Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

NYERI KEPALA

Oleh :

HERU HERBIANTO 20100707360803028

BELLA DWI RAHAYU 20100707360803003

MEGA UTARI 20100707360803002

PRESEPTOR

dr. Yulson Rasyid, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN NEUROLOGI RSUD

M. NATSIR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

BAITURRAHMAH PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya

sehingga penulis dapat meyelesaikan referat yang berjudul “Nyeri Kepala” ini

dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita

semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi

anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Yulson Rasyid, Sp.S yang

telah memberikan bimbingan serta arahan, sehingga referat ini dapat diselesaikan

dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan tugas ilmiah ini karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan serta

pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga tugas ilmiah ini

dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama

dibidang ilmu kedokteran dan kesehatan dan juga bagi penulis sendiri.

Solok, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 4
1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 5
1.3.1 Bagi Penulis .............................................................................................. 5
1.3.2 Bagi Pembaca ........................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................. 5
1.5 Metode Penulisan ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak ........................................................................... 6
2.1.1 Anatomi Kulit Kepala .......................................................................... 6
2.1.2 Anatomi Kepala .................................................................................... 7
2.2 Nyeri kepala ....................................................................................................11
2.2.1 Definisi Nyeri Kepala ...........................................................................11
2.2.2 Epidemiologi ........................................................................................11
2.2.3 Etiologi .................................................................................................12
2.2.4 Patofisiologi ..........................................................................................12
2.2.5 Faktor Risiko ........................................................................................13
2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala ................................................................................14
2.3.1 Nyeri Kepala Primer ....................................................................................15
2.3.2 Nyeri Kepala Sekunder ................................................................................21
2.3.3 Diagnosa Nyeri Kepala ................................................................................22
BAB III PENUTUP ............................................................................................27
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri kepala atau cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di

seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala

(area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala merupakan keluhan

yang paling sering dikeluhkan oleh pasien saat datang ke dokter. Nyeri kepala

merupakan masalah yang diakibatkan oleh gangguan pada pola tidur, pola makan,

depresi sampai kecemasan.1

Berdasarkan penyebabnya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas kelainan

anatomi atau kelainan struktur, yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri

kepala klaster dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder adalah

nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi maupun kelainan struktur dan

bersifat kronis progresif, antara lain meliputi kelainan non vaskuler.1,2

Hampir 90% nyeri kepala benigna (tidak membahayakan). Meskipun

demikian, dokter dihadapkan dengan tugas penting dalam memilah mana nyeri

kepala yang benigna dan mana yang mengancam nyawa. Banyaknya penyakit

yang disertai keluhan nyeri kepala membuat dokter perlu melakukan pendekatan

yang fokus dan sistematis agar mendapatkan diagnosis nyeri kepala dengan tepat.

Diagnosis yang tepat akan dapat mengantarkan pada pengobatan yang tepat.1

1.2 Tujuan Penulisan

1. Referat ini dibuat untuk memenuhi syarat dalam kepaniteraan klinik senior

pada Departemen Neurologi RSUD M. Natsir Kota Solok.

4
2. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan dan penatalaksanaan yang tepat

pada pasien nyeri kepala.

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi penulis

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan referat ini

adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang nyeri kepala

terutama mengenai penegakan diagnosa dan penatalaksanaan penyakit tersebut.

1.3.2 Bagi Pembaca

1. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang nyeri kepala

2. Dapat meningkatkan pengetahuan tentang penegakan diagnosa dan

penatalaksanaan bagi teman sejawat.

3. Membantu memberikan informasi tambahan pada pembaca mengenai

nyeri kepala.

1.4 Batasan Masalah

Referat ini membahas mengenai defenisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi,

bakteriologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis

banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari penyakit nyeri kepala.

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan refarat ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk

pada berbagai literature.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Otak

2.1.1 Anatomi Kulit Kepala1,2

Pada Kulit kepala terdri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP

yaitu :

1. Skin atau kulit,

2. Connective Tissue atau jaringan subkutis,

3. Aponeurosis galea,

4. Loose areolar tissue atau jaringan ikat longgar, dan

5. Pericranium (perikranium)

(1) Skin atau kulit

Sifatnya tebal dan mengandung rambut serta kelenjar keringat

(Sebacea)

(2) Connective Tissue atau jaringan subkutis

Merupakan jaringan kat lemak yang memiliki septa-septa, kaya

akan pembuluh darah terutama di atas Galea. Pembuluh darah tersebut

merupakan anastommistis antara arteri karotis interna dan eksterna, tetapi

lebih dominan arteri karotis eksterna.

(3) Aponeurosis galea

Lapisan ini merupakan lapisan terkuat, berupa fascia yang melekat pada

tiga otot yaitu :

6
a. ke anterior – m. frontalis

b. ke posterior – m. occipitslis

c. ke lateral – m. temporoparietalis

Ketiga otot ini dipersarafi oleh nervus fasialis (N. VII)

(4) Loose areolar tissue atau jaringan ikat longgar

Lapisan ini mengandung vena emissary yang merupakan vena tanpa

katup (valveless vein), yang menghubungkan SCALP, vena diploica,

dan sinus vena intrakranial (misalnya Sinus sagitalis superior). Jika terjadi

infeksi pada lapisan ini, akan muda menyebar ke intrakranial. Hematoma

yang tebentuk pada lapisan ini disebut Subgaleal hematom, merupakan

hematoma yang paling sering ditemukan setelah cedera kepala.

(5) Pericranium (perikranium)

Merupakan periosteum yang melapisi tulang tengkorak, melekat erat

terutama pada sutura karena melalui sutura ini periosteum akan

langsung berhubngan dengan endosteum (yang melapisi permukaan

dalam tulang tengkorak)

2.1.2 Anatomi Kepala 3,4,5

Tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk mandibula.

Kranium mempunyai dua bagian besar, yakni kalvaria (atap tengkorak)

yang sering disebut neurokranium dan selaput otak.

1. Tengkorak atau Kalvaria

Kalvaria terbentuk dari bagian-bagian superior os frontal, parietal dan

oksipital. Tulang-tulang kalvaria terdiri atas lempeng tulang kortika dan diploe.

Lempeng-lempeng tulang kortika memberi kekuatan pada lengkung atap kranium,

7
sementara diploe berperan untuk meringankan berat kranium dan memberi

tempat untuk memproduksi sumsum darah.

2. Kranium

Kranium membungkus dan melindungi otak. Kranium terdiri dari os

frontal yang membentuk dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-langit rongga

orbita; os parietal yang membentuk sisi dan langit-langit kranium; os temporal

yang membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium; os etmoid yang merupakan

struktur penyangga penting dari rongga nasal dan berperan dalam

pembentukan orbita mata dan os sfenoid yang membentuk dasar anterior

kranium.

a. Aspek Anterior

Pada aspek anterior tengkorak dapat dikenali os frontale, os

zygomaticum, orbita, nasal, maxilla dan mandibular.

8
b. Aspek Lateral

Aspek lateral tengkorak terdiri dari os kranium dan os wajah

(Gambar 2). Os kranium tersebut adalah fossa temporalis, linea temporalis

superior, linea temporalis inferior os parietal, arcus zygomaticus, titik pterion,

processus mastoideus ossis temporalis, meatus acusticus externus dan processus

styloideus ossis temporalis. Os wajah yakni mandibula terletak dua bagian:

bagian horisontal, yakni corpus mandibulae dan bagian vertikal, yakni ramus

mandibulae.

c. Aspek Posterior

Aspek posterior tengkorak (occiput) dibentuk oleh os occipitale, os

parietale dan os temporale (Gambar 3A). Protuberentia occipitalis externa

adalah benjolan yang mudah diraba di bidang median. Linea nuchalis superior

yang merupakan batas atas tengkuk, meluas ke lateral dari protuberentia

occipitalis externa tersebut; linea nuchalis inferior tidak begitu jelas.

9
d. Aspek Superior

Aspek superior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, kedua os

parietale dextra dan sinistra dan os occipitale di sebelah posterior. Sutura

coronalis memisahkan os frontale dari os parietale; sutura sagitalis

memisahkan kedua tulang ubun-ubun satu dari yang lain; dan sutura lamboidea

memisahkan os parietale dan os temporale dari os occipitale. Titik bregma

adalah titik temu antara sutura sagitalis dan sutura coronalis. Titik vertex

merupakan titik teratas pada tengkorak yang terletak pada sutura sagitalis

di dekat titik tengahnya. Titik lambda merujuk kepada titik temu antara sutura

lamboidea dan sutura sagitalis.

e. Aspek Inferior dan Aspek Dalam Dasar Tengkorak

Aspek inferior tengkorak setelah mandibula diangkat memperlihatkan

processus palatinus maxilla dan os palatinum, os sphenoidale, vomer, os

temporale dan os occipitale. Permukaan dalam dasar tengkorak

memperlihatkan tiga cekungan yakni fossa cranii anterior, fossa cranii media

dan fossa cranii posterior yang membentuk dasar cavitas cranii. Fossa

10
cranii anterior dibentuk oleh os frontale di sebelah anterior, os

ethmoidale di tengah dan corpus ossis sphenoidalis serta ala minor ossis

sphneoidalis di sebelah posterior. Fossa cranii media dibentuk oleh kedua ala

major ossis sphneoidalis, squama temporalis di sebelah lateral dan bagian-bagian

pars petrosa kedua os temporale di sebelah posterior. Fossa cranii posterior

dibentuk oleh os occipitale, os sphenoidale dan os temporale.

2.2 Nyeri Kepala

2.2.1 Definisi nyeri kepala6

Nyeri kepala atau cephalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada

daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala

(area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). Nyeri kepala didefinisikan sebagai

suatu perasaan tidak mengenakkan pada daerah kepala yang sering dikeluhkan

dari para penderitanya karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.

2.2.1 Epidemiologi Nyeri kepala

The
Atlas of Headache Disorders menyajikan data yang diperoleh oleh

WHO bekerja sama dengan Lifting The Burden: the Global Campaign againts

headache. Data – data dikumpulkan dalam bentuk survei kuesioner dari ahli

saraf,praktisi umum dan perwakilan pasien dari 101 negara, dilakukan dari

Oktober 2006 sampai Maret 2009. Hasil yang diperoleh yaitu gangguan nyeri

kepala termasuk migrain dan nyeri kepala tipe tegang, merupakan gangguan

yang paling sering terjadi. Studi prevalensi memperkirakan setengah sampai

tiga perempat dari orang dewasa berusia 18 - 65 tahun di dunia telah memiliki

nyeri kepala pada tahun lalu. Menurut studi ini, lebih dari 10% memiliki migrain,

dan 1,7-4% dari populasi orang dewasa dipengaruhi oleh nyeri kepala selama 15

11
hari atau lebih pada setiap bulannya. Di seluruh dunia, sekitar 50% dari

orang-orang dengan nyeri kepala lebih memilih untuk mengobati dirinya

sendiri dan tidak menghubungi praktisi kesehatan. Sampai dengan 10%

populasi dunia berkonsultasi ke ahli saraf, meskipun hanya sedikit di negara

Afrika dan Asia Tengara.12

2.2.3 Etiologi

Penyebab nyeri kepala banyak sekali, meskipun kebanyakan adalah kondisi

yang tidak berbahaya (terutama bila kronik dan kambuhan), namun nyeri kepala

yang timbul pertama kali dan akut ini adalah manifestasi awal dari penyakit

sistemik atau suatu proses intrakranial yang memerlukan evaluasi sistemik yang

lebih teliti (Bahrudin, 2013). Chepalgia atau nyeri kepala yang menjadi awal dari

berbagai macam penyakit. Chepalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-

organ di kepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh drah. Nyeri kepala

kronik biasanya disebaban karena migrain, ketegangan, atau depresi, namun

dapat juga tekait dengan lesi intrakranial, cedera kepala, spondilosis cervical,

penyakit gigi atau mata, hepertensi dan berbagai macam gangguan medis lainnya.

2.2.4 Patofisiologi

1. Rangsangan yang menganggu diterima oleh nosiseptor (reseptor nyeri)

polimodal dan mekanoreseptor di meninges dan neuron ganglion

trigeminal.

2. Pada innervasi sensoris pembuluh darah intrakranial (sebagian besar

berasal dari ganglion trigeminal) di dalamnya mengandung neuropeptida

seperti CGRP / Calcitonin Gene Related Peptide, Substance P, Nitric

12
oxide, bradikinin, serotonin yang semakin mengaktivasi / mensensitisasi

nosiseptor.

3. Rangsangan di bawa menuju cornu dorsalis cervical atas.

4. Transmisi dan modulasi nyeri terletak pada batang otak ( periaquaductal

grey matter, nucleus raphe magnus, formasio retikularis)

5. Hipotalamus dan sistem limbik memberikan respon perilaku dan

emosional terhadap nyeri.

6. Pada talamus hanya terjadi persepsi nyeri.

7. Pada korteks somatosensorik dapat mengetahui lokasi dan derajat

intensitas nyeri

2.2.5 Faktor resiko

Dalam penelitian Tandaju, Runtuwene, Kembuan (2016), stres mencetus

serangan nyeri kepala terbanyak yaitu pada 149 orang (84,6%), sedangkan faktor

pencetus yang paling sedikit ditemukan ialah perubahan cuaca yang

mempengaruhi 34 orang (19,3%)

Tabel 2.1 Distribusi Faktor Resiko Pencetus Nyeri Kepala

Pencetus Frekuensi %
Stress 149 84,6

Perubahan pola tidur 110 62,5

Melewatkan waktu malam 74 42

Menstruasi 66 37,5
(Tandaju, Runtuwene, Kembuan, 2016)

Menurut penelitian Straube, Heinen, Ebinger et al (2013), secara umum,

kami dapat membagi faktor resiko ke dalam kategori pola hidup, bersekolah dan

13
kejiwaan. Penyebab khas yang sering ditemukan dari faktor-faktor pola hidup

yaitu meliputi:

1. Konsumsi kafein

2. Konsumsi alkohol

3. Merokok

4. Kurangnya aktivitas fisik

Menurut penelitian Straube, Heinen, Ebinger et al (2013), ditemukannya

konsumen kafein yang biasanya berhubungan dengan frekuensi terjadinya

nyeri kepala pada orang dewasa dan remaja. Sedangkan baik dari penelitian

HUNT dan survei dari pelajar SMA di Munich, Jerman, menunjukkan bahwa

adanya hubungan yang signifikan antara merokok dan terjadinya nyeri kepala.

Kemudian berbeda dengan orang dewasa, pada remaja mengkonsumsi alkohol

juga merupakan faktor resiko dari terjadinya nyeri kepala dan lagi, baik dari

penelitian HUNT dan Munich menunjukkan bahwa ditemukan adanya hubungan

dengan kurangnya aktivitas fisik dengan terjadinya nyeri kepala.

2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala

Klasifikasi dan kriteria diagnostik headache dikeluarkan oleh International

Headache Society (IHS) tahun 2013 dalam wujud ICHD-3 (The International

Classification of Headache Disorders 3rd edition). Bagi dokter dan para tenaga

kesehatan, klasifikasi dari nyeri kepala ini merupakan patokan dasar untuk

menganalisa dan membuat diagnostik dari nyeri kepala yang diderita oleh

pasiennya. Oleh IHS, nyeri kepala dikelompokkan menjadi 3 kategori

umum, yaitu Nyeri kepala Primer (Primary Headaches), Nyeri kepala Sekunder

(Secondary Headaches), dan Nyeri kepala dengan neuropati kranial, nyeri wajah

14
lain dan nyeri kepala lainnya (Painful cranial neuropathies, other facial pains

andotherheadaches).13

2.3.1 Nyeri Kepala Primer

Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang merupakan

penyakit utama atau nyeri kepala tampa disertai adanya penyebab struktural

organik. Menurut ICHD-2 nyeri kepala primer dibagi menjadi empat kelompok

besar:

1. Migrain

Migrain memiliki dua subtipe mayor. Migrain tanpa aura dan migrain

dengan aura. Migrain dengan aura terutama ditandai oleh gejala neurologis yang

biasanya mendahului atau kadang-kadang menemani saat nyeri kepala. Beberapa

pasien juga mengalami fase premonitory (fase pertanda), terjadi beberapa jam

atau hari sebelum nyeri kepala, dan fase resolusi. Yg memberi pertanda dan

gejala resolusi seperti menguap berulang, kelelahan dan leher kaku dan / atau

sakit.

A. Migrain Tanpa Aura

Deskripsi:

Nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam.

Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat,

bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan mual

dan atau fotofobia dan fonofobia.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang – kurangnya terjadi lima serangan memenuhi yang

memenuhi kriteria B – D

15
b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati

atau tidak berhasil diobati)

c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:

- Lokasi unilateral,

- Kualitas berdenyut,

- Intensitas nyeri sedang atau berat

- Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau

penderita menghindari aktifitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik

tangga)

d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:

- Mual dan atau muntah,

- Fotofobia dan fonofobia

e. Tidak berkaitan dengan diagnostik lain

B. Migrain Dengan Aura

Deskripsi:

Serangan berulang, bertahan dalam menit, sepenuhnya unilateral secara

reversibel baik itu visual, sensorik atau gejala sistem saraf pusat lainnya yang

biasanya berkembang secara bertahap dan diikuti dengan nyeri kepala dan

terkait gejala migrain.

Kriteria diagnostik:

a. Sekurang – kurangnya terjadi dua serangan memenuhi yang

memenuhi kriteria B – D

16
b. Disertai satu atau lebih gejala aura secara reversibel: Visual, Sensoris,

Bicara dan / atau bahasa, Motorik, Batang otak,Retina

c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara empat

karakteristik berikut: Minimal satu gejala aura muncul secara bertahap

≥5menit, dan / atau dua atau lebih gejala terjadi, Setiap gejala aura berlangsung

5 – 60 menit, Minimal satu gejala aura terjadi secara unilateral, Disertai aura,

atau diikuti selama 60 menit.

d. Tidak berkaitan dengan diagnostik lain

C. Tatalaksana

a. NSAID :

- Ibuprofen 400-800 mg per 6 jam

- Naproxen 500 mg

- Asetaminofen 1000 mg

- Obat anti mual ( promethazine 25 mg )

b. Terapi Abortif ( spesifik simptomatik )

Ergotamine tablet 1 mg yang dapat diulang 30 menit kemudian. Dosis

maksimum 5 mg dalam satu serangan atau tidak lebih dari 10 mg dalam

seminggu. Juga dapat diberikan golongan triptan seperti sumatriptan 6 mg

subkutan atau tablet 25-50 mg.

c. Terapi Profilaksis

- Beta blocker ( propranolol 40-160 mg dosis tinggi )

- Antikonvulsi ( fenitoin 200-400 mg/hr )

- Trisiklik antidepresan ( amitriptilin 50-75 mg/hr )

17
d. Anti Muntah ( Metokloperamid 10 mg atau domperidone 10 mg oral

dan 30 mg rektal )

D. Prognosis

a. Ad vitam : Bonam

b. Ad functionam : Bonam

c. Ad sanationam : Dubia ad bonam

2. TTH (Tension Type Headache)

TTH atau nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala yang paling

sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan peningkatan

stress. TTH memiliki karakteristik bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan

intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin,

tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia. Lebih dari 90%

populasi mengalami sakit kepala (Barna dan hashmi, 2004) ketika semua jenis

dipertimbangkan, jumlah kecacatan yang mereka sebabkan akan memberi

peringkat sakit kepala dalam 10 masalah kesehatan teratas di seluruh dunia

(stovner et al.2007) Penggunaan obat komplementer dan alternative serta terapi

untuk mengatasi keluhan umum terjadi pada sakit kepala. Data yang dilaporkan

dari lokasi klinik di seluruh dunia mencatat bahwa antara 30% dan 84% penderita

menggunakan setidaknya satu modalitas CAM untuk mengatasi sakit kepala

mereka (Gaul et al.2009) Sakit kepala tipe tegang adalah sakit kepala yang secara

tipikal dapat diatasi dengan waktu atau sebagai tanggapan terhadap analgesik

nonpresciption. Durasi bervariasi, tapi biasanya lebih pendek dari 8 jam. Bagi

banyak orang, sakit kepala pertama terjadi antara usia 25 dan 30 tahun. Mereka

paling sering berusia antara 30 dan 40 tahun, dengan kejadian minimal menurun

18
dalam beberapa dekade berturut-turut. Prevalensi TTH sekitar 25% lebih besar

pada wanita (Jensen dan stovner, 2008).

A. Klasifikasi Tension Type Headache

a. Episodic Tension Type Headache (ETTH) ditandai dengan Episode

nyeri kepala yang jarang, bilateral, menekan atau mengikat dan intensitas ringan

sampai sedang, berlangsung menit sampai hari. Rasa sakitnya tidak memburuk

dengan aktivitas fisik rutin dan tidak berkaitan dengan mual, tetapi fotofobia atau

fonofobia mungkin ada.

b. Chronic Tension-Type Headache, seseorang mungkin mengalami

kemajuan dari ETTH ke varian yang lebih serius yang diidentifikasi sebagai sakit

kepala tipe kronis (CTTH). Seseorang dengan CTTH mengalami sakit kepala 15

hari atau lebih per bulan paling sedikit 3 bulan. Sering kali periode nyeri yang

meluas ini meningkatkan kemungkinan perubahan neurologis yang merugikan

dibandingkan dengan ETTH. CTTH bisa mempengaruhi sekitar 3% populasi

(Stovner,2007).

3. CLUSTER HEADACHE

Nyeri kepala tipe cluster merupakan nyeri kepala pada satu sisi yang disertai

dengan keluarnya air mata dan hidung tersumbat. Serangan berlangsung regular

selama 1 minggu hingga 1 tahun. Serangan-serangan diantarai oleh periode bebas

nyeri yang berlangsung setidanknya satu bulan atau lebih lama. Nyeri kepala

memiliki diagnosis diferensial berupa nyeri kepala tipe lain seperti migraine, nyeri
1,2
kepala sinus, serya nyeri kepala tipe tegang. Berdasarkan kriteria diagnosis

yang disusun oleh International Headache Society (HIS), nyeri kepala tipe cluster

memiliki karakteristik sebagai berikut:

19
a. Pasien mengeluhkan serangan nyeri kepala yang sangat hebat, bersifat

unilateral (orbital, supraorbital, atau temporal) yang berlangsung selama 15- 180

menit, dan menyerang mulai dari sekali hingga delapan kali per hari.

b. Serangan nyeri kepala disertai dengan satu atau lebih gejala berikut

(semuanya ipsilateral): injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, rinore,

produksi keringat pada dahi danwajah, miosis, ptosis, atau edema palpebral.

A. Klasifikasi Nyeri kepala tipe cluster

Diklasifikasikan menjadi dua tipe utama:

a. Tipe episodic, dimana terdapat setidaknya dua fase cluster yang

berlangsung selama 7 hari hingga 1 tahun, yang diantarai oleh periode bebas

nyeri selama 1 bulan atau lebih lama

b. Tipe kronis, dimana fase cluster terjadi lebih dari sekali dalam setahun,

tanpa disertai remisi, atau dengan priode bebas nyeri yang kurang dari 1

bulan.

4. Nyeri Kepala Primer Lainnya

A. Primary Stabbing Headache

Nyeri kepala yang rasanya seperti ditusuk-tusuk dan timbul secara

spontan,terlokalisir tampa didasari penyakit organic atau gangguan saraf otak.

B. Primary Cough Headhace

Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh batuk atau mengejan, tampa

dijumpai gangguan intracranial.

C. Primary Exertional Headache

Nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas fisik

D. Hypnic Headache

20
Nyeri kepala yang bersifat tumpul yang menyebabkan pasien tebangun dari

tidurnya

E. Primary Thunderclap Headhace

Nyeri kepala yang memiliki intensitas nyeri yang sangat hebat, timbul

mendadak dan menyerupai rupture aneurisma serebral.

F. Hemikrania Kontinue

Nyeri kepala unilateral yang selalu persiten dan responsive terhadap

indometasin. Nyeri kepala akan hilang jika diberikan indometasin 50-100 mg

G. New daily persistent headache

Nyeri kepala yang dirasakan sepanjang hari tampa mereda sejak awal

serangan umumnya dalam waktu tiga hari. Nyeri khas bersifat bilateral, seperti

ditekan atau dengan intensitas nyeri derajat ringan sampai sedang.

2.3.2 Nyeri Kepala Sekunder

Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang dikarenakan penyakit

lain sehingga terdapat peningkatan tekanan intrakranial atau nyeri kepala yang

jelas terdapat kelainan anatomi maupun struktur.

a. Nyeri kepala karena trauma pada kepala dan / atau leher

b. Nyeri kepala karena gangguan vaskular pada kranial atau servikal

c. Nyeri kepala karena gangguan non vaskular pada intracranial

d. Nyeri kepala karena suatu substansi atau withdrawal

e. Nyeri kepala karena infeksi

f. Nyeri kepala karena gangguan homeostasis

21
g. Nyeri kepala atau nyeri wajah karena gangguan pada kranial, leher,

mata, telinga, hidung, rongga sinus, gigi, mulut, atau struktur wajah atau kranial

lainnya.

2.3.3 Diagnosa Nyeri Kepala

Cara melakukan anamnesis pada pasien nyeri kepala adalah sebagai

berikut:

Pertanyaan yang pertama dilakukan adalah tentang menceritakan

mengenai keluhan nyeri kepala pasien. Hal ini penting untuk

Menurut Bahrudin (2013), anamnesis sangat penting karena pada pasien nyeri

kepala gejala obyektif sering hanya sedikit. Cara melakukan anamnesis pada

pasien nyeri kepala adalah sebagai berikut:

1. Pertanyaan yang pertama dilakukan adalah tentang menceritakan

mengenai keluhan nyeri kepala pasien. Hal ini penting untuk

mengetahui karakteristik nyeri kepala yang dikeluhkan pasien seperti apa.

2. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang bila terjadi serangan nyeri kepala, apa

yang dirasakan oleh pasien tersebut.

3. Selanjutnya ada tiga pertanyaan yang harus ditanyakan sehubungan

dengan waktu:

a. Sudah berapa lama pasien menderita nyeri kepalanya (misal, sejak masih

sekolah, dst.).

b. Mengenai frekuensi nyeri kepalanya yaitu, apakah nyeri kepala

seperti ini sering dirasakan dan apakah nyeri kepala ini terjadi sebelum,

selama, atau sesudah menstruasi.

22
c. Pada saat terjadi serangan nyeri kepala tersebut, perlu ditanyakan

mengenai berapa lama nyeri kepala tersebut dirasakan (beberapa detik,

menit, jam, atau hari).

4. Mengenai lokasi nyeri kepalanya, ada tiga pertanyaan yang harus

diajukan, diantaranya yaitu:

a. Pada bagian yang mana nyeri kepala tersebut mulai dirasakan dan

apakah mulai dari kening.

b. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada bagian dalam (seperti pada

migrain) atau pada permukaan kepala saja.

c. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada pasien tersebut ini berpindah-

pindah.

5. Tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri kepala:

a. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya serangan nyeri kepala

(misalnya, nyeri kepala timbul setelah minum anggur merah, makan

coklat, dll.).

b. Hal apa saja yang dapat menambah rasa nyeri kepala pada pasien

tersebut (misalnya, batuk, mengejan, sering kali berhubungan dengan

meningkatnya tekanan intrakranial).

c. Obat apa yang dapat mengurangi rasa nyeri tersebut.

6. Mengenai sifat (kualitas) nyeri kepala, perlu ditanyakan:

a. Bagaimana sifat nyeri kepala yang pasien rasakan (misalnya, kemeng,

panas, seperti ditusuk pisau, atau berdenyut).

23
b. Apabila mengalami serangan nyeri kepala, apakah pasien masih dapat

bekerja, tidur, dan sebagainya (misalnya bila tidak dapat tidur badan

semakin kurus, tidak dapat melihat TV menunjukkan nyeri kepala hebat).

7. Masih ada empat pertanyaan lain yang perlu diajukan:

a. Apakah yang pasien rasakan selain nyeri kepala (misalnya, selama

serangan nyeri kepala pasien merasakan mual, muntah).

b. Upaya pengobatan yang pasien lakukan sebelumnya dan selain obat

dan suntikan perlu ditanyakan juga tentang akupuntur, pijat, dsb.

c. Menurut anda, apa penyebab nyeri kepala anda (misalnya, pasien takut

mengalami perdarahan otak, tumor otak, dsb.

d. Setelah pasien lama menderita nyeri kepala, mengapa baru

sekarang berobat (misalnya, karena mendengar adanya obat baru, dsb).

8. Sebaiknya, pada akhir anamnesis ditanyakan, apakah pasien masih ingin

menambahkan sesuatu. Jawaban yang diungkapkan pasien dari pertanyaan yang

kita barikan seperti di atas dapat digunakan untuk membedakan jenis nyeri

kepala (Bahrudin, 2013)

9. Mengetahui karakteristik nyeri kepala yang dikeluhkan pasien seperti apa.

10. Pertanyaan selanjutnya adalah tentang bila terjadi serangan nyeri kepala, apa

yang dirasakan oleh pasien tersebut.

11. Selanjutnya ada tiga pertanyaan yang harus ditanyakan sehubungan

dengan waktu:

a. Sudah berapa lama pasien menderita nyeri kepalanya (misal, sejak masih

sekolah, dst.).

24
b. Mengenai frekuensi nyeri kepalanya yaitu, apakah nyeri kepala seperti ini

sering dirasakan dan apakah nyeri kepala ini terjadi sebelum, selama, atau

sesudah menstruasi.

c. Pada saat terjadi serangan nyeri kepala tersebut, perlu ditanyakan

mengenai berapa lama nyeri kepala tersebut dirasakan (beberapa detik,

menit, jam, atau hari).

12. Mengenai lokasi nyeri kepalanya, ada tiga pertanyaan yang harus

diajukan, diantaranya yaitu:

a. Pada bagian yang mana nyeri kepala tersebut mulai dirasakan dan apakah

mulai dari kening.

b. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada bagian dalam (seperti pada

migrain) atau pada permukaan kepala saja.

c. Apakah nyeri kepala yang dirasakan pada pasien tersebut ini

berpindah-pindah

13. Tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri kepala:

a. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya serangan nyeri kepala

(misalnya, nyeri kepala timbul setelah minum anggur merah, makan

coklat, dll.).

b. Hal apa saja yang dapat menambah rasa nyeri kepala pada pasien tersebut

(misalnya, batuk, mengejan, sering kali berhubungan dengan

meningkatnya tekanan intrakranial).

c. Obat apa yang dapat mengurangi rasa nyeri tersebut.

14. Mengenai sifat (kualitas) nyeri kepala, perlu ditanyakan:

25
a. Bagaimana sifat nyeri kepala yang pasien rasakan (misalnya, kemeng,

panas, seperti ditusuk pisau, atau berdenyut).

b. Apabila mengalami serangan nyeri kepala, apakah pasien masih dapat

bekerja, tidur, dan sebagainya (misalnya bila tidak dapat tidur badan

semakin kurus, tidak dapat melihat TV menunjukkan nyeri kepala hebat).

15. Masih ada empat pertanyaan lain yang perlu diajukan:

a. Apakah yang pasien rasakan selain nyeri kepala (misalnya, selama

serangan nyeri kepala pasien merasakan mual, muntah).

b. Upaya pengobatan yang pasien lakukan sebelumnya dan selain obat dan

suntikan perlu ditanyakan juga tentang akupuntur, pijat, dsb.

c. Menurut anda, apa penyebab nyeri kepala anda (misalnya, pasien takut

mengalami perdarahan otak, tumor otak, dsb.

d. Setelah pasien lama menderita nyeri kepala, mengapa baru sekarang

berobat (misalnya, karena mendengar adanya obat baru, dsb).

16. Sebaiknya, pada akhir anamnesis ditanyakan, apakah pasien masih ingin

menambahkan sesuatu. Jawaban yang diungkapkan pasien dari pertanyaan yang

kita barikan seperti di atas dapat digunakan untuk membedakan jenis nyeri

kepala.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nyeri Kepala adalah semua perasaan yang tidak menyenangkan di daerah

kepala. Nyeri kepala berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2, yaitu nyeri

kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri

kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural organik, sedangkan nyeri

kepala sekunder adalah nyeri kepala yang disebabkan karena adanya gangguan

organik lain, seperti infeksi, thrombosis, penyakit metaboisme, tumor, dan

penyakit-penyakit sistemik lainnya.

Nyeri kepala primer dibagi menjadi migraine, tension-type headache,

trigeminal autonomic cephalgia, cluster headache, dan nyeri kepala lainnya.

Nyeri kepala sekunder dibagi menjadi nyeri kepala akibat adanya trauma pada

daerah kepala sampai leher, nyeri kepala akibat kelainan vaskular mulai dari

kranial sampai dengan servikal, dan nyeri kepala sekunder lainnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama: 2010. Hal 15-28

2. Japardi Iskandar. Anatomi kulit kepala. Laporan Penelitian. Fakultas

Kedokteran. 2014

3. Bajpai R. Anatomi kepala manusia (1st ed.). Jakarta: Binarupa Aksara.2010

4. Basmajian JV & Slonecker CE. Grant, Metode anatomi berorientasi pada

klinik (1st ed). Jakarta: Binarupa Aksara.2010

5. Agur, Anne & Moore, Keith Essential Clinic Anatomy, 3rd ed., Lippincott

William & Wilkins, pp. 568-573.2010

6. Neurona, Nyeri kepala dan neuro oftalmologi, vol 22,no 2, Bagian

Neurologi Fakultas Kedokteran USU.

7. Boru, U.T., Kocer, A., Sur, H., Tutkan, H. and Atli, H. 2011. Prevalence

and Characteristics of Migraine in Women of Reproductive Age in

Istanbul, Turkey: A Population Based Survey. Tohoku J. Exp. Med.,

206(1), 51-59.

8. Cady,R.2017. Pathophysiology of Migraine. In: The Pain Practitioner;

17(1): 6-9

9. Grosberg BM, Friedman BW, Solomon S. Approach to the Patient with

Headache in Robbins MS, Grosberg BM, Lipton RB (Eds), Headache.

HongKong,WileyBlackwell:20

28
29

Anda mungkin juga menyukai