Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PENYAKIT STROKE

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Muskuloskeletal, Integument, Persepsi sensori dan Persyarafan

Disusun Oleh :

Kelompok 10

1. Khalifa Rezatun Nur Aulia Hasna 21121185)


2. Rosi Permata Sari 211211869
3. Shintya Utami 211211871

Dosen Pembimbing :

Ns.Holines M.Kep.Sp.Kep.MB

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTI JAYA PADANG

T.A 2023/2024
KATA PENGATAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyusun makalah yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA
PENYAKIT STROKE " tepat pada waktunya.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Muskuloskeletal, Integument, Persepsi sensori dan
Persyarafan. Selain itu, tugas ini bertujuan menambah wawasan bagi pembaca dan juga bagi
penulis.

Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
Muskuloskeletal, Integument, Persepsi sensori dan Persyarafan di Stikes Mercubakti Jaya
Padang yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini, sehingga pengetahuan penulis
dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan hal ini sangat bermanfaat untuk penulis
dikemudian hari.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan
pihak lain yang berkepentingan lain pada umumnya.

Kamis,09 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................

A. Latar Belakang .........................................................................................................................


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................

BAB II KONSEP PENYAKIT ...........................................................................................................

A. Defenisi ....................................................................................................................................
B. Klasifikasi ...............................................................................................................................
C. Etiologi .....................................................................................................................................
D. Patofisiologi .............................................................................................................................
E. Faktor resiko.............................................................................................................................
F. Manifestasi Klinis ....................................................................................................................
G. Komplikasi ...............................................................................................................................
H. Pemeriksaan Diagnostik ...........................................................................................................
I. Penatalaksanaan .......................................................................................................................
J. Woc ..........................................................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ..........................................................................

A. Pengkajian ................................................................................................................................
B. Diagnose...................................................................................................................................
C. Intervensi ..................................................................................................................................
D. Implementasi ............................................................................................................................
E. Evaluasi ....................................................................................................................................

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................

A. Kesimpulan ..............................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan actor fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah 80 ke bagian otak. Umumnya stroke
terjadi akibat kulminasi (penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun
(Smeltzer and Bare, 2002). Gangguan serebrovaskuler ini menunjukan beberapa
kelainan otak, baik secara fungsional maupun struk- tural, yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh
darah otak (Doenges, 2014).

Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang


menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan penderita
menderita kelumpuhan atau bahkan kematian (Batticaca, 2008). Ada dua klasifikasi
umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak
(Corwin, 2009)

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit stroke ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis pada penyakit stroke?

C. Tujuan
1. Memahami tentang konsep penyakit stroke
2. Memahami asuhan keperawatan teoritis pada penyakit stroke

1
BAB ll

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
CerebroVaskuler Accident (CVA) atau stroke adalah pecahnya pembuluh
darah otak secara mendadak dengan akibat penurunan fungsi neurologis (Hariyanto
& Sulistyowati, 2015). Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke
otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan
(stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini dikenal dengan nama
apoplexy, kata ini berasal dari bahasa Yunani yag berarti “memukul jatuh” atau to
strike down. Dalam perkembangannya lalu dipakai istilah CVA atau
cerebrovascular accident yang berarti suatu kecelakaan pada pembuluh darah dan
otak.
Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan penderita
menderita ke- lumpuhan atau bahkan kematian (Batticaca, 2008). Ada dua
klasifikasi umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang
lama kebagian otak (Corwin, 2009).
B. Klasifikasi Stroke
Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke iskemik) dan
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Beberapa
orang mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient
ischemic attack atau TIA) yang kan kerusakan permanen.
a. Stroke Iskemik

Sekitar 80% kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi
ketika arteri ke otak menyempit atau terhambat, menyebabkan aliran darah

2
sangat berku- rang (iskemia). Stroke iskemik dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.

• Stroke trombotik. Stroke trombotik terjadi ketika gum- palan darah


(trombus) terbentuk di salah satu arteri yang memasok darah ke otak.
Gumpalan tersebut disebabkan oleh deposit lemak (plak) yang menumpuk
di arteri dan menyebabkan aliran darah berkurang (aterosklerosis) atau
kondisi arteri lainnya
• Stroke embolikStroke embolik terjadi ketika gumpalan darah atau debris
lainnya menyebar dari otak dan tersapu melalui aliran darah. Jenis
gumpalan darah ini disebut embolusStroke embolik berkembang setelah
oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber umum
embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark
miokardium atau fibrilasi atriumdan embolus yang merusak arteri karotis
komunis atau aorta (Corwin, 2009).
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor atau pecah.
Pendarahan otak dapat disebabkan oleh banyak kondisi yang memengaruhi
pembuluh darah, antara lain:
• Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol (hipertensi)
• Overtreatment dengan antikoagulan (pengencer darah)
• Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma)

Penyebab perdarahan yang kurang umum adalah pecahnya jalinan abnormal


pembuluh darah berdinding tipis (malaformasi arteriovenosa). Jenis stroke
hemoragik meliputi:

• Perdarahan intraserebral. Dalam pendarahan intrase- rebral, pembuluh


darah di otak pecah dan menyebar ke jaringan otak di sekitarnya, sehingga
merusak sel- sel otak. Sel-sel otak di luar kebocoran kekurangan darah dan
rusak. Tekanan darah tinggi, trauma, mailaformasi vaskular, penggunaan

3
obat pengencer darah aleb dan kondisi lain dapat menyebabkan perdarahan
intra- serebral.
• Perdarahan Subaraknoid. Pendarahan subaraknoid biasanya disebabkan
oleh aneurisma serebral atau Sabidud kelainan arteri pada dasar otak.
Aneurisma serebral in adalah area kecil bulat atau tidak teratur yang ogique
mengalami pembengkakan di arteri. Pembengkakan yang parah membuat
dinding pembuluh darah melehaimah dan rentan pecah. Penyebab
aneurisma serebral not sendiri belum diketahui. Beberapa penderita aneu-
risma mengalami kondisi ini sejak lahir dengan permalab mind kembangan
yang sangat lambat.
c. Serangan Iskemik Transien (TIA)
Transient Ischemic Attack (TIA) adalah periode sementara dari gejala yang
mirip dengan gejala stroke. Penurunan sementara pasokan darah ke bagian otak
Tanda menyebabkan TIA dan biasanya berlangsung lima menit. Seperti stroke
iskemik, TIA terjadi ketika bekuan atau debris menghalangi aliran darah ke
bagian sistem saraf Namun, pada kasus TIA tidak ada kerusakan jaringan
permanen dan tidak ada gejala menetap. Mengalami TIA membuat seseorang
berisiko lebih besar untuk mengalami stroke yang sebenarnya dan dapat
menyebabkan kerusakan permanen nantinya. Jika seseorang mengalami TIA,
kemungkinan ada arteri yang tersumbat atay menyempit yang mengarah ke otak
atau sumber gumpalan di jantung.
C. Etiologi
Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke iskemik) dan
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Beberapa
orang mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient
ischemic attack atau TIA) yang kan kerusakan permanen. Terhalangnya suplai
darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan oleh arteri
yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan

4
tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan
sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis
berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak
aterosklerotik (Junaidi, 2011).
D. Patofisiologi

Patofisiologi utama stroke adalah penyakit jantung atau pembuluh darah


yang mendasarinya. Manifestasi sekunder di otak adalah hasil dari satu atau lebih
dari penyakit yang mendasari atau faktor risikoPatologi utama termasuk hipertensi,
aterosklerosis yang mengarah ke penyakit arteri koroner, dislipidemia, penyakit
jantung, dan hiperlipemia. Dua jenis stroke yang dihasilkan dari penyakit ini adalah
stroke iskemik dan hemoragik.

a. Stroke Iskemik

Stroke iskemik atau stroke penyumbatan disebabkan oleh oklusi cepat


dan mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu.
Jaringan otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik
akan menurun fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti aterosklerosis
menyebabkan iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan
neuron ang sekitarnya akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli
yang terbentuk di daerah sirkulasi lain dalam sistem peredaran darah yang biasa
terjadi di dalam jantung atau sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang
terlepas dan masuk ke sirkulasi darah otak, dapat pula mengganggu sistem
sirkulasi otak ( Fanning dkk., 2014)

Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat daerah otak terbagi
menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan daerah
penumbra Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang memiliki aliran
darah kurang dari 10cc/100g jaringan otak tiap menit. Daerah ini berisiko
menjadi nekrosis dalam hitungan menit. Lalu daerah penumbra adalah daerah
otak yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik dari pada daerah

5
inti karena daerah ini masih mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah
lainnya. Daerah penumbra memiliki aliran darah 10-25cc/100g jaringan otak
tiap menit. Daerah penumbra memiliki prognosis lebih baik dibandingkan
dengan daerah inti (Gupta dkk., 2016). Defisit neurologis dari stroke iskemik
tidak hanya bergantung pada luas daerah inti dan penumbra, tetapi juga pada
kemampuan sumbatan menyebabkan kekakuan pembuluh darah atau
vasospasme.

Kerusakan jaringan otak akibat oklusi atau tersumbatnya aliran darah


adalah suatu proses biomolekular yang bersifat cepat dan progresif pada tingkat
selular, proses ini disebut dengan kaskade iskemia (ischemic cascade). Setelah
aliran darah terganggu, jaringan menjadi kekurangan oksigen dan glukosa yang
menjadi sumber utama energi untuk menjalankan proses potensi membran.
Kekurangan energi ini membuat daerah yang kekurangan oksigen dan gula
darah tersebut menjalankan metabolisme anaerob (Arboix dan Alio, 2012).

Metabolisme anaerob ini merangsang pelepasan senyawa glutamat.


Glutamat bekerja pada reseptor di sel- sel saraf (terutama reseptor NMDA/N-
methyl-D-aspartame), menghasilkan influks natrium dan kalsium. Influks
natrium membuat jumlah cairan intraseluler meningkat dan pada akhirnya
menyebabkan edema pada jaringan. Influks kalsium merangsang pelepasan
enzim protolisis (protese, lipase, nuklease) yang memecah protein, lemak, dan
struktur sel. Influks kalsium juga dapat menyebabkan kegagalan mitokondria,
suatu organel membran yang berfungsi mengatur metabolisme sel. Kegagalan-
kegagalan tersebut yang membuat sel otak pada akhirnya mati atau nekrosis
(Ovbiagele dkk, 2012).

b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang disertai
ekstravasasi darah ke parenkim otak akibat penyebab nontraumatis. Stroke
perda- rahan sering terjadi pada pembuluh darah yang melemah. Penyebab
kelemahan pembuluh darah tersering pada stroke adalah aneurisma dan
6
malaformasi arteriovenous (AVM). Ektravasasi darah ke parenkim otak ini
berpotensi merusak jaringan sekitar melalui kompresi jaringan akibat dari
perluasan hematoma (Flint dkk., 2012).
Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang sertting terjadi adalah
peningkatan tekanan darah. Peningkat tekanan darah adalah salah satu faktor
hemodinamika kronis yang menyebabkan pembuluh darah mengalami
perubahan struktur atau kerusakan vaskular. Perubahan struktur yang terjadi
meliputi lapisan elastik eksternal idan adventisia yang membuat pembuluh
darah menipis. Peningkatan tekanan darah yang mendadak dapat membuat
pembuluh darah pecah.
Ektravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam berlangsung selama
beberapa jam dan jika jumlahnya besar akan memengaruhi jaringan sekitarnya
melalui peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan tersebut dapat menyebabkan
hilangnya suplai darah ke jaringan yang terkena dan pada akhirnya dapat
menghasilkan infark. Selain itu, darah yang keluar selama ekstravasasi
memiliki efek toksik pada jaringan otak sehingga menyebabkan peradangan
jaringan otak. Peradangan jaringan otak ini berkontribusi terhadap cedera otak
sekunder setelahnya. Proses dan onset yang cepat pada stroke perdarahan yang
cepat, penanganan yang cepat dan tepat menjadi hal yang dal penting (Lanzino,
2012).

E. Faktor Risiko
Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua kategori: faktor yang dapat
diubah (modifiable) dan faktor yang tidak dapat diubah (non-modifiable).
Faktor yang dapat diubah:
1. Tekanan darah tinggi: Mengelola tekanan darah melalui gaya hidup sehat
dan obat-obatan sesuai anjuran dokter dapat mengurangi risiko stroke.
2. Merokok: Berhenti merokok secara signifikan dapat menurunkan risiko
stroke.

7
3. Diabetes: Mengelola gula darah dengan baik dapat membantu mengurangi
risiko stroke pada penderita diabetes.
4. Obesitas: Menjaga berat badan ideal melalui pola makan sehat dan olahraga
dapat membantu mengurangi risiko stroke.
5. Aktivitas fisik rendah: Meningkatkan aktivitas fisik secara teratur dapat
membantu menjaga kesehatan kardiovaskular.

Faktor yang tidak dapat diubah :


1. Usia: Risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia.
2. Jenis kelamin: Pria dan wanita memiliki risiko yang sama, tetapi risiko pada
wanita meningkat selama kehamilan dan setelah menopause.
3. Riwayat keluarga: Jika anggota keluarga memiliki riwayat stroke, risiko
dapat meningkat.
4. Etnisitas: Beberapa kelompok etnis memiliki risiko stroke yang lebih tinggi.
5. Riwayat medis: Riwayat penyakit jantung, ministroke (TIA), atau serangan
jantung dapat meningkatkan risiko stroke.
Mengelola faktor risiko yang dapat diubah dapat membantu dalam
pencegahan stroke.
F. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan berbicara dan kebingungan. Pasien mengalami kesulitan untuk
mengucapkan kata-kata dan/atau mengalami kesulitan memahami ucapan.
2. Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki. Penderita stroke bisa
mengalami mati rasa tiba-tiba, kelemahan atau kelumpuhan di wajah, lengan
atau kaki. Hal ini sering terjadi di satu sisi tubuh.
3. Kesulitan melihat dalam satu atau kedua mata. Penderita stroke akan
mengalami gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau hitam di satu
atau kedua mata.
4. Sakit kepala. Sakit kepala yang tiba-tiba dan parah, yang mungkin disertai
dengan muntah, pusing, atau perubahan kesadaran, mungkin menunjukkan
seseorang mengalami stroke.

8
5. Kesulitan berjalan. Penderita stroke mungkin tersandung atau mengalami
pusing mendadak, kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi.

G. Komplikasi
Stroke dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen, tergantung pada
berapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian mana yang terdampak.
Komplikasi yang bisa terjadi antara lain:
1. Kelumpuhan atau hilangnya gerakan otot. Penderita stroke bisa menjadi
lumpuh di satu sisi tubuh atau kehilangan kendali atas otot-otot tertentu, seperti
otot-otot di satu sisi wajah atau bagian tubuh lain. Terapi fisik dapat membantu
penderita kembali ke aktivitas yang terkena kelumpuhan, seperti berjalan,
makan, dan berdandan.
2. Kesulitan berbicara atau menelan. Stroke dapat memengaruhi kontrol otot-otot
di mulut dan tenggorokan, sehingga sulit bagi penderitanya untuk berbicara
dengan jelas (disartria), menelan (disfagia), atau makan. Penderita stroke juga
mungkin mengalami kesulitan dengan bahasa (afasia), termasuk berbicara atau
memahami ucapan, membaca, atau menulis. Terapi dengan ahli bahasa bicara
dapat membantu.
3. Kehilangan memori atau kesulitan berpikir. Banyak penderita stroke juga
mengalami kehilangan ingatan. Selain itu, penderita stroke juga dapat
mengalami kesulitan berpikir, membuat penilaian, dan memahami konsep.
4. Masalah emosional. Orang-orang yang mengalami stroke lebih sulit
mengendalikan emosi mereka atau mereka mungkin mengalami depresi.
5. Rasa sakit. Nyeri, mati rasa, atau sensasi aneh lainnya dapat terjadi di bagian
tubuh yang terkena stroke. Misalnya, stroke dapat menyebabkan seseorang mati
rasa di bagian lengan kirinya, sehingga penderita tersebut mengembangkan
sensasi kesemutan yang tidak nyaman di lengan itu.
6. Orang juga mungkin sensitif terhadap perubahan suhu setelah stroke, terutama
dingin ekstrem. Komplikasi ini dikenal sebagai nyeri stroke sentral atau
sindrom nyeri sentral. Kondisi ini umumnya berkembang beberapa minggu

9
setelah stroke dan dapat meningkat seiring waktu. Perubahan perilaku dan
kemampuan perawatan diri. Orang yang mengalami stroke mungkin menjadi
lebih menarik diri dan kurang sosial atau lebih impulsif. Mereka mungkin
membutuhkan bantuan perawatan dan melakukan pekerjaan sehari-hari.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan perawatan yang paling tepat untuk stroke, tim medis
perlu mengevaluasi jenis stroke yang dialami pasien dan area otak mana yang
terkena stroke. Mereka juga perlu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari
gejala, seperti tumor otak atau reaksi obat. Ada beberapa tes yang perlu dilakukan
untuk menentukan risiko stroke, termasuk:
1. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala apa yang
dialami, kapan gejala mulai dirasakan, dan reaksi pasien terhadap gejala
tersebut. Selain itu, riwayat kesehatan, riwayat konsumsi obat- obatan, dan
cedera juga perlu dicatat. Riwayat penyakit terkait jantung, serangan iskemik
transien, dan stroke juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemeriksaan
fisik meliputi tekanan darah dan denyut jantung, serta pemeriksaan bruit di atas
arteri leher (karotid) untuk memeriksa adanya aterosklerosis. Pemeriksaan juga
dapat melibatkan oftalmoskop untuk memeriksa tanda-tanda kristal kolesterol
kecil atau gumpalan di pembuluh darah di bagian belakang mata.
2. Tes darah. Pasien harus menjalani serangkaian tes darah agar tim perawatan
mengetahui seberapa cepat gumpalan darah berkembang, apakah gula darah
tinggi atau rendah secara abnormal, apakah zat kimia darah tidak seimbang,
atau apakah pasien mengalami infeksi. Mengelola waktu pembekuan darah dan
kadar gula serta bahan kimia utama lainnya akan menjadi bagian dari perawatan
stroke.
3. Pemeriksaan CT scanCT scan menggunakan serangkaian sinar-X untuk
membuat gambar detail dari otak. CT scan dapat menunjukkan perdarahan,
tumor, stroke, dan kondisi lainnya. Dokter mungkin menyuntikkan pewarna ke

10
aliran darah pasien untuk melihat pembuluh darah di leher dan otak secara lebih
detail.
4. Pencitraan resonansi magnetik (MRI). MRI menggunakan gelombang radio dan
magnet yang kuat untuk menciptakan tampilan rinci otak. MRI dapat
mendeteksi jaringan otak yang rusak oleh stroke iskemik dan pendarahan otak.
Dokter akan menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah untuk melihat arteri
dan vena dan menyoroti aliran darah (magnetic resonance angiography atau
resonansi magnetik venografi).
5. USG karotis. Dalam tes ini, gelombang suara menciptakan gambar terperinci
dari bagian dalam arteri karotid di leher. Tes ini menunjukkan penumpukan
deposit lemak (plak) dan aliran darah di arteri karotid.
6. Angiogram serebral. Dalam tes ini, dokter memasukkan tabung tipis (kateter)
tipis melalui sayatan kecil (biasanya di pangkal paha), melalui arteri utama dan
ke arteri karotid atau vertebral. Selanjutnya, dokter akan menyuntikkan
pewarna ke pembuluh darah untuk membuatnya terlihat di bawah X-ray.
Prosedur ini memberikan gambaran rinci tentang arteri di otak dan leher.
7. Ekokardiogram. Ekokardiogram menggunakan gelom- bang suara untuk
membuat gambar detail dari jantungEkokardiogram dapat menemukan sumber
gumpalan di jantung yang mungkin telah berpindah dari jantung ke otak dan
menyebabkan stroke. Pasien mungkin akan menjalani
ekokardiogramtransesofageal. Dalam tes ini, dokter akan memasukkan tabung
fleksibel dengan perangkat kecil (transduser) yang terpasang ke tenggorokan
dan turun ke dalam tabung yang menghubungkan bagian belakang mulut ke
perut (esofagus). Hal ini dilakukan karena esofagus berada tepat di belakang
jantung, sehingga prosedur ini dapat membuat gambar yang jelas dan terperinci
dari jantung dan gumpalan darah.

11
I. Penatalaksanaan
1. Trombosis rt-PA intravena/intraarterial pada ≤ 3 jam setelah awitan stroke
dengan dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg). Sebanyak 10% dosis awal diberi
sebagai bentuk bolus, sisanya dilanjutkan melalui melalui infuse dalam waktu
1 jam
2. Antiplatelet: asam salisilat 160-325 mg/hari 48 jam setelah awitan stroke atau
Clopidogrel 75 mg/hr
3. Obat neuroprotektif
Perawatan darurat untuk stroke tergantung pada apakah penderita mengalami
stroke iskemik atau stroke hemoragik yang melibatkan pendarahan ke otak.

12
J. Woc

13
14
15
BAB III
ASKEP KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Biasanya meliputi nama,umur,agama ,jenis kelamin,pekerjaan (biasanya
pada pasien yang bekerja terlalu berat dll), status perkawinan, alamat,
penanggung jawab, tanggal masuk RS, yang mengirim, cara masuk RS,
diagnosa medis (Ikawati, 2016)

2) Keluhan Utama
Biasanya diapatkan kelemahan otot gerak sebelah badan, bicara pelo dan tidak
dapat komunikasi

3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Strok iskemik dapat berupa iskemik atau emboli dan trambosis, biasanya terjadi
pada saat setelah lama beristirahat bangun tidur atau di pagi hari, biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
gejala kelumpuhan saparuh badan atau gangguan fungsi otak lain. Adanyan
penurunan atau perubahan kesadaraan di sebabkan perubahan di dalam
intrakranial, keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.

b. Riwayat kesehatan dahulu


Adanya riwayat hipertensi, stroke sebelumnya, diabetes meliltus, penyakit
jantung , anemia, riwayat trauma kepala, kontasepsi oral yang lama, penggunan
obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasdilator obat-obatan adiktif dan
kegemukan

16
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga menderita hipertensi, diabetes melitus atau
adanya riwayat stroke non hemoragic dari generasi terdahulu

4) Pola persepsi dan penanganan kesehatan


Pada pasien stroke infak biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol
dan penggunaan obat kontarasepsi oral, sensorik motorik menurun atau hilang,
mudah terjadinya injury, perubahan persepsi dan orientasi.

5) Pola nutrisi / metabolism


Biasanya nafsu makan hilang mual-muntah selama fase akut (peningkatan
tekanan intrakranial) hilangnya rasa sensasi (rasa kaca) pada lidah, pipi dan
tenggorokan, Nafsu makan hilang, Nausea/vomitus menandakan adanya PTIK ,
Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring).

6) Pola eliminasi
Berubahnya kebiasan BAB dan BAK, misalnya inkontinensia urine , anuria
distensi kandung kemih , distansi abdomen, suara usus menghilang.

7) Pola aktivitas dan Latihan


Pada klien strok didapatkan hasil bahwa pola latihan dan beraktivitas terganggu
dengan tanda dan gejala kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis
kelumpuhan separuh badan, klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat
Mudah lelah, kesulitan istirahat karena nyeri atau kejang otot ,Perubahan
tingkat kesadaran. Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paralisis
(hemiplegia), kelemahan secara umum, Gangguan penglihatan

8) Pola istirahat dan tidur

17
Pada klien stroke biasanya akan mengalami kesusahan untuk istirahat karena
kejang otot dan nyeri otot.

9) Pola kognitif/persepsi
Klien mengalami strok akan mengalami Status mental; koma biasanya
menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis,
menyerang) dan gangguan fungsi kognitif , Ekstremitas: kelemahan/paralisis
(kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya refleks tendon dalam (kontralateral), Wajah: paralisis/parese
(ipsilateral) dan Afasia; kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata- kata, reseptif atau kesulitan
berkata-kata secara komprehensif, atau kombinasi dari keduanya. Kehilangan
kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil , Apraksia;
kehilangan kemampuan menggunakan motoric dan Reaksi dan ukuran pupil;
dilatasi tidak sama dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.

10) Pola peran hubungan


Pada klien stroke biasanya akan mengalami kesulitan dalam interaksi sosial
dengan lingkunga sekitar, adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kerusakan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.

11) Pola seksualitas/reproduksi


Pada klien stroke biasanya terjadinya penurunan gairah seksual akibat beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, antihipertensi, anatgonis histamin.

12) Pola persepsi diri/ideal diri

18
a. Body image / gambaran diri
Biasanya gambaran diri klien itu mengalami gangguan pada fisik dan
organ tubuh sehingga klien mengeluh dengan kondisi tubuhnya dan
memerlukan pengobatan.
b. Role / Peran
Biasanya klien mengalami perubahan peran karena penyakit yang
dideritanya.
c. Identity / Identitas Diri
Biasanya klien mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak
mampu menerima perubahan dan merasa kurang memiliki potensi.
d. Self Esteem / harga diri
Biasanya klien mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri karena
keluhan fisiknya.
e. Self ideal/ideal diri
Biasanya klien berharap supaya cepat sembuh dan mengikuti pengobatan
dengan rutin.

13) Pola koping/toleransi stress


Biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Biasanya pola kopinh dan
toleransi diri terganggu dengan tanda dan gejala pasien merasa gelisah dan
khawatir karena tidak akan bisa lagi kembali ke aktivitas normal dalam jangka
waktu lama.
14) Pola keyakinan nilai
Pada pasien stroke tidak hanya menyangkut aspek neurologis saja namun bisa
berdampak pada krisis kepercayaan terhadap tuhan pemberian kekuatan, arti
hidup yang mengalami dan harapan.

19
15) Pemeriksaan fisik

Uraian Gambaran
Tanda vital Suhu : biasanya suhu tubuh pasien tinggi ( >37.5 C)
Nadi : biasanya pada pasien stroke nadi normal
TD : Biasanya pasien stroke mengalami hipertensi atau
tekanan darah tinggi ( > 140/90 mmHg)
RR: biasanya pasien mengalami dyspnea ( sesak napas )
Irama: irama jantung tidak teratur dan capat

Integument a. Inspeksi : Biasanya tidak adanya gangguan pada kulit


b. Palpasi : Biasanya kulit teraba hangat

Kepala : a. Biasanya simetris


Mata b. Biasanya mengalami midriasis atau dilatasi pada pupil dan
reaksi/ refleks cahaya yang negatif
Hidung
c. Biasanya adanya penyubatan dihidung
d. Biasanya ada gangguan pendengaran dan tuli salah satu
Telinga
telinga
Mulut
e. Biasanya mulut pasien tidak simetris
Leher : a. Biasannya pembesaran kelenjer tiroid
Trakea b. biasanya terjadinya penumpukan sekret
JVP c. biasanya tidak adanya gangguan
Nodus limfe d. biasanya pembesaran kelenjar Tyroid

Tiroid
Dada Paru a. Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : biasanya tidak adanya benjolan
c. Perkusi : biasanya bunyi ronchi
d. Auskultasi : biasanya suara napas cepat
Jantung a. Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan

20
b. Palpasi : biasanya adanyan ganggung
c. Perkusi : biasanya bunyi aritmia

d. Auskultasi : biasanya bunyi jantung I dan II regular, tidak


terdengar murmur dan gallop.
Abdomen a. Inspeksi : biasanya perut terlihat datar, dan simetris
b. Palpasi :biasanya terdapat nyeri spastisitas
c. Perkusi : biasanya terdapat bunyi timpani
d. Auskultasi : biasanya terjadinya penurunan peristaltik
usus
Ekstremitas Biasanya kehilangan kontrol pada salah satu sisi tubuh disfungsi
motorik pada umumnya adalah hemiplegia pada stroke
Neurologi : a. Biasanya terjadinya penuruna kesadaran pada CGS
Status mental/CGS
b. Bisanya terjadinya gangguan karena terjadinya pendarahan
pada otak non traumatik
Saraf cranial c. Biasanya terjadinya gangguan pada kekuatan otot
Reflek fisiologi (bisep,
trisep) d. Biasanya terjadinya gangguan
Reflek patologis
(babinski)
Payudara Biasanya bentuk simetris kiri dan kanan, tidak teraba adanya
masa, membesar sesuai dengan jenis kelamin.
Genitalia Biasanya terjadinya gangguan ketidak mampuan mengendalikan
kandung kemih
Rectal Biasanya gangguan terjadinya konstipasi

21
B. Analisa data
Stroke hemoragik
No Data Penunjang Etiologi Masalah

1. Ds : Gangguan Gangguan
• Klien mengatakan sulit
mobilitas fisik neuromuskukar
untuk menggerakkan
tangan dan kaki nya
• Klien mengatakan nyeri
saat bergerak
• Klien mengatakan cemas
saat bergerak
Do :
• Klien tampak lemah
• Klien tampak susah
bergerak
• Gerakan klien tampak
terbatas
2. Ds : Gangguan Penurunan
• Keluarga klien
komunikasi verbal sirkulasi serebral
mengatakan klien tidak
mampu berbicara
• Keluarga klien
mengatakan sulit
memahami kata-kata klien
Do :
• Klien tampak sulit
berbicara
• Kata-kata Klien sulit
dipahami
• Klien tampak pelo saat
berbicara
• Nervus V : klien
mengalami penurunan saat
mengunyah
• Nervus VII : pengecapan
klien normal
• Nervus IX dan
X :kemampuan menelan
kurang baik dan kesulitan
membuka mulut
Nervus XII : terdapat
devisiasi pada sisi kiri dan
22
fasikulasi
3. Ds : Risiko perfusi Hipertensi
• Keluarga klien
serebral tidak
mengatakan klien
memiliki Riwayat efektif
hipertensi
Do :
• Tekanan darah klien
meningkat 170/110
• GCS klien menurun
• Suhu meningkat
• Mual dan muntah

Stroke Non hemoragik


No. Data penunjang Masalah Etiologi

1. Ds : Resiko deficit Ketidakmampuan

mengatakan nutrisi menelan


• Keluarga
klien tidak mau makan
• Keluarga klien
mengatakan klien sulit
untuk menelan
Do :

• Klien tampak susah untuk


menelan
• Klien tampak tidak mau
makan
Klien tampak lemah
2. Ds : Deficit perawatan Gangguan
• Klien menolak melakukan diri neuromuskuler
perawatan diri
• Klien susah menggerakkan
anggota tubuh

Do :

• Klien tidak mampu

23
mandi/mengenakan
pakaian,makana dan toilet
• Minat melakukan
perawatan diri kurang

C. Dignosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
4. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler

D. Tujuan dan intervensi keperawatan

NO Diagnosa SLKI SIKI

1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan mobilitas


mobilitas fisik b.d intervensi keperawatan Observasi :
gangguan selama 1X24 jam maka -Identifikasi adanya nyeri atau
neuromuskular diharapkan Mobilitas fisik keluhan fisik lainnya
meningkat dengan kriteria -Identifikasi toleransi fisik
hasil : melakukan pergerakan
-Pergerakan ekstremitas -Monitor frekuensi jantung dan
meningkat tekanan darah sebelum
-Kekuatan otot meningkat memulai mobilitasi
-Rentang gerak (ROM) -Monitor kondisi umum
meningkat selama melakukan monilitas
-Gerakan terbatas menurun Terapeutik :
-kelemahan fisik menurun -Fasilitasi aktivitas mobilitas

24
dengan alat bantu
-Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
-libatkan kelurga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
-jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
-Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
-Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan ( mis,
duduk tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)

2. Gangguan Setelah dilakukan Modifikasi perilaku


komunikasi verbal intervensi keperawatan keterampilan sosial
b.d penurunan selama 1X24 jam maka Observasi :
sirkulasi serebral diharapkan meningkat -Identifikasi penyebab
Komunikasi verbal dengan kurangnya keterampilan
kriteria hasil : sosial
-Kemampuan berbicara -Identifikasi fokus pelatihan
meningkat keterampilan sosial
-Kesesuian ekspresi Terapeutik :
wajah/tubuh meningkat -Motivasi untuk berlatih
-Kontak mata meningkat keterampilan sosial
-Afasia menurun -Beri umpan balik(mis, pujian
25
atau penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
-Libatkan keluarga selama
latihan keterampilan sosial,
jika perlu
Edukasi :
-Jelaskan tujuan malatih
keterampilan sosial
-Jelaskan respon dan
konsekuensi keterampilan
sosial
-Anjurkan mengungkapkan
perasaan akibat masalah yang
dialami
-Anjurkan mengevaluasi
pencapaian setiap interaksi
- Edukasi keluarga untuk
dukungan ketrampilan sosial
-Latih keterampilan secara
bertahap

3. Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


nutrisi b.d intervensi keperawatan Observasi :
ketidakmampuan selama 1X24 jam maka -Identifikasi status nutrisi
menelan makanan diharapkan Status nutrisi -Identifikasi makan yang
membaik dengan kriteria disukai
hasil : -Identifikasi kebutuhan kalori
-Kekuatan otot penguyah dan jenis nutrien
meningkat -Identifikasi perlunya
-Kekuatan otot menelan penggunaan selang
meningkat nasogastrik
26
-Berat badan membaik -Monitor asupan makan
-Indeks massa tubuh (IMT) Terapeutik :
membaik -Lakukan oral hygiene
sebelum makan jika perlu
-Sajikan makan secara menarik
dan suhu yang sesuai
-Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi

Edukasi :
-Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
-Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antiemetik). jika perlu
-Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menetukan juml;ah
kalori dan jenis nutrien yag
dibutuhkan jika perlu

4. Risiko perfusi Setelah dilakukan Menajemen peningkatan


serebral tidak intervensi keperawatan tekanan intracranial:
efektif b.d selama 1X24 jam maka
Observasi
hipertensi diharapkan perfusi serebral
meningkat dengan kriteria • dentifikasi penyebab
27
hasil : peningkatan TIK (mis.
• Tingkat kesadaran lesi, gangguan
meningkat metabolisme, edema
• Tekanan intra serebral)
kranial meningkat • Monitor tanda/gejala
• Nilai rata-rata peningkatan TIK
tekanan darah (misesi gangguan
membaik metabokat, tekanan
• Kesadaran membaik nadi melebar,
bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran
menurun)
• Monitor MAP (Mean
Arterial Pressure)
• Monitor CVP (Central
Venous Pressure), jika
perlu
• Monitor PAWP, jika
perlu
• Monitor PAP. Jika
perlu
• Monitor ICP (Intra
Cranial Pressure), jika
tersedia
• Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
• Monitor gelombang
ICP
• Monitor status
pemapasan
28
• Monitor intake dan
ouput cairan

Terapeutik

• Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
• Berikan posisi semi
Fowler
• Hindari manuver
Valsava
• Cegah terjadinya
kejang
• Hindari penggunaan
PEEP
• Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
PaCO2 optimal
• Atur ventilator agar
Pertahankan suhu
tubuh normal

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberlan
sedasi dan anti
konvulsan, Jika perlu
• Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika
perlu

29
• Kolaborasi pemberian
pelunak
tinja, jika perlu

5. Deficit perawatan Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri


diri b.d Gangguan intervensi keperawatan
Observasi
neuromuskuler selama 1X24 jam maka
diharapkan perawatan diri • Identifikasi keblasaan
meningkat dengan kriteria aktivitas perawatan diri
hasil : sesuai usia
• Kemampuan mandi • Monitor tingkat
meningkat kemandirian
• Kemampuan • Identifikasi kebutuhan
mengenakan alat bantu kebersihan
pakaian meningkat diri, berpakaian,
• Kemampuan makan berhias, dan makan
meningkat
Terapeutik
• Kemampuan
ketoilet meningkat • Sediakan lingkurigan
• Mempertahankan yang terapeutik (mis,
kebersihan diri suasana hangat, rileks,
menigkat privasi)
• Siapkan keperluan
pribadi (mis. parfum,
sikat gigi, dan sabun
mandi)
• Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri

30
• Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
• Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatn
diri
• Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi

• Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

E. Implementasi
Setelah rencana tindakan di susun secara sistematik,selanjutnya tindakan
tersebut di terapkan dalam tindakan yang nyata dan terpadu guna memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.

F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Biasanya berisi tentang bagaimana
pengaruh tindakan yang diberikan apakah mengurangi gejala yang dialami klien atau
tidak.

31
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan actor fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah 80 ke bagian otak. Umumnya stroke
terjadi akibat kulminasi (penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun
(Smeltzer and Bare, 2002). Gangguan serebrovaskuler ini menunjukan beberapa
kelainan otak, baik secara fungsional maupun struk- tural, yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh
darah otak (Doenges, 2014).
Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan penderita
menderita kelumpuhan atau bahkan kematian (Batticaca, 2008). Ada dua klasifikasi
umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak
(Corwin, 2009)

32
DAFTAR PUSTAKA

Haryono R & Utami Sari Putri M. 2019. Keperawatan Medikal Bedah II. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press

Susilo Budi C. 2019. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Persyarafan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI

33

Anda mungkin juga menyukai