Anda di halaman 1dari 38

Case Report Session

Morbili + GEA dehidrasi ringan-sedang

Disusun oleh:

Putri Rahmadini 1610070100013

Rosa Mulni Safitri 1610070100089

Lensi Tirta Tribuana 1610070100038

Preseptor:

Dr. Liza Fitria, Sp.A, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan kasus kami yang berjudul “Morbili + GEA
dehidrasi ringan-sedang”
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pembimbing
kepaniteraan anak dr. Liza Fitria, Sp.A, M.Biomed atas bimbingan selama
kepaniteraan. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak
terdapat kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan
demi perbaikan penyusunan makalah ini.
Semoga penulisan laporan kasus ini dapat berguna bagi kami sebagai
penulis dan seluruh pihak yang membaca makalah ini.
Wassalamualikum Wr. Wb.

Bukittinggi, 27 Juli 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
BAB I. PENDAHULUAN 6
1.1 Latar belakang 6
1.2 Tujuan 6
1.2.1 Tujuan Umum 7
1.2.2 Tujuan Khusus 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Morbili
2.1.1 Definisi 8
2.1.2 Epidemiologi 8
2.1.3 Etiologi 8
2.1.4 Patofisiologi 9
2.1.5 Manifestasi klinis 11
2.1.6 Diagnosa 13
2.1.7 Penatalaksanaan 15
2.1 GEA
2.1.1 Definisi 17
2.1.2 Epidemiologi 17
2.1.3 Etiologi 17
2.1.4 Patofisiologi 18
2.1.5 Manifestasi klinis 20
2.1.6 Diagnosa 21
2.1.7 Penatalaksanaan 22
BAB III. LAPORAN KASUS 23
3.1 Identitas
3.2 Anamnesis
3.3 Pemeriksaan Fisik
3.4 Pemeriksaan Penunjang
3
3.5 Diagnosis
3.6 Diagnosis Banding
3.7 Tatalaksana
3.8 Follow Up
BAB IV. ANALISA KASUS
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

4
BAB I
PENDAHULUAN

5
1.1 Latar Belakang
Campak atau morbili atau rubeola merupakan infeksi yang umum terjadi
pada anak dan menyebar melalui droplet. Selama tahun 2000-2013 vaksinasi
morbili telah mencegah 15,6 juta kematian, dengan penurunan jumlah kematian
sebesar 75% dari 544.400 pada tahun 2000 menjadi 145.700 pada tahun 2013.
Sebelum era vaksinasi, lebih dari 90% anak di bawah 15 tahun pernah mengalami
morbili. Tahun 2011, Indonesia memiliki cakupan vaksinasi campak sebesar
93,4% dan terdapat kasus campak sebesar 21.893 kasus dengan sembilan kasus
meninggal. Morbili disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan
paramyxovirus yang berada di dalam secret nasofaring dan di dalam darah
Morbili memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-
masing memiliki ciri khusus.6-8 Stadium prodormal berlangsung kira-kira 4-5
hari dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza.
Stadium erupsi yang berlangsung 4-7 hari setelah stadium prodormal ditandai
dengan timbulnya bercak koplik dan ruam mulai muncul dari belakang telinga
menyebar ke wajah, badan, lengan dan kaki. Stadium konvalensi atau stadium
akhir ditandai dengan erupsi yang mulai menghilang. Kematian yang terjadi pada
morbili terkait dengan komplikasi yang terjadi. Sekitar 30% komplikasi dengan
jumlah yang lebih banyak terjadi pada anak usia di bawah lima tahun. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain pneumonia, infeksi telinga, diare dan ensefalitis.1

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari.1,2 Penyebab
diare dapat digolongkan menjadi 6 golongan besar yaitu infeksi, malabsorbsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. 3-5 Berdasarkan
Profil Kesehatan Indonesia 2014, perkiraan jumlah penderita diare tahun 2014
adalah sebanyak 8.713.537 kasus. Jumlah kasus yang ditangani sekitar 97,45%
atau 8.490.976 kasus.6 Di Provinsi Lampung, jumlah kasus diare yang ditangani
ditemukan dan ditangain sebanyak 98.449 kasus. Berdasarkan jenisnya, diare
dibagi menjadi dua yaitu diare akut (berlangsung kurang dari 14 hari) dan diare
kronis (berlangsung lebih dari 14 hari). Berdasarkan derajatnya, diare dibagi

6
menjadi tiga, yaitu diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
serta diare dengan dehidrasi berat. Penyakit diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia. Studi mortalitas
dan riset kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian
akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat
dan tepat.2,3
1.2 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian anak
di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Bagi pembaca agar dapat menambah pengetahuan untuk dapat lebih
memahami tentang Morbili + GEA dehidrasi ringan-sedang.
b. Bagi penulis sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari
dengan berbagai teori dan sumber yang ada.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morbili
2.1.1. Definisi Morbili
7
Campak adalah suatu penyakit infeksi virus akut menular, ditandai oleh
tiga stadium: (1) stadium masa tunas sekitar 10-12 hari, (2) stadium prodromal
dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada
mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3)
stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke
muka, badan, lengan dan kaki. Umur terbanyak penderita campak adalah < 12
bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun. Nama lain penyakit ini adalah
morbili, measles, dan rubeola.4

2.1.2. Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013
terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar
400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak
kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014,
masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan
mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104
kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia
SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok
umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).5
2.1.3. Etiologi
Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus
tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam
pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 35°C, dan
beberapa hari pada suhu 0°C. Virus tidak aktif pada pH rendah. 4
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan
tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang
terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk
bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) –
yang merupakan struktur helix nucleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar
seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein yang berada di selubung
luar berfungsi sebagai hemaglutinin.4

8
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.
Apabila berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada
temperatur kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari,
pada suhu 37°C waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 56°C hanya
satu jam. Sebaliknya virus ini mampu berahan dalam keadaan dingin, pada suhu
-70°C dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4-6°C, dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila
tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selama 2 minggu, dan dapat
dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet.4

2.1.4. Patogenesis
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara
droplet melalui udara, sejak 1-2 hari setelah timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam. Infeksi virus campak pertama kali terjadi pada epitel saluran
nafas nasofaring. Infeksi di daerah nasofaring ini akan diikuti dengan penyebaran
virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia
primer. Setelah viremia primer, terjadi replikasi ekstensif dari virus campak yang
terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh.
Replikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.4
Setelah lima hingga tujuh hari setelah infeksi terjadi viremia sekunder
yang ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara generalisata.
Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi,
tetapi organ lainnya seperti kulit, kandung kemih, dan usus.dapat terinfeksi pula.
Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis
sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah
dan menimbulkan manifestasi klinis dari system saluran nafas diawali dengan
dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada system saluran
pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak

9
sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak
Koplik, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.4
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-
14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi pada
kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.4
Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran
nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian titer virus akan menurun
menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama proses infeksi, virus
campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus
dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.4
Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
2.1.5. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari). Gejala klinis terjadi
setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:5
 Stadium prodromal
Berlangsung kirakira 3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengan demam
yang dapat mencapai 39,50 C ± 1,10 C. Selain demam, dapat timbul gejala berupa
malaise, coryza (peradangan akut membran mukosa rongga hidung),
konjungtivitis (mata merah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan

10
menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus
lain. Konjungtivitis dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya
(fotofobia). Tanda patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut
Koplik spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam.1,5,7 Bercak ini
berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan
noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12
jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.
 Stadium Eksatem
Timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai
dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada,
ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul
selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 400 C) pada hari ke 2-3
setelah munculnya ruam.1,5,7 Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4
umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.
 Stadium penyembuhan (konvalesens):
Setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola
timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan
menghilang dalam 7-10 hari.

Gambar 2.1 Karakteristik Campak

11
Gambar 2.2 Koplik’s spot

Gambar 2.3 Ruam Makulopapular pada Campak

2.1.6. Diagnosis
Diagnosis campak dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang
sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi
dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki cirri khas, yaitu
diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada tubuh, lengan
dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami
hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodromal dapat ditemukan
enantema di mukosa pipi yang merupakan tanda patonomonis campak (bercak
Koplik). Menentukan diagnosis juga perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak
semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang
mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau
bahkan pasien sudah meninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang
juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan.

12
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara
klinis sedangkan pemeriksaan penunjang hanya membantu, seperti pada
pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan
pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang
bermanfestasi tidak khas disebut campak atipikal.
Campak yang khas dapat didiagnosis berdasarkan latar belakang klinis,
diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus campak atipikal dan
termodifikasi.
1. Deteksi Antigen
Antigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam secret
repirasi dan urin. Antibodi terhadap nukleoprotein bermanfaat karena
merupakan protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel terinfeksi
2. Isolasi dan Identifikasi virus
Apusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, secret pernapasan, serta
urin yang diambil dari pasien selama masa demam merupakan sumber yang
sesuai untuk isolasi virus. Virus campak tumbuh lambat, efek sitopatik yang
khas (sel raksasa multinukleus yang mengandung badan inklusi intranuklear
dan intrasitoplasmik) terbentuk dalam 7-10 hari. Namun isolasi virus sulit
secara teknik.
3. Serologi
Pemastian infeksi campak secara serologis tergantung pada peningkatan
titer antbodi empat kali lipat antaraserum fase-akut dan fase konvalensi atau
terlihatnya antibody IgM spesifik campak di dalam spesimen serum tunggal
yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. ELISA, uji HI dan
tes Nt semuanya dapat digunakan untuk mengukur antibodi campak, walaupun
ELISA merupakan metode yang paling praktis. Bagian utama respons imun
ditujukan untuk melawan nucleoprotein virus. Pasien dengan panensefalitis
sklerosa subakut menunjukkan respon antibodi yang berlebihan, dengan titer
10-100 kali lipat lebih tinggi dari peningkatan titer yang terlihat dalam serum
konvalensi yang khas.
2.1.7. Diagnosis Banding

13
Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa
ruam makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium
prodromal demam disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam
makulopapular. Penyakit lain yang menimbulkan ruam yang sama antara lain:5
1. Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai
batuk.
2. Roseola infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda
ketika ruam muncul.
3. Parvovirus (fifth disease) dengan ruam makulopapular tanpa stadium
prodromal.
4. Demam scarlet (scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan
demam tanpa konjungtivitis ataupun coryza.
5. Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan
ruam, tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul
nyeri dan pembengkakan sendi yang tidak ada pada campak.

2.1.8. Komplikasi4
1. Laringitis akut
2. Bronkopneumonia
3. Kejang demam
4. Ensefalitis
5. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)
6. Otitis media
7. Enteritis
8. Konjungtivitis
9. Sistem kardiovaskular
2.1.9. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit
14
untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan
epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap (di ruang isolasi) bila hiperpireksia (suhu >39,0˚C),
dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi.
1. Tatalaksana campak tanpa komplikasi5
 Pada umumnya tidak memerlukan indikasi rawat inap
 Terapi vitamin A
Berikan 50.000 IU (jika umur anak < 6 bulan), 100.000 IU (usia 6-
11 bulan), atau 200.000 IU (usia 12 bulan – 5 tahun) diberikan secara
oral pada semua anak. Jika anak menunjukkan gejala pada mata akibat
kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi buruk, vitamin A
diberikan 3 kali (hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua).
 Perawatan penunjang
Jika demam beri paracetamol. Berikan dukungan nutrisi dan cairan
sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, untuk konjungtivitis ringan
dengan cairan mata yang jernih, tidak perlu diberikan pengobatan. Jika
mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun yang telah direbus
dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih.
Oleskan salep mata kloramfenikol atau tetrasiklin, 3 kali sehari selama
7 hari. Jangan menggunakan salep steroid. Kemudian jaga kebersihan
mulut, beri obat kumur antiseptic bila pasien dapat berkumur.
 Kunjungan ulang
Minta ibu untuk segera membawa anaknya kembali dalam waktu
dua hari untuk melihat apakah luka pada mulut dan sakit mata anak
sembuh, atau apabila terdapat tanda bahaya.
2. Tatalaksana campak dengan komplikasi4
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk
mengatasi penyulit yang timbul, yaitu :
 Bronkopneumonia
Diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam dosis
intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari
15
intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien
dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan tiga hari demam reda.
Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan
setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) karena uji
tuberkulin biasanya negatif pada saat anak menderita campak.
Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-
T yang terganggu fungsinya.
 Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian
cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis +
dehidrasi.
 Otitis media
Seringkali disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis).
 Ensefalopati
Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk
mengurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
2.2. GEA (Diare)
2.2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI
sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3 – 4 kali per hari, keadaan ini tidak
dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat
badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan
intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran
cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis
adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair
yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang – kadang pada

16
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair,
keadaan ini sudah dapat disebut diare.6
2.2.2. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah penyakit kedua
yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Sekitar 1,7 juta kasus diare
ditemukan setiap tahunnya di dunia. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia
2014, perkiraan jumlah penderita diare tahun 2014 adalah sebanyak 8.713.537
kasus. Jumlah kasus yang ditangani sekitar 97,45% atau 8.490.976 kasus.2,3
2.2.3. Etiologi
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada
manusia adalah sebagai berikut : 6
A. Golongan Bakteri : Aeromonas, Salmonella, Bacillus cereus, Shigella,
Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens,
Vibrio cholera, Clostridium defficil, Vibrio parahaemolyticus, Escherichia
coli, Yersinia enterocolitica, Plesiomonas shigeloides
B. Golongan Virus : Astrovirus, Rotavirus, Calcivirus (Norovirus,
Sapovirus), Norwalk virus, Enteric adenovirus, Herpes simplex virus,
Coronavirus, Cytomegalovirus
C. Golongan Parasit : Balantidium coli, Giardia lamblia, Blastocystis
homonis, Isospora belli, Cryptosporidium parvum, Strongyloides
stercoralis, Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura
2.2.4. Patofisiologi
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi
atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare:6
Gangguan absorpsi atau diare osmotik.
Secara umum terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh berbagai sebab seperti celiac
sprue, atau karena:
1. mengkonsumsi magnesium hidroksidA
2. defisiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang
lebih besar
3. adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada
usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan
17
menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara
lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejenum yang bersifat
permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejenum, sehingga air akan
banyak terkumpul air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke
dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang
besar dengan kadar Na yang normal. Sebagian kecil cairan ini akan
diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen oleh
karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukose,
sukrose,laktose, maltose di segmen illeum dan melebihi kemampuan
absorpsi kolon, sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat
dari jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah
berlebihan, akan memberikan dampak yang sama.

Gangguan sekresi atau diare sekretorik


 hyperplasia kripta
 luminal secretagogues
 blood borne secretagogues
 diare akibat gagguan peristaltic
 diare inflamasi
 diare terkait imunologi
2.2.5. Manifestasi klinis
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin,
Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory
diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut
periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian
atas yang terkena. Oleh karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian
khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat
penting.6

18
Tabel 2.1. Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab
Simtom dan gejala rotavirus E.coli E.coli Salmonell Shigella V.cholera
entero- enteroinvas a e
toksikgeni if
k
Mual dan muntah Dari - - + jarang jarang
permulaan
Panas + - + + + -
Sakit tenesmus Kadang- Tenesmus Tenesmus Tenesmu kolik
kadang kolik kolik s kolik
pusing pusing
Gejala lain Sering hipotensi Bakteriemi Dapat
distensi a, ada
abdomen toksemia kejang
sistemik

Volume Sedang Banyak sedikit sedikit sedikit Sangat


banyak
Frekuensi Sampai Sering sering sering Sering Hampir
10/lebih sekali terus
menerus
Konsistensi Berair Berair kental berlendir kental berair

Mukus Jarang + + + sering flacks


Darah - - + Kadang sering

Bau - Bau tinja Tidak Bau telur Tak anyir


spesifik busuk berbau
Warna Hijau Tidak hijau hijau hijau
kuning berwarna
Leukosit - - + + + -
Sifat lain Tinja
seperti air
cucian
beras

2.2.6. Diagnosis6
 Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6 – 8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan
selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk,
pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:

19
memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-
obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya
 Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya : ubun- ubun besar cekung atau tidak, mata :
cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Tabel 2.1 Penilaian derajat dehidrasi pada pasien diare

 Pemeriksaan laboratorium

20
- Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
- Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
- Tinja :
 Pemeriksaan makroskopik: Tinja yang watery dan tanpa mukus
atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa
atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja
yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi
bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E.
Histolytica, B. Coli dan T. Trichiura. Tinja yang berbau busuk
didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides.

Tabel 2.2 Test laboratorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi


enteropatogen

21
2.2.7. Tatalaksana7
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua

22
23
24
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : By. A
Umur/Tanggal Lahir : 8 bulan 0 th / 19 Januari 2021
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : Tidak ada
No. RM : 556323
Tanggal Pemeriksaan : 26 September 2021
Alamat : Puhun Tembok
Agama : Islam
Nama Ayah/Ibu : Tn. N / Ny. G
Tanggal Masuk : 26 September 2021
Tanggal Keluar : September 2021
Keadaan Pulang :

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Demam tinggi sejak 7 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


- pasien mengalami demam sejak 7 hari SMRS, awalnya demam naik turun,
orangtuanya mengatakan demam turun dengan obat penurun panas namun
demam hanya turun sementara. Kemudian demam dirasakan terus menerus
hingga suhunya mecapai 39.7 C, demam tidak disertai dengan menggigil,
kejang atau penurunan kesadaran maupun keluhan sesak napas.
- pasien mengalami BAB mencret sejak 5 hari SMRS, dengan frekuensi 4-5
kali sehari, konsitensi cair, disertai dengan ampas dan berlendir, warnanya
kehijauan dan setiap BAB sebanyak ± ¼ gelas. Orang tua pasien juga
mengeluhkan nafsu makan menurun disertai gelisah dan rewel dan pasien

25
ingin minum terus disertai muntah dengan frekuensi 2 kali sehari berisi
makanan yang diamakan, setiap muntah sebanyak ± 1/3 gelas.
- pasien gelisah dan rewel sejak 5 hari SMRS
- pasien mengalami batuk kering sejak 4 hari SMRS, batuk disertai pilek,
hidung keluar lendir bewarna bening, batuk tidak disertai dengan sesak.
- Tampak bercak kemerahan di kulit sejak 3 hari SMRS yang diawali dari
punggung kemuian tersebar ke perut dan leher pasien.
- BAK berkurang
- Muntah tidak ada
- Kejang tidak ada
- Sesak nafas tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Pasien riwayat dirawat 1 kali di RS Achmad Mochtar dengan keluhan
kuning.

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada kelurga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien
Riwayat Persalinan :
 Lama hamil : 9 bulan
 Cara lahir : Normal
 Berat lahir : 3000 gram
 Saat lahir langsung menangis : Kuat
 Ditolong oleh : Dokter
 Panjang lahir : 50 cm
Kesan : Riwayat persalinan pasien lahir cukup bulan dan lahir spontan

Riwayat Makanan dan Minuman:


Bayi :
 ASI : umur 0 sampai sekarang
 Buah biskuit : 6 bulan sampai sekarang
 Nasi tim : 6 bulan sampai sekarang

26
 Susu formula : 4 bulan sampai sekarang
 Bubur susu : -

Kesan :

Riwayat Imunisasi :
Imunisasi Dasar/Umur Boster/Umur
HB 0 Kurang dari 24 jam
BCG 1 bulan
Polio (OPV) 1 bulan
2 bulan
1.
3 bulan
2.
3.
IPV 4 bulan
DPT, HB, Hib 2 bulan
3 bulan
1.
4 bulan
2.
3.
Campak -

Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap

Riwayat Perkembangan :
Riwayat Pertumbuhan dan Umur
Perkembangan
Ketawa 3 bulan
Miring 4 bulan
Tengkurap 5 bulan
Duduk 6 bulan
Merangkak 6 bulan
Berdiri 8 bulan
Gigi Pertama 6 bulan
Bicara -
Membaca -

Riwayat Gangguan Perkembangan Umur


Mental
Isap Jempol -

27
Gigit Kuku -
Sering Mimpi -
Mengompol -
Aktif Sekali -
Apatik -
Membangkang -
Ketakutan -
Pergaulan jelek -

Kesan : Belum cukup umur perkembangan normal sesuai

Riwayat Keluarga :
Ayah Ibu
Nama : Tn. G Ny. D
Umur : 27 tahun 27 tahun
Pendidikan : Dokter Dokter
Penghasilan : ≥ Rp3.000.000 ≥ Rp3.000.000
Perkawinan : 1 1

Saudara Kandung :

1. -

Riwayat Perumahan dan Lingkungan :


Rumah tempat tinggal : Permanen
Sumber air minum : PDAM
Buang Air Besar : WC
Pekarangan : Ada
Sampah : Tempat pembuangan sampah.
Kesan : Higiene dan sanitasi baik.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Umum :
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis
28
 Tekanan darah : 143/80 mmHg
 Frekuensi nadi : 98 x/menit
 Frekuensi nafas : 40 x/menit
 Suhu : 38,3 oc
 Edema : Palpebra
 Ikterus : tidak ada
 Berat badan : gr
 Panjang badan : cm
 Bb/u : < -3 (sangat kurus)
 Tb/u : <-3 (sangat pendek)
 Bb/tb : <-2 ─ 2 (gizi buruk)
 Status gizi :
 Sianosis : tidak ada

Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran KGB

Kepala : Normocepal, ubun ubun cekung

Rambut : Warna hitam dan tidak mudah rontok

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil bulat dengan
diameter 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+), oedem palpebra

Telinga : secret (-/-)

Hidung : tampak adanya secret bewarna bening, pernafasan cuping


hidung(-)

Tenggorokan : tidak ada kelainan

Gigi dan Mulut: Mukosa bibir kering (-), sianosis (+)

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB

Thorak :
 Paru :
29
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri dalam keadaan
statis dan dinamis, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua lapang paru kiri sama dengan
kanan, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

 Jantung:
Inspeksi : Ictus cordi tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di 1 jari medial linea midklavikularis sinistra
RIC V
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Irama reguler, murmur(-), gallop (-)

 Abdomen:
Inspeksi : perut tampak membuncit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), hepar terapa 1/3, 1/3, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskuktasi : Bising usus meningkat

Turgor : Kembali lambat

Punggung : Tampak ruam maculopapular

Genitalia : Tidak ada kelainan

Anggota Gerak: Akral hangat CRT <2 detik, edema (-/-)

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Darah :
Laboratorium
- Hemoglobin : 10. 4 gr/dL
- Leukosit : 23.150 /mm3
- Trombosit : 420.000/mm3
- Hematokrit :%
30
Rapid Covid-19 : Rapid antigen (non reaktif)

Laboraturium (01/10/2021)
- Hemoglobin : 10 gr/dL
- Leukosit : 11.77/mm3
- Trombosit : 888.000/mm3
- Hematokrit :30,4 %

3.5 Diagnosis
Morbili + GEA dehidrasi ringan sedang

3.6 Diagnosis Banding


-

3.7 Tatalaksana
Tatalaksana Kegawatdaruratan
- IVFD RL 350 cc habis dalam 3 jam
Tatalaksana Nutrisi

Tatalaksana Medikamentosa
- Vitamin A 50.000
- Zink 10 mg / PO
- Inj Ceftriaxon 450 mg / IV
- Inj Paracetamol 100 mg / IV

Edukasi
 Jelaskan pada keluarga pasien tentang

31
32
3.8 FOLLOW UP
27 September 2021 28 September 2021 29 September 2021 30 September 2021 01 Oktober
S -Demam hilang tinbul -batuk ada - batuk ada - Demam ada - batuk ada
- Batuk ada - pilek ada - pilek ada - batuk ada - pilek ada
- Pilek ada -bercak merah - bercak merah - pilek ada - bercak merah
- Rewel dipunggung dan dilher dipunggung dan dileher - bercak merah dipunggung sudah
- Mencret ada sudah berkurang sudah berkurang dipunggung sudah hilang dan dilher
sebanyak 1x warna - demam saat malam - demam tidak ada hilang dan di lehers berkurang
masih kehijauan hari - kejang tidak ada udah berkurang - Rewel
- bercak merah - kejang tidak ada - sesak nafas tidak ada - Rewel - kejang tidak ada
terdapat dipunggung - sesak nafas tidak ada - mencret tdak ada - kejang tidak ada - sesak nafas tidak ada
dan dileher - mencret tdak ada - muntah tidak ada - sesak nafas tidak ada - mencret tdak ada
- muntah tidak ada - muntah tidak ada - BAK ada dalam batas - mencret tdak ada - muntah tidak ada
- Kejang Tidak ada - BAK ada dalam normal - muntah tidak ada - BAK ada dalam
- Sesak Nafas tidak batas normal - BAK ada dalam batas normal
ada batas normal
- BAK ada

33
O -Keadaan umum: sakit -Keadaan umum: sakit -Keadaan umum: sakit -Keadaan umum: sakit -Keadaan umum: sakit
sedang sedang sedang sedang sedang
-Kesadaran: -Kesadaran: -Kesadaran: -Kesadaran: -Kesadaran:
komposmentis komposmentis komposmentis komposmentis komposmentis
-Frekuensi nadi: 92 -Frekuensi nadi: 110 -Frekuensi nadi: 120 -Frekuensi nadi: 120 -Frekuensi nadi: 120
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
-Frekuensi nafas: 30 -Frekuensi nafas: 40 -Frekuensi nafas: 30 -Frekuensi nafas: 30 -Frekuensi nafas: 30
x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
-Suhu : 36.9 oC -Suhu : 36,7oC -Suhu : 37.1oC -Suhu : 38.9 oC -Suhu : 36.6 oC
-Kulit: Terdapat -Kulit: Terdapat -Kulit: Terdapat bercak -Kulit: Terdapat -Kulit: Tidak tampak
bercak merah di bercak merah di merah di punggung dan bercak merah di kelainan
punggung dan dileher punggung dan dileher dileher punggung dan dileher -Anggota gerak:
-Anggota gerak: -Anggota gerak: -Anggota gerak: -Anggota gerak: akralhangat, CRT <2
akralhangat, CRT <2 akralhangat, CRT <2 akralhangat, CRT <2 akralhangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
detik, edema (-/-) detik, edema (-/-) detik, edema (-/-) detik, edema (-/-) -Mata : Konjungtiva
-Mata : Konjungtiva -Mata : Konjungtiva -Mata : Konjungtiva -Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
anemis (-/-), Sklera anemis (-/-), Sklera anemis (-/-), Sklera anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),pupil bulat
ikterik (-/-),pupil bulat ikterik (-/-),pupil bulat ikterik (-/-),pupil bulat ikterik (-/-),pupil bulat dengan diameter
dengan diameter dengan diameter dengan diameter dengan diameter 3mm/3mm,refleks

34
3mm/3mm,refleks 3mm/3mm,refleks 3mm/3mm,refleks 3mm/3mm,refleks cahaya (+/+)
cahaya (+/+) cahaya (+/+) cahaya (+/+) cahaya (+/+) -Mulut : sianosis tidak
-Mulut : sianosis tidak -Mulut : sianosis tidak -Mulut : sianosis tidak -Mulut : sianosis tidak ada,
ada ada, ada, -Wajah : ada, -Wajah: simetris
-Wajah: simetris Wajah : simetris simetris -Wajah: simetris -Rambut: Hitam, tidak
-Rambut: Hitam, tidak -Rambut: Hitam, tidak -Rambut: Hitam, tidak -Rambut: Hitam, tidak mudah dicabut
mudah dicabut mudah dicabut mudah dicabut mudah dicabut -Paru: Ronki (-/-),
-Paru: Ronki (-/-) , -Paru: Ronki (-/-), -Paru: Ronki (-/-), -Paru: Ronki (-/-), Wheezing-/-
Wheezing-/- .Wheezing-/- Wheezing-/- Wheezing-/- -Jantung: irama
-Jantung: irama -Jantung: irama -Jantung: irama regular, -Jantung: irama regular, bising tidak
regular, bising tidak regular, bising tidak bising tidak ada regular, bising tidak ada
ada ada -Abdomen: distensi ada -Abdomen: distensi
-Abdomen: distensi -Abdomen: distensi tidak ada -Abdomen: distensi tidak ada
tidak ada tidak ada -Ekstremitas: Akral tidak ada -Ekstremitas: Akral
-Ekstremitas: Akral -Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2detik -Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2detik
hangat, CRT <2detik hangat, CRT <2detik -BB : 9885 gr hangat, CRT <2detik -BB : 9858 gr
-BB : 10.095 gr -BB : 9.985 gr -BB : 9885 gr

35
A Hipertermia + Morbili Hipertermia + Morbili Hipertermia + Morbili Hipertermia + Morbili Morbili + GEA
+ GEA dehidrasi + GEA dehidrasi + GEA + GEA
ringan-sedang ringan-sedang

P - IVFD RL 350 cc - IVFD RL 42 cc/jam - IVFD RL 42 cc/jam - IVFD RL 42 cc/jam IVFD RL 42 cc/jam
habis dalam 3 jam dan - zink 1 x 10 mg /PO - Inj Ceftriaxon 1 x - Inj Ceftriaxon 1 x
lanjtkan IVFD RL 42 - Inj Ceftriaxon 1 x 450 450 mg / IV 450 mg / IV
cc/jam mg / IV - Inj PCT 4 x100 mg / - Inj PCT 4 x100 mg /
- Inj Vit A 50.000 IU - Inj PCT 4 x100 mg / IV IV
- Zink 1 x10 mg / PO IV
- Inj Ceftriaxon 1 x
450 mg / IV
- Inj PCT 4 x 100 mg /
IV

36
BAB IV
ANALISA KASUS

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis morbili dengan ditemukannya gejala


demam sejak 7 hari SMRS pada anamnesa. Demam awalnya naik turun,
orangtuanya mengatakan demam turun dengan obat penurun panas namun demam
hanya turun sementara. Kemudian demam dirasakan terus meningkat hingga
suhunya mecapai 39.7 C, demam tidak disertai dengan menggigil, kejang atau
penurunan kesadaran maupun keluhan sesak napas. Keluhan demam juga disertai
dengan batuk kering sejak 4 hari SMRS, batuk disertai pilek, hidung keluar lendir
bewarna bening, batuk tidak disertai dengan sesak. Kemudian ditemukan ruam
kemerahan di kulit pasien sejak 3 hari SMRS yang diawali dari punggung
kemudian tersebar ke perut dan leher pasien dan disertai dengan mata merah. Hal
ini sesuai dengan manifestasi klinis dari Morbili yaitu demam tinggi beberapa hari
yang mencapai 39,9 ˚C, mata merah, batuk dan pilek diikuti timbulnya ruam
makulopapular yang didahului oleh peningkatan suhu dari sebelumnya.
Selain itu diagnosa Gastroenteritis ditegakkan berdasarkan keluhan yang
dialami pasien yaitu BAB mencret sejak 5 hari SMRS, dengan frekuensi 4-5 kali
sehari, konsitensi cair, disertai dengan ampas dan berlendir, warnanya kehijauan
dan setiap BAB sebanyak ± ¼ gelas. Orang tua pasien juga mengeluhkan nafsu
makan menurun disertai gelisah dan rewel dan pasien ingin minum terus disertai
muntah dengan frekuensi 2 kali sehari berisi makanan yang dimakan, setiap
muntah sebanyak ± 1/3 gelas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ubun-ubun
cekung, turgor kulit menurun, anak cenderung sering haus. Berdasarkan derajat
dehidrasi dari WHO , kasus ini dapat dikategorikan kedalam dehidrasi ringan-
sedang berdasarkan keadaan umum pasien tampak rewel (irritable), mata cekung,
mulut dan bibir kering, capillary refill yang memanjang, ekremitas teraba
dingin,dan jumlah BAK yang berkurang.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Mariz DR, Kedokteran F, Lampung U. Diagnosis dan Tatalaksana Morbili.


J Medula Unila. 2016;4(3):42.

2. Utami N, Luthfiana N, Histologi B, Kedokteran F, Lampung U, Lampung


U. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak. J Medula
Unila. 2016;5(4):101.

3. Archietobias MA, Kedokteran F, Lampung U. Diare Akut Dan Dehidrasi


Ringan-Sedang + Hipokalemia. J Medula Unila. 2016;4(3):94.

4. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, Dokter I, Indonesia


A. Buku Ajar Lnfeksi & Pediatri Tropis. Edisi 2. 2010. Jakarta UKK IDAI.
Hal: 109-116

5. Halim RG. Campak pada Anak. CDK. 2016;43(3):186-189.

6. Juffirie M. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. jilid I; 2009. Jakarta.


UKK IDAI Hal: 91-123 .

7. Pujiarto Sujud Purnamawati. Gastroenteritis Akut (GEA) Pada Anak.


InHealth Gaz. 2015:1-8.

38

Anda mungkin juga menyukai