Dosen Pembimbing:
Atika Mentari Nataya Nst, M.Psi.Psikolog
Disusun Oleh:
Lulu Syahbita Agnesia (228600140)
Azrina Silalahi (228600143)
Risha Amelia Aguelera (228600150)
Wira Aditya Pramana (228600209)
Cori Suci Wulandari (228600182)
Sari Hikmah Zakiah (228600226)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Kerusakan otak dan Neuroplastisitas”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata Bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberi manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................2
D. Manfaat Penyusunan Makalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerusakan Otak dan Pemulihan Jangka Pendek.....................................................3
B. Mengurangi Pengaruh Stroke .................................................................................3
C. Mekanisme Lanjut Pemulihan.................................................................................5
D. Kerusakan Otak dan Pemulihannya........................................................................6
E. Neuroplastisitas.......................................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
B. Saran........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Neurosains adalah sistem Pendidikan baru yang mempelajari tentang sistem kerja
saraf. Pendidik umumnya jarang mempelajari tentang sistem kerja saraf. Pengabaian
terhadap sistem ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati. Neurosains secara
etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang mempelajari sistim saraf, terutama
mempelajari neuron atau sel saraf dengan pendekatan multidisipliner. Secara terminology,
neurosains merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada studi saintifik terhadap
sistem saraf. Neurosains juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari otak dan seluruh
fungsi saraf-saraf lainnya. Plastisita otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan
otak untuk berubah, melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi
baru.
Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan dan menurunkan kemampuan dari otak
yaitu, bsa dari prilaku, memori dan kognisis dari seseorang. Gangguan kognitif adalah
gangguan yang berkaitan dengan peningkatan usia. Gangguan ini menyebabkan penurunan
fungsi otak yang berhubungan dengan kemampuan atensi, kosentrasi, kalkulasi, mengambil
keputusan, reasoning, berpikir abstrak.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MAKALAH
1. Sebagai bahan bacaan bagi para pembaca yang tertarik mengkaji hal yang sama
2. Melatih kemampuan dalam menuliskan ide dan pemikiran dalam tulisan
3. Agar terbiasa dalam menulis dan Menyusun masalah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hampir setiap orang yang bertahan hidup setelah kerusakan otak akan
memperlihatkan sedikit pemulihan perilaku, pada beberapa kasus, terjadi pemulihan
total. Beberapa mekanisme pemulihan tersebut bergantung pada pertumbuhan cabang
akson dan dendrit yang baru, hamper sama dengan mekanisme perkembangan otak.
Memahami proses yang terjadi dapat menjadi dasar terapi yang lebih baik bagi individu
yang mengalami kerusakan otak, serta memberikan pemahaman mengenai fungsi otak
yang sehat.
Berikut adalah hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kerusakan otak: tumor,
infeksi, paparan terhadap radiasi dan racun, serta kondisi degeneratif seperti penyakit
Parkinson dan Alzheimer. Di usia muda, penyebab kerusakan otak paling umum adalah
cedera kepala tertutup, benturan keras akibat jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,
atau kecelakaan lainnya, penganiayaan atau trauma lain yang terjadi tiba-tiba tetapi
tidak langsung melukai otak. Sebagian kerusakan terjadi karena gaya rotasi
membenturkan otak dengan bagian dalam dalam tengkorak. Trauma kepala tertutup
juga menghasilkan penggumpalan darah yang mengganggu peredaran darah ke otak.
Banyak orang, bahkan mungkin semua orang pernah mengalami trauma kepala tertutup
ringan. Tentunya trauma yang berulang atau benturan yang lebih keras secara jangka
Panjang akan meningkatkan risiko timbulnya masalah.
Penyebab kerusakan otak yang umum terjadi pada orang tua (jarang terjadi pada
usia muda) adalah hilangnya peredaran darah ke otak secara sementara selama
terjadinya stroke, dikenal juga dengan nama cedera serebrovaskular. Salah satu tipe
stroke yang lebih umum adalah iskemia, yaitu penghambatan peredaran darah atau
gangguan lain. Tipe stroke yang jarang terjadi adalah hemorgi, yaitu perdarahan yang
disebabkan arteri yang pecah. Tingkatan stroke amat beraga, mulai dari stroke yang
hamper tidak terasa hingga yang langsung fatal.
Pada kasus iskemia, neuron kekurangan darah sehingga neuron kehilangan sejumlah
besar suplai oksigen dan glukosa. Pada perdarahan, neuron dibanjiri oleh kelebihan
oksigen, kalsium, dan produk lainnya. Iskemia dan perdarahan dapat menyebabkan
banyak gangguan, di antaranya adalah edema (akumulasi cairan) yang akan
meningkatkan tekanan terhadap otak dan meningkatkan tekanan kemungkinan
terjadinya stroke Kembali. Iskemia dan pendarahan juga mengganggu pompa ion
natrium kalium, sehingga menyebabkan terjadinya penumpukan ion natrium di dalam
neuron. Gabungan antara edema dan kelebihan ion stodium akan memicu neuron
melepaskan neurotransmitter glutamate. Glutamate akan menstimulasi neuron secara
3
berlebih. Ion natrium dan ion-ion lain masuk ke dalam neuron dalam jumlah berlebih
dan lebih cepat daripada kemampuan pompa ion natrium dan kalium dapat
mengeluarkan mereka. Ion positif yang berlebihan kan menghalangi metabolism dalam
mitokondria yang akhirnya membunuh neuron. Segera setelah neuron mati, maka glia
akan berproliferasi dan menyingkirkan zat sisa serta neuron yang mati.
Jika seseorang terserang stroke dan anda menelepon rumah sakit, apa yang akan
disarankan petugas? Sebelum tahun 1980-an, staf medis belum tentu menangani pasien
stroke dengan segera, karena mereka juga tidak dapat berbuat banyak. Saat ini jika
dokter dengan cepat menangani pasien stroke, maka pengaruh stroke yang merugika
dapat dihindari. Sebuah obat dengan nama aktivator plasminogen jaringan (tissue
Plasminogen Activator/tPA) memecah penggumpalan darah. Obat tersebut juga
memiliki pengaruh yang beragam pada neuron yang rusak. Agar hasil pengobatan
signifikan, maka pasien harus mendapatkan tPA dalam kurun waktu 3 jam setelah
serangan, walaupun masih ada sedikit manfaat apabila digunakan dalam kurun waktu 6
jam setelah serangan. Sayangnya Ketika keluarga pasien tiba dirumah sakit dan
menunggu proses administrasi di ruang gawat darurat, tenggat waktu yang tersedia
biasanya sudah habis.
Sejauh ini, metode paling efektif untuk mencegah kerusakan otak pada hewan
percobaan setelah mengalami stroke adalah dengan mendinginkan otak. Otak yang
dingin memiliki aktivitas kebutuhan energi dan risiko stimulasi berlebih yang lebih
rendah disbanding otak pada suhu normal. Manusia tidak dapat diturunkan suhunya
serendah tikus, tetapi pasien stroke yang didinginkan hingga suhu 33-36°C (91-97°F)
4
pada tiga hari pertama setelah serangan stroke, secara signifikan dapat meningkatkan
kesintasan dan fungsi perilaku jangka Panjang. Amati bahwa pendekatan tersebut
berlawanan dengan reaksi pertama yang dilakukan Sebagian besar orang, yaitu menjaga
kehangatan dan kenyamanan pasien.
Dalam selang waktu beberapa jam atau paling lama beberapa hari setelah terjadinya
kerusakan otak, tidak ada neuron yang akan mati lagi dan tidak aka nada neuron baru
yang akan menggantikan neuron yang telah mati. Walaupun begitu, terdapat
bermacam-macam perubahan yang terjadi pada neuron yang selamat.
Diaschisis
Hilangnya perilaku setelah kerusakan otak artinya lebih dari hilangnya fungsi neuron
yang telah mati. Aktivitas suatu area otak menstimulasi banyak area lain, maka
kerusakan pada suatu area akan menyebabkan hilangnya stimulasi area otak lain
sehingga akan mengganggu fungsi normal area tersebut. Contohnya, seorang individu
mengalami kerusakan pada area korteks frontal kiri, setelah hal tersebut terjadi, area
korteks temporal dan area otak lain aktivitasnya menurun. Diaschisis merujuk pada
penurunan aktivitas yang diderita oleh neuron yang selamat setelah terjadi kerusakan
pada neuron lain.
Jika diaschisis menyebabkan hilangnya suatu perlaku setelah terjadi kerusakan otak,
maka obat stimulant dapat mengurangi efek diaschisis, sehingga mendorong
pemulihan. D.M. Feeney dan kolegannya melakukan serangkaian penelitian untuk
mengamati pengaruh kerusakan korteks pada perilaku tikus dan kucing. Hewan
tersebut memperlihatkan gangguan pada Gerakan terkoodinasi atau persepsi
kedalaman tergantung pada lokasi kerusakan otak. Penyuntikan amfetamin ( yang
meningkatkan pelepasan dopamine dan norepinefrin) secara signifikan meningkatkan
kedua perilaku tersebut dan hewan yang dilatih untuk melakukan kedua perilaku
tersebut selama pengobatan memperlihatkan pengaruh positif jangka Panjang.
Penyuntikan obat yang menghalangi sinapsis dopamine akan mengganggu pemulihan
perilaku.
5
Hasil tersebut menunjukkan bahwa orang yang terserang stroke seharusnya diberi
obat stimulant, karena berbeda dengan obat pemecah gumpalan darah, obat stimulant
tidak diberikan langsung setelah serangan terjadi, melainkan beberapa hari atau minggu
setelah serangan. Penggunaan obat stimulan akan bertentangan dengan reaksi umum
orang yang berusaha menenangkan penderita stroke menggunakan obat penenang.
Obat penenang meningkatkan pelepasan dopamine dan mengganggu proses pemulihan
kerusakan otak.
Dalam keadaan tertentu, akson yang rusak dapat tumbuh Kembali, walaupun badan
sel tidak dapat tergantikan. Sebuah neuron pada sistem saraf tepi memiliki badan sel
yang terletak di dalam sumsung tulang belakang dan aksonnya memanjang ke dalam
salah satu anggota badan. Jika akson tersebut dihancurkan, maka bagian yang hancur
akan tumbuh Kembali kearah tepian tubuh dengan laju sekitar 1 mm per hari. Akson
tersebut akan tumbuh mengikuti selubung mielinnya kearah target awalnya. Apabila
akson dipotong alih-alih dihancurkan, maka kedua sisi potongan mungkin tidak
tersambung dengan benar dan akson yang tumbuh Kembali mungkin tidak memiliki
panduan arah yang jelas. Terkadang neuron motoric melekat pada otot yang salah.
Pertunasan
Otak terus menerus menumbuhkan cabang akson dan dendrit baru, sebaliknya otak
akan mengeliminasi cabang yang lama. Proses tersebut percepatannya bertambah
sebagai rspons terhadap kerusakan. Ketika sekelompok akan mati, maka sel yang
kehilangan sumber inervasi akan bereaksi dengan melepaskan neurotrofin untuk
merangsang akson lain untuk membentuk cabang baru atau koleteral (collateral
sprouts) yang melekat pada sinapsis yang kosong. Secara bertahap dalam kurun waktu
beberapa bulan, tunas tersebut akan mengisi Sebagian besar sinapsis yang kosong.
Tubuh manusia telah dilengkapi dengan kemampuan untuk mengganti sel darah
merah atau sel kulit yang telah mati, tetapi tubuh tidak memiliki kemampuan untuk
mengganti sel otak yang mati secara sempurna. Respons yang muncul setelah kerusakan
otak belum tentu menguntungkan, contohnya seperti pertunasan kolateral dan
pengorganisasian ulang akson pada representasi sensorik korteks. Adalah hal yang lumrah
jika kita berasumsi bahwa evolusi tidak menghasilkan kemampuan pemulihan otak yang
banyak karena individu yang mengalami kerusakan otak memiliki kemungkinan yang rendah
6
untuk sintas sehingga dapat pulih sepenuhnya berdasarkan Sebagian besar sejarah evolusi
manusia. Sekarang terdapat banyak orang yang menderita kerusakan otak dan sumsung
tulang belakang yang telah sintas bertahun-tahun dan kita perlu melakukan penelitian yang
berkelanjutan untuk mencari cara meningkatkan kualitas hidup mereka.
Walaupun demikian, dalam proses pencarian metode terapi yang terbaik kita dapat
belajar lebih banyak tentang sistem saraf. Sekarang kita telah dapat menjelaskan beberapa
fenomena yang sebelumnya adalah hal yang sangat misterius, misalnya fenomena anggota
badan yang sudah tidak ada (phantom limb).
E. NEUROPLASTISITAS
Neuroplastisitas adalah kemampuan sel saraf (otak) untuk berubah, remodeling, dan
reorganize dengan tujuan untuk mencapai kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi
terhadap stimulasi yang baru. Kata plastisitas digunakan untuk menjelaskan kemampuan ini,
karena dapat dianalogikan bahwa plastic dapat dimanipulasi menjadi bentuk apapun yang
diinginkan untuk melakukan tujuan tertentu. Kemampuan otak untuk melakukan modifikasi
sesuai kebutuhan lebih menonjol pada tahun-tahun awal perkembangan, tetapi bahkan
otak dewasa sedikit banyak memperlihatkan plastisitas. Ketika suatu bagian otak yang
berkaitan dengan aktivitas tertentu mengalami kerusakan, bagian-bagian lain otak dapat
secara bertahap mengambil alih sebagaian atau semua fungsi yang rusak. Para peneliti kini
mulai dapat mengungkapkan mekanisme molekul yang mendasari plastisitas otak. Bukti-
bukti terakhir menunjukkan bahwa pembentukan jalur sarah baru (bukan neuron baru,
tetapi koneksi baru antara neuron-neuron yang sudah ada) sebagai respon terhadap
perubahan pengalaman sebagai diperantarai oleh perubahan bentuk dendrit akibat
modifikasi elemen sitoskeleton tertentu. Ketika dendritiknya bertambah Panjang dan
semakin bercabang serta terbentuk lebih banyak spina dendrit, neuron menjadi mampu
menerima dan mengintegrasikan lebih banyak sinyal dari neuron lain. Karena itu, koneksi
sinaps yang tepa tantara neuron-neuron tidak bersifat tetap, tetapi dapat dimodifikasi oleh
pengalaman.
7
ditentukan oleh genetic dan juga terdapat keterbatasan perkembangan dalam tingkat
pengaruh pola pemakaian remodelling.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada embrio vertebrata, sistem saraf dimulai dari pembentukan sebuah tabung
yang mengelilingi rongga berisi cairan. Neuron yang berkembang akan berproliferasi,
berpindah, berdiferensiasi, dilapisi mielin, dan membentuk sinapsis.
Pada tahap dewasa, neuron baru dapat terbentuk di sistem olfaktori, hipokampus,
dan area otak yang menghasilkan kicauan pada beberapa spesies burung.
Otak yang sedang berkembang rentan terhadap gangguan kimia. Banyak bahan
kimia yang pada tahap dewasa hanya menyebabkan gangguan ringan dan sementara,
tetapi pada tahap awal perkembangan otak dapat menyebabkan gangguan perkembangan
otak permanen.
Latihan rutin jangka Panjang dalam waktu yang lama dapat menyebabkan otak
mengalami perluasan pada bagian yang mempresentasikan informasi sensorik dan motoric
yang berkaitan dengan keterampilan tersebut. Contohnya, pada orang yang secara rutin
berlatih memainkan alat music, representasi jari-jari tangan pada otaknya meluas.
B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyajian makalah diatas
masih banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
8
DAFTAR PUSTAKA
James W.Kalat. (2009). Biopsikologi (Buku 1). Edisi 9. Jakarta : Salemba Empat
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kerusakan+otak+dan+neuroplastisitas&oq=kerusakan+otak+dan+#
d=gs_qabs&t=1679467844070&u=%23p%3DrWhe_Pqv-NkJ
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kerusakan+otak+dan+neuroplastisitas&oq=kerusakan+otak+dan+#
d=gs_qabs&t=1679485554365&u=%23p%3DCooVLJZiqrEJ