Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Dewasa

Keprawatan Komunitas II

Dosen Pengampu:
Ns. Sang Ayu Made Adyani, M.Kep

Disusun oleh :
Nada Mutiara 1710711028
Risa Safitri 1710711029
Ayu Nuraini Soleha 1710711030
Nur Aulia Fikri 1710711039
Rani Mutrika 1710711045
Priskillia Marisa Rory 1710711047
Nur Fitriah Efendy 1710711049

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2020
1. Kasus Usia Dewasa

Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh 14 klien TB yang tersebar di suatu wilayah. Klien T
B terbagi menjadi dua kelompok, 10 klien menjalani pengobatan TB di Puskesmas dan 4 kli
en TB menjalani pengobatan di dokter praktik swasta. Jenis kelamin pasien TB terbanyak ad
alah laki-laki (71,4%). Alamat tempat tinggal pasien TB terbanyak ada di RW 06. Tingkat p
endidikan pasien TB adalah SD 14,3%, SMP 50%, dan SMA 35,7%. Pekerjaan yang dijalani
pasien TB beragam, yaitu: buruh (28,6%), pegawai swasta (28,6%), ibu rumah tangga (14,3
%) dan lain-lain (sebagai mahasiswa) 7,1%. Penghasilan keluarga dengan dewasa TB < Rp 2.
042.000: 78,6%.

Perilaku kelompok dewasa TB mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam peraw
atan, pengobatan dan pencegahan TB. Pengetahuan dewasa TB tentang perawatan, pengobat
an dan pencegahan penyakit TB sudah baik yang ditandai dengan 50% dewasa TB memiliki
pengetahuan baik dan 50% memiliki pengetahuan kurang baik. Sikap dewasa TB dalam mel
akukan perawatan, pengobatan dan pencegahan TB sudah sangat baik, terbukti memiliki sik
ap positif 57,1%. Sedangkan kebiasaan dewasa TB dalam menerapkan perawatan, pengobata
n dan pencegahan TB masih kurang baik 57,1%. Pasien TB masih ada yang belum menerapk
an cara kontrol infeksi dengan benar seperti etika batuk dan membuang dahak. Ada juga pasi
en TB yang tidak teratur minum obat, masih ada yang terlambat minum obat 1-2 hari dan lu
pa kontrol untuk melakukan pengambilan obat di puskesmas atau dokter praktik swasta. Peri
laku ketidakteraturan minum obat tersebut menyebabkan timbulnya masalah keperawatan ko
munitas adalah regimen pengobatan tidak efektif dan risiko peningkatan kasus MDR-TB.

Hasil windshield survey perawat di wilayah kelurahan Curug menunjukkan kondisi pemuki
man yang padat. Hampir di setiap RW jarak antar rumah berdekatan dan banyak terdapat ru
mah kontrakan. Rata-rata rumah kontrakan berbentuk rumah petakan yang memiliki sistem s
irkulasi udara yang buruk dan pencahayaan yang kurang. Hasil observasi perawat pada kond
isi lingkungan rumah pasien TB di kelurahan Curug menunjukkan 86% ruang keluarga dan
kamar tidur gelap dan hal ini divalidasi dengan pernyataan pasien TB tidak pernah membuka
jendela kamar dan ruang keluarga. Kondisi ini menyebabkan tidak ada sirkulasi udara di dal
am rumah dan hawa udara menjadi pengap serta lembab.
Pola kebiasaan pasien TB yang mempengaruhi kesembuhan TB yaitu 1) menyatakan setiap
hari merokok 28,6% dan menyatakan kadang-kadang merokok 42,9%; 2) menyatakan berola
hraga seminggu sekali 64,3%; 3) menyatakan makan bergizi dengan menyediakan lauk pada
menu makanan 50%; 4) menyatakan minum OAT secara teratur 100%; dan menyatakan sela
lu membersihkan rumah dan kamar 71,4%. Ada juga persepsi yang salah dari pasien TB yan
g menyatakan bahwa terlambat minum obat TB tidak mempengaruhi kesembuhan TB 21,4%.
Kondisi ini dapat menimbulkan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelo
mpok dewasa TB.

Hasil wawancara dengan 6 orang pasien TB menyatakan memiliki keluhan batuk berdahak l
ebih dari 2 minggu. Mereka menganggap batuk berdahak sebagai batuk biasa. Upaya awal y
ang dilakukan dengan membeli obat di warung, ke dokter umum, dan ke bidan. Namun, upa
ya awal tersebut tidak menyembuhkan pasien, bahkan bertambah parah hingga terjadi penur
unan berat badan secara drastis. Gejala TB bertambah parah setelah mengeluhkan batuk berd
arah, selanjutnya pasien TB memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit dan puskesmas. Na
mun, ada juga pasien TB yang menganggap batuk berdarah tersebut karena penyakit magic a
tau diguna-guna, sehingga tidak segera ke pelayanan kesehatan tetapi mencari pengobatan k
e dukun. Persepsi yang salah tentang penyakit TB dapat mempengaruhi proses kesembuhan
klien dan dapat terjadi kekambuhan serta resistensi pengobatan TB

Kondisi klien TB selama menjalani pengobatan TB: 1) kurang nafsu makan 42,8%; 2) badan
lemah 35,7%; 3) batuk 57,2%; dan 4) sesak nafas 57,2%. Kondisi ini dapat memperlambat p
roses kesembuhan. Oleh karena itu, klien TB harus menerapkan pola hidup sehat seperti ma
kan makanan yang bergizi, berolahraga, menghindari stress dan berhenti merokok. Bila klien
TB masih tetap menerapkan pola hidup kurang sehat dapat menimbulkan masalah ketidakefe
ktifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok dewasa TB. Mayoritas pasien TB belum men
getahui cara kontrol infeksi yang baik dan benar. Empat orang pasien TB belum menerapkan
cara membuang dahak dengan baik, masih membuang dahak disembarang tempat dan ada p
ula yang tidak menggunakan masker saat batuk. Dua orang pasien TB menyatakan pernah te
rlambat minum obat 1-2 hari dan terlambat mengambil obat ke puskesmas. Alasannya karen
a sibuk bekerja dan tidak mendapatkan ijin dari tempat bekerja untuk ke puskesmas. Ada jug
a yang menyatakan karena sudah merasa sembuh sehingga tidak melanjutkan kembali pengo
batannya hingga tuntas.

2. PENGKAJIAN

Core

1. Sejarah

Wilayah Kelurahan Curug terdiri dari 10 RW yang di beberapa wilayahnya saat ini terdapat
14 pasien TB.

2. Demografi

Di wilayah Kelurahan Curug terdapat 1500 orang usia dewasa, dengan jumlah yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 800 orang dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 700 orang.
Jumlah pasien TB pada Kelurahan Curug tersebar di beberapa RW di antaranya RW 04, RW
06, dan RW 09, dengan total pasien 14 orang. Alamat tempat tinggal pasien TB terbanyak
ada di RW 6 yaitu sebanyak 10 orang (71,43%), di RW 09 3 orang (21,43%), dan di RW 04
1 orang (7,14 %).

3. Statistik Vital
 Angka Kesakitan

Sebanyak 14 warga Kelurahan Curug menderita TB, dengan 71,4% di antaranya berjenis
kelamin laki-laki dan mayoritas pasien berusia di atas 40 tahun. Pasien TB memiliki keluhan
kurang nafsu makan (42,8%); badan lemah (35,7%); batuk (57,2%); dan sesak nafas (57,2%).

 Suku/Etnis

Sebagian besar masyarakat Kelurahan Curug merupakan suku Betawi dan Jawa.

 Agama

Mayoritas masyarakat Kelurahan Curug beragama Islam.


4. Karakteristik
 Fisik

Hasil wawancara dengan 6 orang pasien TB menyatakan memiliki keluhan batuk berdahak
lebih dari 2 minggu, mereka menganggap batuk berdahak sebagai batuk biasa, hingga gejala
semakin parah dan terjadi penurunan berat badan drastic serta batuk berdarah. Kondisi klien
TB selama menjalani pengobatan TB : (1) Kurang nafsu makan (42,8%), (2) badan lemah
(35,7%), (3) batuk (57,2%) dan (4) sesak nafas (57,2%).

 Psikologis

Beberapa pasien mengatakan belum memahami tentang gejala awal TB sehingga mereka
menganggap batuk yang mereka alami adalah batuk biasa. Dan beberapa diantaranya yang
sedang menjalani pengobatan TB merasa tertekan karena tidak diberi izin oleh tempat
bekerja untuk ambil obat ke Puskesmas sehingga minum obatnya tidak teratur.

Sejumlah warga lain yang bukan merupakan pasien TB mengaku khawatir dengan kesehatan
mereka.

 Sosial

Terdapat beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kelurahan Curug di mana 10


klien TB menjalani pengobatan TB di Puskesmas dan 4 klien menjalani pengobatan di
dokter praktek swasta.

 Perilaku

Sikap dewasa TB dalam melakukan perawatan pengobatan dan pencegahan TB sudah sangat
baik terbukti memiliki sikap positif 57,1%. Sedangkan kebiasaan dewasa TB dalam
menerapkan perawatan pengobatan dan pencegahan TB masih kurang baik 57,1%. Pasien
TB masih ada yang belum menerapkan cara kontrol infeksi dengan benar seperti etika batuk
dan membuang dahak. Terdapat 4 orang pasien TB belum menerapkan cara membuang
dahak yang baik, masih membuang dahak di sembarang tempat dan ada pula yang tidak
menggunakan masker saat batuk. Selain itu juga ditemukan pasien TB yang tidak teratur
minum obat, masih ada yang terlambat minum obat 1-2 hari dan lupa kontrol untuk
melakukan pengambilan obat di Puskesmas atau dokter praktek swasta.

Pola kebiasaan pasien TB yang mempengaruhi kesembuhan TB yaitu 1) menyatakan setiap


hari merokok 28,6% dan menyatakan kadang-kadang merokok 42,9% ; 2) menyatakan
berolahraga seminggu sekali 64,3% ; 3) menyatakan makan bergizi dengan menyediakan
lauk dan menu makanan 50% ; 4) menyatakan minum OAT secara teratur 85% dan ; 5)
menyatakan selalu membersihkan rumah dan kamar 71,4%.

Subsistem

1. Lingkungan fisik

Hasil windshield survey perawat di wilayah kelurahan Curug menunjukkan kondisi pemuki
man yang padat. Hampir di setiap RW jarak antar rumah berdekatan dan banyak terdapat ru
mah kontrakan. Rata-rata rumah kontrakan berbentuk rumah petakan yang memiliki sistem s
irkulasi udara yang buruk dan pencahayaan yang kurang. Hasil observasi perawat pada kond
isi lingkungan rumah pasien TB di kelurahan Curug menunjukkan 86% ruang keluarga dan
kamar tidur gelap dan hal ini divalidasi dengan pernyataan pasien TB tidak pernah membuka
jendela kamar dan ruang keluarga. Kondisi ini menyebabkan tidak ada sirkulasi udara di dal
am rumah dan hawa udara menjadi pengap serta lembab.

2. Sistem Kesehatan

Jarak antara RW 06 dengan Puskesmas yaitu 3 km. Sedangkan untuk praktik dokter swasta
jaraknya kurang lebih 1 km, selain itu juga terdapat bidan di wilayah RW 06. Terdapat pula
rumah sakit namun jaraknya cukup jauh dari Kelurahan Curug, biasa didatangi klien TB saat
gejala TB bertambah parah.

3. Ekonomi
Pekerjaan yang dijalani pasien TB beragam yaitu : buruh (28,6%), pegawai swasta (28,6%),
ibu rumah tangga (14,3%), dan lain-lain (sebagai mahasiswa) 7,1%. Penghasilan keluarga
dengan dewasa TB > Rp2.042.000 (78,6%).

4. Keamanan dan Transportasi

Kondisi wilayah Kelurahan Curug merupakan pemukiman padat yang dipenuhi dengan
rumah kontrakan dan juga jarak antara rumah berdekatan. Transportasi yang biasa
digunakan oleh orang dewasa sebagian besar adalah sepeda motor dan beberapa berjalan
kaki.

5. Kebijakan dan Pemerintahan

Terdapat program pengobatan TB di Puskesmas dan dokter praktek swasta setempat yang
diikuti oleh pasien TB di Kelurahan Curug.

6. Komunikasi

Tipe komunikasi yang biasa digunakan oleh penduduk adalah formal dan informal untuk
formal menggunakan bahasa Indonesia dan informal menggunakan bahasa daerah (Betawi
dan Jawa). Penyampaian informasi tentang kesehatan di masyarakat kurang aktif. Pasien TB
rata-rata mendapatkan informasi seputar kesehatan hanya saat mereka control di fasilitas
pelayanan kesehatan.

7. Pendidikan

Tingkat pendidikan pasien TB adalah SD (14, 3%), SMP (50%), dan SMA (35,7%).
Pengetahuan dewasa TB tentang perawatan pengobatan dan pencegahan penyakit ini sudah
baik yang ditandai dengan 50% dewasa TB memiliki pengetahuan baik dan 50% memiliki
pengetahuan kurang baik.
8. Rekreasi

Sarana rekreasi yang bisa didatangi oleh warga Kelurahan Curug adalah taman kota dan
alun-alun, karena suntuk di perumahan yang padat.

Persepsi

 Persepsi masyarakat

Pasien TB awalnya menganggap batuk berdahak sebagai batuk biasa, dan ada yang
menganggap batuk berdarah yang dialami saat gejala bertambah parah adalah karena
penyakit Magic atau diguna-guna sehingga tidak segera ke pelayanan kesehatan tetapi
mencari pengobatan ke dukun. Persepsi yang salah tentang penyakit TB dapat
mempengaruhi proses kesembuhan client dan dapat terjadi kekambuhan saat resistensi
pengobatan TB. Ada pula pasien TB yang merasa dirinya sudah sembuh sehingga tidak
melanjutkan kembali pengobatan hingga tuntas. Ditemukan juga persepsi yang salah dari pas
ien TB yang menyatakan bahwa terlambat minum obat TB tidak mempengaruhi kesembuha
n TB sebesar 21,4%.

 Persepsi Perawat
Berdasarkan hasil observasi, hampir 90%, masyarakat Kelurahan Curug belum mengetahui
mengenai masalah penyakit menular yaitu TB yang disebabkan karena adanya perilaku yang
menyimpang dari seharusnya, baik dari masyarakat yang menganggap bahwa batuk berdarah
yang dialaminya merupakan penyakit magic atau diguna-guna. Dari data tersebut, sebagai
perawat kami berasumsi bahwa kesadaran masyarakat di Kelurahan Curug tersebut masih
kurang pengetahuan mengenai perilaku hidup sehat dan rumah sehat yang mengakibatkan
risiko tertularnya penyakit yang mengancam kesehatan.
Asuhan Keperawatan pada Dewasa

Data Fokus

No Data Objektif Data Subjektif

1. Terdapat 800 orang perempuan 1. Sebanyak (42,8%) warga


2. Terdapat 700 orang laki-laki mengatakan tidak nafsu makan
3. Sebanyak 71,4% pasien TB laki- 2. Sebanyak (35,7%) warga
laki mengatakan badan terasa lemas
4. Mayoritas pasien TB berusia >40 3. Sebanyak (57,2%) warga
tahun mengatakan batuk dan sesak
5. Hampir di setiap RW jarak antar ru nafas
mah berdekatan dan banyak terdapa 4. Pasien TB mengatakan belum
t rumah kontrakan. memahami gejala awal TB
6. Rata-rata rumah kontrakan berbent 5. Pasien TB menganggap batuk b
uk rumah petakan yang memiliki si erdarah tersebut karena penyakit
stem sirkulasi udara yang buruk da magic atau diguna-guna
n pencahayaan yang kurang. 6. Pasien TB mengatakan tidak
7. Sebanyak (28,6%) pasien TB pernah membuka jendela kamar
bekerja sebagai buruh dan pegawai dan ruang keluarga
swasta 7. Pasien mengatakan batuk
8. Sebanyak (14,3%) pasien TB berdarah yang dialaminya
bekerja sebagai ibu rumah tangga merupakan batuk biasa dan
9. Sebanyak (7,1%) pasien TB diatasi dengan membeli obat
sebagai mahasiwa. diwarung
10. Sebanyak (78,6%) penghasilan 8. Pasien TB mengatakan bahwa
keliarga dengan dewasa TB < terlambat mengkonsumsi obat
Rp.2.042.000 TB tidak akan mempengaruhi
11. Sebanyak 4 orang pasien TB belum kesembuhan TB
menerapkan cara membuang dahak 9. 2 orang pasien TB mengatakan
dengan baik, dan masih membuang pernah terlambat minum obat 1-
dahak disembarang tempat dan ada 2 hari dan terlambat mengambil
pula yang tidak menggunakan obat ke puskesmas karena sibuk
masker pada saat batuk bekerja dan tidak mendapatkan
12. Jarak puskesmas dari tempat izin dari tempat bekerja ke
tinggal warga kurang lebih 3 km. puskesmas
10. Pasien TB mengatakan karena
merasa sudah sembuh sehingga
tidak melanjutkan kembali
pengobatannya hingga tuntas
11. Sebanyak (28,6%) pasien TB
mengatakan setiap hari merokok
dan (42,9%) menyatakan
kadang-kadang merokok
12. Sebanyak (64,3%) pasien TB
mengatakan berolahraga
seminggu sekali
13. Sebanyak (50%) pasien TB
mengatakan makan bergizi
dengan menyediakan lauk pada
menu makanan
14. Sebanyak (85%) pasien TB
mengatakan mengkonsumsi obat
secara teratur
15. Sebanyak (71,4%) pasien TB
mengatakan selalu
membersihkan rumah dan
kamar
16. Pasien TB mengatakan kurang
adanya penyuluhan kesehatan
mengenai TB dari pihak
puskesmas setempat, sehingga
ia hanya mendapatkan informasi
mengenai TB hanya pada saat
control saja.

3. Analisa Data

No Data fokus Masalah keperawatan

1. Ds : Ketidakefektifan manajemen
1. Sebanyak (28,6%) pasien TB kesehatan di kelurahan Curug
mengatakan setiap hari merokok dengan masalah regimen pengobatan
dan (42,9%) menyatakan kadang- tidak efektif dimaninfestasikan
kadang merokok dengan minum obat tidak teratur
2. Sebanyak (64,3%) pasien TB
mengatakan berolahraga seminggu
sekali
3. Pasien TB mengatakan bahwa
terlambat mengkonsumsi obat TB
tidak akan mempengaruhi
kesembuhan TB
4. 2 orang pasien TB mengatakan
pernah terlambat minum obat 1-2
hari dan terlambat mengambil obat
ke puskesmas karena sibuk bekerja
dan tidak mendapatkan izin dari
tempat bekerja ke puskesmas
5. Pasien TB mengatakan karena
merasa sudah sembuh sehingga
tidak melanjutkan kembali
pengobatannya hingga tuntas
6. Sebanyak (57,2%) warga
mengatakan batuk dan sesak nafas
7. Pasien mengatakan batuk berdarah
yang dialaminya merupakan batuk
biasa dan diatasi dengan membeli
obat diwarung
Do:
1. Jarak puskesmas dari tempat
tinggal warga kurang lebih 3 km
2. Sebanyak (28,6%) pasien TB
bekerja sebagai buruh dan pegawai
swasta

2. Ds: Risiko penyebaran penyakit TB pada


1. Pasien TB mengatakan belum dewasa di Kelurahan Curug dengan
memahami gejala awal TB masalah kurang pengetahuan
2. Pasien TB mengatakan tidak dimaninfestasikan dengan belum
pernah membuka jendela kamar menerapkan cara membuang dahak
dan ruang keluarga dengan baik, dan masih membuang
Do : dahak disembarang tempat dan ada
1. Sebanyak 4 orang pasien TB belum pula yang tidak menggunakan
menerapkan cara membuang dahak masker pada saat batuk
dengan baik, dan masih membuang
dahak disembarang tempat dan ada
pula yang tidak menggunakan
masker pada saat batuk.
2. Hampir di setiap RW jarak antar ru
mah berdekatan dan banyak terdapa
t rumah kontrakan.
3. Rata-rata rumah kontrakan berbent
uk rumah petakan yang memiliki si
stem sirkulasi udara yang buruk da
n pencahayaan yang kurang.

3. Ds : Defisiensi kesehatan komunitas


1. Pasien TB mengatakan kurang Kelurahan Curug dengan masalah
adanya penyuluhan kesehatan kurang aktifnya para kader
mengenai TB dari pihak puskesmas kesehatan setempat dalam
setempat, sehingga ia hanya memberikan informasi terkait TB di
mendapatkan informasi mengenai masyarakat
TB hanya pada saat control saja.
2. Pasien TB menganggap batuk berd
arah tersebut karena penyakit magi
c atau diguna-guna
3. Pasien TB mengatakan berat
badannya turun drastic
4. Sebanyak (42,8%) warga
mengatakan tidak nafsu makan
5. Sebanyak (35,7%) warga
mengatakan badan terasa lemas
Do :
1. Terdapat 14 pasien TB di
Kelurahan Curug
2. Sebanyak (14,3%) pasien TB
adalah ibu rumah tangga
3. Sebanyak (7,1%) pasien TB adalah
mahasiwa.

Prioritas Masalah

No Masalah Kesehatan Kriteria Score Ket


A B C D E F G H I J K
1. A : risiko terjadi
B : risiko parah
Ketidakefektifan C: potensial
manajemen kesehatan di 5 3 4 3 4 2 4 4 2 3 3 37 penkes
kelurahan Curug dengan D : minat
masalah regimen masyarakat
pengobatan tidak efektif E: kemungkinan
dimaninfestasikan dengan diatasi
minum obat tidak teratur F: sesuai
program
pemerintah
G : tempat
H : waktu
I : dana
J: fasilitas
kesehatan
K : sumber daya

2. A : risiko terjadi
B : risiko parah
Risiko penyebaran C: potensial
penyakit TB pada dewasa 4 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 36 penkes
di Kelurahan Curug D : minat
dengan masalah kurang masyarakat
pengetahuan E: kemungkinan
dimaninfestasikan dengan diatasi
belum menerapkan cara F: sesuai
membuang dahak dengan program
baik, dan masih pemerintah
membuang dahak G : tempat
disembarang tempat dan H : waktu
ada pula yang tidak I : dana
menggunakan masker J: fasilitas
pada saat batuk kesehatan
K : sumber daya

3. A : risiko terjadi
B : risiko parah
Defisiensi kesehatan C: potensial
komunitas pada Dewasa penkes
Kelurahan Curug dengan D : minat
masalah kurang aktifnya 4 4 3 3 3 2 4 4 2 3 3 35 masyarakat
para kader kesehatan E: kemungkinan
setempat dalam diatasi
memberikan informasi F: sesuai
terkait TB di masyarakat program
pemerintah
G : tempat
H : waktu
I : dana
J: fasilitas
kesehatan
K : sumber daya

4. INTERVENSI

N Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


O Keperawatan
1. Ketidakefektifa Prevensi Primer Prevensi Primer
n manajemen Pengetahuan; gayahidup sehat Fasilitasi pembelajaran (5520)
kesehatan (1855)  Identifikasi tujuan
 Strategi mencegah pembelajaran dengan jelas
penyakit, skala 2 menjadi dan dalam istilah yang
4 terukur
 Factor lingkungan yang  Sesuaikan instruksi dengan
mempengaruhi perilaku tingkat pengetahuan dan
kesehatan, skala 2 pemahaman pasien
menjadi 4  Sesuaikan konten dengan
kognitif pasien ,
Prevensi Sekunder psikomotorik, dan
Kepatuhan perilaku: Aktivitas kemampuan afektif
yang disarankan (1632)  Menyediakan lingkungan
 Membahas aktivitas yang kondusif untuk
dengan professional pembelajaran
kesehatan, skala 1  Menyesuaikan informasi
menjadi 4. untuk mematuhi gaya hidup
 Bersama professional dan rutinitas pasien.
kesehatan menetapkan  Ajarkan terapi batuk efektif
tujuan aktivitas jangka dan napas dalam
pendek yang bisa  Ajarkan terapi inhalasi
dicapai, skala 1 menjadi buatan
4
Prevensi Sekunder
Prevensi Tersier Manajemen perilaku (4350)
Dukungan sosial (1504)  Pertahankan agar pasien
 Bantuan yang ditawarkan bertanggung jawab atas
oleh orang lain, dari perilakunya.
skala 2 ke 4  Komunikasikan harapan
 Waktu yang disediakan bahwa pasien akan tetap
oleh orang lain, dari memegang kendali.
skala 1 ke 3  Berkonsultasilah dengan
 Usaha yang disediakan keluarga untuk menetapkan
oleh orang lain dari, dara dasar kognitif pasien.
skala 2 ke 4  Tetapkan batasan dengan
 Dukungan emosi yang pasien.
disediakan oleh orang  Gunakan pengulangan
lain dari, dari skala 3 ke rutinitas kesehatan secara
5 konsisten sebagai cara
untuk membangunnya
 Hindari gangguan
 Tingkatkan aktivitas fisik,
sebagaimana mestinya
 Ajarkan Senam Pernapasan

Prevensi Tersier
Pengembangan kesehatan
masyarakat (8500)
 Mengidentifikasi masalah
kesehatan, kekuatan, dan
prioritas dengan mitra
masyarakat
 Memberikan peluang untuk
partisipasi oleh semua
segmen masyarakat
 Membantu anggota
masyarakat dalam
meningkatkan kesadaran
akan masalah dan masalah
kesehatan
 Terlibat dalam dialog untuk
mendefinisikan masalah
kesehatan masyarakat dan
menyusun rencana aksi
 Memfasilitasi implementasi
dan revisi rencana
masyarakat
 Membantu anggota
masyarakat dengan
pengembangan dan
pengadaan sumber daya
 Meningkatkan jaringan
dukungan masyarakat
 Mengidentifikasi dan
mengembangkan pemimpin
masyarakat potensial
 Menjaga komunikasi
terbuka dengan anggota dan
lembaga masyarakat
 Memperkuat kontak antara
individu dan kelompok
untuk membahas
kepentingan bersama dan
bersaing untuk membahas
kepentingan bersama dan
bersaing

2. Risiko Prevensi Primer Prevensi Primer


Penyebaran Perilaku promosi kesehatan Pendidikan kesehatan (5510)
Penyakit (1602) - Identifikasi faktor internal
 Menggunakan perilaku dan eksternal yang dapat
yang menghindari risiko, meningkatkan atau
Dari skala 2 ke 4 mengurangi motivasi untuk
 Memonitor lingkungan berperilaku sehat
terkait dengan risiko - Tentukan pengetahuan
ditingkatkan, dari skala 2 kesehatan dan gaya hidup
ke 4 perilaku saat ini pada
 Memonitor perilaku kelompok sasaran
personal terkait dengan - Bantu masyarakat untuk
risiko dari skala 2 ke 4 memperjelas keyakinan dan
nilai-nilai kesehatan
Prevensi Sekunder - Rumuskan tujuan program
Kontrol Risiko: Proses Infeksi kesehatan
(1924) - Ajarkan cara batuk dan cara
 Mengetahui perilaku membuang dahak yang baik
yang berhubungan Prevensi Sekunder
dengan penyebaran Manajemen penularan penyakit
penyakit, dari skala 3 ke (8820)
5
 Mempraktikan perilaku - Monitor populasi yang

untuk mengontrol berisiko dalam rangka

penyebaran penyakit, pemenuhan regimen

dari skala 2 ke 4 prevensi, dan perawatan

Prevensi Tersier - Monitor iniden paparan

Kepercayaan Mengenai penyakit menular selama

Kesehatan: Merasakan wabah berjangkit

Kemampuan Melakukan (1701) - Monitor faktor-faktor

 Persepsi bahwa perilaku lingkungan yang

tidak terlalu rumit, dari mempengaruhi penyebaran

skala 2 ke 4 penyakit

 Persepsi bahwa - Sediakan informasi mengenai

kemungkinan melakukan dan penyampaian


perilaku kesehatan - Informasika masyarakat
sepanjang waktu, skala 1 mengenai penyakitnya dan
ke 4 aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan
pengatuan (wabah) seperti
yng dinutuhkan
- Tingkatkan akses pada
pendidikan kesehatan yang
memadai sehubung dengan
pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit menular
dan mecegah berulangnya
kejadian

Prevensi Tersier
Peningkatan Kesadaran Kesehatan
(5515)
 Berikan infromasi penting
terkait perilaku yang
berisiko penyebaran
penyakit
 Evaluasi pemahaman
dengan meminta pasien
untuk memperagakan
kembali
 Dorong penggunaan
langkah-langkah yang
diajarkan di kehidupan
sehari-hari
3. Defisiensi Prevensi Primer Prevensi Primer
Kesehatan Pengetahuan; gayahidup sehat Pendidikan kesehatan (5510)
Komunitas (1855)  Targetkan kelompok
 Strategi mencegah berisiko tinggi dan rentang
penyakit, skala 2 menjadi usia yang akan mendapat
4 manfaat paling besar dari
 Factor lingkungan yang pendidikan kesehatan
mempengaruhi perilaku  Identifikasi faktor internal
kesehatan, skala 2 atau eksternal yang dapat
menjadi 4 meningkatkan atau
 Pentingnya mengurangi motivasi untuk
meningkatkan perilaku sehat
keseimbangan hidup  Menentukan konteks pribadi
skala 2 ke 4 dan sejarah sosial-budaya
perilaku kesehatan individu,
Prevensi Sekunder keluarga, atau masyarakat
Kontrol Risiko (1902)  Menentukan pengetahuan
 Mencari Informasi kesehatan saat ini dan
tentang risiko kesehatan, perilaku gaya hidup
skala 2 menjadi 4 individu, keluarga, atau
 Mengenali factor risiko kelompok sasaran
individu, dari skala 2 ke  Membantu individu,
4 keluarga, dan masyarakat
dalam mengklarifikasi
Prevensi Tersier kepercayaan dan nilai-nilai
Perilaku Pencarian Kesehatan kesehatan.
(1603) Prevensi Sekunder
 Melakukan skrining diri, Identifikasi Resiko (6610)
skala 2 menjadi 4  Tinjau riwayat kesehatan
 Mengajukan pertanyaan masa lalu dan dokumen
yang berhubungan untuk bukti diagnosa dan
dengan kesehatan, skala perawatan medis dan
2 menjadi 4 keperawatan yang ada atau
sebelumnya
 Tinjau data yang berasal
dari tindakan penilaian
risiko rutin
 Menentukan ketersediaan
dan kualitas sumber daya
(misalnya, psikologis,
keuangan, tingkat
pendidikan, keluarga dan
sosial lainnya, dan
masyarakat)
 Mengidentifikasi sumber
daya agen untuk membantu
mengurangi faktor-faktor
risiko
 Mengidentifikasi risiko
biologis, lingkungan, dan
perilaku dan keterkaitannya.
 Menentukan tingkat fungsi
di masa lalu dan saat ini

Prevensi Tersier
Konsultasi (7910)
 Identifikasi tujuan untuk
konsultasi
 Kumpulkan data dan
identifikasi masalah yang
menjadi fokus konsultasi
 Identifikasi dan perjelas
harapan semua pihak yang
terlibat
 Berikan pengetahuan ahli
untuk mereka yang mencari
bantuan
 Libatkan mereka yang
mencari bantuan selama
proses konsultasi
 Identifikasi struktur
akuntabilitas
 Tentukan model konsultasi
yang tepat untuk digunakan
(mis., pembelian model
keahlian, model konsultasi
proses)
 Mengidentifikasi harapan
biaya, yang sesuai
 Mengembangkan kontrak
tertulis untuk
mendefinisikan perjanjian
dan menghindari
kesalahpahaman
 Mempromosikan
kemampuan mereka yang
mencari bantuan untuk maju
dengan lebih mandiri
-direksi dan tanggung jawab

5. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

PERAN PERAWAT
1. Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Perawat berperan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar klien (indiidu, keluarga,
komunitas) terkait penyakit Tuberculosis (TB) yang berfokus pada kesembuhan klien.
Selain itu perawat berperan memberikan layanan asuhan keperawatan menggunakan
metodologi proses-proses keperawatan (mengkaji, mendiagnosa, menentukan intervensi
yang sesuai) berpedoman pada etik keperawatan.
2. Sebagai Advocate
Perawat membantu klien (individu, keluarga, komunitas) dalam mendapatkan hak-
haknya sebagai klien seperti, mendapatkan informasi terkait TB, penjelasan maupun
alasan-alasan mengenai tindakan-tindakan yang diberikan dalam asuhan keperawatan
yang dilakukan, melindungi hak-hak pasien, meliputi: hak atas pelayanan kesehatan yang
menyeluruh dan sebaik-baiknya, hak untuk mendapatkan perlindungan privasi terkait
data individu maupun informasi kesehatannya.
3. Sebagai Pendidik (Educator)
Peran perawat selanjutnya adalah memberikan pendidikan kesehatan mengenai TB,
memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit, memberikan informasi
tentang proses penyembuhan TB, kepatuhan minum obat, pencegahan penularan
penyakit, memberikan informasi terbaru mengenai trend dan issue terkini mengenai TB.
4. Sebagai Koordinator
Peran perawat sebagai koordinator adalah dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasikan teman sejawat dalam pemberian pelayanan kesehatan sehingga
pelayanan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan kesehatan klien.
5. Sebagai Kolaborator
Peran perawat disini adalah melakukan identifikasi pelayanan kesehatan lain yang
dibutuhkan oleh masyarakat, adanya kebutuhan lebih terhadap pelayanan akan
melibatkan profesi lainnya serta support system yang mendukung.
6. Sebagai Konsultan
Perawat berperan sebaga penerima konsultasi-konsultasi terhadap masalah kesehatan
yang dialami klien. Perawat juga dapat memberikan masukan-masukan yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan klien berdasarkan konsultasi yang telah disampaikan.
7. Sebagai Pembaharu
Perawat mendorong penemuan cara-cara baru mengenai penanganan TB melalui
pengkajian-pengkajian yang dilakukan, data-data yang didaoatkan yang nantinya
diharapkan penemuan ini dapat mendorong penciptaan hal baru mengenai penyakit.
8. Sebagai Pengamat Kesehatan
Perawat melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sebelum,
saat, dan setelah dilakukan asuhan keperawatan maupun saat dilakukan
observasi/pencaharian data keadaan klien (pengkajian).
9. Sebagai Fasilitator
Perawat memfasilitasi/menjadi tempat klien dalam mencari informasi kesehatanyang
berkaitan dengan penyakit sehingga tujuan dalam pemberian asuhan
keperawatan/pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat diwujudkan.

FUNGSI PERAWAT

1. Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan keperawatan. Didalam fungsi ini seperti: memberikan pendidikan
kesehatan, promosi kesehatan maupun penyuluhan terkait dengan TB, memberikan
layanan konsultasi mengenai tanda dan gejala yang dirasakan oleh klien, melakukan
pengkajian komprehensif sehingga menghasilkan intervensi keperawatan dengan tujuan
yang ingin diwujudkan, memenuhi kebutuhan dasar klien.
2. Fungsi Dependent
Fungsi ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim
kesehatan lainnya, seperti dokter, ahli gizi, dll. Fungsi ini dapat dilakukan jika adanya
instruksi dari dokter mengenai pengonsumsian obat TB secara berkala, tentanf waktu,
dosis, maupun rute pemberian obat.
3. Fungsi Interdependent
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara
tim kesehatan satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk
pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan kesehatan. Fungsi
ini dapat dicontohkan dengan, perawat bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk
saling bahu membahu dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat sehingga
dapat meningkatkan pencegahan terhadap penularan TB, perawat dapat bekerjasama
dengan puskesmas setempat untuk mengadakan program pencegahan TB secara berkala
sehingga dapat meminimalisir penularan TB di masyarakat.

6. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMERINTAH

1. Program Tuberculosis Tahun 2015-2020

a. Penguatan Kepemimpinan Program TB berbasis kabupaten/kota

 Koordinasi oleh pemerintah dengan peta jalan eliminasi yang jelas dan diperkuat
dengan regulasi.
 Kolaborasi multisektoral dan koalisi yang kuat dengan organisasi masyarakat
 Peningkatan pembiayaan, terutama dari pendanaan bersumber dalam negeri
 Koordinasi, harmonisasi, sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai kinerja program
yang terbaik.

b. Meningkatkan akses layanan TB yang bermutu.


 Melibatkan semua penyedia layanan melalui peningkatan jaringan layanan
pemerintah swasta melalui district-based public-private mix (PPM)
 Intensifikasi penemuan kasus TB aktif melalui pendekatan kesehatan masyarakat
dan keluarga.
 Pendekatan integrasi layanan seperti TB-HIV, TB-DM, IMCI, PAL, dll.
 Inovasi diagnostik TB dengan memanfaatkan alat terbaru sesuai rekomendasi
WHO
 Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien dan dukungan pasien dan keluarga
 Integrasi dengan asuransi kesehatan untuk mencapai cakupan universal untuk
pengobatan TB

c. Pengendalian faktor risiko

 Promosi, lingkungan dan gaya hidup sehat


 Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi TB (imunisasi, pengobatan
profilaksis, pengendalian infeksi, dll.)
 Meningkatkan penemuan kasus TB dan juga mempertahankan keberhasilan
pengobatan yang tinggi

d. Penguatan kemitraan TB melalui forum koordinasi

 Pemetaan mitra potensial dalam eliminasi TB


 Peningkatan kemitraan melalui koordinasi forum TB di tingkat pusat
 Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di
tingkat provinsi/kabupaten

e. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengendalian TB

 Meningkatkan keterlibatan dan keterlibatan pasien TB, mantan pasien, keluarga


dan masyarakat dalam pengendalian TB
 Memperluas keterlibatan masyarakat dan keluarga dalam pengendalian TB
 Keterlibatan peran masyarakat dalam promosi TB, temuan kasus TB dan
dukungan pengobatan terhadap TB
 Pemberdayaan masyarakat melalui integrasi TB ke dalam pelayanan kesehatan
berbasis keluarga dan masyarakat

f. Memperkuat sistem kesehatan dan manajemen TB

 Sumber daya manusia yang memadai dan kompeten


 Mengelola logistik secara efektif
 Meningkatkan pembiayaan, advokasi dan peraturan
 Memperkuat sistem informasi strategis, surveilans proaktif, termasuk kewajiban
melaporkan (Mandatory Notification).
 Jaringan dalam penelitian dan pengembangan inovasi program.

2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67


TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
364/MENKES/SK/V/2009 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS (TB)
4. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
565/MENKES/PER/III/2011 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN
TUBERKULOSIS
5. STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS, 2015-2019
6. RENCANA AKSI NASIONAL PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS TAHUN
2015-2019

Anda mungkin juga menyukai