Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

TUMOR INTRA ABDOMEN

Oleh:
Wahyu Widya Astuti 1510070100055
Gusti Ulfa Haryoningsih 1510070100065
Wahyu Darmawan 1510070100056
Sedrial 1510070100051

Preseptor:
dr. Irsal Munandar, SpB

KEPANITERAAN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
BAGIAN BEDAH RSUD M.NATSIR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan case report
session ini yang berjudul Massa Intra abdomen dengan pyonefrosis.
Case report sessionini ditulis dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis dan pembaca mengenai Massa intra abdomen dan pyonefrosis,
selain itu juga untuk memenuhi salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di
Bagian Ilmu Bedah di RSUD M.Natsir, Solok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan case report sessionini, terutama
kepada pembimbing dr. Irsal Munandar,Sp.Byangtelahmeluangkanwaktudalam
memberikan bimbingan, saran dan perbaikan kepadapenulis.
Dengan demikian, penulis berharap agar case report sessionini dapat bermanfaat
dalam menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai Massa intra abdomen dan
pyonefrosis.

Solok, 23 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATAPENGANTAR........................................................................................................2
DAFTARISI.......................................................................................................................3
DAFTARGAMBAR..........................................................................................................4
BAB1.................................................................................................................................5
1.1 LatarBelakang....................................................................................................5
1.2 TujuanPenulisan.................................................................................................5
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................6
1.4 MetodePenulisan................................................................................................6
BAB2.................................................................................................................................7
2.1 Anatomi Thoraks................................................................................................7
2.2 Definisi ............................................................................................................... 8
2.3 Epidemiologi......................................................................................................9
2.4 Etiologi dan Faktor Risiko..................................................................................9
2.5 Klasifikasi........................................................................................................10
2.6 Patofisiologi.....................................................................................................13
2.7 Diagnosis..........................................................................................................15
2.8 Penatalaksanaan................................................................................................17
2.9 Komplikasi.......................................................................................................19
2.10 Prognosis..........................................................................................................20
BAB3 Laporan kasus...................................................................................................21
BAB4 Penutup.............................................................................................................27
4. 1 Kesimpulan.......................................................................................................27
DAFTARPUSTAKA.......................................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker berkaitan dengan benjolan patologis pada tubuh yang secara umum sinonim
dengan tumor. Tumor berarti benjolan atau pembengkakan,terdiri dari tumor ganas dan tumor
jinak.Tumor ganas inilah yang dikenal sebagai kanker (neoplasma = karsinoma = keganasan).
Namun tumorbiasanya dipakai pula untuk pengganti nama kanker jinak, sementara istilah
kanker dimaksudkan sebagai suatu ‘tumor’ ganas. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa
semua benjolan adalah tumor, tapi tidak semua tumor adalah kanker.
Kanker dan tumor merupakan penyebab kematian utama kedua yang
memberikan kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit tidak menular
utama di dunia. (Shibuya K, Mathers CD,Boschi-Pinto C,Lopez AD, Murray
CJL).Dampak Penyakit Tidak Menular khususnya penyakit tumor terhadap
ketahanan sumber daya manusia sangat besar karena selain merupakan penyebab kematian dan
kesakitan juga menurunkan produktivitas. Angka kesakitan dan kematian tersebut sebagian besar
terjadi pada penduduk dengan sosial ekonomi menengah ke bawah. Di Indonesia penyakit
kanker/tumor merupakan urutan ke 6 dari pola penyakit nasional. Setiap tahunnya 100 kasus
baru terjadi diantara 100.000 p e n d u d u k. ( D e p a r t e m e n
K e s e h a t a n R e p u b l i k I n d o n e s i a , 2 0 0 2 ) Meningkatnya pengguna
rokok (57 juta orang), konsumsi alkohol, kegemukan atau 0 besitas dan kurangnya aktifitas
fisik/olahraga juga berperan dalam peningkatan angka kejadian kanker di Indonesia. (Depkes
RI.2005)
Lima besar provinsidi Indonesia mempunyai prevalensi di atas
angkanasional (> 5,03 %), yang pertama Daerah Istimewa Yogyakarta
mendudukiurutan prevalensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 9,66 %, disusul Jateng8,06
%, DKI Jakarta 7,44 %, Banten 6,35%, selanjutnya Sulut (5,76%0) (Oemiati Ratih , Ekowati
Rahajeng , Antonius Yudi Kristanto) O r g a n i s a s i 2 kesehatan dunia (WHO) menyatakan
bahwa lima besar penyakit kanker didunia adalah kanker paruparu, kanker payudara, kanker usus besar
kanker lambung dan kanker hati. (WHO, 2005)
Tumor/kanker saluran cerna menempati urutan ke-6 terbanyak dari seluruh jenis
tumor/kanker yang ada. Perempuan mempunyai risiko 2,2 kali lebih besar dibandingkan laki-
laki. Risiko tumor/kanker saluran cerna akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur
dan semakin tinggi tingkat pendidikan. Berat badan obes mempunyai risiko1,7 kali
dibandingkan dengan responden yang mempunyai berat badan kurus. Kebiasaan
merokok berhubungan bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna. Kebiasaan
minumalkohol, konsumsi buah sayur, maupun konsumsi makanan berlemak tidak berhubungan
4
bermakna dengan tumor/kanker saluran cerna.
Kanker/tumor merupakan penyakit dengan penyebab multifactor  yang terbentuk dalam
jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda.(Bonita
R, de Courten, Dwyer T, and Leowski,J.2001) Faktor nutrisi merupakan salah satu aspek yang
sangat penting, yang kompleks dan sangat dikaitkan dengan proses patologis kanker. Secara
umum total asupan berbagai lemak (yaitu tipe yang berbeda-beda dari makanan yang berlemak)
bisa dihubungkan dengan peningkatan insiden beberapa kanker utama misalnya kanker
payudara, colon, prostat, ovarium, endometrium dan pancreas. (Weisburger JH. 2002)
Disamping itu obesitas juga meningkatkan risiko untuk kanker dan aktivitas fisik merupakan
determinan utama dari pengeluaran energi akan mengurangi risiko (Kritchevsky, D.Key TJ.
2003).
Faktor gaya hidup antara lain merokok, diet, konsumsi alcohol, reproduksi
(hamil, menyusui, umur pertama menstruasi, menopause), obesitas dan kurangnya aktivitas
fisik diduga sebagai kontributor utama pertumbuhan kanker. (Eichholzer-M. 1997) Beberapa
faktor risiko penyakit kanker antara lain; merokok dan faktor gaya hidup (khususnya konsumsi
sayur dan buah serta aktivitas fisik) merupakan faktor risiko kanker. (Alberty, G.
2001).Hal ini diperjelas dengan per-nyataan Ray (2005) yang mengatakan bahwa asupan buah dan
sayur yang tinggi akan menurunkan risiko kanker/tumor. (Ray, A. 2005). Alkohol adalah faktor
risiko untuk tumor dan saluran pencemaan atas, kanker hati dan kanker co lonrectal, jumlah
sedikit (small amount) akan meningkatkan risiko kanker payudara.(Sinagra D, et.al, 2002)
Disamping itu total asupan lemak berkaitan dengan peningkatan penyakit kanker/tumorseperti
payudara, colon dan prostat.(Adebamowo CA, Ajayi, Adebamowo CA, and Ajayi. 2000).
Faktor lain yang berpengaruh adalah kesehatan mental. Orang dengan mental disorder
(khususnya yang berkaitan dengan masalah mood seperti depresi klinis danbipolar) akan
meningkatkan risiko kejadian kanker pada usia muda. Padawanita 43 % dengan mental disorder
akan menjadi sakit kanker kurang 2 tahun setelah didiagnosa menderita masalah dengan mood.
( Davis, JL.2005)

5
BAB II

TINJAUAN PUSAKA

A. DEFINISI

Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-
beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel
normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini dapat meluas ke retroperitonium, dapat
terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan
menentukan struktur yang dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya.

Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa / lien,
Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor pankreas.
Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal). Yang akan dibahaskan di sini adalah
yang terutama tumor di saluran cerna intestinal.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGIS


Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan posisi dari 2 garis
horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi abdomen.
Pembagian berdasarkan region:
1. Regio hipokondriak kanan
2. Regio epigastrika
3. Regio hipokondriak kiri
4. Regio lumbal kanan
5. Regio umbilicus
6. Regio lumbal kiri
7. Regio iliak kanan
8. Regio hipogastrika
9. Regio iliak kiri

Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari satu garis
horizontal dan 1 garis vertikal yang membagi daerah abdomen.
1. Kuadran kanan atas
2. Kuadran kiri atas
3. Kuadran kanan bawah
4. Kuadran kiri bawah
6
7
C. ETIOLOGI
Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik, virus, parasit, inflamasi
kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan imunitaws. Penyebab terjadinya
tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor
tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam
pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1. Karsinogen
a. Kimiawi
Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan
aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasi. Bahan
kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan sintetik/semisintetik.
Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari
pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter)
dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia. Berbagai
karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis
benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang banyak
ditemukan di dalam makanana yang dibakar menggunakan arang menimbulkan
kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara atau prostat.
8
b. Fisik
Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber radiasi
lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar dengan
hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada
mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa
menyebabkan terjadinya neoplasia.
c. Viral
Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam ribonukleatnya; virus DNA
serta RNA. Virus DNA yang sering dihubungkan dengan kanker antara human
papiloma virus (HPV), Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan
hepatitis C virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell
leukemia virus I (HTLV-I) .
2. Hormon
Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.
3. Faktor gaya hidup
Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang kurang
berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak binatang, dan
kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko berbagai keganasan,
seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.
4. Parasit
Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.
5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat.

D. KLASIFIKASI
Dewasa :
- Tumor hepar
- Tumor limpa / lien
- Tumor lambung / usus halus
- Tumor colon
- Tumor ginjal (hipernefroma)
- Tumor pankreas
Anak-anak :
- Tumor wilms (ginjal)

E. GEJALA KLINIS
Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan tanda
selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu
9
dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan penunjang
umumnya juga tidak menunjukkan kelainan.
Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan tentang
tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-danfer warning
signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan akronim WASPADA sebagai
tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai.

C = Change in bowel or bladder habit


A = a sore that does not heal
U = unusual bleding or discharge
T = thickening in breast or elsewhere
I = indigestion or difficult
O = obvious change in wart or mole
N = nagging cough or hoarseness

Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk dideteksi.
Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak jaringan di
sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat
fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus. Bahkan,
bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila
demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini mungkin.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak
membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati
dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya
tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula apakah letak
tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar sulit menentukan
letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang
telah mendesak ke rongga abdomen.
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan darah
tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian mengecek
apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti pendarahan intra tumor atau
metastasis ke sumsum tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.
Tanda dan Gejala :
- Hiperplasia.
- Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
- Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor berasal dari
masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau lunak.
10
- Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.
- Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
- Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
- Konstipasi.
- Nyeri.
- Anoreksia, mual, lesu.
- Penurunan berat badan.
- Pendarahan.
.
F. PEMERIKSAAN KLINIS

Pemeriksaan klinik di sini adalah pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan dengan
cara anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu:

- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi

Pemeriksaan ini sangat penting, karena dari hasil pemeriksaan klinik yang
dilakukan secara teliti, menyeluruh, dan sebaik-baiknya dapat ditegakkan diagnosis klinik
yang baik pula. Pemeriksaan klinik yang dilakukan harus secara holistik, meliputi bio-psiko-
sosio-kulturo-spiritual.

Anamnesis seorang pasien, dapat bermacam-macam mulai dari tidak ada keluhan
sampai banyak sekali keluhan, bisa ringan sampai dengan berat. Semakin lanjut stadium
tumor, maka akan semakin banyak timbul keluhan gejala akibat tumor ganas itu sendiri atau
akibat penyulit yang ditimbulkannya.

Apabila ditemukan tumor ganas di dalam atau di permukaan tubuh yang jumlahnya
banyak (multiple), maka perlu ditanyakan tumor mana yang timbul lebih dahulu. Tujuannya
adalah untuk memperkirakan asal dari tumor tersebut. Pemeriksaan fisik ini sangat penting
sebagai data dasar keadaan umum pasien dan keadaan awal tumor ganas tersebut saat
didiagnosa. Selain pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus terhadap tumor ganas tersebut
perlu dideskripsikan secara teliti dan rinci. Untuk tumor ganas yang letaknya berada di atau
dekat dengan permukaan tubuh, jika perlu dapat digambar topografinya pada organ tubuh
supaya mudah mendeskripsikannya. Selain itu juga perlu dicatat :

11
1. Ukuran tumor ganas, dalam 2 atau 3 dimensi,
2. Konsistensinya
3. Ada perlekatan atau tidak dengan organ di bawahnya atau kulit di atasnya.

G. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Endoskopi (sebuah penelitian dimana sebuah pipa elastis digunakan untuk melihat
bagian dalam pada saluran pencernaan) adalah prosedur diagnosa terbaik. Hal yang
memudahkan seorang dokter untuk melihat langsung dalam perut, untuk memeriksa
helicobacter pylori, dan untuk mengambil contoh jaringan untuk diteliti di bawah sebuah
mikroskop (biopsi). Sinar X barium jarang digunakan karena hal tersebut jarang
mengungkapkan kanker tahap awal dan tidak dianjurkan untuk biopsi. Jika kanker
ditemukan, orang biasanya menggunakan computer tomography (CT) scan pada dada dan
perut untuk memastikan penyebarannya yang mana tumor tersebut telah menyebar ke organ-
organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa menunjukkan penyebaran tumor. Dokter biasanya
melakukan endoskopi ultrasonic (yang memperlihatkan lapisan saluran pencernaan lebih
jelas karena pemeriksaan diletakkan pada ujung endoskopi) untuk memastikan kedalaman
tumor tersebut dan pengaruh pada sekitar getah bening.
Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis
tumor ganas (radiodiagnosis) banyak jenisnya mulai dari yang konvensional sampai
dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih sesuai dengan kasus yang
dihadapi. Pada tumor ganas yang letaknya profunda dari bagian tubuh atau organ,
pemeriksaan imaging diperlukan untuk tuntunan (guiding) pengambilan sample patologi
anatomi, baik itu dengan cara fine needle aspiration biopsi (FNAB) atau biopsy lainnya.
Selain untuk membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan imaging juga berperan
dalam menentukan staging dari tumor ganas. Beberapa pemeriksaan imaging tersebut
antara lain:

- Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak, leher, toraks,
abdomen, tulang, mammografi, dll.
- Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in loop,
kistografi, dll.
- USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara.
Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll.
- CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala, thoraks,
abdomen, whole body scan, dll.

12
- MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih tergolong
baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya dikatakan lebih
baik dari CT.
- Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat scanning
dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium, dll. Contoh:
scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.
- RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).

H. GAMBARAN RADIOLOGI
1. Tumor Hepar
Ada 2 macam gambaran hepatoma yaitu bentuk nodular yang gambaran nodul
tumor jelas misalnya tumor yang tidak berbatas rata, atau bentuk difuse. Hepatoma
bentuk difuse ditandai dengan edchopattern yang sangat kasat dan mengelompok
dengan batas tidak teratur dan bagian sentralnya  lebih ecvhogenik. Pembuluh darah
disekitarnya sering distorted. Seringkali  para ultrasonografer yang tidak
berpengalaman membuat diagnosa sirosis padahal diagnosa yang betul adalah sirosis
dan hepatoma diffuse. Gambaran hepatoma diffuse harus dibedakan dari gambaran
focal fatty liver dimana ada gambaran echopattern yang kasar tetapi fokal.

Gambar 2.1 - Hepatoma Difuse dan Hepatoma Noduler

Hepatoma yang berukuran 3 cm atau kurang disebut : Hepatoma dini (early).


Bila ukuran lebih dari 3 cm disebut : Hepatoma lanjut (advanced). Hepatoma dini
sering kali bersifat hypoechoic sedang hepatoma lanjut biasanya hyperechoic atau
multiple echo yang menunjukkan nekrosis atau fibrosis dalam tumor. Kadang –
kadang hepatoma dini berbentuk seperti mata sapi (bull’s eye).

13
Gambar 2.2 - Gambaran USG Hepatoma Lanjut berupa hyperechoic

2. Tumor Limpa
Pada tumor primer pada limpa ditemukan gambaran bulging atau
penggelembungan
tepi limpa dengan struktur eko
parenkim yang tidak
homogen.

Gambar 2.3 - Spiral CT scan dipotong 7 mm, dengan limpa sangat membesar (di
sebelah kanan pemirsa), menunjukkan massa tumor kurang radiodense dengan limpa
agak padat normal berdekatan.

3. Tumor Lambung atau Usus halus


Bila ada tumor lambung, maka dengan sendirinya kontras tidak dapat mengisinya,
sehingga pada pengisian lambung, tempat tersebut merupakan tempat yang luput dari
pengisian kontras (luput isi atau filling defect).
Stadium Awal Kanker Lambung
Lesi-lesi yang Nampak di mukosa dan submukosa diklasifikasikan menjadi 3 tipe:
14
a. Lesi tipe I yaitu adanya elevasi dan penonjolan keluar lumen lebih dari 5 mm.
b. Lesi tipe II yaitu adanya lesi superficial yang adanya elevasi (IIa), datar (IIb),
atau tertekan (IIc).
c. Lesi tipe III stadium kanker awal adalah gambaran dangkal, ulkus ireguler
dikelilingi nodul-nodul, kumpulan lipatan-lipatan mukosa.

Kanker Lambung Stadium Lanjut


Kanker lambung kadang-kadang Nampak dalam foto polos abdomen sebagai
gambaran abnormalitas pada kontur gaster atau adanya gambaran massa soft tissue
yang masuk ke dalam kontur gaster. Jarang ditemukan musin yang diproduksi kanker
yang akan memberikan gambaran area kalsifikasi. Pada studi barium, karsinoma gaster
tampak gambaran polypoid, ulcerative atau lesi infiltrate.

Gambar 2.4 - Polypoid Carcinoma lambung. Radiografi dengan kontras Foto


Upper GI menunjukkan kelainan yang mengisi lobulated (panah) di antrum lambung.

Gambar 2.5 - Tumor jinak stroma gastrointestinal dalam Duodenum

15
4. Tumor Kolon
- Adanya penonjolan ke dalam lumen berupa polip bertangkai (pedunculated)
atau tak bertangkai (sesile).
- Terjadi kerancuan dinding kolon bersifat simetris (napskin ring) atau asimetris
(apple core).
- Kekakuan dinding colon bersifat segmental (lumen colon dapat atau tidak
menyempit)

Gambar 2.6 – Pedunculated polip pada kolon descenden

Gambar 2.7 - Gambaran “apple core” pada colon sigmoid

16
Gambar 2.8 – Kanker caecum. Massa polipoid mendesak lipatan iliocaecal sehingga
menyebabkan obstruksi.

Gambar 2.9 - Polypoid carcinoma. Massa berlobus besar di rectosigmoid junction.

5. Tumor Ginjal
- pemeriksaan dengan IVP terlihat gambaran sistem kalixes yang tidak teratur
(tumor willms).
- bayangan masa dapat tidak homogen, tidak ada kalsifikasi, mengandung banyak
jaringan lunak (hipernefroma).
- massa di daerah ginjal, batas tidak jelas, menutupi bayangan musculus psoas
bagian atas (sarcoma ginjal).

17
Gambar 2.10 - CT scan bayi dengan massa ginjal yang besar (panah). Jaringan ginjal
normal adalah ditunjukkan di sebelah kanan tumor Wilms (panah kepala, struktur
berwarna putih).

6. Tumor Ureter
Terdapat gambaran filling defect pada daerah yang terdapat polip dengan atau
tanpa dilatasi proksimalnya.

Gambar 2.11 Gambaran filling defect (panah) di ureter adalah karakteristik dari polip
fibroepithelial.

7. Tumor Buli-buli
Penampakan carsinoma vesika urinaria dapat berupa defek pengisian pada
vesika urinaria yang terisi kontras atau pola mukosa yang tidak teratur pada film
kandung kemih pascamiksi. Jika urogram intravena menunjukkan adanya obstruksi
ureter, hal tersebut lebih menekankan pada keterlibatan otot – otot di dekat orifisium
ureter dibandingkan obstruksi akibat massa neoplasma yang menekan ureter. CT atau
MRI bermanfaat dalam penilaian praoperatif terhadap penyebab intramural dan
ekstramural, invasi lokal, pembesaran kelenjar limfe, dan deposit sekunder pada hati

18
atau paru.

Gambar 2.12 - Transisi Cell Carcinoma. Radiografi dari urogram ekskretoris


menunjukkan massa lobulated (panah) yang menyebabkan kelainan di dasar kandung
kemih
.
8. Tumor Pankreas
CT Scan dari multisection aksial pada pasien dengan kanker pankreas
menunjukkan penipisan massa rendah di kepala pankreas, berdekatan dengan vena
mesenterika superior.

Gambar 2.13 – CT Scan Tumor Pankreas (kiri)


Gambar 2.14 - Endoskopi Tumor pancreas (kanan)

19
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 70 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Alamat :koto baru, sijunjung
No. RM : 075722
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri perut sebelah kanan yang makin memberat sejak 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan nyeri perut sebelah kanan sejak 1 minggu SMRS. Awalnya
pasien datang ke RSUD Sijunjung dengan keluhan nyeri perut sebelah kanan, lalu
pasien dirujuk ke RSUD M.Natsir karena nyeri pada perut bertambah berat. Pasien juga
mengeluhkan tidak BAB dan buang angin selama 1 minggu. Karna pasien tidak
BAB,pasien hanya makan sedikit.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. Dan pasien
menyangkal ada penyakit lainnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien Menyangkal keluarga tidak ada penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat pengobatan
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya.

Riwayat kebiasaan social


Pasien berusia 70 tahun, tidak bekerja, ada riwayat merokok saat muda.

20
III. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Somnolen (GCS 13)
Vital sign :
- TD : 110/80
- T : 37oC
- RR : 22x/menit
- Nadi : 96x/menit
a. Kepala dan leher
- Kepala : dalam batas normal
- Rambut : hitam ada sedikit uban
- Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
- Telinga : discharge (-/-)
- Hidung : discharge (-/-)
- Mulut : dalam batas normal
- Leher : tidak teraba benjolan dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe
b. Thorax
- Jantung : S1,S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
- Paru : Vesikuler (+/+) ; Ronkhi (-/-) ; Wheezing (-/-)

Status lokalis
c. Abdomen
- Inspeksi : Distensi
- Auskultasi : Bising usus Menurun
- Palpasi :
- nyeri tekan Hipokondrium Dextra (+)
- Nyeri tekan Lumbal dextra (+)
- Nyeri tekan SIAS dextra (+)
- Hepar teraba 8 jari dari arcus costarum, Lien tidak teraba
- Perkusi : Tympani
d. Ekstremitas
- Edema: -
- Akral agak dingin CRT >2det

21
IV. Diagnosis banding
Tumor Ginjal
Tumor Hepar
Pyonephrosis
Abses hepar

V. Planning
a. Cek darah rutin, ureum, kreatinin dan urinalisa.
b. CT Scan abdomen

Laboratorium
Pemeriksaan Tanggal
17-11-2020
Hemoglobin 10,1 g/dL
Hematokrit 30,4 %
3,89 105/mm3
Eritrosit
16,0 103/mm3
Leukosit 423 103/mm3
Trombosit
0
Eosinofil 0
Basofil 90
N. Segmen 4
Limfosit 2
Monosit

ALC
640 /mikroL
NLR 23,50

Ureum 67
Creatinin 1,00

22
CT-Scan Abdomen

23
Rontgen Thorak

VI. Diagnosis kerja


Tumor Ginjal T1N0M0
VII. Terapi
Injeksi Metrodinazole 3x1
Injeksi Omeprazole 3x1
24
Injeksi ketorolac 2x1

BAB III

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses


pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Tumor abdomen merupakan
sepertiga dari seluruh tumor ganas. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba
ketika mulai mendesak jaringan disekitarnya. "Itu karena sifat rongga tumor abdomen yang
longgar dan sangat fleksibel”.

Tumor abdomen merupakan suatu benjolan atau pembengkakan abnormal dalam


abdomen, yang meliputi organ-organ hepar, limpa, lambung dan usus halus, kolon, ginjal,
ureter, buli-buli, pancreas. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor
antara lain karsinogen, hormon, faktor gaya hidup, parasit, genetik, infeksi, trauma,
hipersensivitas terhadap obat.

Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan untuk menegakkan diagnosa.


Seperti pemeriksaan darah tepi, laju endap darah. Selain itu, perlu juga pemeriksaan foto
polos abdomen, ultrasonografi dan atau CT-scan dilakukan sesuai sarana dan prasarana.

Yang termasuk tumor abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa / lien, Tumor
lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor pankreas. Pada
anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal).

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Light R, Lee Y. Pneumothorax, Chylothorax, Hemothorax and Fibrothorax. In:


Mason R, Broaddus V, Murray J, Nadel J, editors. Murray and Nadel’s Textbook
of Respiratory Medicine. 4th ed. Pennsylvania: Elsevier Saunders; 2005. p.1961–
82.
2. Nasution A., Sumariyono. Pneumotorak. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th
ed. Jakarta: Interna Publishing;2014.
3. Sutanto YS, Surjanto E, Suradi, Raharjo AF. Tuberkulosis paru sebagai penyebab
tertinggi kasus pneumotoraks di bangsal paru RSUDDr Moewardi (RSDM)
Surakarta tahun2009.
4. Macduff A, Arnold A, Harvey J. Management of Spontaneous Pneumothoraks :
British Thoracic Society Pleural Disease Guideline 2010. Br Thorac J.2010;
5. Fishman A, Elias J, Fishman J, Grippi M, Senior R, Pack A. Fishman’s Pulmonary
Diseases and Disorder Volume 2. 4th ed. New York: Mc Graw Hill; 2008.
6. Bourke S. Lecture Note On Respiratory Medicine. 6th ed. USA: Black Well;
2003.
7. Hisyam B, Budiono E. Pneumothoraks. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo A, K M,
Setiyohafi B, Syam A, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. 6th ed.
Jakarta: Interna Publishing; 2014. p.1642–51.
8. Djojodibroto D. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Fisik. In: Respirologi
(Respiratory Medicine).EGC;
9. Shamei M, Tabarsi P, Pojhan S, Ghorbani L, Baghaei P, Marjani M, et al.
TuberculosisAssociated Secondary Pneumothorax: A retrospective Study of 53
Patient. Respir Care.2011;56(3):298–302.
10. Choi W. Pneumotorax. Tuberc Respir Dis.2014;76(3):99–104.
11. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia :dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2001.
12. Slobodan M, Marko S, Bojan M. Pneumotorax-Diagnosis and Treatment.
Sanamed.2015;10(3):221–2.

26

Anda mungkin juga menyukai