Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CANCER

RELATED FATIGUE

“Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 2


Dengan dosen pengampu Ito Wardin, S.Kep., Ns., M.Kep”

Disusun Oleh :

Leni Yusnita 190711006


Mala Amillah 190711018
Tia Agustiani 190711003
Umi Koriyah 190711023
Wahiyatie Ningrum 190711015

KELAS 19-E1A-R1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021/2022
DAFTAR PUSTAKA
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................6
1.4 Manfaat..............................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................7
LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................................7
2.1 Definisi...............................................................................................................7
2.2 Etiologi...............................................................................................................7
2.3 Patofisiologi.......................................................................................................8
2.4 Pathway............................................................................................................10
2.5 Tanda dan gejala...............................................................................................11
2.6 Komplikasi.......................................................................................................11
2.7 Diagnosis..........................................................................................................11
2.8 Manifestasi klinis.............................................................................................12
2.9 Penatalaksanaan...............................................................................................12
2.10 Latihan fisik.....................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................15
LAPORAN KASUS..............................................................................................................15
3.1 Pengkajian..............................................................................................................15
3.2 Pola FungsiKesehatan............................................................................................16
3.3 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................16
3.4 DiagnosaKeperawatan............................................................................................17
3.5 AnalisaData............................................................................................................18
3.6 IntervensiKeperawatan...........................................................................................19
3.7 Implementasi Keperawatan....................................................................................23
3.8 Evaluasi..................................................................................................................24
BAB IV..............................................................................................................................25
PENUTUP..........................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan............................................................................................................25
4.2 Saran......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak
normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai
jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ repoduksi wanita yang terdiri dari
payudara, rahim, indung telur, dan vagina (Mangan, 2003). Angka kejadian
danangka kematian akibat kanker leher rahim di dunia menempati urutan kedua
setelah kanker payudara. WHO (2013) menyatakan bahwa kanker serviks sebagai
salah satu penyakit yang paling banyak membunuh wanita di negara berkembang.
Menurut data Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC),
tahun 2012, terdapat 528.000 kasus baru kanker serviks. Sebagian besar (sekitar
85%) dari beban global terjadi di daerah yang kurang berkembang, dimana itu
menyumbang hampir 12% dari semua kanker wanita. Daerah yang berisiko tinggi,
berdasarkan Age Standardized Rate (ASRs) lebih dari 30 per 100.000 populasi,
adalah Afrika Timur (42,7), Melanesia (33,3), Afrika Selatan (31,5) dan Afrika
Tengah (30,6). Jumlah terendah terdapat di Australia/SelandiaBaru (5,5) dan di
Asia Barat (4,4) Pravelensi kanker serviks di Indonesia adalah 1,4 per 1000
penduduk atau sekitar 347.000 orang (Riskesdas,2013). Provinsi Sumatera Utara
memiliki prevalensi kanker serviks sebesar 0,7 % atau setara dengan 4.694 kasus
(kemenkes RI, 2015).
Di perkirakan setiap 1 jam ada 1 wanita yang meninggal karena kanker
serviks dan kematian akibat kanker serviks ini akan terus meningkat sebesar 25%
dalam kurun waktu 10 tahun mendatang jika tidak dilakukan tindakan pencegahan
dan penatalaksanaan yang tepat (Kemenkes, 2015).
Gejala yang biasa dirasakan pada kanker serviks yaitu nyeri,
kecemasan, depresi dan fatigue (Do J et al, 2015). Menurut National
Comprehensive Cancer Network (NCCN), tahun 2014, Fatigue yang berhubungan
dengan kanker atau yang biasa disebut cancer related fatigue adalah suatu kondisi
subjektif berupa perasaan lelah terus menerus yang berhubungan dengan kanker
atau pengobatannya, sehingga mengganggu fungsi dan aktivitas sehari-hari.
Fatigue yang dialami oleh pasien kanker berbeda dengan fatigue yang dialami
oleh individu yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.Fatigue digambarkan
sebagai perasaan lemah, dan lesu.Sebagian pasien kanker serviks mungkin merasa
terlalu lelah untuk makan, atau berjalan ke kamar mandi.Bagi beberapa orang,
gejala fatigue semacam ini lebih mengganggu dari pada nyeri, mual, muntah, atau
depresi (American Cancer Society, 2016).
Penyebab fatigue tidak diketahui secara pasti, tetapi umumnya menjadi
gejala awal dan indikator dari progresivitas penyakit kanker (Danismaya, 2008).
Menurut NationalM Comprehensive Cancer Network (NCCN), tahun 2014,
fatigue pada pasien kanker dapat disebabkan karena obat-obatan, nyeri, gangguan
emosional, anemia, gangguan tidur, ketidakseimbangan nutrisi, dan karena efek
lainnya. Sedangkan menurut Bardwell dan Sonia (2008) fatigue pada pasien
kanker dapat disebabkan oleh depresi, nyeri, tidur, anemia, pengobatan kanker
(operasi, kemoterapi, radiasi), inflamasi, dan obat-obatan.
Kondisi fatigue yang terus-menerus, bisa mempengaruhi kualitas hidup
pasien seperti terlalu lelah untuk makan atau berjalan ke kamar mandi yang
disebabkan karena pasien menjadi terlalu lelah untuk ikut terlibat dalam aktifitas
sehari-harinya. Cara yang dapat mengurangi fatigue pada pasien kanker yaitu
dengan cara farmakologi maupun non farmakologi. Teknik non farmakologi yang
dapat digunakan untuk menurunkan fatigue adalah dengan teknik relaksasi, yoga,
hipnotis, guide imagery, latihan fisik, dan meditasi (Cho W, 2013).
Latihan fisik adalah kunci rehabilitasi untuk menjadi bugar dan untuk
mengembalikan cara hidup yang normal serta meningkatkan kesehatan kondisi
tubuh dan mempertahankan kesehatan jasmani. Hal ini juga digunakan sebagai
terapi membetulkan deformitas atau mengembalikan seluruh tubuh ke status
kesehatan maksimal. Jika seseorang latihan maka akan terjadi perubahan
fisiologis dalam sistem tubuh (Perry & Potter 2006, Kastono, 2001).
Latihan fisik bertujuan untuk membantu pasien beradaptasi dengan
kanker danpengobatannya serta mengembalikan pasien ke pola hidup yang
normal. Terdapat fakta bahwa latihan fisik seperti (meditasi, teknik relaksasi)
dapat mengurangi resiko lymphedema dan kekakuan bahu serta menghambat
gejala gejala seperti kelelahan, jumlah darah yang rendah, atropi otot, nyeri
tulang, neuropathi, nyeri otot, berkurangnya kepadatan tulang, penurunan berat
badan, peningkatan lemak tubuh dan penurunan metabolisme (Toglia, 2007).
Latihan fisik yang akan diberikan adalah latihan fisik minimal. Latihan
fisik minimal adalah suatu latihan fisik yang menghasilkan denyut jantung yaitu
antara 50-60% dari denyut jantung maksimal. Kapasitas jantung maksimal setiap
orang berbeda, untuk menghitungnya digunakan rumus yaitu kapasitas jantung
maksimal sama dengan 220 dikurangi usia klien. Intensitas latihan fisik
merupakan ukuran yang menunjukkan kualitas suatu rangsanga atau pembebanan
( Wiarto, 2015).
Intensitas latihan yang disarankan digunakan sebagai terapi adalah
intensitas ringan atau minimal dengan akumulasi durasi latihan fisik yang
sedikitnya 30 menit setiap hari dan di lakukan minimal 3 kali seminggu (Wiharja,
2016) Penelitian yang dilakukan (Cahyati, 2017) bahwa latihan fisik dengan
menggunakan teknik relaksasi otot progressive dapat menurunkan skor fatigue
yang dirasakan penderita kanker payudara.
Peneliti lalu melakukan seleksi kembali berdasarkan artikel yang
membahas latihan fisik dalam pengelolaan kelelahan anak yang mengalami
kanker dan mendapatkan hasil akhir 5 artikel.Peneliti menganalisis artikel dengan
melakukan critical appraisal menggunakan pendekatan Aveyard (2014). Terdapat
lima artikel penelitian yang dilakukan analisis lebih lanjut antara lain, Yeh, Wai,
Lin, dan Chiang (2011), Hermalinda dan Novrianda (2017), Baky dan Elhakk
(2017), Lam et al. (2018), Lia et al. (2018).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Cancer Fatigue ?
2. Apa Etiologi Cancer Fatigue ?
3. Apa Patofisiologi Cancer Fatigue?
4. Apa Tanda dan gejala Cancer Fatigue?
5. Apa Komplikasi Cancer Fatigue?
6. Apa Diagnosis Cancer Fatigue?
7. Apa Manifestasi klinis Cancer Fatigue?
8. Apa Penatalaksanaan Cancer Fatigue?
9. Asuhan keperawatan cancer fatigue pada anak
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang :
1. Untuk mengetahui Definisi Canker Fatigue
2. Untuk mengetahuiEtiologi Canker Fatigue
3. Untuk mengetahuiPatofisiologi Canker Fatigue
4. Untuk mengetahuiTanda dan gejala Canker Fatigue
5. Untuk mengetahuiKomplikasi Canker Fatigue
6. Untuk mengetahuiDiagnosis Canker Fatigue
7. Untuk mengetahuiManifestasi klinis Canker Fatigue
8. Untuk mengetahuiPenatalaksanaan Canker Fatigue
9. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan cancer fatigue pada anak
1.4 Manfaat
Dari laporan asuhan keperawatan kanker pada anak ini, diharapkan mahasiswa
dapat memahami materi mengenai kanker pada anak, dan mahasiswa/i mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan baik dan tepat.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi
Cancer-related Fatigue merupakan suatu kondisi perasaan yang
bersifat subyektif menyulitkan, dan persisten dari kelelahan fisik, emosional,
dan atau kognitif pasien, baik terkait penyakit kanker maupun akibat
pengobatan kanker. Kondisi ini seringkali tidak mendapat perhatian dalam
perawatan sehingga menimbulkan dampak yang mengganggu pada fungsi
fisik, sosial, kognitif, gangguan mood, kelemahan otot, serta menyebabkan
distress emosional dan spiritual bagi anak dan keluarga (Naga & Kassab,
2013).
Kanker pada anak merupakan salah satu penyakit kronis akibat
keganasan dan dilaporkan sebagai penyebab kematian utama pada anak.
Berdasarkan data dari Union for International Cancer Control (UICC), 2015,
sebanyak 176.000 anak di dunia terdiagnosis kanker setiap tahunnya. Di
Indonesia diperkirakan 11.000 kasus kanker anak terjadi setiap tahun
(Kementerian Kesehatan RI, 2015). Kemajuan yang sangat berarti dalam
pengobatan kanker secara mengejutkan menunjukkan peningkatan angka
kesembuhan anak yang mengalami kanker. Penelitian menunjukkan
peningkatan angka kesembuhan dari sebelumnya kurang dari 50% pada tahun
1970 menjadi hampir 80%. Keberhasilan dari pengobatan ini di satu sisi,
tergantung pada kemoterapi agresif yang diketahui memiliki berbagai efek
samping seperti fatigue/ kelelahan, nyeri, gangguan tidur dan mual muntah.

2.2 Etiologi

Kementrian kesehatan RI menyebutkan bahwa selain faktor genetik,


faktor lingkungan juga merupakan faktor utama penyebab terjadinya kanker
pada anak. Tidak hanya paparan sinar radiasi atau rokok, kanker juga di picu
oleh paparan zat kimia dan penyakit infeksi seperti hepatitis B dan HIV pada
anak.
Fatigue akibat kanker menurut National Comprehensive Cancer
Network dipersepsikan sebagai perasaan subyektif atas ketidakberdayaan
fisik, emosional dan kognitif akibat kanker atau terapi kanker yang tidak
proporsional dengan aktifitas yang dijalankan (NCCN,2014).
Fatigue akibat kanker didefenisikan sebagai rasa kehilangan energi
yang luar biasa dengan tingkat distress yang tinggi, tidak sebanding dengan
aktifitas yang dilakukan dan tidak dapat dihilangkan dengan istirahat atau
tidur (Dickerson et al, 2014)

2.3 Patofisiologi
Mekanisme patofisiologi yang menyebabkan terjadinya cancer
related fatigue belum jelas, namun ada beberapa penelitian yang memberikan
evidence tentang faktor-faktor yang mungkin berperan terhadap timbulnya
cancer related fatigue. Menurut American Cancer Society, faktor-faktor yang
berkontribusi dan ikut memperberat timbulnya fatigue pada klien kanker
adalah: kanker itu sendiri, pengobatan kanker, anemia, nyeri, stress
emosional, gangguan tidur, obat-obatan tertentu (anti depresan, obat tidur),
komplikasi dengan penyakit lain, status nutrisi yang buruk, kurangnya
olahraga, alkohol dan obat-obatan rekreasional.
Redisposisi terjadinya fatigue pada klien kancer terdiri dari 2 faktor,
yaitu faktor fisiologis dan psikososial. Faktor fisiologis meliputi: Terapi
kanker (kemoterapi, radioterapi, pembedahan); gangguan sistemik (anemia,
infeksi); gangguan tidur dan penggunaaan obat-obatan sedatif. Sedangkan
faktor psikososial meliputi kecemasan dan depresi. Faktor-faktor yang
berkontribusi dalam memunculkan dan memperberat timbulnya fatigue pada
klien kanker dijabarkan sebagai berikut :

1) Pengobatan cancer (kemoterapi)


Fatigue sebagai akibat dari kemoterapi berhubungan dengan mekanisme
kerja kemoterapi yang berdampak pada toksisitas hematologi. Kemoterapi
tidak hanya mempengaruhi sel kanker tetapi juga mengganggu fungsi
siklus sel normal dengan menurunkan absorbsi nutrient sel yang penting.
Gangguan pada pembentukan sel darah pada sumsum tulang atau
myelosupresi menyebabkanpenurunan sel darah merah, trombosit dan
leukosit yang ikut mempengaruhi terjadinya fatigue.
2) Stres emosional (depresi)
Faktor psikososial (depresi) dapat mempengaruhi perkembangan fatigue
pada klien cancer. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara faktor psikososial seperti perasaan, kecemasan dan
depresi, denganperkembangan lemah dan lesu pada klien cancer. Depresi
merupakan reaksi emosional sebagai respon atas rasa kehilangan yang
ditunjukkan dengan kehilangan ketertarikan, kesulitan berkonsentrasi dan
perasaan putus asa dapat mempengaruhi kondisi fisik dan menimbulkan
fatigue. Kecemasan dengan diagnosa kanker akan mempengaruhi aspek
fisik dan psikososial, hal tersebut ikut meningkatkan terjadinya fatigue.
3) Kualitias tidur
a) Tanda fisik Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di
kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk
yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi,
penurunan aktivitas sehari-hari, koordinasi neuromuskular buruk,
proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun,
ketidakstabilan tanda vital, dan perasaan lelah dan lemah (fatigue).
b) Tanda psikologis : Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa
tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung,
timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan
memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.
4) Nutrisi
Pemenuhan zat gizi menjadi sesuatu yang penting untuk mendukung
kondisi klien menjadi lebih optimal dan terapi nutrisi sendiri merupakan
bagian dari terapi suportif yang dapat mempengaruhi keberhasilan terapi
pada klien kanker. Apabila klien mengalami kekurangan nutrisi yang
merupakan sumber energi tubuh, maka tubuh menjadi kekurangan energi
yang dimanifestasikan dengan fatigue.
5) Nyeri
Nyeri kanker bisa dirasakan dari sedang sampai berat, bahkan suatu hari
bisa dirasakan sangat buruk. Kondisi ini dapat disebabkan karena kancer
itu sendiri, pengobatan cancer atau keduanya. Keluhan nyeri yang
dirasakan terusmenerus bisa menyebabkan klien menjadi kurang aktif,
tidak nafsu makan, gangguan tidur, dan menyebabkan klien tertekan dan
depresi serta fatigue

2.4 Pathway

Intensitas durasi
kerja dan mental Masalah fisik

Lingkungan:
Pencahayaan,
Penyakit
Cuaca

TINGKAT
KELELAHAN

Ritme circadian Nutrisi

PEMULIHAN
2.5 Tanda dan gejala
Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-
tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-
tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis.
Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami:
a) Tanda fisik Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di
kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk
yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi,
penurunan aktivitas sehari-hari, koordinasi neuromuskular buruk, proses
penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun, ketidakstabilan tanda
vital, dan perasaan lelah dan lemah (fatigue).
b) Tanda psikologis : Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak
enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul
halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan
memberikan pertimbangan atau keputusan menurun.

2.6 Komplikasi
Menurut Horigan et al (2013) dan Bonner et al (2010), apabila fatigue tidak
tertangani dengan baik, maka beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi
adalah :
a. Merasa diri terisolasi
b. Tidak bisa bersosialisasi
c. Hilangnya waktu bersama keluarga
d. Terbatasnya dalam beraktifittas
e. Penurunan fungsi fisik
f. Penurunan kualitas hidup

2.7 Diagnosis
Menurut Ackley,B.J.,Ladwing,G.B.,& Makic,M.B.F.( 2017)
1. Intoleransi Aktivitas
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Keletihan fisik
2.8 Manifestasi klinis
Fatigue dapat timbul akibat kanker itu sendiri dan efek dari terapi kanker
yang tidakhilang dengan istirahat atau tambahan tidur (Vitkauskaite et al.,
2011).
Kelelahan dapat terjadi karena anemia dan kebutuhan nutrisi yang kurang
yang terjadi akibat penurunan nafsu makan. Efek kemoterapi menyebabkan
adanya pelepasan zat-zat sitokin seperti TNF (tumor nekrosis faktor) dan
interleukin yang menyebabkan hipotalamus bereaksi dengan menurunkan rasa
lapar mengakibatkan pasien kemoterapi mengalami penurunan nafsu makan,
sehingga kebutuhan energi dalam tubuh tidak tercukupi. Kelelahan dapat
muncul beberapa hari setelah pengobatan kemoterapi. Penyebab umum
lainnya dari kelelahan terkait kanker antara lain karena kanker itu sendiri,
kehilangan nafsu makan, anemia (rendahnya jumlah sel darah merah), nyeri
yang tidak terkontrol, depresi, kurang tidur atau insomnia, obatobatan,
kurangnya olahraga, nutrisi yang tidak memadai. Sebagian besar orang yang
menerima pengobatan kanker mengalami kelelahan dan beberapa penderita
kanker yang selamat, mengalami kelelahan selama berbulan-bulan dan
bahkan bertahun-tahun setelah menyelesaikan pengobatan kanker.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien kanker dapat dilakukan melalui pembedahan,
kemoterapi, terapi radiasi, bioterapi, terapi fotodinamik, transplan sumsum
tulang dan sel batang, terapi hormon dan terapi komplementer (LeMone
Burke& Bauldoff, 2015). Pengobatan dengan kemoterapi. Pengobatan dengan
kemoterapi bersifat sistemik, berbeda dengan teapi kanker yang lain yang
bersifat setempat kareba prinsip pengobatan kemoterapi mencapai sel kanker
yang sudah bermestastase jauh dari asalnya (junaidi, 2007)

2.10 Latihan fisik


A. Efektifitas Latihan Fisik dalam mengurangi Fatigue
Dalam kajian literatur ini kelima artikel yang menuliskan keefektifan
latihan fisik dalam mengurangi keletihan anak dengan kanker. Hal ini
didapatkan dari penurunan skor fatigue anak setelah melakukan aktifitas fisik
(Baky & Elhakk, 2017; Hermalinda & Novrianda, 2017; Lam et al., 2018, Lia
et al. 2018; Yeh et al., 2011). Klien anak dengan ALL yang menerima
intervensi latihan Home-based Aerobic mengungkapkan penurunan skoring
kelelahan setelah menjalani latihan fisik (Yeh et al., 2011).
Hal ini sejalan dengan sejalan dengan penelitian Andersen et al., (2013)
yang menyatakan bahwa latihan multimodal dapat menurunkan keletihan
akibat kanker secara signifikan terhadap klien yang sedang menjalani
kemoterapi. Kondisi ini dapat terjadi karena anak yang terdiagnosis kanker
akan menjalani hospitalisasi berulang dan mendapatkan terapi kemoterapi
untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi memiliki kontribusi dalam
mekanisme terjadinya kelelahan (James, Nelson, & Ashwill, 2013).

B. Bentuk Latihan Fisik


Dalam kajian literatur ini kelima artikel membahas metode latihan yang
efektif menurunkan keletihan anak. Terdapat beragam bentuk aktifitas/
latihan fisik dalam upaya mengurangi keletihan anak dengan kanker.
Terdapat dua artikel yang menggunakan aerobic sebagai latihan fisik (Baky &
Elhakk, 2017; Yeh et al, 2011). Satu artikel penelitian melaporkan melakukan
aktifitas fisik harian sederhana (Hermalinda dan Novrianda, 2017). Dua
artikel penelitian melaporkan bentuk latihan fisik indoor dan outdoor yang
terintegrasi dan dirancang dalam permainan yang menarik dan sesuai usia
anak yaitu dalam bentuk Integrated Programme oleh Lam et al. (2018) dan
Adventured-based Training oleh Li et al. (2018).
Nursing Current Vol. 6 No. 2, Juli 2018 – Desember 2018 71 Terdapat
dua artikel penelitian yang memulai latihan fisik dengan edukasi kesehatan,
latihan fisik, dan ditutup dengan aktivitas refleksi dimana anak mencurahkan
perasaannya setelah melakukan latihan fisik (Lam et al., 2018; Li et al.,
2018). Dalam kajian literatur ini juga terdapat dua artikel penelitian
menuliskan beberapa tahap dalam latihan seperti pemanasan, latihan inti dan
pendinginan (Baky & Elhakk, 2017; Yeh et al, 2011). Hal ini sesuai dengan
studi oleh Jung, Zeph, dan Fuchs (2016) yang menuliskan bahwa sebagian
besar terapi latihan fisik terdiri dari latihan kekuatan dan ketahanan fisik yang
dikombinasikan dengan program pemanasan dan pendinginan
C. Manfaat Ekstra Latihan Fsik
Dari hasil kajian literatur, peneliti mendapatkan hasil bahwa latihan
fisik tidak hanya dapat mengelola keletihan anak dengan kanker, tetapi juga
memiliki manfaat ekstra. Terdapat 2 artikel penelitian yang menuliskan
bahwa latihan fisik dapat meningkatkan efikasi diri dalam aktivitas harian
anak, dan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. (Lam et al., 2018; Li et
al., 2018). Hal ini sejalan dengan penelitian acak terkontrol oleh Tanir dan
Kuguoglu (2012) yang mengungkapkan bahwa latihan fisik dapat
meningkatkan kinerja fisik dan
hasil laboratorium yang lebih baik di kelompok anak yang mendapatkan
intervensi latihan fisik.
Manfaat latihan fisik dalam peningkatan kualitas hidup anak sejalan
dengan studi yang dilakukan Wiharja (2016) bahwa Aktivitas fisik ini
sangatlah penting untuk kesehatan tubuh dan dapat mencegah berbagai
masalah kesehatan, antara lain dapat mencegah dan meningkatkan kualitas
hidup pasien-pasien kanker. Aktivitas fisik dalam aplikasinya adalah segala
jenis kegiatan/ gerakan badan yang mengeluarkan dan membutuhkan energi
dalam prosesnya, termasuk latihan fisik dan olahraga.

D. Efek Biologis Latihan Fisik


Dalam kajian literatur ini terdapat 2 artikel yang membahas efek
biologis latihan fisik terhadap anak dengan kanker (Baky & Elhakk, 2017;
Lam et al., 2018).Efek biologis yang dimaksud yaitu terjadinya peningkatan
ketahanan fisik dan kekuatan menggenggam anak yang signifikan. Hal ini
sesuai dengan studi bahwa keuntungan dari latihan fisik adalah hipertrofi
yaitu peningkatan massa dari sel otot yang dipicu oleh faktor neural dalam
program latihan fisik berulang.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Laporan kasus
Seorang Anak Laki-laki berusia 5 tahun datang ke Rumah Sakit untuk
kemoterapi, radiasi, dan transplantasi sumsum tulang, sebagai pencetus utama
terjadinya kelelahan gejala yang paling sering muncul dan membuat anak
tertekan saat menjalani dan setelah menjalani kemoterapi adalah fatigue atau
merasa kelelahan. (Miller, Jacob, & Hockenberry, 2011). Hasil pengkajian bahwa
anak merasa kelelahan saat beraktivitas. Data yang didapat saat di kaji
T :90/60mmHg
P : 34kali/menit
N : 95kali/menit
S : 36˚C
TB : 89cm
BB : 20 kg

3.1 Pengkajian
A. Biodata
1. IdentitasPasien
Nama : An.N
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
amat : Tengal wangi,cirebon
Agama :Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : PAUD
Diagnosamedis : Cancer Related Fatigue
Tanggalmasuk : 28 Oktober 2021
Tanggal pengkajian : 28 Oktober 2021
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.L
Umur : 27Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub. Dengan pasien : Ibukandung
Alamat : Tengal wangi,cirebon

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya merasa energi tidak pulih
walaupun terasa tidur pasien mudah lelah dan kesulitan beraktivitas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya susah tidur dan meraskan
lelah saat beraktivitas dan tampak lesu
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan sebelumnya tidak ada penyakit yang di
deritanya sekarang
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami
penyakit yang menular.
3.2 Pola Fungsi Kesehatan
NO POLA KEHIDUPAN SEHARI- SEBELUM SAAT SAKIT
HARI SAKIT
1. Pola Nutrisi
a. Makan Asupan
1. Jenis -Sayur, daging, nuutrisi susah
2. Frekuensi nasi, buah, dll masuknya
3. Porsi -3xsehari ½ porsi
-1 porsi Tidak nafsu
4. Keluhan -

b. Minum Air putih, air teh Air putih

1. Jenis 5 gelas < 5 gelas


2. Frekuensi
2. Pola Eliminasi
a. Urine (BAK)
1. Frekuensi 5 x sehari 4 x sehari
2. Warna Kuning jernih Kuning jernih
3. Bau Khas Khas
4. Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAB
1. Frekuensi 2 x sehari 2 x sehari
2. Konsistensi Lembek Lembek
3. Warna Kuning Kuning
4. Bau Khas Khas
5. Keluhan - -
3 Pola Istirahat tidur dan
kebersihan diri
a. Pola istirahat ( tidur)
1) Tidur malam -Teratur -Terjaga
2) Tidur siang kurang lebih 8 -Sulit tidur
jam
-Teratur
kurang lebih 3
jam

b. Personal hygiene
1) Mandi -Normal,2x -1x sehari
2) Gosok gigi sehari menggunakan
3) Cuci rambut -normal air hangat
4) Ganti pakaian -normal -1x sehari
-3x sehari -1x sehari
-1x sehari
Pola kehidupan sehari-hari
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Berpindah 

Ket :
0 (mandiri), 1 (alat bantu), 2 (dibantu keluarga, 3 (dibantu orang lain), 4
(tergantung total
3.3 PemeriksaanFisik
a. Kondisi umum: Baik/ compos mentis
b. Tanda-tanda vital :
T : 90/60mmHg
P : 34kali/menit
N : 95kali/menit
S : 36˚C
TB : 89cm
BB : 20 kg
c. Pemeriksaan Head toToe
a. Kulit : Warna sawo matang
b. Kepala : Rambut rapih danbersih
c. Telinga : Bersih tidak ada kotoran
d. Mata : Bersih tidakanemis
e. Mulut : Bersih dan giginormal
f. Leher : Bersih
g. Dada : Normal /simetris

h. Abdomen :Normal , Simetris

3.4 DiagnosaKeperawatan
1) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan ditandai dengan
DS : Ibu Pasien mengatakan anaknya mudah lelah saat beraktivitas
DO :
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah menurun saat beraktivitas
T:90/60mmHg
P: 34kali/menit
N: 95kali/menit
S: 36˚C
TB: 89cm
2) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot
ditandai dengan
DS : Ibu pasienmengatakan bahwa pasien sering mengeluh sulit bergerak
karena kelelahan
DO: Aktivitas pasien dibantu keluarga
3) Keletihan Fisik berhubungan dengan Gangguan tidur ditandai dengan
DS :
- Ibu pasien merasakan energi anaknya tidak sehat seperti biasanya dan
sulit untuk tidur
- Merasa kurang tenaga
- Mengeluh lelah
DO :
- Tidak mampu melakukan aktivitas
- Pasien tampak lesu
3.5 AnalisaData

Analisa Data Etiologi Problem

DS : Ibu Pasien Kelemaha Intoleransi


mengatakan anaknya n Aktivitas
mudah lelah saat
beraktivitas

DO :
Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah menurun saat
beraktivitas
 T:90/60mmHg
 P: 34kali/menit
 N: 95kali/menit
 S: 36˚C
 TB: 89cm

DS : Ibu Penurunan kekuatan otot Gangguan


pasienmengatakan bahwa Mobilitas Fisik
pasien sering mengeluh
sulit bergerak karena
kelelahan

DO: Aktivitas pasien


dibantu keluarga

Gangguan tidur Keletihan fisik


DS :
- Ibu pasien merasakan
energi anaknya tidak sehat
seperti biasanya dan sulit
untuk tidur
- Merasa kurang tenaga
- Mengeluh lelah

DO :
- Tidak mampu melakukan
aktivitas
- Pasien tampak lesu
3.6 IntervensiKeperawatan
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Intoleransi Toleransi Manajemen Energi 1. Manajemen


Aktivitas Aktivitas(L.05047) (I.05178) energi
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan
dengan tindakan Observasi : Tindakan:
Kelemahan keperawatan 1. Monitor pola dan jam
selama 3 x 24 jam tidur Observasi :
diharapkan 2. Monitor lokasi dan 1. Untuk menjaga
masalah mobilitas ketidaknyamanan selama pola dan jam
fisik anak dapat melakukan aktivitas tidur
teratasi dengan Terapeutik :
kriteria hasil: 1. Sediakan lingkungan 2. Untuk
1. Kemudahan nyaman dan rendah mengetahui
melakukan stimulus (mis. Cahaya, lokasi dan
aktivitas sehari- suara,kunjungan) ketidaknyamanan
hari meningkat 2. Berikan aktivitas dalam melakukan
distraksi yang aktivitas
menenagkan
Edukasi : Terpeutik :
1. Anjurkan tirah baring
1. Untuk menjaga
2. Anjurkan melakukan
kenyamanan
aktivitas secara
pasien
terhadap
2. Untuk dapat
3. Ajarkan streategi
menangkan
koping untuk
pasien
mengurangi kelelahan
Kolaborasi : Edukasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara 1. Untuk
meningkatkan asupan menghindari
makanan pasien agar tidak
kelelahan
2. Agar pasien
dapat melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
Untuk memenuhi
kebutuhan energi
bagi tubuh
Kolaborasi :
1. Untuk memenuhi
kebutuhan energi
bagi tubuh

2 Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi Tindakan


Mobilitas Fisik (1.05042)
berhubungan Setelah dilakukan (I. 05173) Observasi :
dengan tindakan
Penurunan keperawatan Tindakan 1. Untuk
kekuatan otot selama 3 x 24 jam mengidentifikasi
Observasi : adanya nyeri atau
diharapkan
masalah mobilitas keluhan fisik
1. Identifikasi adanya nyeri
fisik anak dapat lainnya
atau keluhan fisik lainnya
teratasi dengan 2. Identifikasi toleransi fisik 2. Untuk
kriteria hasil: melakukan pergerakan mengiidentifikasi
1) Kelemahan fisik 3. Monitor frekuensi jantung toleransi fisik
menurun dan tekanan darah sebelum melakukan
2) Pergerakan memulai mobilisasi pergerakan
ekstermitas 4. Monitor kondisi umum
meningkat Selama melakukan 3. Untuk
3) Rentang gerak mobilsiasi memonitor
meningkat frekuensi jantung
4) Kekuatan otot Terapeutik : dan tekanan
meningkat darah sebelum
1. Fasilitasi aktivitas
memulai
mobilisasi dengan alat
mobilisasi
bantu
2. Fasilitasi melakukan 4. Untuk
pergerakan memonitor
3. Libatkan keluarga untuk kondisi umum
membantu Selama
pasiendalammeningkatkan melakukan
pergerakan mobilsiasi
Edukasi : Terapeutik
1. Jelasan tujuan dan 1. Untuk
prosedur mobilisasi memfasilitasi
2. Anjurkan melkuakn aktivitas
mobilisais dini mobilisasi
3. Ajarkan mobilisais dengna alat
sederhana yang harus di bantu mis
lakukan Duduk di tempat 2. Untuk
tidur, di sisi tempat tidur, menngetahui
pindah dari tempat tidur Fasilitasi
4. Jelaskan jenis latihan yang melakukan
sesuai dengan kondisi pergerakan
kesehatan 3. Untuk
5. Ajarkan teknik pernapasan menngetahuiLib
yang tepat untuk atkan keluarga
memaksimalkan untik membantu
penyerapan oksigen pasien dalam
selama latihan fisik meningkatkan
pergerakan

Edukasi :
1. Untuk
menjelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2. Untuk
menganjurkan
melkuakn
mobilisais dini
3. Untuk
mengajarkan
mobilisais
sederhana yang
harus di lakukan
is. Duduk di
tempat tidur, di
sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur
4. Latihan yang
sesuai dengan
kondisi pasien bisa
meningkatkan
kesehatan klien
5. Teknik pernapasan
digunakan untuk
memaksimalkan
penyerapan
oksigen selama
latihan fisik

3 Keletihan Fisik Tingkat Keletihan Edukasi Aktivitas/Istirahat Observasi


berhubungan (L.05046) Setelah (I.12362)
dengan dilakukan tindakan 1. Tujuan informasi
adalah
Gangguan keperawatan selama Tindakan : pemberitahuan
tidur 3x24 jam masalah atau kabar berita
Keletihan dapat teratasi Observasi yang
dengan kriteria hasil : -- disampaikan baik
1. identifikasi kesiapan dan
- Pasien nampak senang secara langsung
kemampuan menerima
maupun tidak
-Tidur pasien normal informasi
langsung
Terapeutik
Terapeutik
2. Sediakan materi dan
2. Istirahat berarti
media pengaturan aktivitas
suatu keadaan
dan istirahat
tenang, relaks,
3. Jadwalkan pemberian
tanpa tekanan
pendidikan kesehatan
emosional, dan
sesuai kesepakatan
bebas dari
4. Berikan kesempatan pada
perasaan
pien dan keluarga untuk
gelisah.
bertanya
3. Istirahat
Edukasi
merupakan
1. Jelaskan pentingnya kebutuhan dasar
melakukan aktivitas yang mutlak
fisik/olahraga secara rutin harus dipenuhi
semua oleh
2. Ajarkan cara semua orang
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis. 4. Pendidikan
kelelahan, sesak napas kesehatan adalah
saat aktivitas) profesi yang
mendidik
masyarakat
tentangkesehatan
.
Edukasi
1. Olahraga
merupakan obat
ajaib yang bisa
didapatkan
dengan mudah
tanpa biaya
mahal, namun
seringkali
terabaikan
sehingga
menimbulkan
baragam keluhan
kesehatan. Bukti
ilmiah
membuktikan
bahw aktivitas
fisik dapat
membuat anda
tubuh anda lebih
sehat dan
bahagia.
2. Kebutuhan
istirahat dan
tidur merupakan
kebutuhan dasar
yang mutlak
harus di penuhi
oleh semua
orang dengan
istirahat yang
cukup tubuh
baru dapat
berfungsi secara
optimal.

3.7 Implementasi Keperawatan

Diagnosa
No Implementasi
Keperaawatan
1 Intoleransi Aktivitas 1. Memonitoring pola dan jam tidur
berhubungan dengan 2. Memonitoring lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Kelemahan
3. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya, suara,kunjunga
4. Memberikan aktivitas distraksi yang
menenagkan
5. Menganjurkan tirah baring
6. Menganjurkan melakukan aktivitas secara
terhadap
7. Mengajarkan streategi koping untuk mengurangi
kelelahan
8. Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

2 Gangguan Mobilitas 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan


Fisik berhubungan
dengan Penurunan fisik lainnya
kekuatan otot 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan
3. Memonitoring frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai mobilisasi
4. Memonitoring kondisi umum Selma amelkukan
mobilsiasi
5. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengna alat
bantu
6. Memfasilitasi melakukan pergerakan
7. Melibatkan keluarga untik membantu
pasiendalammeningkatkan pergerakan
8. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
9. Menganjurkan melkuakn mobilisais dini
10. Mengajarkan mobilisais sederhana yang harus di
lakukan Duduk di tempat tidur, di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur
11. Menjelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
12. Mengajarkan teknik pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan penyerapan oksigen
selama latihan fisik

3 Keletihan Fisik 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan 7.


berhubungan dengan menerima informasi
Gangguan tidur 2. Menyediakan materi dan media pengaturan
aktivitas dan istirahat
3. Menjadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
4. Memberikan kesempatan pada pien dan
keluarga untuk bertanya
5. Menjelaskan pentingnya melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
6. Mengajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis. kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)

3.8 Evaluasi

No Diagnosa keperawatan Evaluasi


1 Intoleransi Aktivitas berhubungan S : Pasien mengatakan tidak merasakan lelah
dengan Kelemahan saat beraktivitas
O : Tekanan darah pasien normal
 T:90/105mmHg
 P: 34kali/menit
 N: 95kali/menit
 S: 36˚C
 TB: 89cm

A : Masalah Sudah Teratasi


P : Intevensi dihentikan
2 Gangguan Mobilitas Fisik S : Pasien sudah mulai aktif menggerakan
berhubungan dengan Penurunan anggota tubuh nya
kekuatan otot O : Saat beraktivitas pasien bisa mandiri
A : Masalah Sudah Teratasi
P :Intervensi dihentikan
3 Keletihan Fisik berhubungan S : Pasien tidur diatas jam 7
dengan Gangguan tidur O : Pasien nampak segar
A :Masalah Sudah Teratasi
P :Intervensi dihentikan, pasien boleh pulang
setelah visite dari dokter

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Cancer related fatigue merupakan gejala yang muncul dari penyakit kanker dan
sebagai dampak dari pengobatan kemoterapi. Fatigue berkelanjutan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga diperlukan
antisipasi yang adekuat untuk mengelola fatigue. Latihan efektif dalam mengelola
anak dengan kanker, latihan fisik juga memiliki manfaat ekstra selain menurunkan
tingkat kelelahan anak, yaitu peningkatan ketahanan fisik dan peningkatan
kualitas hidup.Selain itu, latihan fisik memberika efek secara biologis dalam
tubuh anak dengan kanker.
4.2 Saran
Keefektifan latihan fisik dalam pengelolaan gejala kelelahan anak yang menjalani
kemoterapi sesuai Standar operasional prosedur (SOP) terhadap latihan fisik turut
diperlukan demi menjaga keselamatan klien anak.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2018.Cancer Facts & Figrues 2018.Atlanta:American
Cancer Society

Boland, E. G., M. R. Mulvey, dan M. I. Bennett. 2015. Classification of neuropathic


pain in cancer patients. 9(2):112–115.

Bower, J. E. 2014. Cancer-related fatigue--mechanisms, risk factors, and treatments.


Nature Reviews. Clinical Oncology. 11(10):597–609.

Butt, Z., S. K. Rosenbloom, M. Amy P. Abernethy, J. L. Beaumont, D. Paul, D.


Hampton, P. B. Jacobsen, K. L., Syrjala, J. H. Von Roenn, dan D. Cella. 2017.
Fatigue is the most important symptom for advanced cancer patients who have had
chemotherapy. J Natl Compr Canc Netw. 20(1):48–55.

Fink, R. M. dan J. M. Brant. 2018. Complex cancer pain assessment.


Hematology/Oncology Clinics of North America. 32(3):353–369.

Gebremariam, G. T., A. T. Anshabo, W. Tigeneh, dan E. Engidawork. 2018.


Validation of the amharic version of the brief fatigue inventory forassessment of
cancer-related fatigue in ethiopian cancer patients. Journal of Pain and Symptom
Management. 56(2):264–272.

Given, C. W., B.Given, F. Azzouz, S. Kozachik, dan M. Stommel. 2001. Predictors of


pain and fatigue in the year following diagnosis among elderly cancer patients.
Journal of Pain and Symptom Management. 21(6):456–466.

Goodwin, P. J., E. Bruera, dan M. Stockler. 2014. Pain in patients with cancer.
Journal of Clinical Oncology. 32(16):1637–1639.

Güngör, İ., Ü. Oskay, M. Dişsiz, N. Şenyürek, G. İnce, İ. Kocaoğlan, dan B. Duyar.


2017. Factors affecting quality of life and fatigue in gynaecologic cancer patients.
6(6):109–117.
Handayani, R. S. dan G. Udani. 2016. Kualitas tidur dan distress pada pasien kanker
yang menjalani kemoterapi. Jurnal Keperawatan. XII(1):66–72.

Hurst, M. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi Volume 2. Jakarta: EGC.

Husen, A., C. Suharti, dan Hardian. 2016. Hubungan antara derajat nyeri dengan
tingkat kualitas hidup pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. JURNAL
KEDOKTERAN DIPONEGORO. 5(4):545–557.

Iwase, S., T. Kawaguchi, A. Tokoro, K. Yamada, dan Y. Kanai. 2015. Assessment of


cancer-related fatigue , pain , and quality of life in cancer patients at palliative care
team referral : a multicenter observational study ( jortc pal-09 ). PLoS ONE. 10(8):1–
11.

Kemenkes RI. 2013. RISET KESEHATAN DASAR 2013. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI.

Raaf, J. De. 2013. Cancer Related Fatigue: A Multidimensional Approach.


Rotterdam: The Netherland.

Rahayuwati, L., K. Ibrahim, dan M. Komariah. 2017. Pilihan pengobatan pasien


kanker payudara masa kemoterapi: studi kasus. Jurnal Keperawatan Indonesia.
20(2):118.

Rajagukguk, C., S. A. Santoso, dan S. Basoeki. 2016. Pengaruh kemoterapi terhadap


sindroma mata kering menggunakan tes ferning okuler. Majalah Kesehatan FK UB.
3(2):57–64.

Rosas, S., M. Paço, C. Lemos, dan T. Pinho. 2017. Comparison between the visual
analog scale and the numerical rating scale in the perception of esthetics and pain.
International Orthodontics. 15(4):543–560.

Nursing Current Vol. 6 No. 2, Juli 2018 – Desember 2018/


Andersen, C., Rørth, M., Ejlertsen, B., Stage, M., Møller, T., Midtgaard, J., Quist, M.,
Bloomquist, K., & Adamsen, L. (2013). The effects of a six-week supervised
multimodal exercise intervention during chemotherapy on cancer-related fatigue.
European Journal of Oncology Nursing, 17, 331-339. doi:
10.1016/j.ejon.2012.09.003.

Aveyard, H. (2010). Doing a literature review in health and social care: A practical
guide. 2nd ed. Maidenhead: McGraw-Hill Open University Press.

Aveyard, H. (2014). Doing a literature review in health and social care: A practical
guide. 3rd ed. Maidenhead: McGraw-Hill Open University Press.

Baky, A. M. A. E., Elhakk, S. M. A. (2017).Impact of aerobic exercise on physical


fitness and fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia. International
Journal of Therapies and Rehabilitation Research, 6(2), 137-145. doi:
10.5455/ijtrr.000000255

Bogdanis, G. C. (2012). Effects of physical activity and inactivity on muscle fatigue.


Frontiers in Physiology, 3(142), 1-5. doi: 10.3389/fphys.2012.00142 Bower, J. E.
(2007). Cancer-related fatigue: links with inflammation in cancer patiients and
survivors. Brain Behav Immune, 21(7), 863-871. doi: 10.1016/j.bbi.2007.03.013.

Chiang, Y., Yeh, C., Wang, K. K., & Yang, C. (2009). The experience of cancer-
related fatigue in taiwanese children. European Journal of Cancer Care, 18(1), 43-49.
doi: 10.1111/j.1365-2354.2007.00884.x

Hermalinda, Novrianda, D. (2017). Reducing fatigue score with physical exercise in


children with cancer. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(2), 139-151. Retrieved from
http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/139/156

Hooke, M. C., Garwick, A. W., & Gross, C. R. (2011).Fatigue and physical


performance in children and adolescents receiving chemotherapy.Oncology Nursing
Forum, 38(6), 649.doi: 10.1188/11.ONF.649-657
James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.N., (2013). Nursing care of children:
Principles & practice (4th ed.). Missouri

Jung, M., Zepf, N., & Fuchs, B. (2016). Bewegungstherapie für Kinder mit Cancer
Related Fatigue. Klinische Pädiatrie, 228(3), 157-163. doi:10.1055/s-0042-105291

Lam, K. K. W., Li, W. H. C., Chung, O. K., Ho, K. Y., Chiu, S. Y., Lam, H. S., Chan,
G. C. F. (2018). An integrated experiential training programme with coaching to
promote physical activity and reduce fatigue among children with cancer: A
randomised controlled trial. Patient Education and Counseling, 1-10. doi: 10.1016/j.
pec.2018.07.008

Miller, E., Jacob, E., & Hockenberry, M. J. (2011).Nausea, pain, fatigue, and multiple
symptoms in hospitalized children with cancer.Oncology Nursing Forum, 38(5),
E382–E393. http://doi.org/10.1188/11.ONF.E382-E393

Moher D, Liberati A, Tetzlaff J, Altman DG, The PRISMA Group. (2009). Preferred
reporting items for systematic reviews and meta-Analyses: The PRISMA Statement.
PLoS Med 6(7): e1000097. doi:10.1371/journal.pmed1000097

Mustian, K. M., Sprod, L. K., Janelsins, M., Peppone, L. J., & Mohile, S. (2012).
Exercise Recommendations for Cancer-Related Fatigue, Cognitive Impairment, Sleep
problems, Depression, Pain, Anxiety, and Physical Dysfunction: A Review. Oncology
& Hematology Review, 8(2), 81–88. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3647480/

Naga, B. S. H. B., & Kassab, M. I. (2013). Fatigue experience among cancer patients
receiving chemotherapy. Journal of Research in Nurisng and Midwifery, 2(1), 1-5.
Retreived from https://www.interesjournals.org/articles/fatigue-experience-
amongcancer-patients-receiving-chemotherapy.pdf
Tanir, M. K., & Kuguoglu, S. (2012). Impact of exercise on lower activity levels in
children with acute lymphoblastic leukemia: A randomized controlled trial from
Turkey. Rehabilitation Nursing, 36, 48-59. doi: 10.1002/rnj.58

Union for International Cancer Control (2015).Childhood Cancer. Didapatkan dari


http://www.uicc.org/programmes/childhood-cancer

Viña, C. C., Wurz, A. J., & Culos-Reed, S. N. (2013).Promoting physical activity in


pediatric oncology. Where do we go from here? Frontiers in Oncology, 3(July),
173.http://doi.org/10.3389/fonc.2013.00173

Nugroho, S. (2016).Tesis Faktor-Faktor yang Berkontribusi Terhadap Fatigue Klien


Kanker Di RS Tugurejo Semarang.

Taukhid, M. (2017).Manajemen Fatigue Melalui Kombinasi Aerobik dengan


Relaksasi Yoga pada Penderita Kanker Payudara dalam Program Kemoterapi.Jurnal
Ilmu Keseshatan Vol. 5 No. 2, Mei 2017.

Wahyuni, I.S., Sudiana, I. K., & Mariyanti, H. (2012).Walking Exercise Programme


(WEP) Menurunkan Cancer Related Fatigue (CRF) pada Pasien Kanker Payudara di
RSUD. Ibnu Sina Gresik. Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Wahyuningsih, E., Yulianti., Yuningsih, Y., & Lusyana, A. (2001). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Wahyuningsih, I. S. dan K. N. Ikhsan. 2018. Nyeri pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi pain in cancer patients undergoing chemotherapy. In Unissula Nursing
Conference Call for Paper & National Conference. 1(1):133–137.

Wang, X. S. 2012. Pathophysiology of cancer related fatigue. Clin J Oncol Nurs.


12(Figure 1):11–20.

Warner, E. T., R. M. Tamimi, M. E. Hughes, R. A. Ottesen, Y. N. Wong, S. B. Edge,


R. L. Theriault, D. W. Blayney, J. C. Niland, E. P. Winer, J. C. Weeks, dan A. H.
Partridge. 2015. Racial and ethnic differences in breast cancer survival: mediating
effect of tumor characteristics and sociodemographic and treatment factors. Journal of
Clinical Oncology. 33(20):2254–2261.

Dep wijayanti.2017.Latar belakang masalah kanker. URL:


http://repository.unissula.ac.id

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook,an
evidence-based guide to planning care 11 ed. St. Louise : elsevier
Bachion, M., Araújo, L., & Santana, R. (2002).Validation of content of nursing.diagnosis
'impaired physical mobility' in elderly adults: a contribution. Acta Paulista De Enfermagem,
15(4), 66-72.
Cheng B. (1995). Nursing diagnoses and construct validity of pain, self-care deficit and
impaired mobility. International Journal Of Nursing Studies, 32(6). 556-567.
Carpernito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2013). Nursing Diagnosis Manual
Planning, Individualizing and Documenting Client Care. 4 Ed. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification
2015-2017. 10" Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Hurr, H. K., Park, S. M., Kim, S. S., et al. (2005). Activity intolerance and impaired physical
mobility in elders. Int J of Nursing Terminologies and Classifications, 16(3-4), 47-53.
Kneafsey, R., Clifford, C., & Greenfield, S. (2015). Perceptions of hospital manual handling
policy and impact on nursing team involvement in promoting patients' mobility. Journal of
Clinical Nursing, 24 , 289-299.
Kheafsey, R. (2007). A systematic review of nursing contributions to mobility rehabilitation:
examining the quality and content of the evidence. Journal of Clinical Nursing, 16(11c), 325-
340.
Newiield, S. A., Hinz, M. D.. Tiley, D. S. Sridaromont, K. L., Maramba, P. J. (2012). Cox's
Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women's, Mental Health, Gerontic,
and Home Health Considerations. 6" Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company. menurun
k(ROM)

Anda mungkin juga menyukai