Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Muskuloskeletal, Integument, Persepsi sensori dan Persyarafan
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Dosen Pembimbing :
Ns.Holines M.Kep.Sp.Kep.MB
PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2023/2024
KATA PENGATAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyusun makalah yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA
PENYAKIT STROKE " tepat pada waktunya.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Muskuloskeletal, Integument, Persepsi sensori dan
Persyarafan. Selain itu, tugas ini bertujuan menambah wawasan bagi pembaca dan juga bagi
penulis.
Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
Muskuloskeletal, Integument, Persepsi sensori dan Persyarafan di Stikes Mercubakti Jaya
Padang yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini, sehingga pengetahuan penulis
dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan hal ini sangat bermanfaat untuk penulis
dikemudian hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan
pihak lain yang berkepentingan lain pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................................
A. Defenisi ....................................................................................................................................
B. Klasifikasi ...............................................................................................................................
C. Etiologi .....................................................................................................................................
D. Patofisiologi .............................................................................................................................
E. Faktor resiko.............................................................................................................................
F. Manifestasi Klinis ....................................................................................................................
G. Komplikasi ...............................................................................................................................
H. Pemeriksaan Diagnostik ...........................................................................................................
I. Penatalaksanaan .......................................................................................................................
J. Woc ..........................................................................................................................................
A. Pengkajian ................................................................................................................................
B. Diagnose...................................................................................................................................
C. Intervensi ..................................................................................................................................
D. Implementasi ............................................................................................................................
E. Evaluasi ....................................................................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit stroke ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis pada penyakit stroke?
C. Tujuan
1. Memahami tentang konsep penyakit stroke
2. Memahami asuhan keperawatan teoritis pada penyakit stroke
1
BAB ll
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
CerebroVaskuler Accident (CVA) atau stroke adalah pecahnya pembuluh
darah otak secara mendadak dengan akibat penurunan fungsi neurologis (Hariyanto
& Sulistyowati, 2015). Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak
berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke
otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan
(stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Mulanya stroke ini dikenal dengan nama
apoplexy, kata ini berasal dari bahasa Yunani yag berarti “memukul jatuh” atau to
strike down. Dalam perkembangannya lalu dipakai istilah CVA atau
cerebrovascular accident yang berarti suatu kecelakaan pada pembuluh darah dan
otak.
Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan penderita
menderita ke- lumpuhan atau bahkan kematian (Batticaca, 2008). Ada dua
klasifikasi umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang
lama kebagian otak (Corwin, 2009).
B. Klasifikasi Stroke
Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke iskemik) dan
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Beberapa
orang mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient
ischemic attack atau TIA) yang kan kerusakan permanen.
a. Stroke Iskemik
Sekitar 80% kasus stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi
ketika arteri ke otak menyempit atau terhambat, menyebabkan aliran darah
2
sangat berku- rang (iskemia). Stroke iskemik dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.
3
obat pengencer darah aleb dan kondisi lain dapat menyebabkan perdarahan
intra- serebral.
• Perdarahan Subaraknoid. Pendarahan subaraknoid biasanya disebabkan
oleh aneurisma serebral atau Sabidud kelainan arteri pada dasar otak.
Aneurisma serebral in adalah area kecil bulat atau tidak teratur yang ogique
mengalami pembengkakan di arteri. Pembengkakan yang parah membuat
dinding pembuluh darah melehaimah dan rentan pecah. Penyebab
aneurisma serebral not sendiri belum diketahui. Beberapa penderita aneu-
risma mengalami kondisi ini sejak lahir dengan permalab mind kembangan
yang sangat lambat.
c. Serangan Iskemik Transien (TIA)
Transient Ischemic Attack (TIA) adalah periode sementara dari gejala yang
mirip dengan gejala stroke. Penurunan sementara pasokan darah ke bagian otak
Tanda menyebabkan TIA dan biasanya berlangsung lima menit. Seperti stroke
iskemik, TIA terjadi ketika bekuan atau debris menghalangi aliran darah ke
bagian sistem saraf Namun, pada kasus TIA tidak ada kerusakan jaringan
permanen dan tidak ada gejala menetap. Mengalami TIA membuat seseorang
berisiko lebih besar untuk mengalami stroke yang sebenarnya dan dapat
menyebabkan kerusakan permanen nantinya. Jika seseorang mengalami TIA,
kemungkinan ada arteri yang tersumbat atay menyempit yang mengarah ke otak
atau sumber gumpalan di jantung.
C. Etiologi
Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke iskemik) dan
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Beberapa
orang mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient
ischemic attack atau TIA) yang kan kerusakan permanen. Terhalangnya suplai
darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan oleh arteri
yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan
4
tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan
sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding tipis
berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak
aterosklerotik (Junaidi, 2011).
D. Patofisiologi
a. Stroke Iskemik
Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat daerah otak terbagi
menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan daerah
penumbra Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang memiliki aliran
darah kurang dari 10cc/100g jaringan otak tiap menit. Daerah ini berisiko
menjadi nekrosis dalam hitungan menit. Lalu daerah penumbra adalah daerah
otak yang aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik dari pada daerah
5
inti karena daerah ini masih mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah
lainnya. Daerah penumbra memiliki aliran darah 10-25cc/100g jaringan otak
tiap menit. Daerah penumbra memiliki prognosis lebih baik dibandingkan
dengan daerah inti (Gupta dkk., 2016). Defisit neurologis dari stroke iskemik
tidak hanya bergantung pada luas daerah inti dan penumbra, tetapi juga pada
kemampuan sumbatan menyebabkan kekakuan pembuluh darah atau
vasospasme.
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang disertai
ekstravasasi darah ke parenkim otak akibat penyebab nontraumatis. Stroke
perda- rahan sering terjadi pada pembuluh darah yang melemah. Penyebab
kelemahan pembuluh darah tersering pada stroke adalah aneurisma dan
6
malaformasi arteriovenous (AVM). Ektravasasi darah ke parenkim otak ini
berpotensi merusak jaringan sekitar melalui kompresi jaringan akibat dari
perluasan hematoma (Flint dkk., 2012).
Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang sertting terjadi adalah
peningkatan tekanan darah. Peningkat tekanan darah adalah salah satu faktor
hemodinamika kronis yang menyebabkan pembuluh darah mengalami
perubahan struktur atau kerusakan vaskular. Perubahan struktur yang terjadi
meliputi lapisan elastik eksternal idan adventisia yang membuat pembuluh
darah menipis. Peningkatan tekanan darah yang mendadak dapat membuat
pembuluh darah pecah.
Ektravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam berlangsung selama
beberapa jam dan jika jumlahnya besar akan memengaruhi jaringan sekitarnya
melalui peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan tersebut dapat menyebabkan
hilangnya suplai darah ke jaringan yang terkena dan pada akhirnya dapat
menghasilkan infark. Selain itu, darah yang keluar selama ekstravasasi
memiliki efek toksik pada jaringan otak sehingga menyebabkan peradangan
jaringan otak. Peradangan jaringan otak ini berkontribusi terhadap cedera otak
sekunder setelahnya. Proses dan onset yang cepat pada stroke perdarahan yang
cepat, penanganan yang cepat dan tepat menjadi hal yang dal penting (Lanzino,
2012).
E. Faktor Risiko
Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua kategori: faktor yang dapat
diubah (modifiable) dan faktor yang tidak dapat diubah (non-modifiable).
Faktor yang dapat diubah:
1. Tekanan darah tinggi: Mengelola tekanan darah melalui gaya hidup sehat
dan obat-obatan sesuai anjuran dokter dapat mengurangi risiko stroke.
2. Merokok: Berhenti merokok secara signifikan dapat menurunkan risiko
stroke.
7
3. Diabetes: Mengelola gula darah dengan baik dapat membantu mengurangi
risiko stroke pada penderita diabetes.
4. Obesitas: Menjaga berat badan ideal melalui pola makan sehat dan olahraga
dapat membantu mengurangi risiko stroke.
5. Aktivitas fisik rendah: Meningkatkan aktivitas fisik secara teratur dapat
membantu menjaga kesehatan kardiovaskular.
8
5. Kesulitan berjalan. Penderita stroke mungkin tersandung atau mengalami
pusing mendadak, kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi.
G. Komplikasi
Stroke dapat menyebabkan cacat sementara atau permanen, tergantung pada
berapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian mana yang terdampak.
Komplikasi yang bisa terjadi antara lain:
1. Kelumpuhan atau hilangnya gerakan otot. Penderita stroke bisa menjadi
lumpuh di satu sisi tubuh atau kehilangan kendali atas otot-otot tertentu, seperti
otot-otot di satu sisi wajah atau bagian tubuh lain. Terapi fisik dapat membantu
penderita kembali ke aktivitas yang terkena kelumpuhan, seperti berjalan,
makan, dan berdandan.
2. Kesulitan berbicara atau menelan. Stroke dapat memengaruhi kontrol otot-otot
di mulut dan tenggorokan, sehingga sulit bagi penderitanya untuk berbicara
dengan jelas (disartria), menelan (disfagia), atau makan. Penderita stroke juga
mungkin mengalami kesulitan dengan bahasa (afasia), termasuk berbicara atau
memahami ucapan, membaca, atau menulis. Terapi dengan ahli bahasa bicara
dapat membantu.
3. Kehilangan memori atau kesulitan berpikir. Banyak penderita stroke juga
mengalami kehilangan ingatan. Selain itu, penderita stroke juga dapat
mengalami kesulitan berpikir, membuat penilaian, dan memahami konsep.
4. Masalah emosional. Orang-orang yang mengalami stroke lebih sulit
mengendalikan emosi mereka atau mereka mungkin mengalami depresi.
5. Rasa sakit. Nyeri, mati rasa, atau sensasi aneh lainnya dapat terjadi di bagian
tubuh yang terkena stroke. Misalnya, stroke dapat menyebabkan seseorang mati
rasa di bagian lengan kirinya, sehingga penderita tersebut mengembangkan
sensasi kesemutan yang tidak nyaman di lengan itu.
6. Orang juga mungkin sensitif terhadap perubahan suhu setelah stroke, terutama
dingin ekstrem. Komplikasi ini dikenal sebagai nyeri stroke sentral atau
sindrom nyeri sentral. Kondisi ini umumnya berkembang beberapa minggu
9
setelah stroke dan dapat meningkat seiring waktu. Perubahan perilaku dan
kemampuan perawatan diri. Orang yang mengalami stroke mungkin menjadi
lebih menarik diri dan kurang sosial atau lebih impulsif. Mereka mungkin
membutuhkan bantuan perawatan dan melakukan pekerjaan sehari-hari.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan perawatan yang paling tepat untuk stroke, tim medis
perlu mengevaluasi jenis stroke yang dialami pasien dan area otak mana yang
terkena stroke. Mereka juga perlu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari
gejala, seperti tumor otak atau reaksi obat. Ada beberapa tes yang perlu dilakukan
untuk menentukan risiko stroke, termasuk:
1. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala apa yang
dialami, kapan gejala mulai dirasakan, dan reaksi pasien terhadap gejala
tersebut. Selain itu, riwayat kesehatan, riwayat konsumsi obat- obatan, dan
cedera juga perlu dicatat. Riwayat penyakit terkait jantung, serangan iskemik
transien, dan stroke juga perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemeriksaan
fisik meliputi tekanan darah dan denyut jantung, serta pemeriksaan bruit di atas
arteri leher (karotid) untuk memeriksa adanya aterosklerosis. Pemeriksaan juga
dapat melibatkan oftalmoskop untuk memeriksa tanda-tanda kristal kolesterol
kecil atau gumpalan di pembuluh darah di bagian belakang mata.
2. Tes darah. Pasien harus menjalani serangkaian tes darah agar tim perawatan
mengetahui seberapa cepat gumpalan darah berkembang, apakah gula darah
tinggi atau rendah secara abnormal, apakah zat kimia darah tidak seimbang,
atau apakah pasien mengalami infeksi. Mengelola waktu pembekuan darah dan
kadar gula serta bahan kimia utama lainnya akan menjadi bagian dari perawatan
stroke.
3. Pemeriksaan CT scanCT scan menggunakan serangkaian sinar-X untuk
membuat gambar detail dari otak. CT scan dapat menunjukkan perdarahan,
tumor, stroke, dan kondisi lainnya. Dokter mungkin menyuntikkan pewarna ke
10
aliran darah pasien untuk melihat pembuluh darah di leher dan otak secara lebih
detail.
4. Pencitraan resonansi magnetik (MRI). MRI menggunakan gelombang radio dan
magnet yang kuat untuk menciptakan tampilan rinci otak. MRI dapat
mendeteksi jaringan otak yang rusak oleh stroke iskemik dan pendarahan otak.
Dokter akan menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah untuk melihat arteri
dan vena dan menyoroti aliran darah (magnetic resonance angiography atau
resonansi magnetik venografi).
5. USG karotis. Dalam tes ini, gelombang suara menciptakan gambar terperinci
dari bagian dalam arteri karotid di leher. Tes ini menunjukkan penumpukan
deposit lemak (plak) dan aliran darah di arteri karotid.
6. Angiogram serebral. Dalam tes ini, dokter memasukkan tabung tipis (kateter)
tipis melalui sayatan kecil (biasanya di pangkal paha), melalui arteri utama dan
ke arteri karotid atau vertebral. Selanjutnya, dokter akan menyuntikkan
pewarna ke pembuluh darah untuk membuatnya terlihat di bawah X-ray.
Prosedur ini memberikan gambaran rinci tentang arteri di otak dan leher.
7. Ekokardiogram. Ekokardiogram menggunakan gelom- bang suara untuk
membuat gambar detail dari jantungEkokardiogram dapat menemukan sumber
gumpalan di jantung yang mungkin telah berpindah dari jantung ke otak dan
menyebabkan stroke. Pasien mungkin akan menjalani
ekokardiogramtransesofageal. Dalam tes ini, dokter akan memasukkan tabung
fleksibel dengan perangkat kecil (transduser) yang terpasang ke tenggorokan
dan turun ke dalam tabung yang menghubungkan bagian belakang mulut ke
perut (esofagus). Hal ini dilakukan karena esofagus berada tepat di belakang
jantung, sehingga prosedur ini dapat membuat gambar yang jelas dan terperinci
dari jantung dan gumpalan darah.
11
I. Penatalaksanaan
1. Trombosis rt-PA intravena/intraarterial pada ≤ 3 jam setelah awitan stroke
dengan dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg). Sebanyak 10% dosis awal diberi
sebagai bentuk bolus, sisanya dilanjutkan melalui melalui infuse dalam waktu
1 jam
2. Antiplatelet: asam salisilat 160-325 mg/hari 48 jam setelah awitan stroke atau
Clopidogrel 75 mg/hr
3. Obat neuroprotektif
Perawatan darurat untuk stroke tergantung pada apakah penderita mengalami
stroke iskemik atau stroke hemoragik yang melibatkan pendarahan ke otak.
12
J. Woc
13
14
15
BAB III
ASKEP KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Biasanya meliputi nama,umur,agama ,jenis kelamin,pekerjaan (biasanya
pada pasien yang bekerja terlalu berat dll), status perkawinan, alamat,
penanggung jawab, tanggal masuk RS, yang mengirim, cara masuk RS,
diagnosa medis (Ikawati, 2016)
2) Keluhan Utama
Biasanya diapatkan kelemahan otot gerak sebelah badan, bicara pelo dan tidak
dapat komunikasi
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Strok iskemik dapat berupa iskemik atau emboli dan trambosis, biasanya terjadi
pada saat setelah lama beristirahat bangun tidur atau di pagi hari, biasanya
terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
gejala kelumpuhan saparuh badan atau gangguan fungsi otak lain. Adanyan
penurunan atau perubahan kesadaraan di sebabkan perubahan di dalam
intrakranial, keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.
16
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga menderita hipertensi, diabetes melitus atau
adanya riwayat stroke non hemoragic dari generasi terdahulu
6) Pola eliminasi
Berubahnya kebiasan BAB dan BAK, misalnya inkontinensia urine , anuria
distensi kandung kemih , distansi abdomen, suara usus menghilang.
17
Pada klien stroke biasanya akan mengalami kesusahan untuk istirahat karena
kejang otot dan nyeri otot.
9) Pola kognitif/persepsi
Klien mengalami strok akan mengalami Status mental; koma biasanya
menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis,
menyerang) dan gangguan fungsi kognitif , Ekstremitas: kelemahan/paralisis
(kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya refleks tendon dalam (kontralateral), Wajah: paralisis/parese
(ipsilateral) dan Afasia; kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif atau kesulitan berkata- kata, reseptif atau kesulitan
berkata-kata secara komprehensif, atau kombinasi dari keduanya. Kehilangan
kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil , Apraksia;
kehilangan kemampuan menggunakan motoric dan Reaksi dan ukuran pupil;
dilatasi tidak sama dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
18
a. Body image / gambaran diri
Biasanya gambaran diri klien itu mengalami gangguan pada fisik dan
organ tubuh sehingga klien mengeluh dengan kondisi tubuhnya dan
memerlukan pengobatan.
b. Role / Peran
Biasanya klien mengalami perubahan peran karena penyakit yang
dideritanya.
c. Identity / Identitas Diri
Biasanya klien mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak
mampu menerima perubahan dan merasa kurang memiliki potensi.
d. Self Esteem / harga diri
Biasanya klien mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri karena
keluhan fisiknya.
e. Self ideal/ideal diri
Biasanya klien berharap supaya cepat sembuh dan mengikuti pengobatan
dengan rutin.
19
15) Pemeriksaan fisik
Uraian Gambaran
Tanda vital Suhu : biasanya suhu tubuh pasien tinggi ( >37.5 C)
Nadi : biasanya pada pasien stroke nadi normal
TD : Biasanya pasien stroke mengalami hipertensi atau
tekanan darah tinggi ( > 140/90 mmHg)
RR: biasanya pasien mengalami dyspnea ( sesak napas )
Irama: irama jantung tidak teratur dan capat
Tiroid
Dada Paru a. Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : biasanya tidak adanya benjolan
c. Perkusi : biasanya bunyi ronchi
d. Auskultasi : biasanya suara napas cepat
Jantung a. Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
20
b. Palpasi : biasanya adanyan ganggung
c. Perkusi : biasanya bunyi aritmia
21
B. Analisa data
Stroke hemoragik
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1. Ds : Gangguan Gangguan
• Klien mengatakan sulit
mobilitas fisik neuromuskukar
untuk menggerakkan
tangan dan kaki nya
• Klien mengatakan nyeri
saat bergerak
• Klien mengatakan cemas
saat bergerak
Do :
• Klien tampak lemah
• Klien tampak susah
bergerak
• Gerakan klien tampak
terbatas
2. Ds : Gangguan Penurunan
• Keluarga klien
komunikasi verbal sirkulasi serebral
mengatakan klien tidak
mampu berbicara
• Keluarga klien
mengatakan sulit
memahami kata-kata klien
Do :
• Klien tampak sulit
berbicara
• Kata-kata Klien sulit
dipahami
• Klien tampak pelo saat
berbicara
• Nervus V : klien
mengalami penurunan saat
mengunyah
• Nervus VII : pengecapan
klien normal
• Nervus IX dan
X :kemampuan menelan
kurang baik dan kesulitan
membuka mulut
Nervus XII : terdapat
devisiasi pada sisi kiri dan
22
fasikulasi
3. Ds : Risiko perfusi Hipertensi
• Keluarga klien
serebral tidak
mengatakan klien
memiliki Riwayat efektif
hipertensi
Do :
• Tekanan darah klien
meningkat 170/110
• GCS klien menurun
• Suhu meningkat
• Mual dan muntah
Do :
23
mandi/mengenakan
pakaian,makana dan toilet
• Minat melakukan
perawatan diri kurang
C. Dignosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
3. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
4. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
24
dengan alat bantu
-Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
-libatkan kelurga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
-jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
-Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
-Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan ( mis,
duduk tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Edukasi :
-Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
-Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antiemetik). jika perlu
-Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menetukan juml;ah
kalori dan jenis nutrien yag
dibutuhkan jika perlu
Terapeutik
• Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
• Berikan posisi semi
Fowler
• Hindari manuver
Valsava
• Cegah terjadinya
kejang
• Hindari penggunaan
PEEP
• Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
PaCO2 optimal
• Atur ventilator agar
Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberlan
sedasi dan anti
konvulsan, Jika perlu
• Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika
perlu
29
• Kolaborasi pemberian
pelunak
tinja, jika perlu
30
• Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
• Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatn
diri
• Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi
• Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
E. Implementasi
Setelah rencana tindakan di susun secara sistematik,selanjutnya tindakan
tersebut di terapkan dalam tindakan yang nyata dan terpadu guna memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Biasanya berisi tentang bagaimana
pengaruh tindakan yang diberikan apakah mengurangi gejala yang dialami klien atau
tidak.
31
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan actor fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah 80 ke bagian otak. Umumnya stroke
terjadi akibat kulminasi (penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun
(Smeltzer and Bare, 2002). Gangguan serebrovaskuler ini menunjukan beberapa
kelainan otak, baik secara fungsional maupun struk- tural, yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh
darah otak (Doenges, 2014).
Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan penderita
menderita kelumpuhan atau bahkan kematian (Batticaca, 2008). Ada dua klasifikasi
umum cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
iskemik terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama kebagian otak
(Corwin, 2009)
32
DAFTAR PUSTAKA
Haryono R & Utami Sari Putri M. 2019. Keperawatan Medikal Bedah II. Yogyakarta :
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
33