Oleh :
19100707360803148
Preseptor :
SOLOK
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan case report dengan judul “CKD Stage V E.C
Hipertensi Stage II + Anemia Sedang Normositik Normokrom E.C Penyakit
Kronik”. Case ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu
yang tersedia untuk menyusun case report ini sangat terbatas, penulis sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa, maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang membangun sangat
penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap kiranya case report ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya mengenai “CKD
Stage V E.C Hipertensi Stage II + Anemia Sedang Normositik Normokrom E.C
Penyakit Kronik”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
iii
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................. 30
BAB IV PENUTUP.................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 41
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1 Penyakit ginjal kronik (Chronic
Menurut (WHO, 2002), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
kematian. Jumlah kejadian CKD didunia tahun 2009 menurut USRDS terutama di
CKD. Sedangkan di Indonesia tahun 2009 prevalensinya 12,5% atau 18 juta orang
dewasa yang terkena CKD. Prevalensi CKD di Sumatera Barat sebesar 0,2%.
Prevalensi CKD tertinggi sebanyak 0,4% yaitu di Kabupaten Tanah Datar dan
Kota Solok. Di Kota Padang didapatkan prevalensi CKD sebesar 0,3%. Kejadian
tertinggi CKD di Sumatera Barat adalah pada kelompok umur 45-54 tahun
sebanyak 0,6%. Perbandingan CKD berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita
tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Hipertensi berkaitan dengan
tekanan sistolik atau tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat
ditegakkan bila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.4
semakin menghawatirkan yaitu sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia
menderita hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta
populasi paling sering terjadi pada wanita dewasa hamil dengan prevalensi 50-
70%, diikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%, laki-laki dewasa 20-30%, dan
2
1.2 Tujuan Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.1 Penyakit ginjal kronik (Chronic
4
LFG ¿
Gagal ginjal
5 < 15 atau dialysis
2.1.3 Patofisiologi
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth
factors.1
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Pada stadium paling
dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal
reserve), dimana basal Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
5
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum
tertimbun dalam darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom uremia. Uremia
metabolik (sampah), maka gejala akan semakin berat. Kondisi ini dapat
LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius dan
pasien memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain
dialisis atau transplantasi ginjal, pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada
6
d. Kelainan kulit : kulit terlihat pucat, kering, pruritus, pigmentasi kulit,
ekimosis
ensefalopati uremikum
2.1.5 Diagnosis
perjalanan penyakit termasuk semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal
laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan banyak organ dan
disgeusia, konstipasi
7
Gangguan neuromuscular : letargi, sendawa, asteriksis, mioklonus,
Pemeriksaan Penunjang
kreatinin (TTK) ukur, asam urat, elektrolit, gula darah, profil lipid,
urinalisis
ekokardiografi
3. Biopsi ginjal.2
2.1.7 Tatalaksana
A. Non farmakologis2
Nutrisi
8
5 – 25 0,6 – 0,8 ; termasuk 0,35 30 - 35 ≤ 10
g/kgBB/hari protein nilai
biologi tinggi atau tambahan
0,3 g asam amino esensial
atau asam keton
< 60 0,8 (+ 1 g protein/ g 30 - 35 ≤9
(sindrom proteinuria atau 0,3 g/kgBB
nefrotik) tambahan asam amino
esensial atau asam keton
Protein
B. Farmakologis2
9
- Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II :
- Penghambat kalsium
- Diuretik
Koreksi hiperkalemi
golongan statin
2.1.8 Komplikasi
2.1.9 Prognosis
merujuk (kurang dari 3 bulan sebelum onset terapi pengganti ginjal) berkaitan erat
dengan meningkatnya angka mortalitas setelah dialisis dimulai. Pada titik ini,
pasien lebih baik ditangani bersama oleh pelayanan kesehatan tingkat primer
bersama nefrologis. Selama fase ini, perhatian harus diberikan terutama dalam
10
memberikan edukasi pada pasien mengenai terapi pengganti ginjal (hemodialisis,
2.2 Hipertensi
tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri. Hipertensi berkaitan dengan
tekanan sistolik atau tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat
ditegakkan bila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.4
klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal,
11
Tabel 2 : Klasifikasi hipertensi berdasarkan ESC/ESH Hypertension
Guidelines
2.2.3 Patogenesis
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.8
substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak.
12
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
2) Sistem renin-angiotensin
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.8
13
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer
sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi
tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi
14
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
jangka panjang.8
dari sistem yang bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui
sistem saraf, reflek kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang
berasal dari atrium, arteri pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang
bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem pengendalian yang bereaksi kurang
cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial
yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang misalnya kestabilan tekanan
darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah
beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran
sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan
obesitas dan faktor endotel. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi
antara lain penyempitan arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini
pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian
15
2.2.4 Faktor-faktor Risiko Hipertensi
1) Usia
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
2) Ras/etnik
pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3) Jenis Kelamin
wanita.
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain
langkah yang tidak tepat karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
16
merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
1) Jantung
Gagal jantung
2) Otak
5) Retinopati
nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal.
Pengurangan massa ginjal akan mengakibatkan nefron yang masih hidup akan
17
melakukan kompensasi yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin
dan growth factors. Proses maladaptasi ini berlangsung singkat sehingga terjadi
melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik
koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi
kronik.9
Tujuan dari setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan
komplikasi dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau
kurang dari 140/90 mmHg (130/90 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau
pembatasan alkohol dan natrium, olahraga teratur dan relaksai, tinggi buah
dan sayur, dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektifitas terbesar, efek samping terkecil
dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia
18
Penderita hipertensi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kembali
19
Algoritma Penanganan Berdasarkan JNC 8
2.3 Anemia
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh (Smeltzer, 2001). Anemia
20
merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah:6
Ringan Hb 8 gr/dl – 10 gr/dl
Sedang Hb 6 gr/dl – 8 dr/dl
Berat Hb < 6 gr/dl
2.3.2 Klasifikasi
21
c) Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia, leukemia
akut)
d) Penggunaan alkohol
2. Anemia mikrositik
22
3. Anemia normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-100
fL).
23
2.3.3 Etiologi
2. Kehilangan darah
secara mendadak.
kerusakan eritrosit.
b. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit
obat acetosal.
Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan
mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau
24
lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam
pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena
penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah
penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb < 7g/dl). Sindrom anemia
terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata
pemeriksaan ,pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa
mulut, telapak tangan, dan jaringan dibawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak
spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit diluar anemia dan tidak sensitif
karena timbul setelah penuruna hemoglobin yang berat (Hb <7 g/dl).11
dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya anemia
25
serta jenis morfologik anemia tersebut, yang sangat berguna untuk
darah
Pemeriksaan khusus
Faal ginjal
Faal endokrin
Asam urat
Faal hati
Biakan kuman
26
3. Pemeriksaan penunjang lain
Pemeriksaan sitogenetik.
2.3.6 Penatalaksanaan
1. Penyakit Kronis
d. Agen Erythropoietic:
mielosupresif.
27
4) Sebelum pemberian harus menyingkirkan adanya anemia defisiensi
besi
bergejala
tia kali normal. Pengobatan besi diberikan 3 sampai 6 bulan, ada juga
mg besi/ml), iron sorbitol citric acid complex dan yang terbaru adalah
iron ferric gluconate dan iron sucrose yang lebih aman. Besi parenteral
28
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam
folat)
b. Anemia defisiensi asam folat yaitu 1 mg asam folat setiap hari dan
4. Anemia Aplastik
ATG.
29
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 54 tahun
No MR : 088281
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Panyakalan
Tanggal Masuk : 18 Desember 2020
II. ANAMNESIS :
Keluhan Utama
Badan terasa lemah sejak 2 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan sakit kepala dan terasa terhimpit beban sejak 1 jam
SMRS.
Pasien mengeluhkan badan terasa lemah, letih, dan kurang nafsu makan
sejak 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien melakukan pemeriksaan
laboratorium dan ditemui pasien mengalami penurunan Hb
Pasien ada mengeluhkan demam 2 hari SMRS
Pasien tidak mengeluhkan sulit BAK namun tidak sebanyak dulu, BAK
berwarna putih berbusa
BAB normal, tidak ada darah dan lendir. Pada hari pertama pasien masuk
RS pasien mengatakan BABnya berwarna hitam
Pasien tidak mengeluhkan mual mutah, tetapi mengeluhkan rasa
pengecapannya yang pahit
Pasien tidak ada mengeluhkan sesak nafas
30
Pasien tidak ada mengeluhkan pernafasan kusmaul
Pasien tidak mengeluhkan bengkak dan edam anasarka
Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan kabur
Pasien tidak mengeluhkan nyeri dada
Nyeri pada bagian pinggang disangkal
Rasa kesemutan dan terbakar ditelapak kaki juga disangkal
Riwayat Psikososial
Pasien seorang perempuan usia 54 tahun tinggal bersama suaminya dan
sehari- hari bekerja sebagai petani. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi ±2kali
sehari. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki kebiasaan
mengkonsumsi alkohol
31
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Coorperative
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36.2 C
Berat badan : 60 kg
Thorak
Paru:
Inspeksi : Dinding dada terlihat simetris kiri dan kanan dalam
keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fokal fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas Vesikuler, rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak telihat
Palpasi : Ictus cordis teraba, 2 jari di linea axilaris anterior RIC VI
32
Perkusi : Batas kanan: RIC IV linea parasternalis dextra
Batas kiri: RIC VI linea axilaris anterior sinistra
Batas atas: RIC II linea parasternalis sinistra
Kesan batas jantung melebar : kardiomegali
Auskultasi : Irama reguler, mur-mur (-), S3 gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), Venentrasi (-), Sikatrik (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan(-), nyeri lepas(-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Tympani
Shifting dullness (-), undulasi(-), CVA (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Ektremitas
Superior
Inspeksi : Edema (-/-), Sianosis (-/-), Palmer eritem (-/-).
Palpasi : CRT < 2 detik, akral hangat, pulsasi A.radialis,
A.ulnaris, A.brachialis kuat angkat
Tes sensibilitas : Sensibilitas halus (+), Sensibilitas kasar (+)
Inferior
Inspeksi : Edema (-/-), Sianosis (-/-)
Palpasi :Pitting udem (-/-), CRT < 2detik, akral hangat.
Pulsasi A.Femoralis, A.Dorsalis pedis, A.Tibialis
posterior, dan A.Poplitea kuat angkat
33
o Eritrosit : 2.53 106/mm3 (L)
o Hematokrit : 21.8 % (L)
o MCV : 86,2 fL (N)
o MCH : 29.2 pg/cell (N)
o MCHC : 33.9 (N)
o RDW CV : 11.7 % (N)
o Leukosit : 8.6 103mm3 (N)
o Trombosit : 229 103mm3 (N)
Kimia klinik :
o Ureum : 132 mg/dl (H)
o Kreatinin : 10.29 mg/dl (HH)
o Glukosa Darah : 148 mg/Dl (N)
34
Pemeriksaan penunjang tanggal 18 Desember 2020
Pemeriksaan EKG
Rontgen toraks
35
USG ginjal
IX. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
Bed rest
Diet Makanan Lunak Rendah Garam
Pembatasan cairan dan elektrolit
Farmakologis
Transfusi PRC 3 unit, 1 unit/hari pre Lasix 1 amp
IVFD RL 24 jam/kolf
Candesartan 1 x16mg Furosemide 1 x 40mg
Amlodipine 1 x 10mg Asam folat 2 x 1mg
Nifedipin 3 x 10mg Bicarbonat 3 x 1
Bisoprolol 1 x 5mg
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
36
Follow Up
Jumat 18 -badan terasa letih KU: sakit CKD Stage V -Monitoring TTV
desember (+) sedang E.C Hipertensi -Transfusi PRC 3
2020 -tampak pucat TD : 190/100 Stage II + unit
Rawatan hari -Tidak nafsu makan mmHg Anemia Sedang 1 unit/hari pre
ke-1 -Tidak sulit BAK, Nadi : 90 Normositik Lasix
BAK putih berbusa x/menit Normokrom E.C -IVFD RL
-BAB berwarna Nafas : 32 Penyakit Kronik 24jam/kolf
hitam x/menit -Candesartan
suhu : 36,7 oC 1x16
Hb : 7,4 -Amlodipine 1x10
Ureum : 132 -Asam folat 2x1
mg/dl -Bicarbonat 3x1
Kreatinin : -Diet MLRG
10,29 mg/dl -Rontgen Thorak
37
Sabtu 19 - badan terasa letih KU:sakit CKD Stage V -Monitoring TTV
Desember (+) sedang E.C Hipertensi -Transfusi PRC
2020 - tampak pucat TD : 160/90 Stage II + 1 unit/hari pre
Rawatan hari - nafsu makan mmHg Anemia Sedang Lasix
ke-2 sedikit membaik Nadi : 80 Normositik -IVFD RL
-Tidak sulit BAK, x/menit Normokrom E.C 24jam/kolf
BAK putih berbusa Nafas:18x/ Penyakit Kronik -Candesartan
-BAB normal menit 1x16
suhu : 36,9oC -Amlodipine 1x10
-Asam folat 2x1
-Bicarbonat 3x1
-Diet MLRG
Minggu 20 - badan terasa letih KU: sakit CKD Stage V -pantau TTV
Desember (+) sedang E.C Hipertensi -Tranfusi darah 1
2020 - tampak pucat TD : 167/98 Stage II + unit/hari pre lasix.
Rawatan hari - nafsu makan mmHg Anemia Sedang -IVFD RL
ke-3 sedikit membaik Nadi : 75 Normositik 24jam/kolf
-Tidak sulit BAK, x/menit Normokrom E.C -Candesartan
BAK putih berbusa Nafas:18x/ Penyakit Kronik 1x16
-BAB normal menit -Amlodipine 1x10
suhu : 36,1oC -Asam folat 2x1
-Bicarbonat 3x1
-Diet MLRG
38
Senin 21 - badan terasa letih KU: sakit CKD Stage V -pantau TTV
Desember (+) sedang E.C Hipertensi -Nifedipin 3x10
2020 - anemis (-) TD : 160/80 Stage II + -Bisoprolol 1x5
Rawatan hari - nafsu makan mmHg Anemia Sedang -Furosemid 1x40
ke- 4 membaik Nadi : 80 Normositik -Asam folat 2x1
-Tidak sulit BAK, x/menit Normokrom E.C -Bicarbonat 3x1
BAK putih berbusa Nafas:20x/ Penyakit Kronik -Diet MLRG
-BAB normal menit
suhu : 36,2oC
anemis (-)
Hb : 10 g/dL
- badan terasa letih KU: sakit - pantau TTV
39
BAB IV
PENUTUP
kepala dan terasa terhimpit beban sejak 1 jam SMRS dan juga badan terasa
lemah, letih, dan kurang nafsu makan sejak 2 hari SMRS. Pasien ada
BAK namun tidak sebanyak dulu, BAK berwarna putih berbusa. BAB
normal, tidak ada darah dan lendir. Pada hari pertama pasien masuk RS
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak ± 5 tahun yang lalu dan tidak
terkontrol. Pasien memiliki kebiasaan minum kopi ± 2 kali sehari. Pasien tidak
40
pucat, dan konjungtiva anemis (+/+) dan pada pemeriksaan thorak tidak
ditemukan adanya rohnki (-/-) dan wheezing (-/-) dan pada pemeriksaan thorak
MCV 86,2 fL, MCH 29,2 pg/cell, ureum 132mg/dl, Kreatinin 10,29 mg/dl . Oleh
karena itu pasien tersebut dapat didiagnosa CKD Stage V E.C Hipertensi Stage II
DAFTAR PUSTAKA
1. Setia S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar penyakit
dalam jilid II. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2161-283
2. Alwi, Idrus dkk. Panduan Praktis Klinis (Prosedur di Bidang Ilmu Penyakit
Dalam Cetakan ke-3. Jakarta Pusat: Interna Publishing.2016
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset kesehatan dasar dalam angka Provinsi Sumatera Barat. Bakti
Husada;2013.
4. Harmeiwaty E dkk. 2019. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia.
5. Profil Kesehatan Indonesia,2012. http://www,depkes,go,id/resources/
download/pustadin/profil-kesehatan Indonesia
6. Handayani, W., Andi, S. H. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan siste hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
7. Mairos J dkk.Screening for Anemia and Iron Deficiency in the Adult
Portuguese Population..Internal Medicine Journal. 2020; doi:
10.1155/2020/1048283.
8. Krisnanda MK. Hipertensi. Universitas Udayana : Ilmu Penyakit Dalam.
2017.
9. Kandarini Y. Strategi Pemilihan Terapi Kombinasi Obat Hipertensi.
Denpasar : Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal dan Hipertensi. 2016.
41
10. Oehadian, A. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. continuing medical
education,39 (6), 407-412; 2012.
11. Setia S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, I Made. Buku ajar penyakit
dalam jilid II. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:257-335
12. Orychonski R. Clinicol porodigms Anemia of chronic diseose: A hormful
disorder or on odoptive.79(4): 333-337;2012.
42