serta toleransi rasa frustasi yang rendah,
tidaklah mengherankan jika sebagian anak mempunyai masalah dalam
kehidupan sosial, kesulitan bermain dengan aturan, dan aktivitas
lainnya yang
tidak hanya terbatas di sekolah saja tetapi di lingkungan sosial
lainnya.
j. Gangguan memiliki ketidakstabilan emosi, baik watak maupun
suasana hati. Anak ADHD menampakkan pula perilaku sangat labil
dalam menentukan derajat suasana hati dari sedih ke gembira.
Stimulus yang menyenangkan akan menyebabkan kegembiraan yang
berlebihan, sedang rangsang yang tidak menyenangkan akan
memunculkan kemarahan yang besar. Anak seringkali marah hanya
disebabkan oleh faktor pemicu yang sepele. Mereka juga cenderung
mengalami masalah untuk merasakan kegembiraan. Pada masa remaja
kurang merasakan perasaan kehilangan semangat atau tidak berdaya.
2.4 Etiologi
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan
ini,meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1.Faktor Penyebaba.
a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara
faktorgenetik dan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki
dengan kelebihanY kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan
kejadian hiperaktivitas yang menyertai kemampuan verbal dan
performance rendah. Masalah kesulitan memusatkan perhatian dan
kesulitan belajar juga diakibatkan adanya cacat genetik. Pada anak
perempuan dengan kromosom 45, XO juga menunjukkan kesulitan
7
memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan menggambar
ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi
otak,olehkarena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh
adanya patologi diarea prefrontal dan atau sagital frontal pada
otak dengan predominasi padakorteks otak. Adanya kerusakan otak
merupakan resiko tinggi terjadinya gangguan psikiatrik termasuk
ADHD. Kerusakan otak pada janindan neonatal paling sering
disebabkan oleh kondisi hipoksia.Keadaan hipoksia memiliki
kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi yang merata pada
korteks otakyang menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi
dan pengendalian kortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran
penting dalam aktivasi dan integrasi lebih lanjut dari bagian otak
lain. Oleh karena itu, patologi yang merata pada korteks otak
dianggap sebagai penyebabterjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala
aktivitasmotorikyang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi
disebabkan olehfungsinorepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain
, yang tidak mampu memusatkan perhatian dan penurunan vigilance
disebabkan oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan
pada sistem norepinefrin berpean pada terjadinya gejala ADHD,
tetapi tidak menjadi penyebab tunggal.Terjadinya ADHD
disebabkan oleh beberapa sistem yang berbeda tetapi memiliki
hubungan yang erat. Sistemtersebut memiliki peran yang berbeda
terhadap metabolisme dopamin atau norepinefrin. Meskipun
berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda,
mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik
ataupun norepine frinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten
agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen eseptor dopamin
D4 (DRD 4) sampai saat initelah dianggap sebagai penyebab
gangguan ini ( Landau et al., 1997 ;Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas
disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari
ibu, dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak
timbul dari manjemen pengasuhan orangtua yang buruk. Berbagai
penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan
terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh
orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang
terjadi padaorang tua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab
ADHD.Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi.
8
Akan tetapi berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada
yang menunjukkan bukti adanya hubungan yang bermakna antara
faktor tersebut dengan ADHD.
2. Faktor Predisposisia
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD
adalah tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum
membedakan diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan
dimanifestasikan perilaku impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat
(SSP),seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi,
dan perilaku
perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor
predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut
serta penyiksaan
dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-
faktor predisposisi pada beberapa kasus.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi ADHD memang tak jelas. Ada sejumlah teori
yangmembicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD
telah menunjukkanada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri,
Penemuan ini
menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivita
s menggambarkan adanyadisfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak
khususnya cerebellum juga terkena. Penelitian “neuroimaging” pada anak
ADHD tak selalu memberikan hasil yang konsisten, pada tahun 2008
hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk penelitian,
bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”, neurops
ikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal
yang memainkan
peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral, korteks cingul
ate dorsoanterior,kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak
9
ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada
usia 3 tahun, di mana gejala ADHDterjadi pada usia sekolah
dasar.Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan
korteks frontalisyang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan
mengontrol dan
memusatkan proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak hi
peraktifterlihat berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yan
g mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam mengont
rol tingkah lakunya, namun ternyatalebih cepat dalam perkembangan
motorik, sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yangkhas pada anak
ADHD. Hal ini menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia
akanmempengaruhi faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat. Pada
pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat
alleleDRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30%
risiko genetik untukanak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah
kanan otak, daerah otak ini
2.6 Pathway
10
11
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 7 tahun
JenisKelamin : Laki-Laki
Alamat :-
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan :-
12
No. Register : 340052
DiagnosaMedis : ADHD (Attention Deficit HyperactiveDisorder)
TanggalMasuk : 25 Januari 2021
TanggalPengkajian : 25 Januari 2021 (09.00 WIB)
2. IdentitasPenanggungJawab
Nama : Ny. N
Umur : 28 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Iburumahtangga
HubungandenganPasien : IbuKandung
Alamat :
3. AlasanMasuk RS
Karen pasien susah untu mengendalikan dirinya sendiri
4. KeluhanUtama
Tidak bisa duduk tenang. Ia sangat bawel, sulit berkonsentra
si,agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana-
kemari dan sering mengganggu teman-temannya.
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan anaknya sering terjatuh karena sering berlarian
tanpa tujuan. Anak M lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada
pekerjaan sekolahnya. Ibunya mengakui bahwa Anak M berganti-
ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya,
bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sud
ah beralih pada permainanyang lain.Kondisi seperti ini bisa memp
engaruhi prestasinya di sekolah. An. M juga mengungkapkan
bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia bilang tidak
13
pernah mendapatkannilai bagus. Anak M seringkali sulit
dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang Ibunya perintahkan
2. RiwayatKesehatanDahulu
Orang tua pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mengalami penyakit yang sama
14
- Berapa jam 2 jam 1 jam
- Dari jam ... s.d ... 13.00 s.d 15.00 13.00 s.d 14.00
- Kesukaran Tidak ada Merasakepanasan
3. Eliminasi
a. BAK
2-3x sehari
- Frekuensi 4-5x sehari
± 350 ml
- Jumlah ± 400 ml
Kuning
- Warna Kuning Jernih
Khas
- Bau Khas
Tidak ada
- Kesulitan Tidak ada
b. BAB
1x dalam 2 hari
- Frekuensi 1x sehari
Padat tidak
- Konsistensi Semi padat
beraturan
Kuning
- Warna Kuning Coklatan
Khas
- Bau Khas
Tidakada
- Kesulitan Tidak ada
4. Personal Hygiene
a. Mandi
- Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
- Sabun 2 x/hari 1 x/hari
- Gosok gigi 2 x/hari 1 x/hari
b. Berpakaian
Ganti pakaian 2 x/hari 1 x/hari
5. Mobilitas & Aktivitas
- Aktivitas Aktif Hiperaktif
- Kesulitan Tidakada Cepatlelah
D. PemeriksaanFisik
a. PenampilanUmum
KondisiUmum :Pasien tampak agak kusam
15
Tingkat Kesadaran : Compos Metis
TTV
TekananDarah :-
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 25x/menit
Suhu : 37,4C
TB : 110 cm
BB : 18 kg
b. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & hyiene kepala :bersih
a) Warna rambut : tampak kusam
b) Penyebaran : tidakada
c) Mudah rontok : tmudah rontok
d) Kebersihan rambut : rambut kotor
Palpasi
benjolan : tidak ada
nyeri tekan : tidak ada
tekstur rambut : Rambut halus
c. Muka
Inpeksi
a) Simetris/tidak : simetris
b) Bentukwajah : oval
c) Gerakan abnormal : tidak dapat gerakan
d) Ekspresiwajah : kusam
Palpasi
Nyeritekan/tidak : tidak
Data lain : tidak ada
d. Mata
Inspeksi
a) Pelpebra : edema/tidak :tidak
16
Radang/tidak : tidak
b) Selera : tidak iterik
c) Conjungtiva : tidak Anemis/tidak : tidak
d) Pupil : - reflex pupil terhadap cahaya
normal karena bereaksi sangat cepat terhadap keadaan
perubahan cahaya.
e) Posisimata
Simetris/tidak : simestris
f) Gerakan bola mata : gerakan normal
g) Kelopakmata : tampak cekung
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri
Data lain : tidak ada
e. Hidung&Sinus
Inspeksi
a) Posisihidung : simetris
b) Bentukhidung : simetris
c) Keadaan septum : normal
d) Secret/cairan : tidak ada
f. Telinga
Inspeksi
a) Posisitelinga : simetris
b) Ukuran/bentuktelingan: normal (simetris)
c) Aurikel : normal
d) Lubangtelinga : simetris
e) Pemakaianalat bantu : tidakada, bersih, tidak ada secret
Palpasi
Nyeritekan/tidak : tidak ada nyeri
Data lain : tidak ada
g. Mulut
Inspeksi
17
a) Gigi
- Keadaan gigi : Bersih
- Karang gigi/karies : tidak ada
- Pemakain gigi palsu : tidak ada
b) Gusi
Merah/Radang/Tidak : Tidak
c) Lidah
Kotor/tidak : tidak
d) Bibir
- Cianosis/pucat/tidak : tidak pucat
- Basah/kering/pecah : kering
- Mulut berbau/tidak : Tidak berbau
h. Abdomen
Inspeksi
a) Membuncit : tidak membuncit
b) Ada luka/tidak : tidak ada luka
Palpasi
a) Hepar : tidak nyeritekan
b) Lien : tidak ada nyeritekan
c) Nyeritekan : tidak ada nyeritekan
Aukultasi
Peristaltic : 17x/menit
Perkusi
a) Tympani
b) Redup
Turgor Kulit :Normal
E. Data Psikososial Spiritual
1. Psikososial
a. Anaktinggalbersama : orang tua
b. Lingkunganberada di : lingkungankomplek
c. Rumahdekatdengan : tamandanpenduduklainnya
2. Spiritual
18
Suport system dalamkeluarga :
Kegiataankeagamaan :
F. Pengetahuan Orang Tua
1. Tentang Makanan Sehat
Orang tua klien belum cukup mengetahui tentang makanan sehat
dang izi klien baik dan berat badannya 18 kg, klien diberikan ASI
sampai umur 2 bulan saja dan dilanjutkan dengan PASI.
2. Tentang Personal Hygiene
Orang tua klien belum cukup mengetahui tentang kebersihan, Badan
klien terlihat kusam, rambut klien hitam, kuku klien bersih kotor,
mulut klientampak kelihatan bersih.
3. Imunisasi
Klien mendapat imunisasi, yaitu :
a. BCG : 1 kali
b. DPT : 3 kali
c. Campak : 1 kali
d. Polio : 3 kali
e. Hepatitis B : 2 kali
G. Data Penunjang
NO KEGIATAN YANG 0 1 2 3
DIAMATI
1 Tidak kenal lelah, atau
aktivitas yang berlebihan
2 Mudah gembira, impulsive
3 Menggangu anak-anak lain
4 Gagal menyelesaikan
kegiatan yang telah
dimulai, rentang perhatian
pendek
5 Mengerak-gerakkan
anggota badan atau kepala
secara terus-menerus
19
6 Kurang perhatian, mudah
teralihkan
7 Permintaanya harus segera
dipenhi, mudah menjadi
frustasi
8 Seing dan mudah
menangis
9 Suasana hatinya mudah
berubah dengan cepat dan
drastis
10 Ledakkan kekesalan,
tingkah laku eksplosif dan
tak terduga
Jumlah 3 6 12
Nilai total: 21
Interpretasi :
H. Pengobatan
Jenis Dosis Waktu Cara
pemberian
Terapi obat Psikotimulan mg /hari Oral
Terapi obat non-stimulan mg /hari Oral
(Anti Depresi, anti
psikotik)
20
Terapi Konsentrasi mg /hari Oral
I. Analisa Data
ADHD
Perilaku
hiperaktivitas
Resiko cidera
2. Data Subjektif : Neurotrasmitter Ketidakefektifan
koping berhubungan
An. M mengungkapkan bahwa dia malas Dopamine
dengan tidak
mengerjakan PR yang susah dan dia bilang tidak adekuatnya tingkat ke
pernah mendapatkan nilai bagus dan selalume percayaan diri terhadap
Lobus frontal
ndapat nilai merah kemampuan untuk
mengalami melakukan koping.
Data Objektif: Anak terlihat tidak penurunan fungsi
bisa berkonsentrasi dengan perawat dansering
menengok kekanan dan ke kirisaat
berbicaradengan perawat. ADHD
Merasa memiliki
kekurangan
Ketidakefektifan
21
koping individu
3.3 DiagnosaKeperawatan
3.4 Intervensi
No Tang Diagnosis Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
gal Keperawata Hasil (NOC) (NIC)
n
1. 20/1 Risiko cedera Tujuan : 1. Bantu pasien dan 1. Untuk
1/20 berhubungan Setelah dilakukan anggota keluarga meningkatkan
21 dengan tindakan 2x24 jam, mengidentifikasi situasi kesadaran
hiperaktivitas Diharapkan mampu dan bahaya yang dapat pasien dan
. melakukan aktivitas mengakibatkan keluarga
yang tidak berbahaya kecelakaan. tentang
Kriteria Hasil : 2. Anjurkan pasien dan kemungkinan
Pasien dan anggota keluarga mengadakan bahaya.
keluarga perbaikan dan 2. Untuk
mempraktikan menghilangkan mengurangi
keamanan dan keamanan dari bahaya. kemungkinan
melakukan tindakan 3. Beri dorongan kepada cedera.
kewaspadaan di rumah orang dewasa untuk 3. Pengajaran
mendiskusikan peraturan yang dilakukan
keamanan terhadap anak oleh orang tua
4. rujuk pasien ke dapat
sumber-sumber meningkatkan
komunitas yang lebih keamanan
tepat. dirumah.
4. Dapat
mengubah
lingkungan
dalam
mencapai
tingkat
22
keamanan
yang optimal.
2. 21/0 Ketidakefekti Tujuan : 1. dorong pasien untuk 1. untuk
5/20 fan koping Setelah dilakukan menggunkan system membentuk
21 berhubungan intervensi 2x24 jam, pendukung ketika kembali
dengan tidak diharapkan paisen melakukan koping keseimbangan
adekuatnya mampu 2. identifikasi dan psikologis dan
tingkat ke mengomunikasikan turunkan stimulus yang mencegah krisis.
percayaan perasaan tentang tidak perlu dalam ling 2. untuk
diri terhadap situasi saat ini. Kungan menghindari
kemampuan Kriteria Hasil : 3. jelaskan kepada orang beban sensori dan
untuk Pasien menggunkan tua semua terapi dan persepsi yang
melakukan system pendukung yng prosedur dan jawab berlebihan pada
koping. tepat seperti keluarga pertanyaan pasien. pasien.
dan teman umtuk 4. Rujuk pasien untuk 3. untuk mangatasi
membantu dalam melakukan konseling rasa takut dan
melakukan kping pada psikolog. memungkinkan
pasien
mengdapatka
kembali rasa
control.
4. meningkatkan
objektivitas dan
mengembangkan
pendekatan
kolaboratif
terhadap perawtan
pasien
3.5 Implementsi
No Dx Hari/Tanggal Implementasi
23
berhubungan Pukul 08.30 WIB 2. Mengidentifikasi danmenurunkan stimulusyang tidak
dengan tidak perlu dalamlingkungan.
adekuatnya 3. Menjelaskan kepada orangtua semua terapi
tingkat ke dan prosedur dan jawab pertanyaan pasien.
percayaan diri 4. Merujuk pasien untuk melakukan konseling
terhadap pada psikolog.
kemampuan
untuk
melakukan
koping.
3.6 Evaluasi
24
BAB IV
PENUTUP
4..1 KESIMPULAN
Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan
pemusatan perhatian/hiperaktivitas adalah
gangguan perilaku yang timbul pada anakdengan pola gejala restless atau
tidak bisa diam, inattive atau tidak dapat memusatkan perhatian pada
perilaku impulsive. Tipe dari ADHD yaitu TipeADHD Gabungan, Tipe
ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHDhiperaktif impulsive, Tipe
ADHD hiperaktif impulsive.
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun
paparHardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam
ADHD.Faktor biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu
dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang bertanggung
jawab pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas
fisik.
Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention
Deficit Hyperactivity Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain:
1.Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil.
2. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah.
3. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas.
4. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat.
5. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau
diam.
6. Terus gelisah atau menggeliat.
7. Sulit menunggu giliran.
4.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini para pembaca dapat mengetahui
tentang penyakit ADHD pada anak dan diharapkan mahasiswa keperawatan
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anjani, Tri, Ayu. (2019): STUDI KASUS TENTANG KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK
ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER) DI SDIT AT-TAQWA
SURABAYA DAN SDN V BABATAN.
https://media.neliti.com/media/publications/246580-studi-kasus-tentang-
konsentrasi-belajar-071212ac.pdf Diakes pad tanggal 20 November 2021
https://www.scribd.com/document/402471473/LP-DAN-ASKEP-ADHD-FIX-
BU-FIKA-docxx Diakses pada tanggal 20 November 2021
26