Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CARDIAC ARREST
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Oleh Kelompok 9 :

1. Fadlilatul Qo’ Imah (2002012941P)


2. Riri Kusuma Wati (2002012922P)
3. Satria Budi Pramana (2002012925P)

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan
cardiac arrest pada mata kuliah keperawatan gawat darurat.

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
Terima kasih.

Lamongan, 22 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB 1 :PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………... 1
1.3. Tujuan..................................................................................... 2
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1..Definisi Cardiac Arrest………………………………........... 3
2.2..Faktor Predisposisi Cardiac Arrest…………………………. 3
2.3..Tanda – Tanda Cardiac Arrest……………………………… 4
2.4..Etiologi Cardiac Arrest……………………………………... 4
2.5..Patofisiologi Cardiac Arrest……………………………........ 5
2.6..Komplikasi Cardiac Arrest…………………………………. 5
2.7..Proses Terjadinya Cardiac Arrest………………………....... 5
2.8..Penatalaksanaan Cardiac Arrest……………………………. 6
2.9..Pemeriksaan Penunjang Cardiac Arrest…………………….. 7
BAB 3 : ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian............................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................... 11
3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………….. 11
3.4 Implementasi………………………………………………... 13
3.5 Evaluasi …………………………………………………….. 13
BAB 4 : PENUTUP
4.1. Kesimpulan………………………………………………... 14
4.2. Saran ……………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Henti jantung berdasarkan The Pediatric Utstein Guidline adalah terhentinya
aktivitas mekanik jantung yang ditentukan oleh tidak adanya respon dari perabaan
pada denyut nadi sentral, dan henti nafas. Penyebab henti jantung yang paling umum
adalah gangguan listrik di dalam jantung. Jantung memiliki sistem konduksi listrik
yang mengontrol irama jantung tetap normal.
Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang
abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat berdetak
terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika aritmia
terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi.
Henti jantung yang lama akan menyebabkan tidak adekuatnya Cerbral Perfusion
Pressure (CPP) yang selanjutnya akan berdampak pada kejadian iskemik yang
menetap dan infark kecil di suatu bagian otak. Pemberian penanganan segera pada
henti nafas dan jantung berupa Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) akan
berdampak langsung pada kelangsungan hidup dan komplikasi.
Resusitasi jantung paru yang segera dilakukan dengan efektif berhubungan
dengan kembalinya sirkulasi spontan dan kesempurnaan pemulihan neurologis. Hal
ini disebabkan karena ketika jantung berhenti, oksigenasi juga akan berhenti sehingga
akan menyebabkan kematian sel otak yang tidak akan dapat diperbaiki walaupun
hanya terjadi dalam hitungan detik sampai beberapa menit .

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi cardiac arrest ?
2. Apa saja faktor predisposisi cardiac arrest ?
3. Apa saja tanda – tanda cardiac arrest ?
4. Apa saja etiologi dari cardiac arrest ?
5. Bagaimana patofisiologi dari cardiac arrest ?

1
6. Apa saja komplikasi dari cardiac arrest ?
7. Bagaimana proses terjadinya cardiac arrest ?
8. Bagaimana penatalaksanaan cardiac arrest ?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang cardiac arrest ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi cardiac arrest.
2. Untuk mengetahui faktor predisposisi cardiac arrest.
3. Untuk mengetahui tanda – tanda cardiac arrest.
4. Untuk mengetahui etiologi dari cardiac arrest.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari cardiac arrest.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari cardiac arrest.
7. Untuk mengetahui proses terjadinya cardiac arrest.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan cardiac arrest.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang cardiac arrest.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Cardiac Arrest


Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit
jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan
sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah
penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantunguntuk berkontraksi
secara efektif.
Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif,
mengakibatkan penghentian sirkulasi (Muttaqin, 2009).
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi
pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya serangan
jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida terhenti,
metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosis metabolik dan
respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi langsung dari resusitasi
jantung paru diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan jantung, paru-
paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara
mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung
untuk berkontraksi secara efektif.

2.2. Faktor Predisposisi Cardiac Arrest


Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan
mempuyai resiko tinggi terkena cardiac arrest dengan keadaan sebagai berikut :
1. Ada jejas dijantung akibat dari serangan jantung terdahulu

3
2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy)
3. Riwayat penggunaan obat – obatan jantung
4. Kelistrikan jantung yang tidak normal (sindroma gelombang QT yang
memanjang)
5. Pembuluh darah yang tidak normal.

2.3. Tanda – Tanda Cardiac Arrest


Tanda-tanda cardiac arrest menurut ambulans gawat darurat 118 (2010) yaitu:
1. Ketiadaan respon ; pasien tidak berespons terhadap rangsangan suara,
tepukan dipundak ataupun cubitan
2. Ketiadaan pernapasan normal ; tidak terdapat pernafasan normal ketika
jalan nafas pernafasan dibuka.
3. Tidak teraba denyut nadi diarteri besar (karotis femoralis radialis)

2.4. Etiologi Cardiac Arrest


1) Terhentinya system pernafasan secara tiba-tiba yang dapat disebabkan
karena :
 Penyumbatan jalan nafas : aspirasi cairan lambung atau benda asing.
 Sekresi air yang terdapat dijalan nafas, seperti pada saat tenggelam,
edema paru, lender yang banyak.
 Depresi susunan saraf pusat yang disebabkan karena obat-obatan, racun,
arus listrik tegangan tinggi, hipoksia berat, edema otak.
2) Terhentinya peredaran darah secara tiba-tiba yang disebabkan : Hipoksia,
asidosis, hiperkapnia karena penyakit paru atau karena henti pernafasan
secara tiba-tiba.
3) Terganggunya fungsi sistem saraf, yang terjadi sebagai akibat terganggunya
sistem pernafasan dan peredaran darah.

4
2.5. Patofisiologi Cardiac Arrest
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat
dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ – organ tubuh akan
mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak.
Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban
kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin
terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan
terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden Cardiac Death).

2.6. Komplikasi
1. Hipoksia jaringan ferifer
2. Hipoksia Cerebral
3. Kematian

2.7. Proses Terjadinya Cardiac Arrest


Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia:
ventrikel fibrilasi (VF), ventrikel takikardi (VT), aktifitas listrik tanpa nadi
(PEA), dan asistol (diklat ambulans gawat darurat 118, 2010).
1. Ventrikel Fibrilasi (VF)
Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian
mendadak pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi
kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan
yang harus segra dilakukan adalah CPR dan DC shock atau defebrilasi.
2. Ventrikel Takikardi (VT)
Mekanisme penyebab terjadinya ventrikel takikardi biasanya karena
adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) apapun akibat adanya
gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan mnyebabkan fase
pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya pengisian darah ke
ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan

5
keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih
diutamakan pada kasus VT dengan gangguan hemodinamik sampai terjadi
henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan
menggunkan DC shock dan CPR adalah pilihan utama
3. Pulseless Eletrical Activity (PEA)
Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan
kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga
tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR
adalah tindakan yang harus segera dilakukan
4. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada
jantung, dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus.
Pada kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.

2.8. Penatalaksanaan
Penanganan henti jantung dilakukan untuk membantu menyelamatkan pasien /
mengembalikan fungsi cardiovascular. Adapun prinsip – prinsipnya yaitu sebagai
berikut :
1. Tahap I :
a. Berikan bantuan hidup dasar
b. Bebaskan jalan nafas, seterusnya angkat leher / topang dagu.
c. Bantuan nafas, mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke alat bantuan
nafas.
d. Jika nadi tidak teraba, berikan 30 kali kompresi dada dan diikuti dua kali
bantuan napas.
2. Tahap II :
a. Bantuan hidup lanjut
b. Jangan hentikan kompresi jantung dan ventilasi paru
c. Langkah berikutnya :

6
a) Berikan adrenalin 0,5 – 1 mg (IV), ulangi dengan dosis yang lebih besar
jika diperlukan. Dapat diberikan Bic-Nat 1 mg/kg BB (IV) jika perlu.
Jika henti jantung lebih dari 2 menit, ulangi dosis ini setiap 10 menit
sampai timbul denyut nadi.
b) Pasang monitor EKG, apakah ada fibrilasi, asistole komplek yang aneh :
Defibrilasi : DC Shock
c) Pada ventrikel fibrilasi diberikan obat lidokain / xilokain 1 – 2 mg/kgBB
d) Jika asistole berikan vasopressor kaliumklorida 10% 3 – 5 cc selama 3
menit.
e) Petugas IGD mencatat hasil kegiatan dalam buku catatan pasien
f) Pasien yang tidak dapat ditangani di IGD akan dirujuk ke Rumah Sakit
yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.

2.9. Pemeriksaan Penunjang


1. Tes Diagnostik
a. Elektrokardiogram (EKG)
Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram (EKG).
Ketika dipasang EKG, sensor dipasang pada dada atau kadang-kadang di
bagian tubuh lainnya misalnya tangan dan kaki. EKG mengukur waktu
dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan
gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak
melakukan impuls listrik normal, EKG bisa menunjukkan bahwa
serangan jantung telah terjadi. EKG dapat mendeteksi pola listrik
abnormal, seperti interval QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko
kematian mendadak.
2. Tes darah
a. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika
jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu

7
sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-
enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan jantung.
b. Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-elektrolit
yang ada pada jantung, di antaranya kalium, kalsium, magnesium.
Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan cairan tubuh yang
membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada
elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
c. Tes Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk
menginduksi aritmia, termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut
merupakan obat-obatan terlarang.
d. Tes Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini
sebagai pemicu cardiac arrest.
3. Imaging tes
a. Pemeriksaan Foto Thorax
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta pembuluh
darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang terkena gagal
jantung.
b. Pemeriksaan nuklir
Biasanya dilakukan bersama dengan tes stres, membantu
mengidentifikasi masalah aliran darah ke jantung. Radioaktif yang dalam
jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan ke dalam aliran darah.
Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan radioaktif mengalir
melalui jantung dan paru-paru.
c. Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi
apakah daerah jantung telah rusak oleh cardiac arrest dan tidak memompa

8
secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada
kelainan katup.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
CARDIAC ARREST

3.1 Pengkajian
A. General  Impressions
 Kondisi secara umum GCS 9 ( apatis )
 Tiba-tiba mengeluh merasa sesak, dada terasa nyeri tangan kiri dan kaki
kiri terasa lemas
 Mengalami disorientasi waktu , tempat dan orang
B. Pengkajian Airway
 Pasien tidak dapat berbicara dan gangguan napas
 Terdapat tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan napas antara lain hipoksia ,
penggunaan otot bantu pernapasan dan
 sianosis
C. Pengkajian Breathing ( Pernapasan )
 Sianosis
 Menggunakan otot aksesoris saat bernapas
 Napas dangkal
 Nadi perifer lemah
 Peningkatan nadi jugularis
D. Pengkajian sirkulasi
 Tekanan nadi terasa lemah
 Warna kulit pucat/sianosis
 Punggung kuku pucat atau sianotik dan pengisian kapiler lambat >2 detik
E. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities (Dikaji dengan
menggunakan skala AVPU) :
a) Alert : merespon suara dengan tepat , pasien tidak mematuhi perintah yang
diberikan

10
b) Vocalises : mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
c) Pain : ekstremitas gagal merespon
d) Unresponsive to pain : hanya merespon pada stimulus nyeri
F. Expose , Examine dan Evaluate
 Terdapat pembesaran JVP
 Terdapat odem ekstremitas
 Tampak gelisah

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Afterload (SDKI : D.0008)
2. Gangguan Sirkulasi Spontan b.d Abnormalitas Kelistrikan Jantung (SDKI : D.
0007)
3. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (SDKI :
D.0003)

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Afterload (SDKI : D.0008)
Kriteria hasil (SLKI) :
(1)Kekuatan Nadi Perifer Meningkat
(2)Takikardi Menurun
(3)Tekanan Darah Membaik
(4)Capillary Refill Time (CRT) Membaik
(5)Pucat / sianosis Menurun
(6)Central Venous Pressure (CVP) Membaik
Intervensi (SIKI):
(1)Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
(2)Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

11
(3)Monitor tekanan darah
(4)Monitor saturasi oksigen
(5)Monitor EKG 12 sadapan
(6)Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
(7)Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
2. Gangguan Sirkulasi Spontan b.d Abnormalitas Kelistrikan Jantung (SDKI : D.
0007)
Kriteria Hasil (SLKI) :
(1)Tingkat kesadaran meningkat
(2)Frekuensi nadi menurun
(3)Tekanan darah menurun
(4)Frekuensi napas menurun
(5)Suhu tubuh menurun
Intervensi Keperawatan (SIKI) :
(1)Periksa irama pada monitor setelah RJP 2 menit
(2)Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) hingga mesin defibrillator siap
(3)Siapkan dan hidupkan mesin defibrillator
(4)Pasang monitor EKG
(5)Pastikan irama EKG henti jantung (VF atau VT tanpa nadi)
(6)Hentikan RJP saat defibrillator siap
(7)Berikan syok dengan menekan tombol pada kedua paddle bersamaan
(8)Angkat paddle dan langsung lanjutkan RJP tanpa menunggu hasil irama
yang muncul pada monitor setelah pemberian defibrilasi
(9)Lanjutkan RJP sampai 2 menit.
3. Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (SDKI :
D.0003)
Kriteria Hasil (SLKI) :
(1)Tingkat kesadaran meningkat
(2)Dyspnea menurun
(3)Takikardia membaik

12
(4)Sianosis membaik
(5)Pola napas membaik
Intervensi Keperawatan (SIKI) :
(1)Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
(2)Monitor pola napas
(3)Monitor saturasi oksigen
(4)Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
(5)Dokumentasikan hasil pemantauan

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dan
merupakan tahapan dimana perawat merealisasikan rencana keperawatan ke
dalam tindakan keperawatan nyata, langsung pada klien. Tindakan keperawatan
itu sendiri merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi
pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya serangan
jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida terhenti,
metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosis metabolik dan
respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi langsung dari resusitasi
jantung paru diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan jantung, paru-
paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.
Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia:
ventrikel fibrilasi (VF), ventrikel takikardi (VT), aktifitas listrik tanpa nadi
(PEA), dan asistol.

4.2. Saran
Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai asuhan
keperawatan pada bayi dengan hiperbilirubinemia. Diharapkan pada mahasiswa
agar dapat melakukan asuhan keperawatan secara tepat dan sesuai dengan konsep
yang sudah didapatkan sehingga resiko yang terjadi dapat diminimalkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://officialncad.blogspot.com/2018/04/makalah-konsep-dasar-asuhan-
keperawatan.html. Diakses Tgl 21 September 2020.
Sri. 24 April 2017. https://id.scribd.com/document/346191463/Asuhan-
Keperawatan-Cardiac-Arrest. Diakses Tgl 22 September 2020.
EvyRismayaPutri.https://www.academia.edu/11143105/askep_gadar_dengan_h
enti_jantung.Diakses Tgl 22 September 2020.

15

Anda mungkin juga menyukai