PERNAPASAN
MAKALAH
Disusun Oleh :
KOTA SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana berkat rahmatnya kami dapat menyusun
makalah ini dengan lancar.
Makalah ini merupakan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan”.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangannya, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini. Akhirnya makalah ini dapat
memberikan pemikiran serta kelancaran tugas kami selanjutnya dan dapat berguna bagi
semua pihak Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................45
3.2 Saran....................................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada anak adalah kondisi yang sama sekali tak boleh dianggap sepele. Sebab, bisa jadi kondisi
tersebut muncul sebagai tanda adanya gangguan pernapasan yang bersifat serius. Meski tidak melulu
menjadi tanda penyakit, namun sesak napas pada anak harus segera ditangani agar tidak memicu
kondisi yang berbahaya.
Pada dasarnya, saluran pernapasan dalam tubuh manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu
saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas meliputi bagian
mulut, hidung, dan tenggorokan. Sementara yang termasuk dalam saluran pernapasan bawah adalah
bronkus dan paru-paru.
Saat bernapas, sistem pernapasan akan memasok oksigen ke darah yang kemudian akan
disalurkan ke seluruh tubuh. Nah, saat sesak napas terjadi, maka proses itu bisa terganggu dan
menyebabkan anak mengalami gejala kesulitan bernapas. Kenapa kelompok memilih topik ini dibahas
untuk presentasi dikarenakan pada saat ini di Indonesia sendiri angka kejadian gangguan pernapasan
pada anak tergolong tinggi seperti data yang telah kelompok dapatkan, seperti contoh dibawah ini :
Di Indonesia, ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi
dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/Pneumonia
sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh
kematian balita (Listyowati, 2013).
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama
penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita.Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2016 di
Indonesia telah mencapai 25% dengan rentang kejadian yaitu sekitar 17,5 % -41,4 % dengan 16
provinsi diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA juga sering berada
pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA
tahun 2016 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan
persentase 32,10% dari seluruh kematian balita. (Susanti, 2017)
Kelompok anak usia sekolah menyumbang 8,87 persen atau sebesar 59.776 kasus dari total kasus
Corona di Indonesia. rentang usia sekolah ini dibagi menjadi 5 kelompok, yakni usia 0-2 tahun (setara
Paud), 3-6 tahun (setara TK), 7-12 tahun (setara SD), 13-15 tahun (setara SMP), dan 16-18 tahun
(setara SMA).
Tahun 2010 di Indonesia, pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah
sakit. Angka kematian penyakit tertentu atau crude fatality rate (CFR) akibat penyakit ini pada
periode waktu tertentu dibagi jumlah kasus adalah 7,6 persen. Menurut Profil Kesehatan Indonesia,
pneumonia menyebabkan 15 persen kematian balita yaitu sekitar 922.000 balita tahun 2015. Dari
tahun 2015-2018 kasus pneumonia yang terkonfimasi pada anak-anak dibawah 5 tahun meningkat
sekitar 500.000 per tahun. Tercatat jumlah penderita radang paru tersebut mencapai 505.331 pasien
dengan 425 pasien meninggal.
Difteri banyak menyerang pada usia anak 5-7 tahun. Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphtheria (Kementerian Kesehatan, 2014). Golongan umur yang sering
terkena difteri adalah 5-7 tahun. kasus difteri pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko
seperti status gizi anak, status imunisasi yang tidak lengkap, serta adanya riwayat kontak dengansi
penderita. Di Indonesia difteri tersebar merupakan masalah kesehatan berbasis lingkungan yang
tersebar di seluruh dunia. Di Asia Tenggara (South East Asia Regional Office) pada Tahun 2011
Indonesia menduduki peringkat kedua dengan 806 kasus (WHO, 2012). Dari 22 provinsi yang
melaporkan adanya kasus difteri, provinsi tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur yaitu sebanyak 295
kasus yang berkonstribusi sebesar 74%. Dari total kasus tersebut, sebanyak 37% tidak mendapakan
vaksin campak.
Di Indonesia, prevalensi asma menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004 sebesar 4%.
Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi asma untuk
seluruh kelompok usia sebesar 3,5% dengan prevalensi penderita asma pada anak usia 1 - 4 tahun
sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0%. 56 negara salah satunya adalah Indonesia.4-7
Kuesioner ISAAC ditujukan pada kelompok usia 6 - 7 tahun dan usia 13 - 14 tahun. Hasil dari survei
tersebut bervariasi di beberapa negara dengan prevalensi asma antara 2,1 - 32,2%. Hasil survei
dengan menggunakan kuesioner ISAAC pada siswa usia 13 - 14 tahun di Indonesia menunjukkan
bahwa di Jakarta Timur prevalensi asma pada tahun 2001 sebesar 8,9% dan meningkat menjadi
13,4% pada tahun 2008.4,5 Survei yang sama dilakukan pada kelompok usia 13 - 14 tahun
1.3 Tujuan
A. Agar Mahasiswa Memahami bagaimana Sistem Respirasi Manuisa
B. Agar mahasiswa memahami bagaimana Fatofisiologis dan Asuhann Keperawatan
pada Gangguan Respirasi
C. Agara mahasiswa memahami bagaimana dampak terhadap keluarga dengan anak
yang memiliki gangguan Respirasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Respirasi
Respirasi adalah proses menghirup udara bebas yang mengandung O2
(oksigen) dan mengeluarkan udara yang mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai
sisa oksidasi keluar dari tubuh. Proses menghirup oksigen ini disebut inspirasi
sedangkan proses mengeluarkan karbondioksida disebut ekspirasi. Sistem respirasi
terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Adapun
fungsi dari respirasi antara lain :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh
2. Mengeluarkan karbondioksida dan dibawa oleh darah ke paru-paru untuk
dibuang
3. Menghangatkan dan melembabkan udara
HIDUNG
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru,
sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang
dihirup ke dalam paru-paru. Nasal terdiri atas bagian eksternal dan internal. Bagian
eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago,
dilindungi otot-otot dan kulit, serta dilapisi oleh membrane mukosa. Lapisan dalam
terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka
nasal) yang berjumlah tiga buah antara lain konka nasalis inferior, konka nasalis
media, dan konka nasalis superior. Fungsi dari organ hidung antara lain :
FARING
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan saluran yang
memiliki panjang 12-14 cm dan memanjang dari dasar tengkorak dan vertebra
servikalis servikalis ke -6. Faring berada di belakang hidung, mulut dan laring.
Faring dibagi menjadi tiga bagian :
1. Saluran nafas dan makanan. Faring adalah organ yang terlibat dalam system
pencernaan dan pernafasan: uadara masuk melalui bagian nasal dan oral,
sedangkan makanan memalui bagian oral dan laring.
2. Penghangat dan pelembab. Udara dihangatkan dan dilembabkan saat masuk
ke faring.
3. Berbicara.
LARING
Laring memanjang dari langitlangit lidah dan tulang hiroid hingga trakea.
Laring berada di depan laringofaring pada vertebra servikalis ke-3, 4, 5 dan 6. Fungsi
faring antara lain produksi suara, berbicara, dan jalan masuk udara sebagai
penghubung antara faring dan trakea.
TRAKEA
Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C. Panjang trakea 9-11
cm. Tulang rawan berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan menjamin
keberlangsungan jalannya udara. Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan udara
setelah melewati saluran pernafasan bagian atas yang membawa udara bersih,
hangat, dan lembab. Pada trakea terdapat sel-sel bersilia yang berguna untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara
pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
PARU-PARU
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung alveoli. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Paru-paru terletak di dalam rongga dada,
dilindungi oleh struktur tulang selangka. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram
sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan
satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar. Selaput yang
membungkus paru-paru disebut pleura. Pada keadaan normal , kavum pleura hampa
udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-
paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
Paru-paru dibagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (lobus
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior). Paru-paru kiri terdiri dari pulmo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran
oksigen dan karbondioksida.
Meski dapat membaik sendiri, ISPA pada anak perlu diwaspadai jika
semakin lama semakin parah atau disertai gejala berikut:
Sesak napas.
Napas berbunyi.
Nyeri di bagian dada atau perut.
Kejang.
Penurunan kesadaran.
Bibir dan kuku tampak kebiruan.
Kulit menjadi pucat dan teraba dingin.
Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare.
Jika terdapat beberapa gejala di atas, bisa jadi ISPA pada anak sudah
menyebabkan komplikasi yang lebih berat, seperti dehidrasi, pneumonia,
bronchitis dan kondisi-kondisi tersebut perlu segera ditangani.
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
b) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis umumnya bersifat suportif untuk meringankan
gejala. Antibiotik dan antiviral tidak selalu diperlukan pada pasien ISPA.
Terapi Simptomatik
Dekongestan oral atau topikal dapat membantu mengurangi keluhan
pada pasien dengan rhinorrhea. Sebaiknya dekongestan diberikan
pada anak di atas 2 tahun karena efek sampingnya seperti gelisah,
palpitasi, dan takikardia. Dekongestan topikal seperti fenilepinefrin
atau oxymetazoline lebih banyak dipakai, sebaiknya digunakan 3-4
hari saja untuk menghindari efek rebound.
Antihistamin oral generasi satu dinilai memiliki efek antikolinergik
sehingga dapat digunakan untuk mengurangi rhinorrhea dan bersin.
Antihistamin yang biasanya digunakan adalah chlorpheniramine
maleate atau diphenhydramine.
Guaifenesin adalah mukolitik yang berfungsi untuk mengurangi
sekresi nasofaring. Guaifenesin dinilai dapat menurunkan sekresi dan
meningkatkan drainase pada pasien nasofaringitis atau rinosinusitis,
namun bukti klinisnya masih terbatas. Selain itu, codeine merupakan
obat yang sering digunakan pada pasien dengan keluhan batuk.
Codeine berperan sebagai antitusif yang bekerja secara sentral.
Antiviral
Pada pasien ISPA, antiviral biasanya tidak diperlukan. Antiviral bisa
dipakai pada pasien influenza yang terkonfirmasi atau jika terjadi
outbreak influenzae dimana manfaat lebih banyak dibandingkan
risiko. Antiviral diberikan pada pasien yang berisiko tinggi
mengalami perburukan gejala. Misalnya pada pasien yang sedang
hamil, bayi usia < 6 bulan, pasien usia > 65 tahun, pasien
immunocompromised, dan pasien dengan morbid obesitas. Regimen
yang bisa digunakan adalah oseltamivir 2 x 75 mg hingga maksimal
10 hari.
Terapi Antibiotik
Kebanyakan kasus ISPA disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan
antibiotik tidak efektif dan hanya boleh digunakan jika terdapat
kecurigaan atau konfirmasi adanya infeksi bakteri.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada ISPA (Rahajoe, 2008) yaitu otitis media
akut, Rinosinusitis, Pneumonia, Epistaksis, Konjungtivis, dan Faringitis.
2. Covid-19
Covid-19 merupakan singkatan dari Corona Virus Disease, penyakit
menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang ditemukan pada Desember 2019 di China.
Penyakit ini bisa menimbulkan manifestasi klinis pada saluran napas, paru dan
sistemik.
ETIOLOGI
Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri.
Kebanyakan virus corona menyebar seperti virus lain pada umumnya, seperti:
1) Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).
2) Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
3) Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang
terkena percikan air liur pengidap virus corona.
4) Tinja atau feses (jarang terjadi)
Khusus untuk COVID-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti.
Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus pertama
masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, metode transmisi COVID-19 juga
belum diketahui dengan pasti. Awalnya, virus corona jenis COVID-19 diduga
bersumber dari hewan. Virus corona COVID-19 merupakan virus yang
beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar.
Sebenarnya virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi manusia dan
menyebar ke individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti
nyata kalau virus ini bisa menyebar dari hewan ke manusia. Bahkan, kini
penularannya bisa dari manusia ke manusia.
TANDA DAN GEJALA
Anak-anak bisa terinfeksi virus corona (Covid-19), tetapi mereka lebih
jarang tertular dibanding orang dewasa dan biasanya tidak begitu serius.
Dirangkum dari laman National Health Service, gejala utama virus corona
pada anak-anak di antaranya adalah:
1) Suhu tinggi
2) Batuk secara terus menerus selama lebih dari satu jam, atau 3 lebih
episode batuk dalam 24 jam.
3) Kehilangan atau terdapat perubahan pada indera penciuman dan perasa.
Hal ini berarti, mereka tidak dapat mencium atau merasakan apa pun, atau
terjadi gangguan pada indra penciuman dan perasa.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus
dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory
syndrome virus corona 2 pada inang. (SARS-CoV-2) menggunakan reseptor
angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada traktus
respirat orius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk.
Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel
manusia. Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan
pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya,
RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan
pembentukan protein struktural dan tambahan. Gabungan retikulum
endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein nukleokapsid, dan
glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus. Virion kemudian
akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi
melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi
sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang
kemudian menyebabkan gejala pada pasien.
PENATALAKSANAAN
Tak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona.
Umumnya pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa
upaya yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona.
Contohnya:
1) Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan
batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan
berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.
2) Gunakan pelembap ruangan atau mandi air panas untuk membantu
meredakan sakit tenggorokan dan batuk.
3) Perbanyak istirahat.
4) Perbanyak asupan cairan tubuh.
5) Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi
penyedia layanan kesehatan terdekat.
Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS,
MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diidap dan kondisi pasien. Bila pasien mengidap infeksi novel
coronavirus, dokter akan merujuk ke RS Rujukan yang telah ditunjuk oleh
Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak bisa dirujuk karena beberapa
alasan, dokter akan melakukan:
1) Isolasi
2) Terapi simptomatik.
3) Terapi cairan.
4) Ventilator mekanik (bila gagal napas)
5) Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik.
3. Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi pernapasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia
A.price). dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
oleh agent infeksius seperti virus, bakteri, fungi, dan aspirasi substansi asing,
berupa radang paru paru yang diserati eksudasi dan konsolidasi.
ETIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pneumonia, melalui slang infus oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada pemaiakan ventilator oleh p. Aeruginosa dan eterobacter.
Pada masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat. Setelah masuk paru paru organisme bermultiplikasi dan jika telah
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru terjadi pneumonia.
MANIFESTASI KLINIS
a. Demam, sering Demam, sering tampak sebagai tandan infeksi yang
pertama. Paling sering terjadi pada usia 6 bulan-3 tahun dengan suhu
mencapai 39,5-40,5 bahkan dengan infeksi ringan.
b. Menigismus, yaitu tanda tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan demam yang tiba tiba disertai dengan sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher.
c. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa
kanak kanak. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit
melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke
tahap pemulihan.
d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat tetapi
dapat menetap selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai iinfeksi pernapasan, khususnya karena virus
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dengan nyeri apendiksitis.
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat memepengaruhi pernafasan
dan menyusu bayi.
h. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan, dapat
menjadi bukti selama fase akut.
i. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, ngorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
j. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang seering terjadi pada anak
yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan
makan per oral.
k. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja.
Pada umur 2 bulan-11 bulan lebih atau sama dengan 50 kali per menit
Pada anak umur 1 tahun-5 tahun lebih atau sama dengan 40 kali per menit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar x : mengidentifikasikan distribusi structural (missal : lobar,
bronchial) dapat juga menyatakan abses)
b. Biopsy paru : untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan Gram/Kultur, seputum dan darh : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
d. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
e. Pemeriksaan Fungsi Paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
f. Spiromterik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
PENATALAKSANAAN
4. Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis adalah penyakit inpeksi menular yang disebabkan
mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
bagian tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut
(Sylvia. A Price)
ETIOLOGI
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobakterium Tuberkulosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari,
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria tuberculosis yaitu tipe
human dan tipe Bovin. Basil tipe Bovina da dalam susu sapi yang mengalami
mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah dan
di udara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya.
Setelah organisme terinhalasi dan masuk paru paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran
darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun tahun.
Dalam perjalananya terdapat 4 fase : (wim de jong)
a. Fase 1 (fase tuberculosis primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh.
b. Fase 2
c. Fase 3 (fase laten) fase dengan kuman yang tidur bertahun tahun dan
reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bisa
terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba pallopi, otak, kelenjar limf hilus,
leher dan ginjal.
d. Fase 4 : dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar
ke organ yang lain dan kedua ke ginjal setelah paru.
MANIFESTASI KLINIS
a. Demam 40-41 drajat Celcius, serta ada batuk /batuk darah
b. Sesak nafas dan nyeri dada
c. Malaise, keringat dingin
d. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
e. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit.
f. Pada anak :
- Berkurangnya BB 2 bulan berturut turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh
- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2minggu
- Batuk kronik lebih atau sama dengan 3 minggu, dengan atau tanpa
wheeze
- Riwayat kontak dengan penderita TB dewasa.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4-7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.
a. Obat Ant Tuberkulosis (AOT)
1) Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
- Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3x/mingguatau
BB>60 kg : 600 mg
BB40-60 kg : 450 mg
BB<40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
- INH
Dosis 5 mg/kg BB maksimal 300 mg, 10 mg/kg BB 3 kali
seminggu, 15 mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/hari
Untuk dewasa. Intermiten : 600 mg/kali
- Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu,
50 mg/kg BB 2 kali seminggu ata
BB>60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB<60 kg : 750 mg
- Steptomisin
Dosis 15 mg/ kg BB atau
BB >60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB<40 kg : sesuai BB
- Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30
mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2X seminggu atau
BB>60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg :1000 mg
BB<40kg : 750 mg
2) Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali
- Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu ripampisin
150 m, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275
mg dan
- Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu : rifampisisn
250 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg.
- Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi
dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama
fase intensif, sedangkan fase lanjutan bisa menggunakan
kombinasi dosis 2 obat anti tuberculosis seperti yang selama ini
telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan.
3) Jenis obat Tmabhan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian : makrolid, amoksilin+asam
klavulanat
- Derivate rifampisin dan INH
b. Paduan obat anti tuberculosis
Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi :
1) TB paru (kasus baru) BTA positif atau lesi luas
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE/4 RH
Alternative : 2 RHZE/4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk :
- TB paru BTA +
- TB paru BTA –
- TB diluar paru kasus berat
Pengobatan fase lanjutan bila diperlukan bisa diberikan selama 7
bulan, dengan padua 2RHZE / 7 RH dan alternative 2 RHZE /
7R3H3, seperti pada keadaan :
2) Indikasi relatif
5. Asma
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah”
dan berarti serangan nafas pendek. Serangan asma didefinisikan sebagai
episode peningkatan yang progresif (perburukan) dari gejalagejala batuk,
sesak napas, mengi, rasa dada tertekan atau berbagai kombinasi dari gejala
tersebut.
ETIOLOGI
1. Alergen
Alergen merupakan zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tungau debu rumah
(Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, bulu kucing, bulu binatang,
beberapa makanan laut dan sebagainya (Muttaqin, 2012). Debu rumah tangga
sudah terkenal sejak lama sebab utama timbulnya asma, terutama debu karpet,
jok kursi yang berbulu, tumpukan surat kabar, majalah, buku, dan pakaian.
Semakin lama umurnya dan semakin lama tak di bersihkan, semakin
berbahaya pula debunya (Danusantoso Halim, 2012).
3. Tekanan Jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena kebanyakan
orang byang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak penderita asma bronchial.
Factor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang
agak labil kepribadianya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak
(Muttaqin, 2012).
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronchial sensitive atau alergi terhadap obat
tertentu seperti penisilin, salisilat, beta bloker, kodein dan sebagainya
(Muttaqin, 2012).
6. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendarakan, asap
rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta
bau yang tajam (Muttaqin, 2012).
7. Perubahan Cuaca
8. Jenis Makanan
Walaupun jarang, tetapi beberapa pasien asma mengeluh bahwa tidak tahan
terhadap makanan atau minuman tertentu, misalnya berbagai makanan lau atau
seafood, kacang-kacangan, telur, susu sapi, buah-buahan tertentu seperti
strawberry, mangga, durian dan sebagainya ( 18 Danusantoso Halim, 2012).
Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu pencetus asma
meskipun penelitian membuktikan alergi makanan sebagai pencetus
bronkokontriksi pada 2% - 5% anak dengan asma (Liansyah, 2014).
9. Binatang Piaraan
Keluarga Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibanding dengan
bapak. Orang tua asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma
dibandingkan dengan orang tua yang tidak asma, terlebih lagi bila anak alergi
terhadap tungau debu rumah (Liansyah , 2014)
PATOFISIOLOGI
Wheezing adalah suara yang dapat terdengar melalui stetoskop. Bunyi yang
terdengar seperti ngik-ngik di mana sering terjadi di pagi hari menjelang
subuh. Hal ini akibat adanya ketidakseimbanganhormone kortisol yang
rendah saat pagi serta factor lain yang mengikutinya (Syukur Nyoman,
2012).
3. Keletihan
Keletihan disebabkan oleh cardiac output dan tekanan darah yang menurun.
Hal ini disebabkan karena suplai darah dan oksigen ke jantung berkurang
akibatnya, penderita asma mengalami penurunan aktivitas atau intoleransi
aktivitas (Nuraif & Kusuma, 2015). Intoleransi aktivitas adalah diagnosis
keperawatan klinis yang menggambarkan adanya penurunan kapasitas
fisiologis klien untuk melakukan aktivitas sampai pada tingkat yang
diharapkan atau dibutuhkan (Tamsuri, 2008).
a. Manifestasi Klinis
1) Tanda mayor
2) Tanda minor
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
a. Pneumothoraks
b. Pneumomediastinum
c. Atelektasis
d. Aspergilosis
e. Gagal napas
f. Bronkhitis
6. Difteri
Difteri adalah penyakit yang diakibatkan oleh serangan bakteri yang
bersumber dari Corynebacterium Diphtheriae. Dalam Jurnal Pasarpolis (2017)
Penyakit difteri didefinisikan sebagai penyakit yang menyerang saluran
pernafasan terutama pada bagian laring, amandel, atau tonsil, dan
tenggorokan. Ketika saluran pernafasan terinfeksi oleh virus ini, membran
atau lapisan lengket yang berwarna abu-abu akan berkembang di area
tenggorokan sehingga menyebabkan batuk disertai sesak nafas akut yang akan
berujung kepada kematian. Kemudian ada juga resiko langsung berupa
kerusakan jantung dan syaraf (neuro-damage).
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menangani atau mencegah
penyebaran maupun penularan difteri (Mansjoer et al., 2007):
3. Pencarian dan pengobatan pasien. Dilakukan dengan uji schick. Bila hasil
negatif, dilakukan apusan tenggorokan. Jika ditemukan bakteri
Cornyebacterium Diphteriae maka harus diobati.
KOMPLIKASI
Pada jantung, kerusakan jaringan akibat racun dapat menimbulkan radang otot
jantung (miokarditis). Pada ginjal, menyebabkan gagal ginjal. Dan pada saraf,
menyebabkan kelumpuhan.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah. Biasanya balita yang mengalami
infeksi saluran pernafasan akut terlihat pucat karena penurunan pada nafsu
makannya.
3) Sistem pulmonal
Biasanya sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, pernafasan
diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat dan anak
biasanya cengeng.
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem neurosensori
7) Sistem digestif
8) Sistem muskuloskeletal
Biasanya lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi
paru, penggunaan otot aksesoris pernafasan.
9) Sistem integumen
a. Inspeksi
Membran mukosa hidung dan faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
b. Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
c. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
d. Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut masalah adalah :
e) Risiko aspirasi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan merumuskan
tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan
prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi
keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010)
5 Risiko aspirasi
NOC
1) Respiratory
status : NIC
ventilation Aspiration precaution
2) Aspiration 1) Monitor tingkat
control kesadaran,
3) Swallowin reflek batuk dan
g status kemampuan
Kriteria Hasil : menelan
1) Klien dapat 2) Monitor status
bernafas dengan paru pelihara
mudah, tidak jalan nafas
irama, frekuensi 3) Lakukan
pernafasan normal suction jika
2) Pasien mampu diperlukan
menelan, 4) Cek nasogastrik
mengunyah tanpa sebelum makan
terjadi aspirasi, 5) Hindari makan
dan mampu kalau residu
melakukan oral masih banyak
hygine 6) Potong
3) Jalan nafas paten, makanan kecil-
mudah bernafas, kecil
tidak merasa 7) Haluskan obat
tercekik dan tidak sebelum
ada suara nafas pemberian
abnormal 8) Posisi tegak 90
derajat atau
sejauh mungkin
9) Jauhkan manset
trakea
meningkat
10) Jauhkan
pengaturan
hisap yang
tersedia
11) Periksa
penempatan
tabung NG atau
gastrostomy
sebelum
menyusui
12) Periksa tabung
NG atau
gastrostomy
sisa sebelum
makan
13) Hindari makan,
jika residu
tinggi tempat
“pewarna”
dalam tabung
pengisi NG
14) Hindari cairan
atau
menggunakan
zat pengental
15) Penawaran
makanan atau
cairan yang
dapat dibentuk
menjadi bolus
sebelum
menelan
16) Potong
makanan
menjadi
potongan-
potongan kecil
17) Istirahat atau
menghancurkan
pil sebelum
pemberian
18) Sarankan
pidato/berbicara
patologi
berkonsultasi,
sesuai
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang
berbentuk intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber
yang dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien dan
sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah program sudah
sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga. (Ayu, 2010)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Respirasi adalah proses menghirup udara bebas yang mengandung O2 (oksigen) dan
mengeluarkan udara yang mengandung CO2 (karbondioksida) sebagai sisa oksidasi
keluar dari tubuh. Sistem respirasi terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan alveolus.
Fatofisiologis pada sistem Respirasi manusia anatar lain yaitu sebagai berikut : ISPA,
Covid-19, Asma, Difteri dan Pnumonia. Asuhan keperawatan pada masalah Respirasi
terdiri dari pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.
3.2 Saran
Penyusun makalah menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan,
untuk ini penyusun mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai suatu
kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Kevin. (2019). Seputar ISPA pada Anak yang Perlu Anda Pahami.
https://www.alodokter.com/ispa-pada-anak-jangan-disepelekan. Diakses pada 07 April 2021
Guo Y-R, Cao Q-D, Hong Z-S, Tan Y-Y, Chen S-D, Jin H-J, et al. The origin, transmission
and clinical therapies on virus corona disease 2019 (COVID-19) outbreak - an update on the
status. Mil Med Res. 2020;7(1):11.
http://eprints.umpo.ac.id/5326/3/BAB%20II.pdf
https://www.alodokter.com/difteri
Nurarif, Amin Huda., Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi Jilid 3. Jogjakarta : MediAction
Ratriani, Virdita. (2020). Cek, inilah gejala utama virus corona pada anak-anak.
https://kesehatan.kontan.co.id/news/cek-inilah-gejala-utama-virus-corona-pada-anak-anak.
Diakses pada 07 April 2021
Ruth Anggitha, Gisheila. (2018). Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidungtenggorokan/ispa/penatalaksanaan.
Diakses pada 07 April 2021
Sahin AR. (2019). Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak: A Review of the Current
Literature. Eurasian J Med Investig. 2020;4(1):1–7.
Sahin AR. 2019 Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak: A Review of the Current
Literature. Eurasian J Med Investig. 2020;4(1):1–7.
Zuriati, Z., Suriya, M., & Ananda, Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Pada Sistem Respirasi Aplikasi Nanda NIC & NOC.