Disusun Kelompok 2 :
Andoko Suryo Cahyono (2020-02-14201-001)
Gusnia Arsiana (2020-02-14201-008)
Nur Maiharsih (2020-02-14201-018)
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, dan
karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya. Sehingga
makalah Tentang “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem Kardiovaskular” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat.
Penulis menyadari makalah bertema “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem
Kardiovaskular” . Ini masih perlu banyak penyempurnaan dalam penulisan masih terdapat
kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 1
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 33
3.2 Saran............................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, masalah yang dapat dirumuskan adalah apa
saja asuhan keperawatan pada sistem kardiovaskular?
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya henti jantung tidak sama pada setiap usia. Penyebab
terbanyak pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas, sedangkan pada usia bayi yang
menjadi penyebabnya bisa berupa :
a. Gangguan kelistrikan jantung
b. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS
c. Penyakit pernafasan
d. Sumbatan pada saluran pernafasan
e. Tenggelam
f. Sepsis
g. Penyakit neurologis
h. Penyakit jantung bawaan
3
kebutuhan sistemik tubuh, otak dan organ vital lain termasuk miokardium jantung. Henti
jantung timbul akibat terhentinya semua sinyal kendali listrik di jantung, yaitu tidak ada
lagi irama yang spontan. Henti jantung timbul selama pasien mengalami hipoksia berat
akibat respirasi yang tidak adequat. Hipoksia akan menyebabkan serabut- serabut otot dan
serabut-serabut saraf tidak mampu untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit yang
normal di sekitar membran, sehingga dapat mempengaruhi eksatibilitas membran dan
menyebabkan hilangnya irama normal.
Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi (syok) karena
kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan distribusi cairan dalam sistem sirkulasi.
Kehilangan cairan tubuh atau darah bisa akibat dari gastroenteritis, luka bakar, atau
trauma, sementara pada gangguan distribusi cairan mungkin disebabkan oleh sepsis atau
anafilaksis. Organ-organ kekurangan nutrisi esensial dan oksigen sebagai akibat dari
perkembangan syok menjadi henti jantung melalui kegagalan sirkulasi dan pernafasan
yang menyebabkan hipoksia dan asidosis. Sebenarnya kedua hal ini dapat terjadi
bersamaan. Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti termasuk oksigenasi ke
otak. Hal tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak yang tidak bisa diperbaiki
meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai menit. Kematian dapat terjadi dalam
waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu, tindakan resusitasi harus segera mungkin
dilakukan.
4
3) Atur posisi pasien telentang diatas alas yang keras
4) Buka jalan nafas dengan tengadah kepala topang dagu dan dorong
mandibular
5) Nilai ada tidaknya pernapasan (3-5 dtk)
6) Bila respirasi tidak adekuat beri bantuan nafas 2 x/mnt
7) Bila tidak ada respirasi beri bantuan pernafasan
8) Monitor saturasi oksigen
c. Gangguan perfusi jaringan otak, jantung, organ vital lain berhubungan dengan
tidak efektifnya daya pompa jantung
1) Kaji nadi karotis, pernapasan meliputi suara, frekuensi dan irama
2) Pasang bed side monitor
3) Lakukan BHL sesuai algoritma
4) Observasi dan catat tanda-tanda vital, warna kulit, temperature dan
urine output
5) Monitor elektrolit
6) Kaji penyebab lain irama jantung
7) Kolaborasi medik pemberian oksigen, obat-obat antiaritmia, inotropik,
analgesia dan sedative
8) Lakukan defibrilasi bila diperlukan.
d. Cemas keluarga berhubungan dengan ancaman kematian anggota keluarga
1) Kaji tanda dan gejala dari kecemasan dan ketakutan keluarga
2) Validasi persepsi keluarga dengan hati-hati/cermat, mengingat kelakuan
keluraga disebabkan dari adanya ancaman kematian anggota keluarga
3) Kaji mekanisme koping keluarga
4) Beri penjelasan kepada klien untuk tenang dan berdoa
5) Lakukan pendampingan keluarga dengan cara berdoa bersama
6) Ciptakan lingkungan yang tenang dan kondusif.
2.2.2 Etiologi
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi
ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan
bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
a. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
b. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi
(bagi wanita).
5
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis
ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner
apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
c. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam
segi diet keluarga.
d. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula
darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
e. Merokok
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel)
pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya
terjadi sumbatan pembuluh darah.
f. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit
arteri/jantung koroner.
g. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya
lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.
h. Gaya hidup buruk
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin
serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit
jantung koroner.
i. Stress
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
6
2.2.4 Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-
sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti
oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi
tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah
pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila
fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan
menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme
aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung,
menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
7
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara
jantung tambahan mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/
ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari
insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate
mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama
jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension,
odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna
kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi.
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi.
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak,
muntah dan perubahan berat badan.
e. Neuro Sensori.
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
f. Kenyamanan.
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di
katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat
nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur
tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG,
tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
g. Respirasi.
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
h. Interaksi sosial.
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
i. Pengetahuan.
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes,
stroke, hipertensi, perokok
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
miokardium, peningkatan kerja jantung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kerja jantung berkurang dan gangguan rasa nyaman nyeri berkurang /
hilang.
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang, Sesak berkurang /
hilang. Intervensi :
1) Pantau tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina.
R/ mengetahui tingkat nyeri yang dialami pasien dari data objektif dan
mengetahui tingkat kerja jantung.
2) Kaji dan catat respon pasien / efek obat R/ mengetahui kinerja obat didalam
tubuh.
8
3) Kaji dan catat skala dan lokasi nyeri R/ mengetahui skala nyeri yang dialami
pasien, guna untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan, apakah harus
dibantu dengan tindakan farmakoterapi.
4) Tinggikan kepala tempat tidur bila klien sesak R/ mengurangi gaya gravitasi
pada dada pasien dan memperluas pengembangan paru.
5) Pantau kecepatan irama jantung R/ menentukan kinerja jantung, apakah
normalatau tidak.
6) Pertahankan lingkungan tenang dan nyaman R/ memberikan rasa nyaman
pada pasien agar pasien bisa mengurangi rasa stress yang dapat memicu
nyeri.
7) Batasi pengunjung bila perlu R/ memberi ruang waktu lebih pada pasien
untuk istirahat.
8) Pantau perubahan seri EKG R/ mengetahui kinerja gelombang listrik
jantung.
9) Berikan makanan lembut, biarkan klien istirahat selama1 jam setelah makan
R/ mengurangi aktifitas pasien yang bisa menyebabkan kinerja jantung
meningkat.
10) Berikan O2 tambahan sesuai indikasi R/ mengurangi kerja otot pernafasan,
sehingga kerja jantung tidak meningkat.
11) Kolaborasi dengan Dokter R/ melakukan konsultasi tentang kasus yang
dihadapi, sehingga keluhan pasien segera teratasi.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kekuatan kontraksi
ditandai dengan gangguan irama dan kecepatan jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan diharapkan penurunan curah jantung berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Intervensi :
1) Pantau tanda vital R/ mengetahui keadaan fisik pasien
2) Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi R/ mengetahui
keadaa mental pasien untuk maengontrol emosi pasien untuk menghindari
kinerja jantung meningkat.
3) Catat warna kulit dan kualitas nadi R/ mengetahui apakah terjadi kekurangan
oksigen pada jaringan.
4) Auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung, dengarkan murmur R/ mengetahui
kenormalan bunyi jantung.
5) Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama priode akut R/
memberikan istrahat yang bermutu pada pasien.
6) Berikan waktu istirahat adekuat R/ supaya pasien mendapatkan istrahat yang
cukup.
7) Bantu dalam melakukan aktifitas R/ mengurangi aktifitas yang bisa memicu
kerja jantung yang berat.
8) Dorong pelaporan cepat adanya nyeri untuk upaya pengobatan sesuai
indikasi R/ melakukan tindakan yang tepat secepatnya.
9) Pantau dan catat efek/kerugian respon obat, catat TD, frekuensi jantung dan
irama( Khususnya bila memberikan kombinasi kalsium, beta bloker, dan
nitras ) R/ dokumentasi untuk masa yang akan dating dan mencari obatt yang
cocok dengan kondisi yang dialami pasien.
10) Kaji tanda-tanda dan gejala PJK R/ mengetahui tingkat kematian jaringan.
9
11) Kolaborasi dengan dokter R/ konsultasi tindakan yang akan dilakukan dan
resep yang sesuai dengan keadaan pasien.
c. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan ancaman terhadap
konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kecemasan hilang/teratasi
Kriteria hasil: klien mengatakn cemas berkurang/hilang setelah diberikan
penjelasan tentang penyakitnya.
Intervensi :
1) Jelaskan tujuan tes dan prosedur contoh tes stress R/ memberikan penjelasan
atas tindakan dan tujuan dari tindakan yang dilakukan sehinggapasien tidak
cemas..
2) Dorong keluarga atau teman untuk menganggap pasien seperti sebelumnya
R/ agar pasien tetap memiliki rasa percaya diri akan keadaannya, dan mau
mengikuti semua perawatan.
3) Beritahu pasien program medis untuk menurunkan/membatasi serangan akan
datang dan meningkatkan stabilitas jantung R/ agar pasien tidak merasa
cemas atas semua program medis yang akan dilakukan,dan bisa
mengikutinya.
4) Berikan sedative atau tranquilizer sesuai indikasi R/ mengurangi rasa nyeri
yang bisa meningkatkan rasa cemas pasien.
10
1. Kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir
keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptur limpa, dan kehamilan ektopik
terganggu.
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan
darah yang besar. Misalnya : fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml
perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada: Gastrointestinal :
peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis, Renal : terapi diuretik, krisis
penyakit addison Luka bakar (kombutsio) dan anafilaksis
2.3.3 Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.
Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan
jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup
besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau
singkat. Syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa
menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan
aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi : karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang
esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah
otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70
mmHg.
4. Oliguria : produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.
11
2.3.4 Patofisiologi
Syok hipovolemik dapat disebabkan kehilangan cairan eksternal seperti
hemoragi, atau perpindahan cairan internal seperti pada dehidrasi hebat, edema
berat, atau asites. Volume intravaskular dapat menurun baik melalui kehilangan
cairan dan perpindahan cairan antara kompartemen intravaskular dan interstisial.
Urutan peristiwa dalam syok hipovolemik dimulai dengan penurunan dalam
volume intravaskular. Hal ini diakibatkan oleh penurunan arus balik darah vena
ke jantung dan akibat lanjut penurunan pengisian ventrikular. Penurunan
pengisian ventrikular mengakibatkan penurunan volume sekuncup (jumlah darah
yang dipompakan dari jantung) dan penurunan curah jantung. Ketika curah
jantung menurun, tekanan darah juga turun, dan jaringan tidak dapat diperfusi
secara adekuat (Smeltzer & Bare 2001, h.303).
2.3.5 Asuhan Keperawatan
a) Data umum : berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur,
jenis kelamin, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS
b) Pengkajian Primer :
1. Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau
obstruksi, serta kaji bunyi nafas tambahan
2. Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada
klien, bentuk dada, atau adanya bantuan pernafasan
3. Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji
Capillary Refill Time (CRT)
4. Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran, adanya ganggun
verbal, motorik dan sesorik serta refleks pupil.
c) Pengkajian Sekunder (13 Domain NANDA)
1. Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah
sakit, dan riwayat keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu,
riwayat pengobatan masa lalu, kemampuan mengontrol kesehatan, faktor
sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesehatan, riwayat
pengobatan sekarang.
2. Nutrisi, melakukan pengkajian antropometri (Tinggi badan, berat badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,Indeks Massa Tubuh),
Biochemical (data laboratorium yang abnormal), Clinical (tanda-tanda
klinis integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap
12
makanan yang diberikan selama di RS), Energi (kemampuan beraktivitas
selama dirawat), Factor (penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola
asupan cairan, jumlah intake dan output, penilaian status cairan (balance
cairan), pemeriksaan abdomen.
3. Eliminasi, mengkaji pola pembuangan urine, riwayat kandung kemih,
pola urine, distensi kandung kemih, sistem gastrointestinal (konstipasi
dan faktor penyebab, pola eliminasi)
4. Aktivitas dan Istirahat, mengkaji kebutuhan istirahat/tidur, aktivitas,
respons jantung, pulmonary respon, sirkulasi, riwayat hipertensi,
kelainan katup, bedah jantung, endokarditis, anemia, septik syok,
bengkak pada kaki, asites, takikardi, disritmia, atrial fibrilasi, prematur
ventricular contraction, bunyi S3 gallop, adanya bunyi CA, adanya
sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP, adanya nyeri dada,
sianosis, pucat,ronchi, hepatomegali
5. Persepsi dan Kognisi, mengkaji orientasi klien, sensasi dan persepsi,
kemampuan komunikasi
6. Persepsi diri
7. Peranan Hubungan (Role Relationship) mengkaji pola interaksi dengan
orang lain atau kedekatan dengan anggota keluarga atau orang terdekat
8. Seksualitas, mengkaji masalah identitas seksual, masalah atau disfungsi
seksual
9. Mekanisme Koping/ Toleransi Stress
10. Nilai-Nilai Kepercayaan
11. Keamanan, mengkaji adanya alergi, penyakit autoimmune, tanda-tanda
infeksi, gangguan termoregulasi, gangguan/ komplikasi (akibat tirah
baring, proses perawatan, jatuh, obat-obat, penatalaksanaan)
12. Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa
tidak nyaman lainnya serta gejala-gejala yang menyertai Pertumbuhan
dan Perkembangan.
d) Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d posisi tubuh yang menghambat expensi
paru
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit
13
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
e) Intervensi Keperawatan
14
- Nyeri dada ( 5 )
- Ronkhi paru ( 5 ) 3. Menejemen syok
- nadi lemah dan halus - Monitor Tanda-
(5) Tanda Vental
- meningkatnya laju - Posiskan pasien
nafas ( 5 ) untuk mendapatkan
- lesu ( 5 ) perfusi jaringan
- monitor tekanan
oksimetri
- berikan oksigen
atau ventilasi
mekanaik
- monitor EKG
- ambil gas darah
arteri dan monitor
oksigenasis
- monitor timbulnya
gejala gagal nafas.
15
(5) nyeri
2. tanda- - berikan
tanda vital obat antiplatelet
- suhu tubuh ( 5) atau antikoalegin
- denyut jantung dengan cara yang
apical ( 5 ) tepat.
- irama jantung 3. Monitor
apical ( 5 ) Tanda –Tanda
- denyut nadi vital
radial ( 5 ) - Suhu
- Tingkat - nadi
pernafasan ( 5 ) - Tekana
- Kedalam Darah
Inspirasi ( 5 ) - RR
16
(5) pemberian injeksi
2. Hidrasi 3. Menejmen
- Turgor Kulit (5) Cairan
- Membran - timbang
Mukosa Lembab (5) berat badan setiap
- Intake Cairan hari
(5) - hitung atau
- Out Pun Cairan timbang popok
(5) - masukan
- Perfusi jaringan kateter urine
(5) - monitor
- Fungsi Koqnisi status hidrasi
(5) - kaji luas
- Serum Sodium edema jika da
(5) - berikan
terapi IV
- Rahakan
apsien
mengunnganakn
NPO
- distribusika
n cairan selam 24
jam
- monitor
status gizi
- berikan
deuretik yang di
resepkan.
17
Shock kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang
berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya
disebabkan oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi
perifer yang menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Tjokronegoro, A., dkk, 2003).
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau
gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang
luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan
curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital
(jantung, otak, ginjal). Derajat syok sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri.
Meskipun syok kardiogenik biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI,
namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan
disritmia. (Brunner & Suddarth, 2001)
2.4.2 Etiologi
1. Gangguan kontraktilitas miokardium.
2. Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik
3. Infark miokard akut ( AMI)
4. Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary,ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-
infark yang lebih kecil
5. Valvular stenosis
6. Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7. Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya )
8. Trauma jantung
9. Temponade jantung akut
10. Komplikasi bedah jantung
2.4.3 Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung
pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah
koroner berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya pada otot jantung
yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard pada fase
awal, namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard.
Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi
18
yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok, metabolisme yang pada
fase awal sudah mengalami perubahan pada kondisi anaerob akan semakin
memburuk sehingga produksi asam laktat terus meningkat dan memicu
timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun tertekan yang menjalar sampai
leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari penimbunan
asam laktat yang tinggi pada darah. Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok
otot jantung semakin kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa
darah. Penurunan jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac
output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay darah
maupun O2 sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi
penurunan kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot
jantung dengan meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada penurunan
tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas
ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang berdampak pada
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini pengaktifan system
rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi air dan natrium
menyebabkan produksi urine berkurang( Oliguri < 30ml/ jam) . Penurunan
kontraktilitas miokard pada fase syok yang menyebabkan adanya peningkatan
residu darah di ventrikel, yang mana kondisi ini akan semakin memburuk pada
keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan
bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah
dan akhirnya memperberat kondisi edema paru
2.4.4 Manifestasi Klinis
Keluhan Utama Syok Kardiogenik :
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3. Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik :
1. Tensi turun < 80-90 mmHg.
2. Takipneu dan dalam.
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
19
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10. Perubahan mental.
2.4.5 Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmia
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli
1. EKG
Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola.
2. ECG
Mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada
Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan
tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji
potensi arteri koroner.
6. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
20
8. AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung
Meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya infark
miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH).
21
batuk terus – menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin
bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas;
mungkin tidak terdengar dengan crakles dari basilar dan mengi peningkatan
frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral
dingin.
2. Diagnosa
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai
dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out put
menurun, sianosis, edema (vena).
c. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme
reflek otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri dada,
dispnea, gelisah, meringis.
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley oksigen dan
kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai dengan kelelahan,
kelemahan, pucat.
3. Intervensi
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Setelah diberikan 1. Evaluasi 1. Respon pasien
efektif berhubungan asuhan keperawatan frekuensi berfariasi.
dengan pertukaran gas selama 3x 24 jam pernafasan dan Kecepatan dan
ditandai dengan sesak diharapkan pola kedalaman. Catat upaya mungkin
nafas, gangguan nafas efektif upaya pernafasan, meningkat
frekwensi pernafasan, contoh adannya karena nyeri,
batuk-batuk kriteria hasil : dispnea, takut, demam,
1. Klien tidak sesak penggunaan obat penurunan
nafas. bantu nafas, volume sikulasi
2. Frekueensi pelebaran nasal. (kehilangan
pernafasan darah atau
normal. cairan),
3. Tidak ada batuk- akumulasi
batuk. secret, hipoksia
§ atau distensi
gaster.
§ Penekanan
pernapasan
§ (penurunan
kecepatan)
dapat terjadi
dari pengunaan
analgesik
berlebihan.
Pengenalan
disini dan
22
pengobatan
ventilasi
abnormal dapat
mencegah
komplikasi.
2. Auskultasi
bunyi napas
ditujukan untuk
2. Auskultasi bunyi mengetahui
nafas. Catat area adanya bunyi
yang menurun napas tambahan.
atau tidak
adannya bunyi
nafas dan adannya
bunyi nafas 3. Meningkatkan
tambahan, contoh pengiriman
krekels atau oksigen ke paru-
ronchi. paru untuk
3. Kalaborasi kebutuhan
dengan beriakan sirkulasi,
tambahan oksigen khususnya
dengan kanula adanya
atau masker penurunan/
sesuai indikasi. gangguan
ventilasi.
§
2. Kalaborasi - Indikator perfusi
- Pantau data atau fungsi
laboratorium,cont organ
oh : GBA, BUN,
23
creatinin, dan - Dosis rendah
elektrolit heparin
- Beri obat sesuai mungkin
indikasi: heparin diberika secara
atau natrium profilaksis pada
warfarin pasien resiko
(coumadin). tinggi dapat
untuk
menurunkan
resiko
trombofleblitis
atau
pembentukan
trombusmural.
Coumadin obat
pilihan untuk
terapi anti
koangulan
jangka
panjang/pasca
pulang.
24
indikasi, suntikan
contoh: narkotik lain
analgesik, dapat dipakai
misalnya fase akut atau
morfin, nyeri dada
meperidin beulang yang
(demerol). tidak hilang
dengan
nitrogliserin
untuk
menurunkan
nyeri hebat,
memberikan
sedasi, dan
mengurangi
kerja miokard.
Hindari suntikan
IM dapat
menganggu
indikator
diagnostik dan
tidak diabsorsi
baik oleh
jaringan kurang
perfusi.
25
jantung dan
kebutuhan
3. Kaji presipitator oksigen, juga
atau penyebab meningkatkan
kelemahan, kelelahan dan
contoh kelemahan.
pengobatan, 3. Kelemahan
nyeri, obat. adalah efek
samping dari
beberapah obat
(beta bloker,
Trakuiliser dan
sedatif). Nyeri
dan program
penuh stress
juga
memerlukan
4. Evaluasi energi dan
peningkatan menyebabkan
intoleran aktivitas kelemahan.
4. Dapat
5. Berikan bantuan menunjukkan
dalam aktivitas meningkatan
perawatan diri dekompensasi
sesuai indikasi, jantung dari
selingi periode pada kelebihan
aktivitas dengan aktivitas.
periode istirahat. 5. Pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
6. Kalaborasi pasien tanpa
- Adakan mempengaruhi
program stress miokard
rehabilitasi atau kebutuhan
jantung atau oksigen
aktivitas berlebihan.
6. Peningkatan
bertahap pada
aktivitas
menghindari
kerja jantung
atau komsumsi
oksigen
berlebihan.
Penguatan dan
perbaikan fungsi
jantung dibawah
stress, bila
disfusi jantung
tidak dapat
26
membaik
kembali.
2.5.4 Patofisiologi
Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-antibodi
dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5 yang
melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh yang
merupakan mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah yang mendadak sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit
melalui endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga
menyebabkan hipotensi,peningkatan hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan
pada rongga serosa. Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma
dapat berkurang sampai kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 – 48 jam.
27
Renjatan hipovolemia ini bila tidak ditangani segera akan berakibat anoksia
jaringan,asidosis metabolic sehingga terjadi pergeseran ion kalsium dari intraseluler ke
extraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh penurunan kontraksi otot jantung dan venous
pooling sehingga lebih memperberat kondisi renjatan/shock. Selain itu kematian
penderita DSS ialah perdarahan hebat saluran pencernaan yang biasanya timbul
setelah renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi secara adekuat. Terjadinya
perdarahan ini disebabkan oleh:
- Trombositopenia hebat,dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dna
mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
- Gangguan fungsi trombosit
- Kelainan system koagulasi,masa tromboplastin partial,masa protrombin memanjang
sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin normal,beberapa
factor pembekuan menurun termasuk factor ,V,VII,IX,X,dan fibrinogen.
- DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi
Pada masa dini DBD peranan DIC tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan
perembesan plasma, namun apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan
dan asidosis metabolic maka renjatan akan mempercepat kejadian DIC sehingga
peranannya akan menonjol. Renjatan dan DIC saling mempengaruhi sehingga kejadian
renjatan yang irreversible yang disertai perdarahan hebat disemua organ vital dan
berakhir dengan kematian.
2.5.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi berupa syok berulang, kegagalan pernafasan akibat
edema paru atau kolaps paru, efusi pleura, acssites, ensefalopati dengue, kegagalan
jantung dan sepsis.
28
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang
badan, usia)
2) Pemeriksaan per system
- Sistem persepsi sensori :
• Penglihatan : edema palpebra, air mata ada/tidak, cekung/normal
• Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, tidak lembab/kering
- Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing
- Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping
hidung, odem pulmo, krakles
- Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat/tak teraba,
kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, epistaksis, sianosis perifer,
nyeri dada
- Sistem gastrointestinal :
• Mulut : membrane mukosa lembab/kering, pendarahan gusi
• Perut : turgor, kembung/meteorismus, distensi, nyeri, asites,
lingkar perut
• BAB : warna (merah, hitam), volume, bau, konsistensi, darah,
melena
- Sistem integument : petekie, ekimosis, kulit kering/lembab,
adakah pendarahan bekas tempat injeksi
- Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
Gejala klinis didapatkan :
a. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas,
manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau
mudah memar, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat derajat I disertai perdarahan
spontan dibawah kulit seperti ptekhie, hematoma dan perdarahan dari
tempat lain.
c. Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditambah dengan
terdapat kegagalan sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah atau hipotensi,
disertai kulit dingin dan sembab atau gelisah.
d. Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah
dengan renjatan yang berat ditandai tekanan darah tidak terukur dan nadi
tidak teraba.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Dengue Shock
Syndrome meliputi :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia)
2. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan permeabilitas membran
meningkat
3. Hypovolemia berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler
4. Deficit nitrisi berhubungan dengan intake in adekuat
29
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermia
…x
b.d proses 1. Identifikasi penyebab hipertermia
24 jam diharapkan hipertensi dapat
infeksi virus (misalnya dehidrasi, terpapar lingkungan
teratasi dengan kriteria hasil :
dengue panas, penggunaan incubator )
1. Klien tidak
(viremia) 2. Monitor suhu tubuh
mengigil 2.Klien
3. Longgarkan dan lepaskan pakaian
tidak kejang
4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
3.Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
o
37,5 C)
jika mengalami hyperhidrosis (keringat
4.Kulit terasa hangat
berlebihan
6. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
7. Anjurkan tirah baring
8. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena jika perlu
2 Resiko syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen syok hipovolemik
hipovolemik
…x 24 jam diharapkan Resiko syok 1. Monitor status kardiopulmonal
b.d
hipovolemik dapat teratasi dengan ( frekuaensi dan kekuatan nadi, frekuensi
membran 1. Kekuatan nadi tidak lemah 2. Monitor status cairan (masukan dan
30
b.d …x 24 jam diharapkan kekurangan
1.Periksa tanda dan gejala hypovolemia
perpindahan volume cairan dapat teratasi dengan
(mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
cairan dari kriteria hasil :
teraba lemah, tekanan darah menurut,
intravaskuler 1. Klien tidak dehidrasi
tekanan nadi menyempit, turgor kulit
ke 2. Turgor kulit elastis
menurun, membrane mukosa kering,
ekstravaskule 3. Cairan masuk dan cairan keluar
volume urine menurun, hematocrit
balance
R
meningkat, haus, lemah)
4. Membrane mukosa lembab
2.Hitung kebutuhan cairan
3.Berikan posisi midified
Trendelenburg 4.Berikan
asupan cairan oral
5.Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
6.Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(NaCl, RL) 7.Kolaborasi pemberian produk
darah
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
b.d intake in …x 24 jam diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi
adekuat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 2. Identifikasi makanan yang disukai
kebutuhan dapat teratasi dengan kriteria 3. Minitor asupan makanan
hasil : 4. Monitor berat badan
1. IMT dalam rentang normal 5. Identifikasi perlunya pengguanaan selang
NGT
2. Porsi makan yang dihabiskan
meningkat 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan
3. Bising usus normal 7. Fasilitasi menentukan pedoman diet
4. Tidak terdapat nyeri diabdomen 8. Berikan suplemen makanan
5. Klien tidak sariawan 9. Anjurkan posisi duduk jika mampu
10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan jika perlu
31
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi pemompaan
jantung dan hilangnya tekanan darah arteri.
Coronary Artery Disease atau Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau
penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung.
Syok hipovolemik diinduksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi secara
langsung karena perdarahan hebat atau tudak langsung karena hilangnya cairan yang
berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin berlebihan, atau keringat
berlebihan).
Shock kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang
berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan
oleh perfusi jarigan yang buruk.
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria DBD
disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah kelanjutan
dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus dengue, derajat
paling berat, yang berakibat fatal
3.2 Saran
Pada pembahasan ini tentang asuhan keperawatan pada sistem kardiovaskular,
betapa pentingnya benar-benar diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
peningkatan pengetahuan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2005). Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan
kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Dignosa Medis dan Nanda NIC NOC Edisi Revisi . Jogjakarta:
Mediaction
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI
33