Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIOPSIKOLOGI

Kerusakan Otak dan Neuroplastisitas


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata Kuliah: Biopsikologi

Dosen Pembimbing:
Atika Mentari Nataya Nst, M.Psi.Psikolog

Disusun Oleh:
Lulu Syahbita Agnesia (228600140)
Azrina Silalahi (228600143)
Risha Amelia Aguelera (228600150)
Wira Aditya Pramana (228600209)
Cori Suci Wulandari (228600182)
Sari Hikmah Zakiah (228600226)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Kerusakan otak dan Neuroplastisitas”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata Bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberi manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Medan, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................2
D. Manfaat Penyusunan Makalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerusakan Otak dan Pemulihan Jangka Pendek.....................................................3
B. Mengurangi Pengaruh Stroke .................................................................................3
C. Mekanisme Lanjut Pemulihan.................................................................................5
D. Kerusakan Otak dan Pemulihannya........................................................................6
E. Neuroplastisitas.......................................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Neurosains adalah sistem Pendidikan baru yang mempelajari tentang sistem kerja
saraf. Pendidik umumnya jarang mempelajari tentang sistem kerja saraf. Pengabaian
terhadap sistem ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati. Neurosains secara
etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari sistim saraf, terutama
mempelajari neuron atau sel saraf dengan pendekatan multidisipliner. Secara terminology,
neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap
sistem saraf. Neurosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh
fungsi saraf-saraf lainnya. Plastisita otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan
otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi
baru.

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan dan menurunkan kemampuan dari otak
yaitu, bsa dari prilaku, memori dan kognisis dari seseorang. Gangguan kognitif adalah
gangguan yang berkaitan dengan peningkatan usia. Gangguan ini menyebabkan penurunan
fungsi otak yang berhubungan dengan kemampuan atensi, kosentrasi, kalkulasi, mengambil
keputusan, reasoning, berpikir abstrak.

Neurosains, Neuronehavior, dan Neuroplastisitas adalah satu kesatuan konsep yang


tidak bisa dipisahkan karena sangat berhubungan dengan bagaimana seseorang mampu
menerapkan otak sebagai alat kontrol dari prilaku, memori dan kognisi dirinya. Oleh karena
itu sangat disayangkan apabila kita tidak hati-hati terhadap lingkungan sekitar dan pola
hidup yang dapat merugikan terhadap kemampuan fungsi otak kita. Khususnya paparan
organofosfat berupa insektisida bagi para petani dan mengatur pola hidup sehat dengan
mengontrol tekanan gula darah pada lansia. Dan juga penting untuk mengatur otak sebagai
pusat daya piker dengan di bisakan melakukan senam vitalisasi otak (SVO).

Pernahkah anda membawa sebuah kotak yang bertuliskan “bagian-bagian harus


dirakit?” Kata-kata yang menyengsarakan, karena terkadang kita hanya perlu memasang
beberapa bagian, tetapi terkadang juga kita menghadapi halaman demi halaman instruksi
pemasangan yang sama sekali tidak kita pahami. Pada manusia, sistem saraf mulai
terbentuk Ketika embrio masih berumur 2 minggu. Permukaan dorsal melebar, kemudian
dinding tipis yang Panjang tumbuh melengkung dan melebur sehingga membentuk tabung
neuron yang mengelilingi rongga berisi cairan.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diats dapat disimpulkan rumusan masalah


materi ini, sebagai berikut :

1. Apa penyebab kerusakan otak?


2. Mengapa tPA tidak disarankan untuk kasus pendarahan?

C. TUJUAN MAKALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas tujuan penulisan makalah ini,


sebagai berikut :

1. Mengetahui berbagai penyebab kerusakan otak.


2. Memahami tentang keplastisan setelah kerusakan otak dan neuroplastisitas.
3. Mengetaui bagaimana seseorang bisa terkena stroke saat mengalami kerusakan
otak.

D. MANFAAT PENYUSUNAN MAKALAH

1. Sebagai bahan bacaan bagi para pembaca yang tertarik mengkaji hal yang sama
2. Melatih kemampuan dalam menuliskan ide dan pemikiran dalam tulisan
3. Agar terbiasa dalam menulis dan Menyusun masalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERUSAKAN OTAK DAN PEMULIHAN JANGKA PENDEK

Hampir setiap orang yang bertahan hidup setelah kerusakan otak akan
memperlihatkan sedikit pemulihan perilaku, pada beberapa kasus, terjadi pemulihan
total. Beberapa mekanisme pemulihan tersebut bergantung pada pertumbuhan cabang
akson dan dendrit yang baru, hamper sama dengan mekanisme perkembangan otak.
Memahami proses yang terjadi dapat menjadi dasar terapi yang lebih baik bagi individu
yang mengalami kerusakan otak, serta memberikan pemahaman mengenai fungsi otak
yang sehat.

Berikut adalah hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kerusakan otak: tumor,
infeksi, paparan terhadap radiasi dan racun, serta kondisi degeneratif seperti penyakit
Parkinson dan Alzheimer. Di usia muda, penyebab kerusakan otak paling umum adalah
cedera kepala tertutup, benturan keras akibat jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,
atau kecelakaan lainnya, penganiayaan atau trauma lain yang terjadi tiba-tiba tetapi
tidak langsung melukai otak. Sebagian kerusakan terjadi karena gaya rotasi
membenturkan otak dengan bagian dalam dalam tengkorak. Trauma kepala tertutup
juga menghasilkan penggumpalan darah yang mengganggu peredaran darah ke otak.
Banyak orang, bahkan mungkin semua orang pernah mengalami trauma kepala tertutup
ringan. Tentunya trauma yang berulang atau benturan yang lebih keras secara jangka
Panjang akan meningkatkan risiko timbulnya masalah.

B. MENGURANGI PENGARUH STROKE YANG MERUGIKAN

Penyebab kerusakan otak yang umum terjadi pada orang tua (jarang terjadi pada
usia muda) adalah hilangnya peredaran darah ke otak secara sementara selama
terjadinya stroke, dikenal juga dengan nama cedera serebrovaskular. Salah satu tipe
stroke yang lebih umum adalah iskemia, yaitu penghambatan peredaran darah atau
gangguan lain. Tipe stroke yang jarang terjadi adalah hemorgi, yaitu perdarahan yang
disebabkan arteri yang pecah. Tingkatan stroke amat beraga, mulai dari stroke yang
hamper tidak terasa hingga yang langsung fatal.

Pada kasus iskemia, neuron kekurangan darah sehingga neuron kehilangan sejumlah
besar suplai oksigen dan glukosa. Pada perdarahan, neuron dibanjiri oleh kelebihan
oksigen, kalsium, dan produk lainnya. Iskemia dan perdarahan dapat menyebabkan
banyak gangguan, di antaranya adalah edema (akumulasi cairan) yang akan
meningkatkan tekanan terhadap otak dan meningkatkan tekanan kemungkinan
terjadinya stroke Kembali. Iskemia dan pendarahan juga mengganggu pompa ion
natrium kalium, sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan ion natrium di dalam
neuron. Gabungan antara edema dan kelebihan ion stodium akan memicu neuron
melepaskan neurotransmitter glutamate. Glutamate akan menstimulasi neuron secara
3
berlebih. Ion natrium dan ion-ion lain masuk ke dalam neuron dalam jumlah berlebih
dan lebih cepat daripada kemampuan pompa ion natrium dan kalium dapat
mengeluarkan mereka. Ion positif yang berlebihan kan menghalangi metabolism dalam
mitokondria yang akhirnya membunuh neuron. Segera setelah neuron mati, maka glia
akan berproliferasi dan menyingkirkan zat sisa serta neuron yang mati.

Jika seseorang terserang stroke dan anda menelepon rumah sakit, apa yang akan
disarankan petugas? Sebelum tahun 1980-an, staf medis belum tentu menangani pasien
stroke dengan segera, karena mereka juga tidak dapat berbuat banyak. Saat ini jika
dokter dengan cepat menangani pasien stroke, maka pengaruh stroke yang merugika
dapat dihindari. Sebuah obat dengan nama aktivator plasminogen jaringan (tissue
Plasminogen Activator/tPA) memecah penggumpalan darah. Obat tersebut juga
memiliki pengaruh yang beragam pada neuron yang rusak. Agar hasil pengobatan
signifikan, maka pasien harus mendapatkan tPA dalam kurun waktu 3 jam setelah
serangan, walaupun masih ada sedikit manfaat apabila digunakan dalam kurun waktu 6
jam setelah serangan. Sayangnya Ketika keluarga pasien tiba dirumah sakit dan
menunggu proses administrasi di ruang gawat darurat, tenggat waktu yang tersedia
biasanya sudah habis.

Bahkan jika terjadi keterlambatan penggunaan tPA untuk menyelamatkan neuron-


neuron dilokasi terjadinya iskemia atau pendaraha, masih ada harapan untuk neuron-
neuron yang berada pada daerah penumbra, yaitu daerah yang mengelilingi lokasi
kerusakan tersebut. Salah satu ide yang dianjukan untuk menolong daerah penumbra
adalah dengan menghambat sinapsis glutamat atau mencegah masuknya ion positif ke
dalam neuron. Tetapi, Sebagian besar metode yang telah dilakukan tidak berhasil.
Terdapat satu obat baru menanjikan yang dapat yang dapat membuka kanal ion kalium.
Ketika ion kaliun akan keluar melalui kanal ionnya sehingga mengurangi kemungkinan
stimulasi berlebih.

Salah satu alasan mengapa penghalangan stimulasi berlebih tidak memperlihatkan


hasil yang baik adalah karena stimulasi yang terlalu sedikit juga dapat menyebabkan
kematian neuron yang rusak akibat stroke. Stroke mungkin memicu proses apoptosis.
Berdasarkan penelitian terhadap hewan percobaan, penyuntikan neurotrofin dan obat-
obatan lain mencegah terjadinya proses apoptosis dapat mempercepat proses
pemulihan stroke. Tetapi, oleh karena obat tersebut tidak dapat melintasi sawar darah
otak, maka obat tersebut harus disuntik langsung ke dalam otak. Peneliti dapat
melakukan hal tersebut terhadap hewan percobaan, tetapi dapat dipahami jika dokter
ragu-ragu untuk melakukannya terhadap manusia.

Sejauh ini, metode paling efektif untuk mencegah kerusakan otak pada hewan
percobaan setelah mengalami stroke adalah dengan mendinginkan otak. Otak yang
dingin memiliki aktivitas kebutuhan energi dan risiko stimulasi berlebih yang lebih
rendah disbanding otak pada suhu normal. Manusia tidak dapat diturunkan suhunya
serendah tikus, tetapi pasien stroke yang didinginkan hingga suhu 33-36°C (91-97°F)

4
pada tiga hari pertama setelah serangan stroke, secara signifikan dapat meningkatkan
kesintasan dan fungsi perilaku jangka Panjang. Amati bahwa pendekatan tersebut
berlawanan dengan reaksi pertama yang dilakukan Sebagian besar orang, yaitu menjaga
kehangatan dan kenyamanan pasien.

Diantara sejumlah pendekatan yang memperlihatkan harapan dengan hewan


percobaan penderita stroke, terdapat satu pendekatan yang menarik, yaitu penggunaan
kanabinoid, sebuah obat yang berkerabat dengan ganja. Kanabinoid telah
memperlihatkan kemampuan untuk mengurangi kematian sel serangan setelah
serangan stroke, trauma kepala tertutup dan kerusakan otak lain. Walaupun hal
tersebut hanya terjadi pada Sebagian eksperimen. Ingatlah, bahwa kanabinoid
mengurangi pelepasan glutamat. Satu penjelasan bagaimana kanabinoid mungkin
mencegah kelebihan glutamate untuk menstimulasi neuron secara berlebih. Mungkin
kanabinoid memiliki mekanisme lain. Sampai saat ini, peneliti belum pernah
mencobakan kanabinoid pada manusia pasien stroke.

C. MEKANISME LANJUT PEMULIHAN

Dalam selang waktu beberapa jam atau paling lama beberapa hari setelah terjadinya
kerusakan otak, tidak ada neuron yang akan mati lagi dan tidak aka nada neuron baru
yang akan menggantikan neuron yang telah mati. Walaupun begitu, terdapat
bermacam-macam perubahan yang terjadi pada neuron yang selamat.

Diaschisis
Hilangnya perilaku setelah kerusakan otak artinya lebih dari hilangnya fungsi neuron
yang telah mati. Aktivitas suatu area otak menstimulasi banyak area lain, maka
kerusakan pada suatu area akan menyebabkan hilangnya stimulasi area otak lain
sehingga akan mengganggu fungsi normal area tersebut. Contohnya, seorang individu
mengalami kerusakan pada area korteks frontal kiri, setelah hal tersebut terjadi, area
korteks temporal dan area otak lain aktivitasnya menurun. Diaschisis merujuk pada
penurunan aktivitas yang diderita oleh neuron yang selamat setelah terjadi kerusakan
pada neuron lain.

Jika diaschisis menyebabkan hilangnya suatu perlaku setelah terjadi kerusakan otak,
maka obat stimulant dapat mengurangi efek diaschisis, sehingga mendorong
pemulihan. D.M. Feeney dan kolegannya melakukan serangkaian penelitian untuk
mengamati pengaruh kerusakan korteks pada perilaku tikus dan kucing. Hewan
tersebut memperlihatkan gangguan pada Gerakan terkoodinasi atau persepsi
kedalaman tergantung pada lokasi kerusakan otak. Penyuntikan amfetamin ( yang
meningkatkan pelepasan dopamine dan norepinefrin) secara signifikan meningkatkan
kedua perilaku tersebut dan hewan yang dilatih untuk melakukan kedua perilaku
tersebut selama pengobatan memperlihatkan pengaruh positif jangka Panjang.
Penyuntikan obat yang menghalangi sinapsis dopamine akan mengganggu pemulihan
perilaku.

5
Hasil tersebut menunjukkan bahwa orang yang terserang stroke seharusnya diberi
obat stimulant, karena berbeda dengan obat pemecah gumpalan darah, obat stimulant
tidak diberikan langsung setelah serangan terjadi, melainkan beberapa hari atau minggu
setelah serangan. Penggunaan obat stimulan akan bertentangan dengan reaksi umum
orang yang berusaha menenangkan penderita stroke menggunakan obat penenang.
Obat penenang meningkatkan pelepasan dopamine dan mengganggu proses pemulihan
kerusakan otak.

Akson yang tumbuh Kembali

Dalam keadaan tertentu, akson yang rusak dapat tumbuh Kembali, walaupun badan
sel tidak dapat tergantikan. Sebuah neuron pada sistem saraf tepi memiliki badan sel
yang terletak di dalam sumsung tulang belakang dan aksonnya memanjang ke dalam
salah satu anggota badan. Jika akson tersebut dihancurkan, maka bagian yang hancur
akan tumbuh Kembali kearah tepian tubuh dengan laju sekitar 1 mm per hari. Akson
tersebut akan tumbuh mengikuti selubung mielinnya kearah target awalnya. Apabila
akson dipotong alih-alih dihancurkan, maka kedua sisi potongan mungkin tidak
tersambung dengan benar dan akson yang tumbuh Kembali mungkin tidak memiliki
panduan arah yang jelas. Terkadang neuron motoric melekat pada otot yang salah.

Pertunasan

Otak terus menerus menumbuhkan cabang akson dan dendrit baru, sebaliknya otak
akan mengeliminasi cabang yang lama. Proses tersebut percepatannya bertambah
sebagai rspons terhadap kerusakan. Ketika sekelompok akan mati, maka sel yang
kehilangan sumber inervasi akan bereaksi dengan melepaskan neurotrofin untuk
merangsang akson lain untuk membentuk cabang baru atau koleteral (collateral
sprouts) yang melekat pada sinapsis yang kosong. Secara bertahap dalam kurun waktu
beberapa bulan, tunas tersebut akan mengisi Sebagian besar sinapsis yang kosong.

D. KERUSAKAN OTAK DAN PEMULIHANNYA

Tubuh manusia telah dilengkapi dengan kemampuan untuk mengganti sel darah
merah atau sel kulit yang telah mati, tetapi tubuh tidak memiliki kemampuan untuk
mengganti sel otak yang mati secara sempurna. Respons yang muncul setelah kerusakan
otak belum tentu menguntungkan, contohnya seperti pertunasan kolateral dan
pengorganisasian ulang akson pada representasi sensorik korteks. Adalah hal yang lumrah
jika kita berasumsi bahwa evolusi tidak menghasilkan kemampuan pemulihan otak yang
banyak karena individu yang mengalami kerusakan otak memiliki kemungkinan yang rendah

6
untuk sintas sehingga dapat pulih sepenuhnya berdasarkan Sebagian besar sejarah evolusi
manusia. Sekarang terdapat banyak orang yang menderita kerusakan otak dan sumsung
tulang belakang yang telah sintas bertahun-tahun dan kita perlu melakukan penelitian yang
berkelanjutan untuk mencari cara meningkatkan kualitas hidup mereka.

Sudah bertahun-tahun lamanya peneliti tetap erasa optimis terhadap


pengembangan obat, tetapi, atau metode operasi baru untuk penderita kerusakan otak dan
sumsung tulang belakang. Terdapat banyak metode pengobatan yang masih dalam tahap
eksperimen. Walaupun sejauh ini belum ada metode pengobatan yang memperlihatkan
rasio manfaat berbanding risiko yang tinggi. Ide untuk mentransplantasi sel yang sehat lebih
disarankan sel induk dari embrio untuk menggantikan sel otak yang rusak. Tingkat
kesuksesan tinggi lebih mungkin dicapai oleh proses pengganti sel glia, misalnya sel glia yang
menghasilkan selubung mielin. Kita dapat dan harus tetap merasa optimis terhadap terapi
dimasa dating, tetapi sayangnya kita tidak tau sampai kapan terapi tersebut dapat terwujud.

Walaupun demikian, dalam proses pencarian metode terapi yang terbaik kita dapat
belajar lebih banyak tentang sistem saraf. Sekarang kita telah dapat menjelaskan beberapa
fenomena yang sebelumnya adalah hal yang sangat misterius, misalnya fenomena anggota
badan yang sudah tidak ada (phantom limb).

E. NEUROPLASTISITAS

Neuroplastisitas adalah kemampuan sel saraf (otak) untuk berubah, remodeling, dan
reorganize dengan tujuan untuk mencapai kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi
terhadap stimulasi yang baru. Kata plastisitas digunakan untuk menjelaskan kemampuan ini,
karena dapat dianalogikan bahwa plastic dapat dimanipulasi menjadi bentuk apapun yang
diinginkan untuk melakukan tujuan tertentu. Kemampuan otak untuk melakukan modifikasi
sesuai kebutuhan lebih menonjol pada tahun-tahun awal perkembangan, tetapi bahkan
otak dewasa sedikit banyak memperlihatkan plastisitas. Ketika suatu bagian otak yang
berkaitan dengan aktivitas tertentu mengalami kerusakan, bagian-bagian lain otak dapat
secara bertahap mengambil alih sebagaian atau semua fungsi yang rusak. Para peneliti kini
mulai dapat mengungkapkan mekanisme molekul yang mendasari plastisitas otak. Bukti-
bukti terakhir menunjukkan bahwa pembentukan jalur sarah baru (bukan neuron baru,
tetapi koneksi baru antara neuron-neuron yang sudah ada) sebagai respon terhadap
perubahan pengalaman sebagai diperantarai oleh perubahan bentuk dendrit akibat
modifikasi elemen sitoskeleton tertentu. Ketika dendritiknya bertambah Panjang dan
semakin bercabang serta terbentuk lebih banyak spina dendrit, neuron menjadi mampu
menerima dan mengintegrasikan lebih banyak sinyal dari neuron lain. Karena itu, koneksi
sinaps yang tepa tantara neuron-neuron tidak bersifat tetap, tetapi dapat dimodifikasi oleh
pengalaman.

Modifikasi bertahap otak masing-masing orang oleh rangkaian pengalaman unik


merupakan dasar biologis bagi individualitas. Namun, terdapat Batasan-batasan yang telah

7
ditentukan oleh genetic dan juga terdapat keterbatasan perkembangan dalam tingkat
pengaruh pola pemakaian remodelling.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada embrio vertebrata, sistem saraf dimulai dari pembentukan sebuah tabung
yang mengelilingi rongga berisi cairan. Neuron yang berkembang akan berproliferasi,
berpindah, berdiferensiasi, dilapisi mielin, dan membentuk sinapsis.
Pada tahap dewasa, neuron baru dapat terbentuk di sistem olfaktori, hipokampus,
dan area otak yang menghasilkan kicauan pada beberapa spesies burung.
Otak yang sedang berkembang rentan terhadap gangguan kimia. Banyak bahan
kimia yang pada tahap dewasa hanya menyebabkan gangguan ringan dan sementara,
tetapi pada tahap awal perkembangan otak dapat menyebabkan gangguan perkembangan
otak permanen.
Latihan rutin jangka Panjang dalam waktu yang lama dapat menyebabkan otak
mengalami perluasan pada bagian yang mempresentasikan informasi sensorik dan motoric
yang berkaitan dengan keterampilan tersebut. Contohnya, pada orang yang secara rutin
berlatih memainkan alat music, representasi jari-jari tangan pada otaknya meluas.

B. SARAN

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyajian makalah diatas
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

James W.Kalat. (2009). Biopsikologi (Buku 1). Edisi 9. Jakarta : Salemba Empat

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kerusakan+otak+dan+neuroplastisitas&oq=kerusakan+otak+dan+#
d=gs_qabs&t=1679467844070&u=%23p%3DrWhe_Pqv-NkJ

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kerusakan+otak+dan+neuroplastisitas&oq=kerusakan+otak+dan+#
d=gs_qabs&t=1679485554365&u=%23p%3DCooVLJZiqrEJ

Anda mungkin juga menyukai