Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1

Legal dan Etik dalam Konteks Keperawatan Kesehatan Jiwa

Dosen : Ns. Dewi Eka Putri, M.Kep. Sp. Kep J

Disusun oleh:

1. Diyan R. Kurnia 2011312074


2. Viona Aristawidya Mulya 2011313017
3. Wardah Dalilah 2011311010
4. Rifdatul jannah 2011313038
5. Mila Gustia 2011312065
6.Rizka Noviola Hardita 2011313008
7. Susry permadani 2011313023
8. Fitri Rahmayani Asnur 2011312071

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, tufiq,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih
khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca Aamiin.

Padang, 22 September 2021

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai seorang perawat, perawat menjalankan dan melaksanakan praktek keperawatan dengan
menggunakan ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggung jawabkan dimana ciri-ciri dari profesi,
yaitu mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenaran dan dapat diimplementasikan
kepada masyarakat.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan dan berinteraksi
dengan pasien atau penerima jasa pelayanan keperawatan. Sekarang kesadaran masyarakat
terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan semakin meningkat, sehingga perawat atau
pemberi pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan yang aman, efektif dan ramah. Jika
teradi sesuatu atau peristiwa yang tidak diinginkan, baik sengaja ataupun tidak, maka masyarakat
akan menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.
Kebijakan atau aturan yang ada dalam instansi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan. Instasi telah
membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman jika
hak-hak klien terancam.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui legal dalam konteks keperawatan kesehatan jiwa
2. Mengetahui Etik dalam konteks keperawatan kesehatan jiwa

1.3 Manfaat Penulisan


Agar pemberi pelayanan kesehatan khususnya perawat semakin bersungguh-sungguh untuk
tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya serta bertanggung jawab terhadap segala
tindakan yang dilakukan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Issue dan Legal Etik Keperawatan Jiwa

Legal adalah suatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) (Ermawati, 2015).

Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prisip-prisip yang diyakini oleh profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien, masyarakat,
teman sejawat maupun dengan organisasi profesi, serta pengaturan praktik dalam
keperawatan itu sendiri (Barger&Wiliams, 1999). Etika keperawatan merupakan suatu acuan
dalam melaksanakan praktik keperawatan, tidak terkecuali keperawatan jiwa. Keputusan dan
tindakan perawat psikiarti kepada klien dibedakan oleh apa yang dinamakan dengan ethical
manner (cara yang sesuai denagan etik) (Ermawati, 2015).

Prinsip-prinsip etik meliputi :

1. Autonomy

Autonomy berarti setiap orang memiliki kebebasan untuk membuat keputusan. Tersirat
dalam konsep autonomy ada empat elemen dasar. 1) menghargai, seorang yang memilih
profesi perawat, sudah seharusnya menghargai dan menghormati keunikan setiap manusia,
2) menentukan tujuan pribadi, 3) memiliki kapasitas untuk menentukan rencana perawatan
yang diperoleh, 4) kebebasan untuk bertindak sesuai keputusannya (Burkhardt & Nathaniel
2001). Autonomy yaitu hak independen individu yang menghendaki perbedaan diri.
Keprofesionalan menggambarkan pelaksanaan autonomy yang dilakukan perawat saat
menghormati pilihan klien (Ermawati, 2010). Autonomy dalam keperawatan memiliki arti,
klien memiliki hak guna memutuskan hal-hal terkait tindakan dalam perawatan yang
berkaitan dengannya (Rifiani & Sulihandri 2013).

2. Benefecience

Prinsip ini berarti perawat harus bertindak untuk menguntungkan pasien atau
melakukan hal yang baik. Prinsip ini juga berarti agar perawat mencegah pasien dari
kesalahan atau menghapus kesalahan atau kejahatan yang mungkin terjadi pada pasien
(Burkhardt & Nathaniel 2001). Prinsip ini memberikan dampak positif bagi klien (Yetti,
dkk,2017).

3. Nonmaleficence

Menurut Burkardt & Nathaniel (2001), prinsip ini berkaitan dengan prinsip beneficence.
Prinsip ini berarti perawat harus bertindak untuk mencegah penyebab kesalahan atau hal
yang membahayakan pasien seperti bahaya yang disengaja, resiko bahaya, atau
kemungkinan bahaya yang terjadi selama proses perawatan berlangsung. Sedangkan Rifiani
& Sulihandri (2013) berpendapat bahwa, non maleficence artinya tidak membahayakan
orang lain atau klien. Beberapa hal seperti bahaya fisik, psikologis, dan sosial sebaiknya
dihindari agar tidak terjadi.

4. Veracity

Prinsip veracity berkaitan dengan mempraktikkan kebenaran atau kejujuran. Dengan


kejujuran bisa menimbulkan rasa hormat, komunikasi yang terbuka, kepercayaan. Hal ini
sesuai dengan kode etik keperawatan (Burkhardt & Nathaniel 2001). Pelayan kesehatan
memerlukan nilai untuk mengetahui sikap dan perilaku yang benar dalam memberitahukan
kebenaran kepada klien. (Ermawati,2010). Prinsip veracity, berarti perawat memberikan
penjelasan secara rinci kepada pasien mengenai kondisi kesehatannya dan tindakan
keperawatan yang berkaitan dengan pasien (Yetti, dkk, 2017).

5. Confidentiality

Confidentiality merupakan prinsip etik yang dimana untuk mengungkap informasi


pribadi atau rahasia dengan seseorang dipercayakan. Informasi yang ada dalam rekam
medik pasien tidak boleh dibaca oleh orang yang tidak memiliki akses yang sah (Burkhardt
& Nathaniel 2001). Membahas klien di luar lingkungan rumah sakit atau membahas dengan
teman, tenaga kesehatan atau keluaga merupakan hal yang tidak seharusnya dilakukan
karena bertentangan dengan prinsip confidentiality (Ermawati,2010).

6. Justice

Justice merupakan prinsip etik yang berkaitan dengan keadilan, yang berkaitan dengan
adil dalam mendapat perawatan (Burkhardt & Nathaniel 2001). Keadilan dengan
memberikan hak atau klaim yang setara satu sama lain (Brent,Nency 2001). Berperilaku
adil kepada semua orang berarti tidak membedakan dalam hal apapun seperti ras,suku dan
lainnya (Rifiani & Sulihandri 2013).

7. Fidelity

Fidelity berkaitan dengan konsep kesetiaan dan praktik dari menjaga janji. Untuk
menerima lisensi dan menjadi anggota sah dari profesi keperawatan, perawat harus
menjunjung tinggi tanggung jawab yang melekat, perawat dipanggil untuk setia kepada
pasien untuk mendapat perawatan, untuk tetap berjanji untuk menegakkan kode etik profesi,
untuk mempraktekkan lingkup praktik yang mapan, mematuhi kebijakan penggunaan
instituasi, dan untuk terus memenuhi janji kepada individu pasien (Burkhardt & Nathaniel
2001). Kesetiaan merefleksikan ketaatan perawat pada prinsip etik atau kode etik dimana
tugas dasar perawat yaitu mengoptimalkan kesehatan, menghindari terjadinya penyakit dan
mengurangi penderitaan (Ermawati, 2010).
8.Accountability
Accountability mengacu pada kemampuan untuk menjawab atau mempertanggung
jawabkan sebuah tindakan pada pasien dan kepada atasan (Potter & Perry, 2017).

a. Menurut Beeker (Dalam Kozier, Erb 1990) empat hal yang harus ditanyakan perawat
untuk melindungi mereka secara hukum (Ermawati, 2015) :
a) Tanyakan pesanan yang ditanyakan pasien.

b) Tanyakan setiap pesanan setiap kondisi pasien berubah.

c) Tanyakan dan catat pesan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi.

d) Tanyakan pesanan (Standing Order), terutama bila perawat tidak berpengalaman.

b. Melaksanakan intervensi keperawatan mandidri atau yang di Delegasi.Dalam


melaksanakan intervensi keperawatan, perawat memperhatikan beberapa prekausi
(Ermawati, 2015) :
a) Ketahuai pembagian tugas ( Job Deskription) mereka.

b) Ikuti kebijakan dan prosedur yang diterapkan ditempat kerja.

c) Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama .

d) Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu, dan pasien
yang benar.
e) Lakukan setiap prosedur secara tepat.
f) Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan tepat dan akurat.

g) Catat semua kecelakaan yang mengenai pasien.

h) Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik(raport) dengan pasien.

i) Pertahankan kompetisi praktik keperawatan Mengetahui kekuatan dan kelemahan


perawat.

j) Sewaktu mendelegasikan tanggungjawab keperawatan, pastikan bahwa orang yang


diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan orang tersebut
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
k) Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan dan secara penuh setiap tugas
yang dilaksanakan.
c. Berbagai aspek legal dalam keperawatan

Fungsi hukum dalam praktik keperawatan yaitu (Ermawati, 2015) :

a) Hukum memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang


sesuai dengan hukum.
b) Membedakan tanggungjawab perawat dengan tanggung jawab profesi yang lain

c) Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

d) Membantu dalam mempertahankan standar praktik-praktik keperawatan dengan


posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum(Kozier, Erb)
d. Perlindungan legal untuk perawat

Untuk menjalankan praktik secara hukum perawatan harus dilindungi dari tuntutan
malpraktik dan kelahiran pada keadaan darurat. Contoh (Ermawati, 2015) :

a) UU di AS yang bernama Good Samaritan Acts yang memberikan perlindungan


tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada keadaan darurat.
b) Di kanada terdapat UU lalu lintas yang memperbolehkan setiap untuk menolong
korban pada setiap situasi kecelakaan yang bernama Traffic Acrt.
c) Di indonesia UU kesehatan No.23 tahun 1992.

Menurut curtin (1978) yang dikutuip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and
Pratice of Psychiatrtic Nursing Care (1995), membuat suatu model untuk pengambilan
keputusan suatu etik yaitu sebagai berikut (Direja, 2011) :
1. Meliputi pengumpulan informasi untuk mengklarifikasi latar belakang isu tersebut.

2. Mengidentifikasi komponen etik atau atau keadaan dilema yang terjadi, seperti adakah
faktor ancamannya (dilihat dari sudut hak untuk dapat menolak pelayanan).
3. Mengklarifikasi hak dan tanggung jawab yang ada pada seluruh pihak, meliputi klien,
perawat, dan pihak lain seperti kuluarga klien, dokter, lembaga perawatan
kesehatan,ulama/pendeta, pekrja sosial, dan mungkin juga hakim.

Terdapat empat pendekatan yang digunakan perawat untuk melakukan pendekatan


dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu sebagai berikut.

a) Utilitarianism: tindakan yang dilakukan oleh perawat yang dapat menimbulkan


kebahagian.
b) Egoism: semua tindakan diarahkan kepada diri pasien.

c) Formalism: mengutamakann segala sesuatu secara formal.

d) Fairness: sikap yang mengutamakan keadilan dan kejujuran dalam kehidupan, tidak
mendiskriminasikan pasien.
4. Yang terakhir adalah solusi yang diimplementasikan ke dalam tindakan . dalam konteks
memenuhi harapan sosial dan sesuai dengan hukum yang berlaku, perawat memutuskan
kedalam tujuan dan metode implementasi.

Terdapat dua penerimaan klien dirumah sakit jiwa yaitu kesepakatan yang disadari dan
kesepakatan yang tidak disadari, meliputi isu mengenai hukum dan aspek etik, serta legal dan
aspek propesional. Perawat psikiartri mempunyai peran dalam tugas propesional dan tugas
pribadi yaitu sebagai berikut (Direja, 2011) :

1. Pemberian pelayanan

2. Pekerjaan dari rumah sakit

3. Sebagai warga negara pribadi

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap
ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam
tatanan regional maupun global (Direja, 2011).
Ada beberapa trend penting yang rnenjadi perhatian dalam Keperawatan Jiwa di
antaranya adalah masalah berikut (Direja, 2011) :

1. Kesehatan jiwa dimutai masa konsepsi Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa
biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala
2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Masalah jiwa akan meningkat di era
globalisasi Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

3. Kecenderungan situasi di Era Globalisasi. Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak
ada lagi pembatas antar Negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan
politik.
4. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat Globalisasi atau era pasar bebas disadari atau
tidak telah berdampak pada pelayanan kesehatan.
5. Kecenderungan Penyakit

a) Meningkatnya post traumatic syndrome disorder

b) Meningkatnya masalah psikososial

c) Trend bunuh diri pada anak dan remaja

d) Masalah Napza dan HlV/AIDS

6. Issue Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri

a) Pelayanan keperawatan mental psikiatri yang ada kurang bisa dipertanggung


jawabkan secara ilmiah hal ini karena masih kurangnya hasil-hasit riset keperawatan
tentang keperawatan jiwa klinik.
b) Perawat psikiatri yang ada kurang siap menghadapi pasar bebas karena pendidikan
yang rendah dan belum adanya lisensi untuk praktek yang bisa diakui secara
internasional.
c) Pembedaan peran perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman seringkai
tidak jelas dalam “Position Description", job responsibility dan system reward di
dalam pelayanan keperawatan dimana mereka bekerja (Stuart Sudeen,1998).
2.2 Aspek Legal dan Etik dalam Keperawatan Jiwa

Perawat psikiatri mempunyai hak dan tanggung jawab membantu tiga peran legal yaitu:
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pegawai, dan perawat sebagai
warga negara. Perawat mungkin akan mengalami konflik antara ketiga hak dan tanggung
jawabnya. Penilaian keperawatan profesional memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam konteks
asuhan keperawatan , konsekuensi yang mungkin terjadi akibat tindakan seseorang, dan alternatif
tindakan yang mungkin dilakukannya.

Keterampilan utama yang harus dimiliki oleh perawat psikiatri dalam praktiknya menurut
Robert (2002) dan Laraia (2005), yaitu:
1. Mampu untuk mengenali pertimbangan etik dalam praktik psikiatri, meliputi bekerja
dengan pengetahuan mengenai konsep etik sebagai dasar aplikasi dalam memberikan
pelayanan pada penyakit mental
2. Mampu menyadari mengenai nilai-nilai diri sendiri, kekuatan, dan penyimpangan-
penyimpangan sebagaimana aplikasi dalam merawat pasien, meliputi kemampuan untuk
mengenal rasa ketidaknyamanan dirinya sendiri sebagai satu indikator dari potensial
masalah etik
3. Mampu untuk mengidentifikasi keterbatasan keterampilan dan kompetensi klinik yang
dimilikinya
4. Mampu untuk mengantisipasi secara spesifik adanya dilema etik dalam perawatan
5. Mampu untuk mengkaji sumber-sumber etik di klinik, untuk memperoleh konsultasi etik,
dan untuk mengkaji supervisi berkelanjutan untuk kasus sulit
6. Mampu untuk mengenal perlindungan tambahan dalam perawatan klinik pasien dan
memonitor keefektifannya.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Stuart & Laraia (2005) bahwa langkah-langkah dalam
penyelesaian dilema etik dan pengambilan keputusan etik, dapat digambarkan sebagai berikut.
1) Langkah pertama dapatkan informasi yang menjadi latar belakang terjadinya masalah
untuk memperoleh kejelasan gambaran masalah
2) Langkah selanjutnya adalah identifikasi komponen dari etik atau asal dari dilema, seperti
kebebasan berlawanan dengan paksaan atau tindakan perawatan berlawanan dengan
penerimaan hak untuk menolak tindakan
3) Langkah ketiga adalah klarifikasi mengenai hak dan tanggung jawab terkait dengan semua
agen etik atau yang meliputi pengambilan keputusan
4) Semua pilihan yang mungkin harus dieksplorasi dengan kejelasan mengenai tanggung
jawabnya pada setiap orang, dengan tujuan dan kemungkinan yang timbul dari setiap
pilihan yang ada
5) Perawat kemudian terlibat dalam aplikasi prinsip, berdasar dari falsafah keperawatan,
pengetahuan keilmuan, dan teori etik. Ada 4 pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Utilitarianism, yang berfokus pada konsep tindakan
b. Egoism merupakan posisi yang mana individu mencari solusi yang terbaik secara
personal
c. Formalism, pertimbangan dari asal tindakan itu sendiri dan prinsip yang ada
d. Fairness merupakan dasar dari konsep keadilan, dan manfaat terkait dengan
keuntungan sesuai dengan norma yang menjadi dasar masyarakat dalam
pengambilan keputusan
e. Langkah terakhir, yaitu resolusi dalam tindakan. Berhubungan dengan konteks
harapan sosial dan kebutuhan legal, keputusan perawat dengan tujuan dan metode
yang diimplementasikan
Sedangkan aspek legal untuk kesehatan mental psikiatri menurut Townsend (2005),
meliputi: confidentiality and right to privacy (kerahasiaan dan hak atas privasi), informed consent,
restrain, and seclusion. Menurut Hamid (2005) prinsip etik dalam kesehatan jiwa terkait dengan
hak klien adalah:
1) Self determination, menolak tritmen, mencari saran/pendapat, memilih bentuk tritment lain
2) Informed consent
3) Least restrictive environment/pengekangan seminimal mungkin
4) Tidak bersalah karena gangguan jiwa
5) Hukum dan sistem perlindungan klien gangguan jiwa
6) Keputusan berorientasi pada peningkatan kualitas kehidupan klien
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek etik dan legal ini digunakan dengan memperhatikan dan menghormati hak-hak dan
kewajiban individu/klien sebagai bagian dari sistem baik keluarga,kelompok maupun komunitas
dalam menjawab permasalahan dan dilema etik yang muncul dalam terapi komunitas.
Dalam upaya penanganan masalah kesehatan jiwa salah satu terapi spesialis yang dapat
diberikan pada klien dengan gangguan jiwa.
3.2 Saran
Dengan berpedoman pada aturan perundang-undangan dan standar keperawatan serta
etik,diharapkan pelaksanaan terapi komunitas mampu memfasilitasi klien dan komunitas
mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal.Dengan demikian terapi komunitas yang
diberikan dapat dilandasi oleh aspek etik dan legal yang menghormati hak-hak individu dan
keluarga sebagai penerima asuhan keperawatan dalam ikut berpatisipasi dan menemukan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
Daftar Pustaka

https://dokumen.tips/documents/sejarah-dan-legal-etik-keperawatan-jiwa.html
Anil, dkk. 2019. Makalah Aspek Legal Etik Dalam Keperawatan Jiwa Dan Lintas
Budaya Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa. Probolinggo

http://rsjiwajambi.com/wp-content/uploads/2019/09/buku-ajar-keperawatan-
kesehatan-jiwa-Ah.-Yusuf-Rizky-Fitryasari-PK-Hanik-Endang-Nihayati-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai