Disusun oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, tufiq,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih
khususnya kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada manfaatnya
khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca Aamiin.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui legal dalam konteks keperawatan kesehatan jiwa
2. Mengetahui Etik dalam konteks keperawatan kesehatan jiwa
PEMBAHASAN
Legal adalah suatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) (Ermawati, 2015).
Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prisip-prisip yang diyakini oleh profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan pasien, masyarakat,
teman sejawat maupun dengan organisasi profesi, serta pengaturan praktik dalam
keperawatan itu sendiri (Barger&Wiliams, 1999). Etika keperawatan merupakan suatu acuan
dalam melaksanakan praktik keperawatan, tidak terkecuali keperawatan jiwa. Keputusan dan
tindakan perawat psikiarti kepada klien dibedakan oleh apa yang dinamakan dengan ethical
manner (cara yang sesuai denagan etik) (Ermawati, 2015).
1. Autonomy
Autonomy berarti setiap orang memiliki kebebasan untuk membuat keputusan. Tersirat
dalam konsep autonomy ada empat elemen dasar. 1) menghargai, seorang yang memilih
profesi perawat, sudah seharusnya menghargai dan menghormati keunikan setiap manusia,
2) menentukan tujuan pribadi, 3) memiliki kapasitas untuk menentukan rencana perawatan
yang diperoleh, 4) kebebasan untuk bertindak sesuai keputusannya (Burkhardt & Nathaniel
2001). Autonomy yaitu hak independen individu yang menghendaki perbedaan diri.
Keprofesionalan menggambarkan pelaksanaan autonomy yang dilakukan perawat saat
menghormati pilihan klien (Ermawati, 2010). Autonomy dalam keperawatan memiliki arti,
klien memiliki hak guna memutuskan hal-hal terkait tindakan dalam perawatan yang
berkaitan dengannya (Rifiani & Sulihandri 2013).
2. Benefecience
Prinsip ini berarti perawat harus bertindak untuk menguntungkan pasien atau
melakukan hal yang baik. Prinsip ini juga berarti agar perawat mencegah pasien dari
kesalahan atau menghapus kesalahan atau kejahatan yang mungkin terjadi pada pasien
(Burkhardt & Nathaniel 2001). Prinsip ini memberikan dampak positif bagi klien (Yetti,
dkk,2017).
3. Nonmaleficence
Menurut Burkardt & Nathaniel (2001), prinsip ini berkaitan dengan prinsip beneficence.
Prinsip ini berarti perawat harus bertindak untuk mencegah penyebab kesalahan atau hal
yang membahayakan pasien seperti bahaya yang disengaja, resiko bahaya, atau
kemungkinan bahaya yang terjadi selama proses perawatan berlangsung. Sedangkan Rifiani
& Sulihandri (2013) berpendapat bahwa, non maleficence artinya tidak membahayakan
orang lain atau klien. Beberapa hal seperti bahaya fisik, psikologis, dan sosial sebaiknya
dihindari agar tidak terjadi.
4. Veracity
5. Confidentiality
6. Justice
Justice merupakan prinsip etik yang berkaitan dengan keadilan, yang berkaitan dengan
adil dalam mendapat perawatan (Burkhardt & Nathaniel 2001). Keadilan dengan
memberikan hak atau klaim yang setara satu sama lain (Brent,Nency 2001). Berperilaku
adil kepada semua orang berarti tidak membedakan dalam hal apapun seperti ras,suku dan
lainnya (Rifiani & Sulihandri 2013).
7. Fidelity
Fidelity berkaitan dengan konsep kesetiaan dan praktik dari menjaga janji. Untuk
menerima lisensi dan menjadi anggota sah dari profesi keperawatan, perawat harus
menjunjung tinggi tanggung jawab yang melekat, perawat dipanggil untuk setia kepada
pasien untuk mendapat perawatan, untuk tetap berjanji untuk menegakkan kode etik profesi,
untuk mempraktekkan lingkup praktik yang mapan, mematuhi kebijakan penggunaan
instituasi, dan untuk terus memenuhi janji kepada individu pasien (Burkhardt & Nathaniel
2001). Kesetiaan merefleksikan ketaatan perawat pada prinsip etik atau kode etik dimana
tugas dasar perawat yaitu mengoptimalkan kesehatan, menghindari terjadinya penyakit dan
mengurangi penderitaan (Ermawati, 2010).
8.Accountability
Accountability mengacu pada kemampuan untuk menjawab atau mempertanggung
jawabkan sebuah tindakan pada pasien dan kepada atasan (Potter & Perry, 2017).
a. Menurut Beeker (Dalam Kozier, Erb 1990) empat hal yang harus ditanyakan perawat
untuk melindungi mereka secara hukum (Ermawati, 2015) :
a) Tanyakan pesanan yang ditanyakan pasien.
d) Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, rute, waktu, dan pasien
yang benar.
e) Lakukan setiap prosedur secara tepat.
f) Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan tepat dan akurat.
h) Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik(raport) dengan pasien.
Untuk menjalankan praktik secara hukum perawatan harus dilindungi dari tuntutan
malpraktik dan kelahiran pada keadaan darurat. Contoh (Ermawati, 2015) :
Menurut curtin (1978) yang dikutuip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and
Pratice of Psychiatrtic Nursing Care (1995), membuat suatu model untuk pengambilan
keputusan suatu etik yaitu sebagai berikut (Direja, 2011) :
1. Meliputi pengumpulan informasi untuk mengklarifikasi latar belakang isu tersebut.
2. Mengidentifikasi komponen etik atau atau keadaan dilema yang terjadi, seperti adakah
faktor ancamannya (dilihat dari sudut hak untuk dapat menolak pelayanan).
3. Mengklarifikasi hak dan tanggung jawab yang ada pada seluruh pihak, meliputi klien,
perawat, dan pihak lain seperti kuluarga klien, dokter, lembaga perawatan
kesehatan,ulama/pendeta, pekrja sosial, dan mungkin juga hakim.
d) Fairness: sikap yang mengutamakan keadilan dan kejujuran dalam kehidupan, tidak
mendiskriminasikan pasien.
4. Yang terakhir adalah solusi yang diimplementasikan ke dalam tindakan . dalam konteks
memenuhi harapan sosial dan sesuai dengan hukum yang berlaku, perawat memutuskan
kedalam tujuan dan metode implementasi.
Terdapat dua penerimaan klien dirumah sakit jiwa yaitu kesepakatan yang disadari dan
kesepakatan yang tidak disadari, meliputi isu mengenai hukum dan aspek etik, serta legal dan
aspek propesional. Perawat psikiartri mempunyai peran dalam tugas propesional dan tugas
pribadi yaitu sebagai berikut (Direja, 2011) :
1. Pemberian pelayanan
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap
ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam
tatanan regional maupun global (Direja, 2011).
Ada beberapa trend penting yang rnenjadi perhatian dalam Keperawatan Jiwa di
antaranya adalah masalah berikut (Direja, 2011) :
1. Kesehatan jiwa dimutai masa konsepsi Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa
biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala
2. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Masalah jiwa akan meningkat di era
globalisasi Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
3. Kecenderungan situasi di Era Globalisasi. Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak
ada lagi pembatas antar Negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan
politik.
4. Globalisasi dan Perubahan Orientasi Sehat Globalisasi atau era pasar bebas disadari atau
tidak telah berdampak pada pelayanan kesehatan.
5. Kecenderungan Penyakit
Perawat psikiatri mempunyai hak dan tanggung jawab membantu tiga peran legal yaitu:
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat sebagai pegawai, dan perawat sebagai
warga negara. Perawat mungkin akan mengalami konflik antara ketiga hak dan tanggung
jawabnya. Penilaian keperawatan profesional memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam konteks
asuhan keperawatan , konsekuensi yang mungkin terjadi akibat tindakan seseorang, dan alternatif
tindakan yang mungkin dilakukannya.
Keterampilan utama yang harus dimiliki oleh perawat psikiatri dalam praktiknya menurut
Robert (2002) dan Laraia (2005), yaitu:
1. Mampu untuk mengenali pertimbangan etik dalam praktik psikiatri, meliputi bekerja
dengan pengetahuan mengenai konsep etik sebagai dasar aplikasi dalam memberikan
pelayanan pada penyakit mental
2. Mampu menyadari mengenai nilai-nilai diri sendiri, kekuatan, dan penyimpangan-
penyimpangan sebagaimana aplikasi dalam merawat pasien, meliputi kemampuan untuk
mengenal rasa ketidaknyamanan dirinya sendiri sebagai satu indikator dari potensial
masalah etik
3. Mampu untuk mengidentifikasi keterbatasan keterampilan dan kompetensi klinik yang
dimilikinya
4. Mampu untuk mengantisipasi secara spesifik adanya dilema etik dalam perawatan
5. Mampu untuk mengkaji sumber-sumber etik di klinik, untuk memperoleh konsultasi etik,
dan untuk mengkaji supervisi berkelanjutan untuk kasus sulit
6. Mampu untuk mengenal perlindungan tambahan dalam perawatan klinik pasien dan
memonitor keefektifannya.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Stuart & Laraia (2005) bahwa langkah-langkah dalam
penyelesaian dilema etik dan pengambilan keputusan etik, dapat digambarkan sebagai berikut.
1) Langkah pertama dapatkan informasi yang menjadi latar belakang terjadinya masalah
untuk memperoleh kejelasan gambaran masalah
2) Langkah selanjutnya adalah identifikasi komponen dari etik atau asal dari dilema, seperti
kebebasan berlawanan dengan paksaan atau tindakan perawatan berlawanan dengan
penerimaan hak untuk menolak tindakan
3) Langkah ketiga adalah klarifikasi mengenai hak dan tanggung jawab terkait dengan semua
agen etik atau yang meliputi pengambilan keputusan
4) Semua pilihan yang mungkin harus dieksplorasi dengan kejelasan mengenai tanggung
jawabnya pada setiap orang, dengan tujuan dan kemungkinan yang timbul dari setiap
pilihan yang ada
5) Perawat kemudian terlibat dalam aplikasi prinsip, berdasar dari falsafah keperawatan,
pengetahuan keilmuan, dan teori etik. Ada 4 pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Utilitarianism, yang berfokus pada konsep tindakan
b. Egoism merupakan posisi yang mana individu mencari solusi yang terbaik secara
personal
c. Formalism, pertimbangan dari asal tindakan itu sendiri dan prinsip yang ada
d. Fairness merupakan dasar dari konsep keadilan, dan manfaat terkait dengan
keuntungan sesuai dengan norma yang menjadi dasar masyarakat dalam
pengambilan keputusan
e. Langkah terakhir, yaitu resolusi dalam tindakan. Berhubungan dengan konteks
harapan sosial dan kebutuhan legal, keputusan perawat dengan tujuan dan metode
yang diimplementasikan
Sedangkan aspek legal untuk kesehatan mental psikiatri menurut Townsend (2005),
meliputi: confidentiality and right to privacy (kerahasiaan dan hak atas privasi), informed consent,
restrain, and seclusion. Menurut Hamid (2005) prinsip etik dalam kesehatan jiwa terkait dengan
hak klien adalah:
1) Self determination, menolak tritmen, mencari saran/pendapat, memilih bentuk tritment lain
2) Informed consent
3) Least restrictive environment/pengekangan seminimal mungkin
4) Tidak bersalah karena gangguan jiwa
5) Hukum dan sistem perlindungan klien gangguan jiwa
6) Keputusan berorientasi pada peningkatan kualitas kehidupan klien
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aspek etik dan legal ini digunakan dengan memperhatikan dan menghormati hak-hak dan
kewajiban individu/klien sebagai bagian dari sistem baik keluarga,kelompok maupun komunitas
dalam menjawab permasalahan dan dilema etik yang muncul dalam terapi komunitas.
Dalam upaya penanganan masalah kesehatan jiwa salah satu terapi spesialis yang dapat
diberikan pada klien dengan gangguan jiwa.
3.2 Saran
Dengan berpedoman pada aturan perundang-undangan dan standar keperawatan serta
etik,diharapkan pelaksanaan terapi komunitas mampu memfasilitasi klien dan komunitas
mencapai tingkat kesehatan jiwa secara optimal.Dengan demikian terapi komunitas yang
diberikan dapat dilandasi oleh aspek etik dan legal yang menghormati hak-hak individu dan
keluarga sebagai penerima asuhan keperawatan dalam ikut berpatisipasi dan menemukan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
Daftar Pustaka
https://dokumen.tips/documents/sejarah-dan-legal-etik-keperawatan-jiwa.html
Anil, dkk. 2019. Makalah Aspek Legal Etik Dalam Keperawatan Jiwa Dan Lintas
Budaya Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa. Probolinggo
http://rsjiwajambi.com/wp-content/uploads/2019/09/buku-ajar-keperawatan-
kesehatan-jiwa-Ah.-Yusuf-Rizky-Fitryasari-PK-Hanik-Endang-Nihayati-1.pdf