VERTIGO PERIFER
Disusun oleh :
Preseptor :
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
SOLOK
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-
Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas case report ini yang
berjudul Vertigo Perifer. Case report ini dibuat untuk memenuhi syarat
dan nasehat dalam penyelesaian case report ini. Terimakasih pula kepada teman
teman serta staf bagian neurologi dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan case report ini. Penulis menyadari bahwa case report ini masih
jauh dari kata sempurna, baik mengenai isi, susunan bahasa, maupun kadar
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
Daftar Isi............................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................5
1.1 Latar Belakang......................................................................................5
BAB II...............................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................7
2.1 Anatomi dan fisiologi alat keseimbangan...........................................7
2.1.1 Anatomi...................................................................................................7
2.2 Vertigo...................................................................................................11
2.2.1 Definisi..................................................................................................11
2.2.2 Epidemiologi.........................................................................................11
2.2.3 Klasifikasi.............................................................................................12
2.2.4 Etiologi..................................................................................................14
2.2.5 Patofisiologi..........................................................................................14
2.2.6 Gejala....................................................................................................17
2.2.8 Penatalaksanaan....................................................................................23
2.2.9 Edukasi..................................................................................................26
2.2.10 Prognosis.............................................................................................26
BAB III.............................................................................................................28
3
LAPORAN KASUS.........................................................................................28
BAB IV.............................................................................................................49
ANALISA KASUS..........................................................................................49
BAB V...............................................................................................................51
PENUTUP........................................................................................................51
5.1 Kesimpulan..........................................................................................51
5.2 Saran......................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................52
4
BAB I
PENDAHULUAN
unsteadiness) atau pusing (dizziness). Vertigo adalah sensasi gerakan tubuh ketika
tubuh tidak sedang bergerak, yang tidak sesuai dengan gerakan kepala normal,
merupakan gejala murni atau kumpulan gejala (sindroma) yang terdiri dari gejala
Vertigo sering terjadi pada umur 18-79 tahun, dengan prevalensi global
sebesar 7,4% serta kejadian pertahunnya mencapai 1,4%. Prevalensi vertigo pada
tahun 2019 di Jerman, berusia 18 tahun hingga 79 tahun adalah 30%, 24%
di Amerika karena disfungsi vestibular adalah sekitar 35% populasi dengan umur
gangguan vertigo perifer dan 25% mengalami vertigo sentral. Umumnya vertigo
ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan populasi dan hanya 4-7% yang
diperiksakan ke dokter.
2018, vertigo termasuk penyakit yang memiliki prevalensi yang besar, Distribusi
penyakit vertigo berdasarkan usia yang paling banyak pada rentang usia 41-50
tahun (38,7%) dan 51-60 tahun (19,3%). Dari penelitian tersebut juga diketahui
5
dibandingkan laki-laki (27,4%) (Rendra dan Pinzon, 2018). Angka kejadian
vertigo di Indonesia pada tahun 2013 sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua
yang berumur 75 tahun, pada tahun 2015, 50% dari usia 40-50 tahun dan juga
merupakan keluhan nomor tiga paling sering dikemukakan oleh penderita yang
datang.2
Solok.
selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki tiga bagian yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris media)
Auris externa terdiri dari dua bagian. Bagian yang berproyeksi dari sisi regio
capitis adalah auricula (pinna) dan saluran yang mengarah ke dalam adalah
meatus acusticus externus. Auricula berada di sisi regio capitis dan membantu
7
Gambar 2.2 Anatomi telinga luar
dinding lateral auris interna di medial. Struktur ini terdiri dari dua bagian yaitu
cavitas auris media menuju auris interna. Getaran ini dapat mencapai auris interna
melalui tiga tulang yang saling berhubungan namun dapat bergerak, yang
dengan malleus melalui sendi synovialis) dan stapes (berhubungan dengan incus
melalui sendi synovialls, dan melekat pada dinding lateral auris interna pada
fenestra vestibuli).3
8
Gambar 2.3 Anatomi telinga tengah
Auris interna terdiri dari serangkaian cavitas tulang (labyrinthus osseus) dan
tersebut. Semua struktur tersebut berada dalam pars petrosa tulang temporale, di
antara auris media di lateral dan meatus acusticus internus di medial. Labyrinthus
osseus terdiri dari vestibulum, tiga canalis semicircularis ossus, dan cochlea.
Labyrinthus osseus ini dilapisi oleh periosteum dan berisi cairan jernih.
9
Gambar 2.4 Anatomi telinga Dalam
keseimbangan diatur oleh beberapa organ penting di tubuh yang input sensoriknya
akan diolah di susunan saraf pusat (SSP). Fungsi ini diperantarai beberapa
keseimbangan dan bagi koordinasi gerakan kepala dengan gerakan mata serta
sel rambut yang berespons terhadap deformasi mekanis yang dipicu oleh gerakan
10
struktur di dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea yaitu kanalis
angular kepala, misalnya ketika menengok, mulai atau berhenti berputar, jungkir-
tersusun dalam bidang tiga dimensi yang tegak lurus satu sama lain.4
gravitasi (yaitu, kepala miring statik) dan juga mendeteksi perubahan kecepatan
gerakan lurus (bergerak dalam garis lurus ke manapun arahnya). Organ otolit,
utrikulus dan sakulus, adalah struktur berbentuk kantong yang berada di dalam
2.2 Vertigo
2.2.1 Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin, vertere, yang artinya memutar.5 Vertigo
merupakan perasaan atau ilusi bahwa lingkungan atau tubuh berputar, dapat
terjadi karena penyakit pada telinga bagian dalam atau karena gangguan pusat
2.2.2 Epidemiologi
Penelitian vertigo dari 12 klinik rawat jalan menunjukkan 50% pasien
Sekitar 85% pasien di ruang gawat darurat menderita vertigo perifer dengan
11
2.2.3 Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi vertigo vestibular dan nonvestibular.7
a. Vertigo Vestibular
bisa merasakan rasa mual / muntah. Berdasarkan letak lesinya dikenal ada
posisi kepala, dengan rasa berputar yang berat, mual / muntah, dan
jarang dalam rasa mual / muntah, atau kalau ada ringan saja. Tidak
12
Tabel 2.1 Perbedaan vertigo vestibular perifer dengan sentral7
Mual/Muntah/Keringatan ++ +
b. Vertigo Nonvestibular
Mual / Muntah + -
13
2.2.4 Etiologi
Penyebab sebagian besar kasus vertigo adalah ketidakseimbangan impuls
sensorik yang berhubungan dengan pergerakan yang mencapai otak melalui tiga
(BPPV), post trauma, meniere, labirintitis, toksik, oklusi dan fistula labirin.
Penyebab pada N. vestibularis antara lain infeksi, inflamasi dan neuroma akustik.
Gangguan sistem vestibular sentral disebabkan oleh kelainan pada batang otak,
serebelum ataupun cerebrum yang sebagian besar disebabkan oleh stroke, tumor
2.2.5 Patofisiologi
Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis
semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.
Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni
ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan
cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila
14
semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula akan mengalami defleksi ke
arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris
kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga
sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara
sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola
15
berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan
gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang
aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi
dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan
timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim
terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan
16
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
2.2.6 Gejala
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala
primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh
apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit
kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua
matanya. Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia
seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami
gangguan.
Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan
sensiivitas visual.
Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak
terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien
17
dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang
vertigo perifer biasanya onset akut dan penanganan penanganan segera, sedangkan
pada vertigo tipe sentral perlu diketahui dan dieksplorasi faktor risikonya. Hal-hal
Pusing yang dikeluhkan ini dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, berputar-putar,
intoksikasi).
serebelar).
18
vestibular), berjalan (vestibulopati bilateral), menolehkan kepala (misalnya
19
vestibular paroxysmia), menjalankan kepala tertentu (misalnya BPPV),
postural fobia).
dingin. Gejala otonom berat atau ringan. Ada atau tidaknya gejala
Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral mati rasa,
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital
Pemeriksaan neurologis
horizontal biasanya dijumpai pada vertigo tipe perifer, sedangkan nistagmus pada
vertigo tipe sentral bersifat vertikal atau rotasional. Hal-hal yang harus
Kesadaran
Nervi
kranialis
20
Sistem saraf motorik
spesifik yang dapat membantu menentukan diagnosis penyebab vertigo antara lain:
Tes romberg
dada, kedua mata terbuka, diamati selama 30 detik, setelah itu pasien
diminta menutup mata diawasi dan diamati selama 30 detik. Jika dalam
Jika dalam keadaan mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi
Pemeriksa berada di belakang pasien, tumit pasien berada di depan ibu jari
kaki yang lainnya, pasien diamati dalam keadaan mata terbuka selama 30
tumit di depan jari kaki sisi yang lain secara bergantian. Pada kelainan
serebelar: pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu
sisi. Pada kelainan vestibular: pasien akan mengalami deviasi ke sisi lesi
depan, mata pasien ditutup. Pasien yang berjalan di tempat 50 langkah Tes
21
fukuda dalam abnormal jika deviasi ke satu sisi >30° atau maju / mundur
>1 meter. Tes fukuda menunjukkan lokasi kelainan di sisi kanan atau kiri.
Pada posisi duduk, pasien untuk mengangkat satu tangan dengan arah
ujung jarinya menyentuh ujung jari pemeriksa beberapa kali dengan mata
terbuka, setelah itu dilakukan dengan cara yang sama dengan mata
tertutup. Pada kelainan vestibular: ketika mata tertutup maka jari pasien
akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar: akan terjadi hipermetri
atau hipometri
Pasien yang memfiksasikan mata pada hidung / dahi pemeriksa Setelah itu
22
Nistagmus
diminta mengikuti jari pemeriksa ke kiri atau kanan 30° untuk melihat
Tes Dix-Hallpike
Pasien menoleh 45° ke satu sisi, setelah itu pasien dijatuhkan sehingga
nistagmus atau tidak. Kemudian pasien tegak kembali dan diamati adakah
nistagmus atau tidak. Hal yang sama dilakukan kembali pada sisi yang
nistagmus: 10- 30 detik, atau <1 menit. Adanya fatique disertai gejala
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
23
2.2.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum terapi Vertigo
Medikasi
Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang
umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek
Betahistin
telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping
Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit.
sehari per oral. Betahistin di Hcl (Betaserc) Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali
Dimenhidrinat (Dramamine), lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per
24
mengantuk.
25
Difhenhidramin Hcl (Benadryl), lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga
Antagonis Kalsium
seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
Cinnarizine (Stugerone)
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali
sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa
cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.
Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun
Promethazine (Phenergan)
draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
intravena). Efek
26
samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.
Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
Obat simpatomimetik
Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo
lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi
gelisah – gugup.
diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering
Lorazepam
Diazepam
27
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular
Skopolamin
kali sehari.
Terapi fisik
kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem
keseimbangan.
2.2.9 Edukasi
Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari penyebab
2.2.10 Prognosis
Prognosis vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat terjadi remisi
sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis tergantung dari etiologi yng
28
mendasarinya. Misalnya infark arteri basilar atau vertebral menandakan prognosis
yang buruk
29
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Umur : 34 Tahun
II. ANAMNESA
Anamnesa : Autoanamnesa
Natsir dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien merasa pusing berputar sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
yang timbul secara mendadak dan pusing yang berulang kali. Awalnya pada saat
keranjang pasien merasakan pusing berputar yang dirasakan secara mendadak dan
hilang timbul, hal ini dirasakan pasien selama beberapa detik hingga menit,
30
dan muntah dan pasien juga berkeringat saat mengalami pusing. Saat gejala
terganggu.
berputar semakin berat saat pasien beraktivitas, membuka mata, mengubah posisi
kepala, mengubah posisi badan dari tidur ke duduk dan saat berdiri. Keluhan
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak mengeluhkan adanya
penurunan kesadaran (-), demam (-), sakit kepala (+), kesulitan menelan (-), mulut
mencong (-), bicara pelo (-), kesulitan berbicara (-), penurunan penciuman (-),
pandangan kabur (-), pandangan ganda (-), ataupun kejang (-). BAB dan BAK
normal tidak ada keluhan, nafsu makan pasien menurun, karena pusing berputar
Riwayat DM (-)
Riwayat DM (-)
Pasien perempuan usia 34 tahun, pasien sudah menikah dan mempunyai anak,
pasien tinggal bersama suami dan 2 anaknya. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga dan membuka usaha laundry dirumahnya. Pasien tidak ada kebiasaan
makan yang tidak terkontrol dan lebih sering membeli makanan dari luar.
1. UMUM
Rambut : Hitam
Nadi : 98 kali/menit
32
Irama : Reguler
Pernafasan : 16 kali/menit
Paru
Jantung
Abdomen
33
Perkusi : Timpani
Korpus Vertebrae
2. STATUS NEUROLOGIKUS
GCS : E4 M6 V5
Brudzinki I : Negatif
Brudzinki II : Negatif
34
C. Pemeriksaan Nervus Kranialis
N I (Olfaktorius)
N II (Opticus)
N III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
35
Nistagmus Positif horizontal Positif horizontal
Refleks Cahaya + +
Reflek Akomodasi + +
Reflek Konvergensi + +
N IV (Troklearis)
Kanan Kiri
N V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
36
Menggigit Normal Normal
Sensorik
Divisi Opthalmica
Divisi Maksila
Divisi Mandibula
N VI (Abdusen)
Kanan Kiri
N VII ( Fasialis)
37
Kanan Kiri
N VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan Kiri
38
Nistagmus + horizontal + horizontal
N IX (Glosopharingeus)
N X (Vagus)
Menelan Normal
Artikulasi Normal
Suara Normal
Nadi Reguler
39
N XI ( Accessorius)
Kanan Kiri
N XII (Hipoglosus)
Pemeriksaan Kordinasi
40
Disartria Tidak ada
Supinasi-Pronasi Normal
Badan
Respirasi Normal
Duduk Normal
41
Eksremitas
Superior
Kanan Kiri
Inferior
Inferior
Kanan Kiri
Pemeriksaan Sensibilitas
42
Sensibilitas Termis Baik
Stereognosis Baik
Sistem Refleks
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Apr ++ ++
Kpr ++ ++
43
Sfingter Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hoffman-Tromner - -
Babinsky - -
Chaddoks - -
Oppenhem - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Fungsi otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Fungsi Luhur
44
Reflek Memegang Tidak dilakukan
Palmomental
Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Nilai – Nilai MC
Basofil 1 % 0–1
Neutrofil 50 % 50 – 70
45
Limfosit 36 % 20 – 40
Monosit 8 % 2–8
Lymphocyte Count)
Lymphocyte Ratio)
KIMIA KLINIK
Kolesterol Lengkap
Ureum 26 mg/dL 20 – 50
46
Rencana Pemeriksaan Tambahan
Tidak ada
Diagnosis
Terapi
Umum/suportif
Khusus
Prognosis
47
HARI/ PERKEMBANGAN TERAPI
TANGGAL
Domperidone 3x1 mg
O/ Ranitidin 2x150 mg
sedang
Kesadaran : CMC
TD : 98/50 mmHg
HR : 63 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C
Motorik 555/555
555/555
48
A/
vestibuler
Diagnosis sekunder :
hipotensi
TANGGAL
Flunarizin 1x5 mg
O/ Domperidone 3x1 mg
sedang
Kesadaran : CMC
49
TD : 90/51 mmHg
HR : 57 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C
Motorik 555/555
555/555
A/
hipotensi
50
BAB IV
ANALISA KASUS
dirasakan berat saat serangan. Pusing berputar terjadi saat pasien bangun dan
berpindah posisi badan. Pasien merasa sekelilng berputar hebat. Pasien juga
mengeluhkan mual (+), muntah (+) dan keringat dingin. Tidak terdapat keluhan
beratnya keluhan didapatkan diagnosis vertigo perifer yaitu pasien merasa pusing
berputar, sangat hebat timbul mendadak disertai mual muntah, keringat dingin.
Diagnosis topik pada pasien ini adalah organ vestibular dengan lesi pada
khusus pada pasien diberikan betahistine 3x6 mg untuk mengurangi gejala vertigo
yang pasien rasakan, domperidone 3x1 mg untuk mengatasi gejala mual muntah
yang pasien rasakan, ranitidin 2x1 untuk menurunkan asam lambung, flunarizin
51
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Seorang perempuan berusia 34 tahun dengan diagnosis klinis vertigo
Dasar penegakan diagnosa pada pasien ini adalah: Pusing berputar yang
Terapi suportif yang dapat diberikan pada pasien adalah IVFD RL 12 jam/
Kolf. Untuk terapi khusus dapat diberikan betahistine 3x6 mg, ranitidin
Prognosis dari pasien ini quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad functionam
5.2 Saran
Menyarankan kepada mahasiswa kepanitraan klinik kedokteran
53
DAFTAR PUSTAKA
Perifer Yang Berobat di Poliklinik Saraf RSU Anutapura Dan RSUD Undata Palu
5. Jusuf MI, Wahidji VH. Bunga Rampai Kedokteran. Gorontalo: IDI; 2014.
9. Choi JY, dkk. Central Vertigo. Wolters Kluwer Health 2018; 31: 81-89.
10. Antunes MB. 2009. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC.
54