Disusun Oleh:
Preseptor:
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Henti jantung dapat disebabkan oleh banyak hal diantaranya karena kelainan
pada jantung itu sendiri seperti penyakit jantung koroner, ventrikel fibrilasi, kelainan
vascular, trauma dada dan penyebab lainnya. Henti jantung biasanya terjadi beberapa
menit setelah henti nafas, umumnya walaupun kegagalan pernapasan telah terjadi,
denyut jantung dan pembuluh darah masih dapat berlangsung terus sampai 30 menit.
hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru, karena bagi penderita yang
mempunyai kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup kembali. 2 Namun pada
beberapa keadaan tindakan resusitasi tidak efektif antara lain pada keadaan henti
2
jantung yang telah berlangsung lebih dari 5 menit karena telah terjadi kerusakan otak
yang permanen.
Oleh karena itu penanganan awal yang cepat dan tepat akan memberikan
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk untuk mempelajari dan mengetahui
1.3 Manfaat
1.4 Metode
3
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Henti Jantung adalah suatu keadaan terhentinya aliran darah dalam sistem
sirkulasi tubuh secara tiba-tiba akibat terganggunya efektivitas kontraksi jantung saat
sistolik.8 Henti jantung primer ialah ketidaksanggupan curah jantung untuk memberi
kebutuhan oksigen ke otak maupun ke organ vital lainnya secara mendadak dapat
menyebabkan kerusakan otak hingga kematian. Henti jantung terminal akibat usia
2.2 Epidemiologi
Setiap tahunnya, di Kanada dan Amerika Serikat pasien yang mengalami henti
jantung mencapai 350.000 orang dan 50% meninggal di rumah sakit.9 Lima dari
1.000 pasien yang dirawat di rumah sakit di negara maju seperti Australia
diperkirakan mengalami henti jantung, sebagian besar pasien henti jantung tidak
mampu bertahan hidup hingga keluar dari rumah sakit.10 Di Indonesia tidak ada data
statistik mengenai kepastian jumlah kejadian cardiac arrest setiap tahunnya, tetapi
diperkirakan adalah 10 ribu warga. Data di ruang rawat inap RSUP Dr. M. Djamil
fibrilasi yang merupakan kelainan irama jantung yang bisa menyebabkan henti
jantung.11
4
2.3 Patofisiologi
bergantung pada pengiriman oksigen yang adekuat sesuai dengan fungsi sirkulasi.
2.3.1 Hipoksia
Setelah periode singkat henti jantung, PaO2 turun secara dramatis akan tetapi
oksigen terus diperlukan untuk dikonsumsi. Selain itu, akumulasi progresif karbon
pengiriman sehingga terjadi hipoksia jaringan yang lebih lanjut. Di otak, PaO2 turun
dari 13 kPa menjadi 2,5 kPa dalam waktu 15 detik dan kesadaran hilang, setelah satu
2.3.2 Asidosis
Otak dan jantung memiliki tingkat yang relatif tinggi konsumsi oksigen
jatuh di bawah tingkat kritis selama serangan jantung/henti jantung. Dalam kasus
metabolism oksigen menghasilkan zat lemas dan pasokan energi fosfat yang tinggi.
Asidosis kemudian muncul sebagai hasil dari metabolisme anaerob meningkat dan
akan mengancam kelangsungan hidup jaringan dalam waktu 5 - 6 menit. Selain itu, di
5
jantung, bahkan setelah pemulihan irama perfusi, meminimalkan kontraktilitas
tanggapan hormon lainnya. Efek merugikan yang mungkin timbul dari perubahan ini
Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi
tanpa denyut (80-90%), kemudian disusul oleh ventrikel asistol (+10%) dan terakhir
oleh disosiasi elektromekanik (+5%). Dua jenis henti jantung yang terakhir lebih
Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis femoralis, radialis)
disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-satu
(gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak
sadar.2
(Hb), saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi melebih 3-4 menit
pada suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap, walaupun
6
Henti jantung kebanyakan dialami oleh orang yang telah mempunyai penyakit
pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama
menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di
daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai
yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan
kematian mendadak.2
suplai yang cukup pada tubuh, sehingga bekerja lebih keras namun aliran balik yang
dihasilkan hanya sedikit sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada sel otot
jantung. Kemudian pada serangan jantung (MCI) pembuluh darah koroner jantung
seperti aorta stenosis juga dapat meningkatkan resiko henti jantung tiba-tiba.
7
2.4.3.2 Kardiomiopati
sering diakibatkan oleh iskemik, dimana bagian dari otot jantung tidak mendapatkan
suplai darah yang cukup untuk jangka waktu lama dan tidak lagi dapat memompa
darah secara efisien. Orang-orang yang ejeksi fraksi (jumlah darah yang dipompa
keluar dari jantung dengan setiap denyut jantung) kurang dari 30% berada pada risiko
lebih besar untuk kematian mendadak (fraksi ejeksi normal adalah di atas 50%). Pada
jantung iskemik.
jantung .Aritmia jantung merupakan suatau kerusakan pada system konduksi listrik
akibat suatu penyakit atau ganggguan tertentu sperti serangan jantung. Aritmia
ventrikel fibrilasi, bradikardi, heart block selain itu long QT syndrome juga dapat
Inflamasi pada otot jantung yang dikenal dengan miokarditis juga dapat
8
2.4.4 Kelainan kongenital
Beberapa orang lahir dengan system konduksi listrik jantung yang lemah ,
dimana memiliki resiko tinggi untuk mengalami kerusakan pada regularisasi listrik
pada jantungnya. Seperti pada Wolff-Parkinson-White syndrome dan ada juga yang
mengalami gangguan pada struktur nya seperti yang didapatkan pada Marfan
syndrome.
Pulmonary emboli, emboli yang berasal dari perifer dapat mengikuti sirkulasi
sentral,
Imobilisasi yang lama (misalnya, rumah sakit, naik mobil panjang atau
perjalanan pesawat )
jantung bawaan, tenggelam, tersengat listrik, henti napas, tersedak. Sedangkan resiko
untuk terjadinya henti jantung yaitu pada orang-orang dengan penyakit jantung
9
BAB 3
BANTUAN HIDUP DASAR
A. Definisi
Keadaan henti jantung menjadi salah satu penyebab tertinggi kasus kematian
di berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan
disebabkan oleh berbagai macam hal juga kondisi dan lingkungan yang beragam.
Anak dan bayi pun dapat terkena kejadian henti jantung. Oleh karena itu, dibutuhkan
serangkaian tindakan guna mencegah kematian yang diakibatkan oleh henti jantung.
Bantuan Hidup Dasar atau BHD ialah oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan
sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara
B. Indikasi
Henti nafas
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari korban. Pada awal henti nafas oksigen masih dapat masuk ke dalam
darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak
10
dan organ vital lainnya. Dengan diberikan bantuan resusitasi dapat membantu
⁻ Stroke
⁻ Epiglotitis
⁻ Overdosis obat-obat
⁻ Tersengat listrik
⁻ Infark miokard
⁻ Tersambar petir
Henti Jantung
kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak.3 Henti sirkulasi
ini dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Henti
jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba disertai kebiruan atau pucat sekali,
pernafasan berhenti, dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien
tidak sadar. Sebagian besar henti jantung di sebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau
takikardi tanpa denyut (80-90%), kemudian di susul oleh ventrikel asistol (± 10%)
C. Kontra Indikasi
11
Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut/kronik yang
berat. Pada keadaan ini denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada
suatu saat, kemudian tidak hanya jantung tetapi organisme secara keseluruhan
begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak mungkin untuk tetap
Multiple trauma.
Vegetatif state.
Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu
sesudah ½-1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP.
Pasien dengan kriteria do not resuscitate (DNR) atau semua tindakan kecuali
RJP : untuk pasien- pasien dengan fungsi otak yang tetap ada atau dengan
harapan pemulihan otak, yang mengalami kegagalan jantung paru atau organ
multipel yang lain atau dalam tingkat akhir penyakit yang tidak dapat
D. Komponen BHD
BHD terdiri dari identifikasi henti jantung dan aktivasi Sistem Pelayanan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Resusitasi Jantung Paru (RJP) dini, dan kejut
jantung menggunakan automated external defibrillator (AED) atau alat kejut jantung
otomatis.5
12
Gambar 1. Rantai Keselamatan
lingkungan sekitar dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika
ada. Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika
korban tidak sadarkan diri dan bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong
memastikan korban tidak responsif dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu
rumah sakit terdekat. Penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian,
kejadian yang sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan.7
13
Resusitasi jantung paru terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan
memberikan 2 kali bantuan napas.2 Penekanan dada yang efektif dilakukan dengan
prinsip tekan kuat, tekan cepat, mengembang sempurna, dan interupsi minimal.5
kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di rumah sakit.
Penolong meletakkan pangkal telapak tangan di tengah dada korban dan meletakkan
tangan yang lain di atas tangan yang pertama dengan jari-jari saling mengunci dan
Gambar 3. Posisi
korban
Penolong memberikan
tekan kuat) dengan kecepatan minimal 100 kali permenit (prinsip tekan cepat).
Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk mengembang
kembali untuk memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada jantung (prinsip
14
membuka jalan napas korban dengan teknik menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu
Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk
agar tertutup kemudian diberikan napas bantuan sebanyak dua kali, masing-masing
sekitar 1 detik, buang napas seperti biasa melalui mulut. Napas bantuan diberikan dari
mulut ke mulut atau menggunakan pelindung wajah yang diletakkan di wajah korban.
Lihat dada korban saat memberikan napas bantuan, apakah dadanya mengembang,
berikutnya.5
15
Penolong melakukan penekanan dada sampai alat kejut jantung otomatis
(AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan dari tenaga kesehatan telah
datang.2
Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat memberikan
kejutan listrik pada korban. Pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad) alat kejut
jantung otomatis pada dada korban sesuai instruksi yang ada pada alat. Setelah
dinyalakan, ikuti instruksi dari alat tersebut yaitu jangan menyentuh korban karena
alat kejut jantung otomatis akan menganalisis irama jantung korban. 8 Jika alat
agar tidak ada yang menyentuh korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung
pada alat. Lanjutkan penekanan dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik
pada korban.5 Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti
semula.
D. Posisi Pemulihan
17
Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi ini
dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko
tersumbatnya jalan napas dan tersedak. Tidak ada standard baku untuk melakukan
posisi pemulihan, yang terpenting adalah korban dimiringkan agar tidak ada tekanan
pada dada korban yang bisa mengganggu pernapasan. Namun rekomendasi posisi
pemulihan adalah meletakkan tangan kanan korban ke atas, tekuk kaki kiri korban,
kemudian tarik korban sehingga korban miring ke arah kanan dengan lengan di
18
E. Indikasi Stop RJP
Baru diketahui telah ada tanda-tanda kematian yang irreversible: Kaku mayat ,
atau hipotermia.
19
BAB 4
HENTI JANTUNG
Henti Jantung adalah suatu keadaan dimana sirkulasi darah terhenti akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif. Secara klinis, henti jantung
ditandai dengam tidak adanya nadi dan tanda tanda sirkulasi lainnya. Henti jantung
infark miokardium, tersengat listrik, gangguan elektrolit, atau dalam konsumsi obat -
obatan.
tanpa nadi, PEA (Pulseless electrical activity), asistol, tindakan Defibrilasi pada henti
jantung, pasien dewasa dengan VF atau VT tanpa nadi dierikan energi kejutan 360
joule pada defibrilator monofasik, atai 200 joule pada defibrilasi bifasik, pada anak,
energi kejut dierikan dengan dosis 2 - 4 joule/kgBB dan tidak melebihi energi yang
Henti Jantung
1. Mulai RJP
- Beri Oksigen
Shockable?
Ya Tidak
2. VT / VF
9. Asistol /
PEA
3. Shock
Ya
Irama Shockable? Ya
5. Shock
6. RJP 2 Menit
Tidak
- Efinefrin tiap 3 -5 menit
Tidak
Irama Shockable? Tidak Ya
Irama
Shockable?
Ya
7. Shock
8. RJP 2 Menit
- Amidaron
22
4.2 Terapi Obat
dapat digunakan untuk mengobati aritmia, aritmia yang mengancam jiwa, untuk
menurunkan ambang batas untuk defibrilasi sukses atau sebagai profilaksis terhadap
amiodarone dan magnesium adalah agen yang paling sering digunakan. Terdapat
mencerminkan kesulitan dalam melakukan studi klinis yang berarti dalam tindakan
resusitasi.7
Amiodarone
Biasanya dosis muatan 300mg diberikan lebih dari satu jam diikuti dengan infus
900mg dalam 1000ml glukosa 5% selama 24 jam berikut. Dalam situasi mendesak,
23
dosis 300mg pertama dapat diberikan selama 5-15 menit secara perifer dan diikuti
Epinefrin
disritmia jantung mengakibatkan berkurang atau tidak ada curah jantung tindakan
24
BAB 5
PERAWATAN PASCA HENTI JANTUNG
Dosis/Detail
1 Kembalinya sirkulasi spontan
Return of spontaneous circulation (ROSC) Ventilasi/oksigenasi:
Hindari pemberian
ventilasi tekanan positif
berlebihan. Mulai dengan
10 napas/menit dan titrasi
Optimalkan ventilasi dan oksigenasi
hingga mencapai target
Pertahankan saturasi oksigen ≥94%
2 End Tidal CO2 (ETCO2)
Pertimbangkan penggunaan alat bantu jalan napas
35-40 mmHg.
lanjut dan capnography
Jika memungkinkan, titrasi
Jangan hiperventilasi
FiO2 ke minimum yang
diperlukan untuk mencapai
SpO2 ≥ 94%.
IV Bolus:
Kurang lebih 1-2 L NaCl
3 0,9% atau Ringer Laktat
Atasi hipotensi (TD sistolik < 90 mmHg) Epinefrin IV:
Bolus IV/IO 0,1-0,5 µg/kg/menit (pada
Infus vasopresor dewasa 70 kg: 7-35
Cari kemungkinan penyebab yang dapat diatasi µg/menit)
Dopamin IV:
-10 µg/kg/menit
Norepinefrin IV:
0,1-0,5 µg/kg/menit (pada
dewasa 70 kg: 7-35
EKG 12 sadapan: µg/menit)
5 4
STEMI
Reperfusi
atau Kecurigaan
Koroner
YA tinggi akan IMA
TIDAK
25
Gambar 3.1 Algoritme perawatan pasca henti jantung (dikutip dari AHA
Pasien henti jantung yang kembali memiliki sirkulasi spontan tetap memiliki
risiko kematian yang tinggi, terutama dalam 24 jam pertama. Beragam sistem organ
terpengaruh oleh kondisi henti jantung, sehingga tidak tertutup kemungkinan sudah
Hipoksia didefinisikan sebagai PaO2 < 60 mmHg, sedangkan hiperoksia adalah PaO2
> 300 mmHg dan hipoksemia adalah SaO 2 < 94%. Hipoksia dan hipoksemia memiliki
efek buruk yang jelas pada kondisi pasca henti jantung, sehingga mencegah hipoksia
pada pasien pasca henti jantung dengan konsentrasi oksigen yang paling tinggi yang
bisa dicapai sampai saturasi darah atau tekanan oksigen darah dapat diukur. Titrasi
FiO2 serta monitoring saturasi oksihemoglobin (SpO 2) dapat dilakukan jika alat-alat
sudah tersedia, FiO2 dapat diturunkan jika SpO2 mencapai 100% dan dapat
26
biasanya disebabkan oleh tiga masalah yaitu rate, volune dan pump. Apabila terdapat
masalah rate, atasi takikardia dan bradikardia sesuai algoritme. Bukti ilmiah
merekomendasikan untuk menjaga tekanan darah pasca resusitasi pada level TDS >
90 mmHg dan MAP > 65 mmHg. Terapi utama yang diperlukan pasca resusitasi
adalah memastikan kecukupan cairan intravaskular, dengan dosis uji 1-2 liter (20-40
cc/kg) larutan NaCl 0,9% atau ringer laktat bolus intravena atau intraosseus. Obat-
obat vasoaktif dapat diberikan setelah ROSC untuk memperbaiki curah jantung,
terutama aliran darah ke jantung dan otak. Obat yang dipilih bertujuan memperbaiki
Obat adrenergik tidak bersifat selektif dan akan meningkatkan/ menurunkan laju
tidak terdapat dosis spesifik untuk pemberian obat vasoaktif. Biasanya digunakan
dosis awal seperti yang terlihat pada tabel 4.1, lalu dititrasi sampai tercapai efek
27
Tabel 4.1 Jenis dan dosis obat-obatvasoaktif
mmHg)
28
mmHg) dan resistensi perifer total yang rendah
0,375 µg/kg/menit
dobutamine
29
EKG 12 sadapan harus dilakukan segera setelah ROSC untuk menentukan
adanya elevasi segmen ST akut (kasus STEMI) atau tidak. Sindroma koroner akut
adalah penyebab henti jantung di luar RS pada pasien yang tidak memiliki penyebab
direkomendasikan pada pasien sindroma koroner akut baik dengan ataupun tanpa
hipotermia dan pengontrolan aktif suhu tubuh untuk mencapai target suhu tertentu.
suhu yang dipilih disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien. Keadaan hipertermia
harus dihindari dan secara aktif dicegah pada pasien yang koma pasca TTM.
dan mortalitas pasien pasca henti jantung, dimana keterlibatan proses molekular
beberapa jam dan beberapa hari setelah ROSC. Manifestasi klinis cedera otak
pasca henti jantung meliputi koma, kejang, mioklonus dan beragam tingkat
serta mati batang otak. Prevalensi kejang pada pasien koma pasca henti jantung
30
dan jika mungkin dilakukan kontinyu. Obat antikonvulsan yang sama seperti
fibrinolitik.
- Pasien pasca henti jantung yang tidak sadar (koma) atau gagal napas diberikan
delirium dengan gerakan tanpa tujuan dan berisiko melukai diri sendiri
- Pemberian obat pelumpuh otot pada pasien dengan ventilasi mekanik paling
lama 48 jam
- Pengendalian kadar gula darah pada pasien pasca henti jantung masih belum
jelas, namun tidak ada data yang menunjukkan bahwa cara dan terget
pengendalian kadar gula darah harus berbeda dari pasien kritis lain.
31
dimana pada fase pasca henti jantung dapat terjadi insufisiensi adrenal relatif
data yang ada belum cukup untuk mengetahui keefektifan tindakan ini.
5. Prognostikasi
Pemeriksaan klinis dan penunjang yang tepat harus dilakukan untuk pasien
sedasi dan paralisis merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi, waktu
jam setelah suhu kembali ke normotermis, biasanya 4-5 hari setelah ROSC.
Pasien yang tidak dilakukan TTM, waktu prognostifikasi 72 jam setelah henti
jantung. Penghentian bantuan hidup dapat dilakukan <72 jam jika terdapat
penyakit terminal, herniasi otak atau kondisi lain yang tidak memungkinkan
pasien selamat.
32
Hilangnya refleks cahaya pupil bilateral pada pasien koma 72 jam/lebih
pada pasien yang mendapat TTM, dan 24-48 jam pada pasien yang tidak
mendapat TTM).
Sikap tubuh ekstensi atau tidak ada respon motorik terhadap rangsang
Status mioklonus dalam 72-120 jam pertama pasca henti jantung. Status
keluaran
EEG adalah alat yang digunakan secara luas untuk menilai aktivitas korteks
prognosis buruk:
Pasien koma pasca henti jantung yang mendapat TTM, tidak adanya
jam setelah henti jantung atau terdapat supresi burst persisten setelah
Status epileptikus yang tidak dapat dikontrol dan persisten (>72 jam)
33
Pasien koma pasca henti jantung yang tidak mendapat TTM, supresi
burst pada EEG 72 jam atau lebih setelah henti jantung disertai
prediktor lain.
pasien pasca henti jantung. Pasien koma pasca henti jantung memiliki prognosis
buruk jika hilangnya SSEP N20 bilateral 24-72 jam setelah henti jantung atau
setelah dihangatkan.
Pencitraan otak dengan CT atau MRI dapat menunjukkan cedera otak struktural
atau mendeteksi cedera fokal. Gambaran CT otak beberapa pasien pasca henti
ratio (GWR). Edema otak pada MRI adalah penanda sensitif untuk cedera fokal
Penurunan yang besar pada GWR CT otak yang didapat pada 2 jam
Restriksi difus pada MRI otak, disertai prediktor lain yang lebih akurat
34
Penanda darah untuk memprediksi keluaran
Neuron-spesific enolase (NSE) dan S-100B adalah dua penanda darah yang
paling banyak diperiksa, namun tidak spesifik untuk kerusakan saraf dan dapat
meningkat kadarnya pada kelainan diluar sistem saraf sentral seperti hemolisis,
lemak. Pemeriksaan NSE 48-72 jam pasca henti jantung hanya sebagai alat
35
BAB 6
KESIMPULAN
Henti Jantung adalah suatu keadaan terhentinya aliran darah dalam sistem
sirkulasi tubuh secara tiba-tiba akibat terganggunya efektivitas kontraksi jantung saat
sistolik.8 Henti jantung primer ialah ketidaksanggupan curah jantung untuk memberi
kebutuhan oksigen ke otak maupun ke organ vital lainnya secara mendadak dapat
Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi
tanpa denyut (80-90%), kemudian disusul oleh ventrikel asistol (+10%) dan terakhir
(Hb), saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi melebih 3-4 menit
pada suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap, walaupun
jantung paru dimana tujuan utama resusitasi adalah untuk mengembalikan denyut
jantung dan mengembalikan fungsi sirkulasi serta memberikan bantuan dasar untuk
Tindakan resusitasi ini meliputi pertolongan hidup dasar menurut AHA 2015
Guidelines yang terdiri dari tiga komponen yakni Chest compression, Airway and
Breathing.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, Anatomi jantung dalam Buku ajar anatomi klinik. 2006. Jakarta : EGC
2. Advanced Trauma life support (ATLS)
3. Birt D, Thomas BG, Wilson L Resuscitation for cardiac arrest. Diambil dari
URL : http://www.nda.ox.ac.uk/wfsa/html/u10/u1006_01.htm
4. Cayley, JR., M.D.,M.DIV,William E. Practice Guidelines :2005 AHA
guidelines for CPR and emergency cardiac care diambil dari
http://www.aafp.org/afp/2006/0501/p1644.html
5. American Heart association, Guidelines for CPR and ECC Comparison Chart
of Key Changes. 2015
6. Morisson, Cardiac arrest survival act. 2000 : The Senate and House of
Representative of United States of America in Congres Assembled. Narva
Enterprises.
7. Isselbacher JK, dkk. Harisson, Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. EGC.
Jakarta. 1999.
8. Mansjoer. A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V, Resusitasi
Jantung Paru. .Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam
9. Terry,.J,. Laurie,. Shuster, Michael., Donnino., Michael; Sinz., Elizabeth., J,
Eric et al. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations, 2010. S829–S861
10. Goldberger, Z. D., Chan, P. S., Berg, R. A. Duration of Resuscitation Efforts
and Survival After in-hospital Cardiac Arrest: an Observational Study, 2012.
380.
11. Hasnul, M, Najirman, Yanwirasti. Karakteristik Pasien Penyakit Jantung
Rematik Yang Dirawat Inap di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 2015. 4 (3). 894-900
12. Perki. Buku ajar kursus bantuan hidup jantung lanjut. Edisi 2017. 2017 :38 -
50.
37