Disusun Oleh:
1610070100073
Pembimbing:
BAITURRAHMAH PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
SYNDROME”. Case ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan
waktu yang tersedia untuk menyusun Case ini sangat terbatas, penulis sadar
masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang membangun sangat
penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan
Akhir kata penulis berharap kiranya case ini dapat menjadi masukan yang
berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait
dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya tentang Eclampsi dan Hellp
Sindrome.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
tetap tinggi dan mengakibatkan angka morbiditas dan mortilitas maternal yang
sebagai gangguan luas kerusakan endotel pembuluh darah dan vasospasme yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan dapat juga dijumpai pada akhir 4-6
minggu post partum. Hal ini secara klinis didefinisikan adanya hipertensi dan
maternal dan 900.000 kematian perinatal setiap tahunnya. 3 Hal ini terjadi pada 3-
merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
masih cukup tinggi. Hal ini masih disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga
oleh perawatan dalam persalinan oleh petugas non-medik dan sistem rujukan yang
belum sempurna.4
1
Sampai sekarang penyebab preeklamsi masih belum diketahui dengan
disebut sebagai disease of theory, namun tidak ada satupun yang dianggap mutlak
benar.6
kenyataannya hal tersebut jauh lebih kompleks. Ada perubahan terlihat pada
Kematian ibu bersalin pada sindrom hellp cukup tinggi, yaitu 24%. Penyebab
perdarahan otak, ruptur hepar dan kegagalan multipel. Demikian juga kematian
preterm. 7
2
1.3 Manfaat Penulisan
a. Sebagai informasi bagi penulis dan pembaca tentang eklampsi dan hellp
sindrome
b. Untuk menambah wawasan serta ilmu bagi penulis dan pembaca tentang
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2. Klasifikasi
persalinan.
koma.
proteinuria.
tanpa proteinuria.7
4
2.1.3. Faktor Risiko
a. Primigravida
f. Obesitas
kehamilan, yaitu:
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
hambur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah pada
daerah utero plasenta.Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri
5
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya,
fibronektin, faktor Von Willebrand, t-PA dan PAI-1 yang merupakan marker dari
pembuluh darah.
oksidan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak, Peroksida lemak selain
akan merusak sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Produksi
oksidan dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti
oksidan.7
6
C. Peroksida Lemak Sebagai Oksidan Pada Hipertensi Dalam Kehamilan
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan
yang sangat toksis ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan akan
merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak
jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah
7
E. Teori Intoleransi Imunologik Antara Ibu Dan Janin
menikah lagi mempunyai risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan
plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan
proteinuria.7
vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan
dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu.
Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan.7
G. Teori Genetik
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pereeklampsia, maka 26%
8
H. Teori Defisiensi Gizi
sirkulasi ibu. Peristiwa ini disebut sebagai kekacauan adaptasi dari proses
menyeluruh.7
kadar berbagai prostaglandin. Pada waktu yang sama terjadi penurunan aktivitas
klinis preeklampsia dijumpai atau peningkatan hanya terjadi pada IUGR masih
dalam perdebatan. Produksi IL-6 dalam desidua dan trofoblas dirangsang oleh
9
menyebabkan permeabilitas sel endotel meningkat, merangsang sintesis platelet
terjadinya produksi protein permukaan sel yang diperantai oleh sitokin. Molekul
adhesi dari endotel antara lain E-selektin, VCAM-1 dan ICAM-1. ICAM-1 dan
maternal preeklampsia.8
2.2. Eklampsia
2.2.1 Definisi
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata
tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Eklampsia pada umumnya timbul pada
diikuti oleh koma. Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada multipara.
Pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.3
antenatal yang teratur, sebagai usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.3
1
Eklampsia lebih sering terjadi pada :3
1. Kehamilan kembar
2. Hydramnion
3. Mola hydatidosa
2.2.2 Etiologi
darah uterus.
pengaruh epigenetik.
2.2.3 Epidemiologi
Karena dalam batas tertentu dapat dicegah melalui asuhan antenatal yang
disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia,
eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan postpartum. Eklampsia postpartum
1
Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-
gejala atau tanda-tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma
meningkatkan resiko bagi ibu maupun janin. Kejang eklamtik hampir selalu
didahului oleh preeklampsia. Eklamsia paling sering terjadi pada trimester ketiga
dan menjadi semakin sering saat kehamilan mendekati aterm. Pada beberapa
tahun akhir, telah terjadi pergeseran yang semakin besar pada insiden eklamsia ke
akses asuhan pranatal, deteksi preeklamsia yang lebih dini, dan penggunaan
tanda dan gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti telah
eklampsia harus dibedakan dari (1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya
serangan sebelum hamil atau pada hamil-muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada;
(2) kejang karena obat anestesia; apabila obat anestesia lokal tersuntikkan ke
dalam vena, dapat timbul kejang; (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes,
1
telah diajukan sebagai cara untuk memprediksi timbulnya preeklamsia. Usaha-
dapat memberikan bukti tak langsung proses ini sehingga berperan sebagai uji
diastolik.
3. Mikroalbuminuria
29 dan 97 persen.
1
4. Fibronektin
terjadinya cedera endotel. Lebih dari 20 tahun yang lalu Stubbs dkk,
mual keras, nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal
dan tidak segera diobati, akan timbul kejang; terutama pada persalinan bahaya ini
1. Tingkat awal atau aura (Tingkat Invasi). Keadaan ini berlangsung kira-
kira 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar
berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi
yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi.
Bola mata menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbusa, muka
1
menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang
klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari
secara mendengkur.2
sadar kembali maka ia tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi,
lamanya coma dari beberapa menit sampai berjam-jam, akan tetapi dapat
terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang,
Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meningkat
komplikasi seperti (1) lidah tergigit; perlukaan dan fraktura; (2) gangguan
Atau pasien mati setelah beberapa hari karena pneumonia aspirasi, kerusakan hati
dan gangguan faal ginjal. Kadang-kadang terjadi eklampsia tanpa kejang, gejala
yang menonjol adalah koma. Eklampsia semacam ini disebut ”eclampsia sine
eclampsi”, dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Pernafasan biasanya cepat
jam. Juga kalau anak mati di dalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya
penyakit akan berkurang. Proteinuri hilang dalam 4-5 hari sedangkan tensi normal
1
2.2.8 Patofisiologi
hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam
aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai
kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan
1
Adesi dan agregasi trombosit,
rusaknya trombosit
2.2.9 Penatalaksanaan
stabilisasi fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation
mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah,
khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat
sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat. 1
1. Mengendalikan Kejang
yang efektif dan tidak menimbulkan penekanan sistem saraf pusat pada ibu
1
infus kontinu atau secara intramuskular melalui injeksi berkala. Dosis untuk
Refleks patella menghilang jika kadar plasma mencapai sekitar 10 meq/L atau
melemah, dan pada kadar≥ 12 meq/L terjadi paralisis pernapasan yang diikuti
napas ringan hingga sedang. Untuk depresi napasyang berat dan henti napas,
2. Mengendalikan hipertensi
1
pengamatan, terapi antihipertensi diberikan pada perempuan yang memiliki
mmHg.2
yang sangat tinggi secara cepat pada perempuan dengan penyakit hipertensi
gestational. Tiga obat utama yang paling sering digunakan di Amerika Utara
oral, dan obat ini menjadi sangat populer sebagai terapi lini pertama untuk
tetapi tidak lebih rendah dari ini agar tidak terjadi perburukan perfusi
plasental. Hydralazine yang diberikan dengan cara tadi telah terbukti sangat
1
hingga 40 mg tiap 10-15 menit sebanyak yang diperlukan, dengan dosis
3. Terapi Cairan
tidak melebihi 125 ml per jam, kecuali terdapat kehilangan cairan berlebihan
akibat muntah, diare, atau diaforesis, atau yang lebih mungkin, kehilangan
4. Kelahiran
kali maju secara spontan atau dapat berhasil diinduksi bahkan pada perempuan
yang masih jauh dari aterm sekalipun. Penyembuhan cepat tidak langsung
terjadi setelah pelahiran melalui jalan apapun, tetapi morbiditas berat saat
masa nifas lebih jarang terjadi pada perempuan yang melahirkan per vagina.
2
Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemuliham hemodinamika
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat
dan eklampsia.3
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di Rumah Sakit
diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau
destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan
2
6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk
eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-
sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnya.3
8. Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet
count.3
lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.3
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan frakura karena jatuh akibat kejang-
coogulation).3
2.2.11 Pencegahan
2
3. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke
dihilangkan.
2.2.12 Prognosis
merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala pertama
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu
yang sudah tidak mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita
eklampsia juga tergolong buruk. Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada
fibrin, menyebabkan penurunan kadar dari faktor pembekuan darah di plasma dan
2
Kenaikan dari kadar enzim hepar akibat dari nekrosis hemoragia periportal
pada bagian lobulus hepar. Perdarahan dari lesi ini dapat meluas ke bawah kapsula
hepar dan membentuk hematoma subkapsuler dapat berlanjut menjadi ruptur dari
kapsul hepar yang fatal dan memerlukan tindakan bedah. Trombositopenia akibat
dengan perlengketan trombosit dan penimbunan fibrin ataupun akibat dari proses
ibu hamil.8
Didahului tadna dan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala,
mual, muntah (semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi virus)
indirek
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen,
tanpa memandang ada atau tidaknya tanda dan gejala preeklampsia, harus
pada preeklampsia dan eklampsia. Pemberian cairan intravena harus sangat hati-
hati karena sudah terjadi vasospasme dan kerusakan endotel. Cairan yang
2
produksi urin dipertahankan sekurang-kurangnya 20 ml/jam. Bila hendak
dilakukan seksio sesaria dan bila trombosit < 50.000/ml, maka perlu diberi
transfusi trombosit. Bila trombosit < 40.000/ml, dan akan dilakukan seksio sesaria
maka perlu diberi transfusi darah segar. Dapat pula diberikan plasma exchange
mikroangiopati.
paru janin, dan (2) untuk sindroma HELLP sendiri dapat mempercepat perbaikan
(tappering off).
tekanan darah, menurunnya kadar LDH, dan AST. Bila terjadi ruptur hepar
2
BAB III
LAPORAN
KASUS
I. IDENTIFIKASI
Identitas Pasien
◾ Usia : 37 tahun
Anamnesa:
rumah, ± 8 jam sebelum masuk rumah sakit, dari keterangan keluarga pasien
kejang selama 5 menit dan kejang di seluruh tubuh, mual (+), muntah (+)
sebanyak 2x, demam (-) batuk (-) pilek (-) nyeri kepala (+), gusi berdarah (+)
riwayat kejang sebelum nya (-), riwayat hipertensi (-),riwayat PEB sebelum ny(-)
2
Pemeriksaan fisik:
Terapi:
3. Pasang kateter
5. Inj, kataprel 1 amp + aquadest 10 cc, bolus iv 5cc setelah 5 menit + ulang 1
jam kemudian
jantung (-)
Edema (+/+)
2
Akral hangat,crt <2 detik
2
Pemeriksaan di ICU hari 1 tanggal 1/12/2021 jam 12.30
S : Pasien Meracau, dan Gelisah Terapi
O: Awasi tanda vital dan balance
RR 17x/menit, Rh(-/-), Wh(-/-), cairan RL + drip oxytoan 10 iv / 8
SpO2 96% jam
TD 170/114 mmHg , Nadi 92 Syr mgSO4 1 gram / jam iv
x/menit Ketorolac 3 x 30 mg iv
GCS E3M5V5(13) pupil bulat Tramadol 100 mg / 8 jam iv drip
isokor, RC(+/+) diameter 2,5 Ondansentron 3 x 4 mg iv
mm/2,5 mm Omeprazole 1 x 40 mg iv
Urin spontan perkateter, urin Dexametason 4 x 10 mg iv
output 0 cc/jam ( tapering off)
Distensi (-), Peristaltik (+) Nipedipin 4 x 10 mg po ( bila td > 140
normal, soepel, H/L tidak teraba mmHg )
oedema (-) fr (-) Methyldopa 3 x 500 mg
Assesment Diazepam 3 x 5 mg
Gangguan ventilasi spontan E1 ceftriaxon 2 x 1 gr
Resiko infeksi Inj. Furosemide 40 mg
Gangguan rasa nyaman : nyeri Syr propofol 30 mg / jam ekstra
Planning
Monitor ttv
Monitor pendarahan
Rawat luka dengan teknik aseptic
Monitor balance cairan
Monitor pendarahan pervaginaan
Periksa lab
2
Pemeriksaan penunjang
Hb: 14,7 gr/dl Ur: 53 mg/dl (H)
Eritrosit 4,79 106/mm3 Cr: 0,95 mg/dl
Hematokrit 41.1 % Alb: 2,77 gr/dl (L)
Leukosit 20.6 103/mm3 (H) PT: 9,30 detik (L)
Trombosit 75 103/mm3 (L) aPTT: 24,80 detik
Glukosa darah: 183 mg/dl
SGOT: 140 U/L (H)
SGPT: 81 U/L (H)
Bilirubin total 1,44 mg/dl (H)
Bilirubin direk 0,42 mg/dl (H)
Bilirubin indirek 1,02 mg/dl (H)
Kratinin 0.95 mg/Dl
Diagnosa:
1. Post op SC a/i eklamsi + HELLP Syndrome
Pemeriksaan di ICU hari 1 tanggal 1-12-2021
jam 22.07
- Nafas : 42 x / I
- Pasien apnea begins
- Inj. SA 2 Amp
Jam 22.10
- Nadi tidak teraba
- TD 170/102 RJP
- Inj epinefrin
Jam 22:35
- Nadi tidak teraba
- Nafas tidak ada
- EKG asystole
Pasien di nyatakan meninggal di hadapan petugas dan keluarga
3
BAB 4
ANALISA KASUS
keluhan kejang 4 kali selama di rumah ±8 jam yang lalu smrs, kejang di seluruh
suhu 36,8ºC BB: 85 kg, TB: 160 cm Pemeriksaan obstetrikus dengan kesan PK,
tertutup.
kondisi semakin memburuk, maka diputuskan untuk dilakukan SC Cito, lahir bayi
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Eklamsia ialah preeklampsia Pada kasus ini ditemukan
dengan tekanan darah sistolik ≥140 tekanan darah saat masuk
mmHg dan tekanan darah diastolik 210/110 mmHg disertai
≥90 mmHg disertai proteinuria proteinuria (+++), pasien kejang
lebih 5g/24 jam serta kejang sebanyak 4 kali dan pasien
selama 60- 90 detik dengan gelisah dan tampak kebingungan
postical state pada pasien tidak ditemukan
riwayat hipertensi sebelumnya
Disebut preeklampsia berat dengan Pasien mengeluhkan mual
impending eclampsia bila muntah 2x sebelum masuk RS
preeklampsia berat disertai gejala- sehingga OS didiagnosa dengan
3
TEORI KASUS
gejala subjektif berupa nyeri kepala eklamsia, dan nyeri kepala,
hebat, gangguan visus, muntah- pasien juga mengalami kejang
muntah, nyeri epigatrium, dan
kenaikan progresif tekanan darah Pada kasus ini, dari hasil
HELLP syndrome pada umumnya pemeriksaan laboratorium
digunakan 2 klasifikasi. Klasifikasi didadapati trombosit
pertama adalah klasikasi Tennessee 140.000/mm3, SGOT 149 U/I,
System yang didasarkan pada SGPT 87 U/I dan LDH 1658
penilaian parameter atau U/I, sehingga OS didiagnosis
berdasarkan jumlah kelainan dengan eklamsia + sindroma
sebagai adalah berikut ; AST > HELLP, kemudian dilakukan
70UI/L, LDH > 600UI, Trombosit stabilisasi, namun kondisi tetap,
< 100.000/mm3 maka diputuskan untuk dilakukan
SC Cito, lahir bayi laki , BB
Pasien harus ditangani di unit 1200 gr, PB 42 cm . A/S : 6/9,
perawatan intensif (Intensive Care anus (+).sehingga dilakukan
Unit/ICU) dengan pemantauan terminasi kehamilan yaitu sectio
ketat terhadap semua parameter caesaria
hemodinamik dan cairan untuk
mencegah udem paru dan atau
kelainan respiratorik. Transfusi Pasien di transfer dari ruang ok
trombosit diindikasikan baik pacsa sc ke icu, di karenakan
sebelum maupun sesudah pasien mengalami penurunan
persalinan, jika hitung trombosit < kesadaran, dan ketidak stabilan
20.000/mm3. hemodinamik, dalam kasus ini
belum ada tanda trombositopenia
sehingga trf pcr belum di
butuhkan, pengawasan ttv pasien
dan terapi di sangat di awasi
3
TEORI KASUS
Penderita eklamsia harus dirawat Pada pasien ini di lakukan SC
inap dan dipasang foley catheteter Cito pada jam 10.00 dan selesai
untuk mengukur pengeluaran urin. 11:15 dan pasien langsung di
Medikamentosa yang diberikan transfer ke ruangan icu guna
yaitu anti-konvulsan dan anti observasi pemulihan lebih lanjut
hipertensi pasca sc pasien pantau monitor
ttv nya tiap 1 jam sekali di
ruangan icu, di berikan syr
mgSO4 1 gram / jam iv untuk
mengontrol kejang, dan inj
nipedipin 4 x 10 mg bila TD >
140 mmHg
3
DAFTAR PUSTAKA