Anda di halaman 1dari 28

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CARDIAC ARREST
dianjurkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat yang di ampu oleh Bapak Asep Novi, M.Kep.,Ners

Disusun oleh :
Pitriyani Solihah
NIM. 170711071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulisan
makalah yang berjudul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Teoritis Cardiac Arrest” ini dapat terselesaikan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat Bapak Asep Novi, M.Kep.,Ners yang telah
memberikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
memohon maaf atas segala kekurangan. Terimakasih.

Cirebon, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................3
2.1 Definisi Cardiac Arrest ( Henti Jantung ).....................................................3
2.2 Etiologi..........................................................................................................3
2.3 Faktor Resiko.................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis..........................................................................................5
2.5 Pathway.........................................................................................................7
2.6 Patofisiologi...................................................................................................8
2.6 Pemeriksaan penunjang.................................................................................9
2.7 Pencegahan..................................................................................................10
2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................17
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................24
3.1 Kesimpulan .................................................................................................24
3.2 Saran............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cardiac arrest atau henti jantung merupakan keadaan dimana berhentinya
fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum
didiagnosis menderita penyakit jantung. Penyebab terbesar dari henti jantung
adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung masih medominasi
peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia
World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 melakukan survey
yang menyimpulkan bahwa, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal (29%
dari jumlah kematian total) karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari
kematian 17,1 juta orang tersebut, diperkirakan 7,2 juta kematian disebabkan
oleh penyakit jantung koroner. Kasus penyakit jantung koroner meningkat
pada negara maju dan Negara berkembang dan diperkirakan pada tahun 2020
kasus penyakit jantung koroner sudah mencapai 82 juta kasus. Lebih dari 60%
beban kasus penyakit jantung koroner secara global terjadi di negara
berkembang (Mackay, 2004:13)
Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang
dilakukan oleh Balitbangkes pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
nasional penyakit jantung koroner sebesar 1,5%, sedangkan prevalensi untuk
kejadian henti jantung mendadak belum didapatkan. Namun hasil Riset
Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan data bahwa kematian yang disebabkan
oleh penyakit jantung mendapatkan porsi 4,6% dari 4.552 mortalitas dalam 3
tahun.
Untuk mengurangi angka kematian akibat henti jantung, maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang tepat dalam penanganan pasien henti jantung. Salah satu
penanganan yang dikembangkan adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP).
American Heart Asociation menyebutkan bahwa kejadian henti jantung
dapat terjadi di mana saja, penanganan RJP pada saat kejadian
dapat membantu mengurangi risiko kematian. Henti jantung dapat sangat

1
mematikan, namun ketika RJP dan defibrilasi dapat diberikan secepatnya,
dalam banyak kasus jantung dapat berdenyut kembali (AHA, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan cardiac arrest ?
2. Apa saja etilogi cardiac arrest ?
3. Apa saja faktor resiko cardiac arrest ?
4. Apa saja manifestasi klinis cardiac arrest ?
5. Bagaimana pathway cardiac arrest ?
6. Bagaimana patofisiologi cardiac arrest ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang cardiac arrest ?
8. Bagaimana pencegahan cardiac arrest ?
9. Bagaimana penatalaksanaan cardiac arrest ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan cardiac arrest ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi cardiac arrest
2. Mengetahui etilogi cardiac arrest
3. Mengetahui faktor resiko cardiac arrest
4. Mengetahui manifestasi klinis cardiac arrest
5. Mengetahui pathway cardiac arrest
6. Mengetahui patofisiologi cardiac arrest
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang cardiac arrest
8. Mengetahui pencegahan cardiac arrest
9. Mengetahui penatalaksanaan cardiac arrest
10. Mengetahui asuhan keperawatan cardiac arrest

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Cardiac Arrest ( Henti Jantung )


Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak. (American Heart
Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah
penghentian sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk
berkontraksi secara efektif.
Henti jantung (Cardiac Arrest ) adalah penghentian tiba-tiba fungsi
pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya
serangan jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
terhenti, metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosis
metabolik dan respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi langsung
dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan
jantung, paru-paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung
secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah yang
berfungsi memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif, Pada keadaan tersebut,
inisiasi langsung dari resusitasi jantung paru diperlukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan jantung, paru-paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.

2.2 Etiologi
Penyebab paling sering dari henti jantung adalah adanya gangguan fungsi
dan anatomi dari organ jantung. Dengan cardiac arrest akan berakibat aliran
darah yang efektif berhenti, hipoksia jaringan, metabolisme anaerobik, dan
terjadi akumulasi sisa metabolisme sell. Fungsi organ terganggu, dan

3
kerusakan permanen akan timbul, kecuali resusitasi dilakukan dalam hitungan
menit(tidak lebih dari 4 menit). Acidosis dari metabolisme anaerobik
menyebabkan vesodilatasi sistemik, vasokonstriksi pulmoner dan penurunan
respons terhadap katekolamin.
Cardiac arrest juga dapat disebabkan karena :
1. Terhentinya sistem pernafasan secara tiba-tiba yang dapat disebabkan oleh
a. Penyumbatan jalan nafas : aspirasi cairan lambung atau benda asing
b. Sekresi air yang terdapat di jalan nafas seperti pada saat tenggelam
edema paru dan lendir yang banyak
c. Depresi susunan saraf pusat yang disebabkan karena obat-obatan
racun harus listrik tegangan tegangan tinggi hip hop sia berarti demo
otak
d. Adanya kelainan katup jantung antara bilik kiri dan kanan serambi kiri
dan kanan otot jantung mengalami gangguan sehingga aliran menjadi
tidak optimal
2. Berhentinya peredaran darah secara tiba-tiba yang disebabkan karena
hipoksia, asidosis, hierkapnia, adanya penyakit paru atau karena henti
pernafasan secara tiba-tiba
3. Terganggunya fungsi sistem saraf yang terjadi sebagai akibat
terganggunya sistem pernafasan dan peredaran darah

2.3 Faktor Resiko


Iskandar (2008), mengatakan bahwa faktor risiko cardiac arrest adalah
Laki-laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena
cardiac arrest satu berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah
satu berbanding 24 orang. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko
henti jantung mendadak. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung,
seperti hipertensi, hiperkholesterolemia dan merokok memiliki peningkatan
risiko terjadinya cardiac arrest (Iskandar,2008).
Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan
mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest adalah dengan kondisi :

4
1. Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh
sebab lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena
sebab tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang
mengancam jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami
serangan jantung adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac
arrest pada pasien dengan penyakit jantung atherosclerotic.
2. Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab
(umumnya karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung)
membuat seseorang cenderung untuk terkena cardiac arrest.
3. Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena
beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti
aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat
cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect.
Pemakaian obat-obatan yang bisa mempengaruhi perubahan kadar
potasium dan magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretik)
juga dapat menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac
arrest.
4. Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak
normal seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma
gelombang QT yang memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada
anak dan dewasa muda.
5. Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri
koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada
dewasa muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan
aktifitas fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest
apabila dijumpai kelainan tadi.
6. Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama
terjadinya cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak
mempunyai kelainan pada organ jantung.

5
2.4 Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala pada pasien cardiac arrest yaitu :
1. Tidak sadar(pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-tiba)
2. Pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan terengah-engah
secara intermiten)
3. Sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga
4. Jika pernapasan buatan tidak segera di mulai,miokardium(otot
jantung)akan kekurangan oksigen yang di ikuti dengan henti napas.
5. Nyeri dada
6. Irama jantung tidak teratur
7. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa
atau brakialis pada bayi)

6
2.5 Pathway

Penyakit jantung Obat-obatan,


(hipertensi, infark Kelainan bawaan
merokok
miokard, aritmia )

Cardiac Arrest

Jantung kekurangan O2 Aliran darah ke jantung

Suplai O2 ke jaringan
tidak adekuat O2 dan nutrien Pompa jantung

Jaringan moikard Suplai O2 ke otak


Hipoksia cerebral Pembuluh darah iskemik tidak terpenuhi
mengalami
Penurunan vasokontriksi Jaringan moikard Gangguan
kesadaran iskemik perfusi
Gangguan cerebral
Disfungsi otot- metabolisme Suplai kebutuhan
otot pernapasan O2 ke jantung Intoleransi
Akral dingin tidak seimbang aktivitas
Ketidakefektifan
pola napas Gangguan Iskemia otot
perfusi jaringan jantung
perifer
Penurunan
curah jantung

7
2.6 Patofisiologi
Henti jantung timbul akibat terhentinya semua sinyal kendali listrik di
jantung, yaitu tidak ada lagi irama yang spontan. Henti jantung timbul selama
pasien mengalami hipoksia berat akibat respirasi yang tidak adequat. Hipoksia
akan menyebabkan serabut-serabut otot dan serabut-serabut saraf tidak
mampu untuk mempertahankan konsentrasi elektrolit yang normal di sekitar
membran, sehingga dapat mempengaruhi eksatibilitas membran dan
menyebabkan hilangnya irama normal.
Apapun penyebabnya, saat henti jantung maka akan mengalami
insufisiensi pernafasan yang menyebabkan hipoksia dan asidosis respiratorik.
Kombinasi hipoksia dan asidosis respiratorik menyebabkan kerusakan dan
kematian sel, terutama pada organ yang lebih sensitif seperti otak, hati, dan
ginjal, yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan otot jantung yang
cukup berat sehingga dapat terjadi henti jantung.
Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi
(syok) karena kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan distribusi
cairan dalam sistem sirkulasi. Kehilangan cairan tubuh atau darah bisa akibat
dari gastroenteritis, luka bakar, atau trauma, sementara pada gangguan
distribusi cairan mungkin disebabkan oleh sepsis atau anafilaksis. Organ-
organ kekurangan nutrisi esensial dan oksigen sebagai akibat dari
perkembangan syok menjadi henti jantung melalui kegagalan sirkulasi dan
pernafasan yang menyebabkan hipoksia dan asidosis. Sebenarnya kedua hal
ini dapat terjadi bersamaan.
Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti termasuk oksigenasi
ke otak. Hal tersebut, akan menyebabkan terjadi kerusakan otak yang tidak
bisa diperbaiki meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai menit.
Kematian dapat terjadi dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu,
tindakan resusitasi harus segera mungkin dilakukan.

8
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien cardiac arrest adalah :
1. Elektrokardiogram
Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram
(EKG). Ketika dipasang EKG, sensor dipasang pada dada atau kadang-
kadang di bagian tubuh lainnya misalnya tangan dan kaki. EKG mengukur
waktu dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan
gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak melakukan
impuls listrik normal, EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung
telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik abnormal, seperti interval
QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian mendadak.
2. Pemeriksaan Foto Thorax
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta
pembuluh darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang
terkena gagal jantung.
3. Pemeriksaan nuklir
Biasanya dilakukan bersama dengan tes stres, membantu
mengidentifikasi masalah aliran darah ke jantung. Radioaktif yang dalam
jumlah yang kecil, seperti thallium disuntikkan ke dalam aliran darah.
Dengan kamera khusus dapat mendeteksi bahan radioaktif mengalir
melalui jantung dan paru-paru.
4. Ekokardiogram
Tes ini menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambaran jantung. Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi
apakah daerah jantung telah rusak oleh cardiac arrest dan tidak memompa
secara normal atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada
kelainan katup.
5. Electrical system (electrophysiological) testing and mapping
Tes ini, jika diperlukan, biasanya dilakukan nanti, setelah
seseorang sudah sembuh dan jika penjelasan yang mendasari serangan
jantung belum ditemukan. Dengan jenis tes ini, mungkin mencoba untuk

9
menyebabkan aritmia,Tes ini dapat membantu menemukan tempat aritmia
dimulai. Selama tes, kemudian kateter dihubungkan dengan electrode yang
menjulur melalui pembuluh darah ke berbagai tempat di area jantung.
Setelah di tempat, elektroda dapat memetakan penyebaran impuls listrik
melalui jantung pasien. Selain itu, ahli jantung dapat menggunakan
elektroda untuk merangsang jantung pasien untuk mengalahkan penyebab
yang mungkin memicu atau menghentikan aritmia. Hal ini memungkinkan
untuk mengamati lokasi aritmia.
6. Ejection fraction testing
Salah satu prediksi yang paling penting dari risiko sudden cardiac
arrest adalah seberapa baik jantung mampu memompa darah.Ini dapat
menentukan kapasitas pompa jantung dengan mengukur apa yang
dinamakan fraksi ejeksi. Hal ini mengacu pada persentase darah yang
dipompa keluar dari ventrikel setiap detak jantung. Sebuah fraksi ejeksi
normal adalah 55 sampai 70 persen. Fraksi ejeksi kurang dari 40 persen
meningkatkan risiko sudden cardiac arrest.Ini dapat mengukur fraksi
ejeksi dalam beberapa cara, seperti dengan ekokardiogram, Magnetic
Resonance Imaging (MRI) dari jantung Anda, pengobatan nuklir scan dari
jantung Anda atau computerized tomography (CT) scan jantung.
7. Coronary catheterization (angiogram)
Pengujian ini dapat menunjukkan jika arteri koroner terjadi
penyempitan atau penyumbatan. Seiring dengan fraksi ejeksi, jumlah
pembuluh darah yang tersumbat merupakan prediktor penting sudden
cardiac arrest. Selama prosedur, pewarna cair disuntikkan ke dalam arteri
hati Anda melalui tabung panjang dan tipis (kateter) yang melalui arteri,
biasanya melalui kaki, untuk arteri di dalam jantung. Sebagai pewarna
mengisi arteri, arteri menjadi terlihat pada X-ray dan rekaman video,
menunjukkan daerah penyumbatan. Selain itu, sementara kateter
diposisikan,mungkin mengobati penyumbatan dengan melakukan
angioplasti dan memasukkan stent untuk menahan arteri terbuka.

10
8. Tes darah
a. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika
jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat
memicu sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk
mengetahui enzim-enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi
serangan jantung.
b. Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-
elektrolit yang ada pada jantung, di antaranya kalium, kalsium,
magnesium. Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan cairan
tubuh yang membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak
seimbangan pada elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan
sudden cardiac arrest.
c. Test Obat
Pemeriksaan darah untuk bukti obat yang memiliki potensi untuk
menginduksi aritmia, termasuk resep tertentu dan obat-obatan tersebut
merupakan obat-obatan terlarang.
d. Test Hormon
Pengujian untuk hipertiroidisme dapat menunjukkan kondisi ini
sebagai pemicu cardiac arrest.

2.8 Pencegahan
Pencegahan henti jantung mendadak yaitu :
1. Pengaturan pola makan sehat gizi simbang
2. Olahraga secara teratur seperti berjalan. naik sepeda minimal tiga kali
seminggu dan maksimal 5 kali dengan durasi 30 sampai 60 menit
3. Berenang
4. Berhenti merokok
5. Pengaturan tekanan darah, kadar kolesterol darah, dan kadar gula darah

11
6. Pengaturan obat-obat jantung secara teratur dan bila perlu penggunaan alat
implantable cardioverter defibrillator (ICD)
7. Melakukan medical check up secara teratur
8. Manajemen stres yakni menghindari stres atau mengelola nya agar tidak
menjadi masalah kesehatan.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien henti jantung yaitu :
1. Terapi
Henti jantung dapat terjadi setiap saat di dalam atau di luar rumah
sakit,sehingga pengobatan dan tindakan yang cepat serta tepat akan
menentukan prognosis 30-45 detik. Sesudah henti jantung terjadi akan
terlihat dilatasi pupil dan pada saat ini harus di ambil tindakan berupa
sirkulasi artifisial yang menjamin peredaran darah yang mengandung
oksigen dengan melakukan :
a. Masase jantung.
Pasien ditidurkan pada tempat tidur yang datar dan keras,kemudian
dengan telapak tangan di tekan secara kuat dan keras sehingga jantung
yang terdapat di antara sternum dan tulang belakang tertekan dan
darah mengalir ke arteria pumonalis da aorta. Masase jantung yang
baik terlihat hasilnya dari terabanya kembali nadi arteri-atreri besar
sedangkan pulihnya sirkulasi ke otak dapat terlihat pada pupil yang
menjadi normal kembali.
b. Pernapasan buatan.
Mula-mula bersihkan saluran pernapasan,kemudian ventilasi di
perbaiki dengan pernapan mulut ke melut/inflating bags atau secara
endotrakheal. Ventilasi yang baik dapat di ketahui bila kemudian
tampak ekspansi dinding thoraks pada setiap kali inflasi di lakukan
dan kemudian juga warna kulit akan menjadi normal kembali.

12
2. Memperbaiki irama jantung yaitu dengan cara
a. defibrilasi, yaitu bila kelainan dasar henti jantung ialah fibrilasi
ventrikel
b. Obat-obatan:infus norepinefrin 4 mg/1000ml larutan atau vasopresor
dan epinefrin 3 ml 1:1000 atau kalsium klorida secara intra kardial
(pada bayi di sela iga IV kiri dan pada anak dibagian yang lebih
bawah) untuk meninggikan tonus jantung, sedangkan asidosis
metabolik diatasi dngn pemberian sodium bikarbonat.bila di takutkan
fibrilasi ventrikel kambuh,makapemberian lignokain 1% dan kalium
klorida dapat menekan miokard yang mudah terangsang. Bila nadi
menjadi lambat dan abnormal,maka perlu di berikan isoproterenol.
3. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Langkah – langkah Resusitasi Jantung Paru adalah :
a. Periksa Kesadaran
Panggil pasien dengan suara keras dan jelas atau panggil nama
pasien, lihat apakah pasien bergerak atau memberikan respon. Jika
tidak bergerak berikan stimulasi dengan menggerakkan bahu pasien.
Pada pasien yang sadar, dia akan menjawab dan bergerak. Lalu
melihat apakah pasien tidak bernapas atau bernapas tidak normal
(gasping). Apabila pasien tidak merespons dan tidak bernapas atau
bernapas tidak normal, harus dianggap bahwa pasien mengalami henti
jantung.
b. Posisi Pasien
Pada pasien yang tidak sadar, tempatkan pasien pada tempat yang
datar dan keras dengan posisi terlentang pada tanah, lantai atau meja
yang keras. Jika harus membalikkan posisi, maka lakukan seminimal
mungkin gerakan pada leher dan kepala (posisi stabil miring).
c. Pemeriksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan denyut nadi pada orang dewasa dapat dilakukan
dengan merasakan arteri karotis. Lama pemeriksaan tidak boleh lebih
dari 10 detik, jika penolong secara definitive tidak dapat merasakan

13
pulsasi dalam periode tersebut, kompresi harus segera dilakukan.
Cek nadi dilakukan secara simultan bersamaan dengan penilaian napas
pasien, jika pernapasan tidak normal atau tidak bernapas tetapi
dijumpai denyut nadi, berikan bantuan napas setiap 5-6 detik.
Nadi pasien diperiksa setiap 2 menit. Hindari bantuan napas yang
berlebihan, selama RJP direkomendasikan dengan volume tidal 500-
700 mL, atau terlihat dada mengembang. Mengaktifkan Sistem
Respons Emergensi Jika pasien tidak menunjukkan respons dan
tidak bernapas atau bernapas tidak normal (gasping) maka perintahkan
orang lain untuk mengaktifkan sistem emergensi dan
mengambil AED jika tersedia. Informasikan secara jelas lokasi
kejadian, kondisi, jumlah korban, nomor telepon yang dapat
dihubungi, dan jenis kegawatannya. Bila pasien bernapas normal, atau
bergerak terhadap respons, usahakan mempertahankan posisi seperti
saat ditemukan atau posisikan dalam posisi recovery, panggil bantuan,
sambil memantau tanda-tanda vital korban secara terus-menerus
sampai bantuan datang.
d. Mulai Siklus Kompresi Dada dan Bantuan Napas
Kompresi dada yang efektif sangat penting untuk mengalirkan
darah dan oksigen selama RJP. Kompresi dada terdiri dari aplikasi
tekanan secara ritmik pada bagian sternum setengah bawah. Tindakan
kompresi dada ini akan menyebabkan aliran darah naik akibat naiknya
tekanan intratorak dan kompresi langsung pada jantung. Hal ini sangat
penting untuk menghantarkan oksigen ke otot jantung dan otak, dan
dapat meningkatkan keberhasilan tindakan defibrilasi.
Kompresi Dada Posisi penolong jongkok dengan lutut di samping
korban sejajar dada pasien. Letakkan pangkal salah satu tangan pada
pusat dada pasien, letakkan tangan yang lain di atas tangan pertama,
jari-jari kedua tangan dalam posisi mengunci dan pastikan bahwa
tekanan tidak di atas tulang iga korban. Jaga lengan penolong dalam
posisi lurus. Jangan melakukan tekanan pada abdomen bagian atas

14
atau ujung sternum. Posisikan penolong secara vertikal di atas dinding
dada pasien, berikan tekanan ke arah bawah, sekurangkurangnya 5
cm. Gunakan berat badan penolong untuk menekan dada dengan
panggul berfungsi sebagai titik tumpu. Setelah kompresi dada,
lepaskan tekanan dinding dada secara penuh, tanpa melepas kontak
tangan penolong dengan sternum korban (full chest recoil), ulangi
dengan kecepatan minimum 100 kali per menit. Durasi
kompresi dan release harus sama.
Kriteria High Quality RJP antara lain:
- Tekan cepat (push fast ) Berikan kompresi dada dengan frekuensi
yang mencukupi minimum 100 kali per menit.
- Tekan kuat (push hard) Untuk dewasa berikan kompresi dada
dengan kedalaman minimal 2 inci (5 cm) - 2,4 inhi (6 cm).
- Full chest recoil, Berikan kesempatan agar dada mengembang
kembali secara sempurna. Seminimal mungkin melakukan
interupsi baik frekuensi maupun durasi terhadap
kompresi dada.
- Perbandingan kompresi dada dan ventilasi untuk 1 penolong
adalah 30 : 2, sedangkan untuk dua penolong adalah 15 :2.
e. Bantuan Pernapasan
Tujuan bantuan napas adalah untuk mempertahankan oksigenasi
yang adekuat dengan tujuan sekunder untuk membuang
CO2. Setelah melakukan kompresi dada, buka jalan napas korban
dengan head tilt – chin lift baik pada korban trauma ataupun
nontrauma. Bila terdapat kecurigaan atau bukti cedera spinal, gunakan
jaw thrust tanpa mengekstensi kepala saat membuka jalan napas
Penolong memberikan bantuan pernapasan sekitar 1 detik (inspiratory
time), dengan volume yang cukup untuk membuat dada mengembang,
hindari pemberian bantuan napas yang cepat dan berlebihan karena
dapat menimbulkan distensi lambung beserta komplikasinya seperti
regurgitasi dan aspirasi. Lebih penting lagi, ventilasi berlebihan juga

15
dapat menyebabkan naiknya tekanan intratorakal, mengurangi venous
return, dan menurunkan cardiac output.
f. PenggunaanAutomated External Defibrillator (AED)
Defibrilasi merupakan tindakan kejut listrik dengan tujuan
mendepolarisasi sel-sel jantung dan menghilangkan fibrilasi ventrikel/
takikardi ventrikel tanpa nadi. AED aman dan efektif digunakan oleh
penolong awam dan petugas medis, dan memungkinkan defibrilasi
dilakukan lebih dini sebelum tim bantuan hidup lanjut datang.
Menunda resusitasi dan pemakaian defibrilasi akan menurunkan
harapan hidup. Penolong harus melakukan RJP secara kontinu dan
meminimalkan interupsi kompresi dada saat aplikasi AED.
Langkah –langkah penggunaan AED :
- Pastikan korban dan penolong dalam situasi aman dan ikuti
langkah-langkah bantuan hidup dasar dewasa. Lakukan
RJP sesuai panduan bantuan hidup dasar, kompresi dada dan
bantuan pernapasan sesuai panduan.
- Segera setelah AED datang, nyalakan alat dan tempelkan elektroda
pads pada dada korban. Elektroda pertama di line midaxillaris
sedikit di bawah ketiak, dan elektroda pads kedua sedikit di bawah
clavicula kanan.
- Ikuti perintah suara dari AED. Pastikan tidak ada orang yang
menyentuh korban saat AED melakukan analisis irama jantung.
- Jika shock diindikasikan, pastikan tidak ada seorangpun yang
menyentuh korban. Lalu tekan tombol shock.
- Segera lakukan kembali RJP
- Jika shock tidak diindikasikan, lakukan segera RJP sesuai perintah
suara AED, hingga penolong profesional datang dan mengambil
alih RJP, korban mulai sadar, bergerak, membuka mata, dan
bernapas normal, atau penolong kelelahan.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Umum
Hal yang perlu dikaji adalah identitas pasien yang meliputi nama, umur,
jenis kelamin, suku/bangsa, agama,pendidikan,alamat, lingkungan tempat
tinggal.
2. Pengkajian primer
a. Airway
- Look : lihat status mental, pergerakan/pengembangan dada, terdapa
sumbatan jalan napas / tidak, sianosis, ada tidaknya retraksi pada
dinding dada
- Listen : mendengarkan aliran udara pernapasan, suara pernapasan,
biasanya terdapat bunyi napas tambahan seperti snoring, gurgling,
atau stidor
- Feel : merasakan ada aliran udara pernapasan,apakah ada krepitasi,
adanya pergeseran / deviasi trakhea, ada hematoma pada leher,
teraba nadi karotis atau tidak.
b. Breathing
- Look : lihat frekuensi pernapasan, pergerakan dinding dada,
sianosis, identifikasi pola pernapasan abnormal, periksa
penggunaan otot bantu napas tambahan, biasanya pada pasien
cardiac arrest frekuensi pernapasan nya tidak teratur dan
mengalami penurunan kesadaran
- Listen : mendengar hembusan napas, biasanya terdengar lemah
- Feel : mrasakan ada atau tidaknya pernapasan melalui
hidung/mulut.
c. Circulation
Periksa denyut nadi karotis kualitas dan karakternya, periksa
perubahan warna kulit seperti sianosis. Biasanya pada pasien cardiac

17
arrest nadi tidak teratur dan lemah CRT > 2detik, akral teraba dingin,
warna kulit pucat.
d. Disability
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
- Alert (A) : pasien tidak berespon terhadap lingkungan
sekelilingnya/tidak sadar terhadap kejadian yang menimpa.
- Respon verbal (V) : pasien tidak berespon terhadap pertanyaan
perawat.
- Respon nyeri (P) : pasien tidak berespon terhadap respon nyeri.
- Tidak berespon (U) : pasien tidak berespon terhadap stimulus
verbal dan nyeri. Biasanya pada pasien cardiac arrest kesadaran
semicoma, GCS ; E2 M1 V1, reaksi pupil +
e. Exposure
Melakukan pemeriksaan di seluruh tubuh apakah terdapat luka,
trauma, atau edema.
3. Pengkajian Sekunder
a. Anamnesis
Mengkaji Keluhan utama, riwayat penyakit terdahulu, dan keluarga
yang mengalami enyakit jatung. Pada pasien cardiac arrest nyeri
dada, sesak napas, terdapat bunyi napas tambahan snoring, terdapat
retraksi dinding dada, nadi tidak teratur dan lemah, CRT > 2detik,
detak jantung tidak teratur, perubaan tekanan darah, mengalami
penurunan kesadaran, akral teraba dingin, warna kulit pucat.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Mengkaji kesadaran pasien, dan menilai GCS nya, pada
pasien cardiac arrest biasanya mengalami penurunan kesadaran
seperti sopor, semicoma, coma.
Lalu mengkaji tanda-tanda vital yang terdiri dari tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu. Pada pasien cardiac arrest akan
mengalami perubaan tekanan darah, nadi yang lemah tidak

18
teratur, dan pernapasan yang cepat. Serta mengkaji pula saturasi
oksigen nya.
2) Head to toe
- Kepala hingga leher
Kepala : Kaji bentuk dan ada tidaknya benjolan.
Mata : Kaji warna sklera dan konjungtiva.
Hidung : Kaji ada tidaknya pernafasan cuping hidung,
kotoran, lesi, polip
Telinga : Kaji bentuk dan kebersihannya
Mulut : Kaji mukosa dan kebersihannya.
Leher : Ada tidaknya pembesaran vena jugularis, ada/tidak
kelenjar getah bening
- Sistem Integumen
Rambut : Kaji warna, jenis, dan kebersihannya.
Kulit : Kaji warna, turgor, CRT, ada tidaknya lesi.
Kuku : Kaji bentuk dan kebersihannya.
- Sistem Pernafasan
Inspeksi : biasanya pada pasien cardiac arrest terlihat sesak,
Palpasi :Vibrasi traktil fremitus tidak teraba ,Tidak terab
adanya fraktur pada costa.
Perkusi : sonor
Auskultasi : biasanya terdapat bunyi napas tambahan seperti
snoring, gurgling, atau stidor
- Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : lihat kulit bagian dada tampak pucat atau tidak,
ada lesi/tidak
Palpasi : kaji apakah teraba denyut aorta di ICS II dextra,
denyut pulmonal di ICS II sinistra, denyut trikuspidalis di
ICS V sinistra.
Perkusi : kaji bunyi jantug, biasanya pekak terdengar di
bagian :

19
 ICS II linea para sternalis dextra
 ICS IV linea para sternalis dextra
 ICS II linea para sternalis sinistra
 ICS IV linea medioclavicularis sinistra
Auskultasi: kaji Suara jantung SI S2
- Sistem Pencernaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya lesi.
Palpasi : Kaji apakah ada nyeri tekan
Perkusi : Kaji apakah terdengar bunyi thympani
Auskultasi : Kaji bunyi peristaltik usus.
- Sistem Persyarafan
Kaji tingkat kesadaran klien dan nilai GCS
- Sistem Perkemihan
Kaji apakah ada gangguan eliminasi urin.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang yang biasanya terdapat pada pasien dengan
cardiac arrest yaitu :
a. Melalui pemeriksaan nuklir terdapat bahan radioaktif mengalir
melalui jantung dan paru-paru.
b. Elektrokardiogram
Adanya sinus bradikardi
ST elevasi : v2,v3,v4,v5
ST depresi :III,AVr
c. Ejection fraction testing
Fraksi ejeksi < 40 %

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung b.d penurunan kemampuan pompa jantung]
2. Gangguan perfusi cerebral b.d penurunan suplai O2 ke otak
3. Ketidakefektifan pola napas b.d disfungsi otot pernapasan

20
3.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Penurunan Setelah dilakukan asuhan 1. Untuk mengaktifkan
curah keperawatan selama 3x24 fungsi jantung agar
jantung b.d jam pasien dapat: darah dan O2 beredar ke
penurunan Menunjukan seluruh tubuh
kemampuan curah jantung yang 2. Meningkatkan sediaan
pompa memuaskan dibuktikan oksigen untuk kebutuhan
1. Lakukan tindakan
jantung dengan keefektifan pompa miokard untuk melawan
RJP
jantung,status sirkulasi, efek hipoksia/iskemia.
2. Berikan oksigen
Dengan kriteria hasil : banyak obat dapat
tambahan dengan
1. Tekanan darah sistolik, digunakan untuk
kanula
diastolic dalam batas meningkatkan volume
nasal/masker dan
normal sekuncup, dan
obat sesuai
2. Denyut jantung dalam memperbaiki
indikasi
batas normal kontraktilitas.
3. Pantau Tekanan
3. Tidak terdapat bunyi 3. Pada pasien Cardiac
Darah
napas Arrest tekanan darah
4. Kaji kulit terhadap
tambahan menjadi rendah atau
pucat dan sianosis
4. Edema perifer tidak ada mungkin tidak ada.
4. Pucat menunjukkkan
menurunnya perfusi
sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah
jantung.
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan vasodilator 1. Obat diberikan untuk
perfusi keperawatan selama 3x24 misalnya meningkatkan sirkulasi
cerebral b.d jam sirkulasi darah nitrogliserin, miokardia.
penurunan kembali normal sehingga nifedipin sesuai
suplai O2 transport O2 kembali indikasi
ke otak lancar dengan kriteria 2. Posisikan kaki 2. Mempercepat

21
pengosongan vena
superficial, mencegah
lebih tinggi dari
distensi berlebihan dan
jantung
meningkatkan aliran
balik vena
hasil:
1. Pasien akan 3. Sirkulasi yang terhenti
memperlihatkan tanda- menyebabkan transport
3. Pantau adanya
tanda vital dalam batas O2 ke seluruh tubuh juga
pucat, sianosis dan
normal terhenti sehingga akral
kulit dingin atau
2. Warna dan suhu kulit sebagai bagian yang
lembab
normal paling jauh dengan
3. CRT < 2 detik. jantung menjadi pucat
dan dingin.
4. Suplai darah kembali
normal jika CRT < 2
4. Pantau (CRT)
detik dan menandakan
suplai O2 kembali
normal.
3. Ketidakefek Setelah dilakukan asuhan 1. Posisikan pasien 1. Untuk memaksmalkn
tifan pola keperawatan selama 3x24 dengan posisi ventilasi
napas b.d jam diharapkan pola napas semi fowler 2. Untuk mengetahui
disfungsi kembali efektif dengan 2. Auskultasi suara perkembangan status
otot kriteria hasil : napas, catat area pernapasan asien,
pernapasan 1. Menunjukkan jalan yang ventlasinya dan mencega
nafas yang paten (irama menurun komplikasi lanjutan
nafas, frekuensi 3. Berikan terapi 3. Untuk mengurangi
pernafasan dalam oksigenasi sesak
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)

22
2. Kecepatan dan irama
pernafasan dalam batas
normal
3. TTV dalam batas
normal
4. Tidak terdapat retraksi
dinding dada

3.4 Implementasi
Implementasi (pelaksanaan) keperawatan disesuaikan dengan rencana
keperawatan (intervensi), menjelaskan setiap tindakan yang akan
dilakukan baik pada pasien maupun keluarga, dengan pedoman atau
prosedur teknis yang telah ditentukan.

3.5 Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan :
1. Kesadaran pasien kembali normal
2. Kemampuan pompa jantung meningkat dan kebutuhan oksigen ke otak
terpenuhi
3. Sirkulasi darah kembali normal sehingga transport O2 kembali lancar
4. Fungsi otot pernapasan kembali normal

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Henti jantung (Cardiac Arrest ) adalah penghentian tiba-tiba fungsi
pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. Saat terjadinya
serangan jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
terhenti, metabolisme sel jaringan menjadi anaerobik, sehingga asidosis
metabolik dan respiratorik terjadi.
Penyebab paling sering dari henti jantung adalah adanya gangguan fungsi
dan anatomi dari organ jantung. faktor risiko cardiac arrest adalah
Laki-laki usia 40 tahun atau lebih.
Cardiac arrest dapat dicegah dengan menjaga pola makan, olahraga
teratur, manajemen stres, dan melakukan medikal check up secara rutin.
Penatalaksanaan utama pada pasien cardiac arrest ialah melakukan
bantuan hidup dasar melalui resusitasi jantung paru (RJP).

4.2 Saran
Setiap melakukan tindakan diharapkan perawat sesuai dengan teori
yang ada agar tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu sehingga
tingkat pelayanan meningkat dengan bukti kesembuhan dan kepuasan
pasien maupun keluarga
Disarankan untuk para pembaca dapat memahami hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit Cardiac Arrest, sehingga dapat di lakukan
upaya-upaya yang bermanfaat untuk mencegah terjadinya kasus tersebut di
masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Maliawan Rani,dkk.2019.“Paroxysmal ventricular standstill pada pria berusia 45


tahun dengan manifestasi Stokes-Adams attack: laporan kasus”.Volume 50 No
01.yang diakses dari : https://www.medicinaudayana.org/index.php/medicina/
article/viewFile/233/270 (pada tanggal 21 April 2020)

Darwati Lestari Ek, Dkk.2015.“Studi Fenomenologi: Pengalaman Perawat dalam


Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Pasien Henti Jantung di Salah Satu
IGD Rumah Sakit Tipe A di Jawa Timur”.Volume X No.04. yang diakses dari
http://medika.respati.ac.id/index.php/medika/article/view/83 (pada tanggal 21
April 2020)

Irfani Imma Qonita.2019.”Teknik Bantuan Hidup Dasar”.Volume 46 N. 06.


yang diakses dari: https://kalbemed.com/DekstopModules/EasyDNNNews/
DocumentDownload.ashx?
potrait=0&moduleid=471&artcleid=674&documentid=680 (pada tanggal 22 April
2020)

25

Anda mungkin juga menyukai