Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas PKK Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pembimbing : Lestari, S.Kep Ns, M.kep
DISUSUN OLEH :
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Henti jantung adalah terhentinya kontraksi jantung yang efektif ditandai
dengan pasien tidak sadar, tidak bernafas, tidak ada denyut nadi.Pada
keadaan seperti ini kesepakatan diagnostikharus ditegakkan dalam 3–4
menit. Keterlambatan diagnosis akan menimbulkan kerusakan otak. Harus
dilakukan resusitasi jantung –paru.
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart
Association,2010).
B. ANATOMI JANTUNG
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan
dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12
cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons
atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan.
Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantara kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa
III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada
tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum
Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II
sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis
5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
1. Right Coronary
2. Left Anterior Descending
3.Left Circumflex
4.Superior Vena Cava
5.Inferior Vena Cava
6.Aorta
7.Pulmonary Artery
8.Pulmonary Vein
9.Right Atrium
10.Right Ventricle
11.Left Atrium
12.Left Ventricle
13.Papillary Muscles
14. Chordae Tendineae
15. Tricuspid Valve
16.Mitral Valve
17. Pulmonary Valve
Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi
memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak
darah dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung
diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri.Kedua arteri koroner ini keluar
dari aorta kira-kira ½ inchi diatas katup aorta dan berjalan dipermukaan
pericardium.Lalu bercabang menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding
ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran O2 dan CO2 di kapiler , aliran vena
dari ventrikel dibawa melalui vena koroner dan langsung masuk ke atrium
kanan dimana aliran darah vena dari seluruh tubuh akan bermuara.
Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar,
arteri kecil, arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena
besar, vena cava inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke atrium
kanan.
Etiologi
Aritmia
Hipoksia Serebral
MK:
Resiko Jalan Penurunan Kesadaran
Nafas
tidak efektif
F. PENATALAKSANAAN
a. Respons awal
Respons awal akan memastikan apakah suatu kolaps mendadak benar-
benar disebabkan oleh henti jantung. Observasi gerakan respirasi, warna
kulit, dan ada tidaknya denyut nadi pada pembuluh darah karotis atau arteri
femoralis dapat menentukan dengan segera apakah telah terjadi serangan
henti jantung yang dapat membawa kematian. Gerakan respirasi agonal
dapat menetap dalam waktu yang singkat setelah henti jantung
b. Penanganan untuk dukungan kehidupan dasar (basic life support)
Tindakan ini yang lebih popular dengan istilah resusitasi kardiopulmoner
(RKP;CPR;Cardiopulmonary Resuscitation) merupakan dukungan kehidupan
dasar yang bertujuan untuk mempertahankan perfusi organ sampai tindakan
intervensi yang definitive dapat dilaksanakan.
Untuk penanganan awal henti jantung yaitu dengan CAB :
Yakinkan lingkungan telah aman, periksa ketiadaan respon dengan
menepuk atau menggoyangkan pasien sambil bersuara keras “Apakah
anda baik-baik saja?”.Jika tidak berespon berikan rangsangan nyeri.
Rasionalisasi: hal ini akan mencegah timbulnya injury pada korban yang
sebenarnya masih dalam keadaan sadar.
Apabila pasien tidak berespon segera telfone Emergency Medical Service
(EMS)
Posisikan pasien supinepada alas yang datar dan keras, ambil posisi
sejajar dengan bahu pasien. Jika pasien mempunyai trauma leher dan
kepala, jangan gerakkan pasien, kecuali bila sangat perlu saja
Rasionalisasi: posisi ini memungkinkan pemberi bantuan dapat
memberikan bantuan nafas dan kompresi dada tanpa berubah posisi.
a) Circulation
Pastikan ada atau tidaknya denyut nadi, sementara tetap
mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan head tilt-chin lift yaitu
satu tangan pada dahi pasien, tangan yang lain meraba denyut nadi pada
arteri carotis dan femoral selama 5 sampai 10 detik. Jika denyut nadi tidak
teraba, mulai dengan kompresi dada.
Berlutut sedekat mungkin dengan dada pasien. Letakkan bagian
pangkal dari salah satu tangan pada daerah tengah bawah dari
sternum (2 jari ke arah cranial dari procecus xyphoideus) . Jari-jari bisa
saling menjalin atau dikeataskan menjauhi dada.
Rasionalisasi: tumpuan tangan penolong harus berada di sternum,
sehingga tekanan yang diberikan akan terpusat di sternum, yang mana
akan mengurangi resiko patah tulang rusuk.
Jaga kedua lengan lurus dengan siku dan terkunci, posisi pundak
berada tegak lurus dengan kedua tangan, dengan cepat dan bertenaga
tekan bagian tengah bawah dari sternum pasien ke bawah, 1 - 1,5 inch
(3,8 - 5 cm)
Lepaskan tekanan ke dada dan biarkan dada kembali ke posisi normal.
Lamanya pelepasan tekanan harus sama dengan lamanya pemberian
tekanan. Tangan jangan diangkat dari dada pasien atau berubah
posisi.
Rasionalisasi: pelepasan tekanan ke dada akan memberikan
kesempatan darah mengalir ke jantung.
Lakukan CPR (Cardio Pulmonary Resusitation) dengan dua kali nafas
buatan dan 30 kali kompresi dada. Ulangi siklus ini sebanyak 5 kali(2
menit).
Kemudian periksa nadi dan pernafasan pasien. Pemberian kompresi
dada dihentikan jika:Telah tersedia AED (Automated External
Defibrillator), korban menunjukkan tanda kehidupan, Tugas diambil alih
oleh tenaga terlatih.
Rasionalisasi: bantuan nafas harus dikombinasi dengan kompresi
dada. Periksa nadi di arteri carotis, jika belum teraba lanjutkan
pemberian bantuan nafas dan kompresi dada.
Sementara melakukan resusitasi, secara simultan kita juga
menyiapkan perlengkapan khusus resusitasi untuk memberikan
perawatan definitive.
Rasionalisasi: perawatan definitive yaitu termasuk di dalamnya
pemberian defibrilasi, terapi obat-obatan, cairan untuk mengembalikan
keseimbangan asam-basa, monitoring dan perawatan oleh tenaga
terlatih di ICU.
CPR yang diberikan pada anak hanya menggunakan satu
tangan,sedangkan untuk bayi hanya menggunakan jari telunjuk dan
tengah. Ventrikel bayi dan anak terletak lebih tinggi dalam rongga
dada, jadi tekanan harus dibagian tengah tulang dada.
b) Airway (Buka jalan nafas)
Head-tilt/chin-lift maneuver :letakkan salah satu tangan di kening
pasien, tekan kening ke arah belakang dengan menggunakan telapak
tangan untuk mendongakkan kepala pasien. Kemudian letakkan jari-jari
dari tangan yang lainnya di dagu korban pada bagian yang bertulang
dan angkat rahang ke depan sampai gigi mengatub.
Rasionalisasi: tindakan ini akan membebaskan jalan nafas dari
sumbatan oleh lidah.
Jaw-thrust maneuver : pegang sudut dari rahang bawah pasien pada
masing-masing sisinya dengan kedua tangan,angkat mandibula ke
atas sehingga kepala mendongak.
Rasionalisasi: teknik ini adalah metode yang paling aman untuk
membuka jalan nafas pada korban yang dicurigai mengalami trauma
leher.
c) Breathing
Dekatkan telinga ke mulut dan hidung pasien, sementara pandangan
kita arahkan ke dada pasien, perhatikan apakah ada pergerakan naik
turun dada dan rasakan adanya udara yang berhembus selama
expirasi
Rasionalisasi: untuk memastikan ada atau tidaknya pernafasan
spontan.
Jika ternyata tidak ada, berikan bantuan pernafasan mouth to
mouthatau dengan menggunakan amfubag. Selama memberikan
bantuan pernafasan pastikan jalan nafas pasien terbuka dan tidak ada
udara yang terbuang keluar. Berikan bantuan pernafasan sebanyak
dua kali (masing-masing selama 2-4 detik).
Rasionalisasi: pemberian bantuan pernafasan yang adekuat
diindikasikan dengan dada terlihat mengembang dan mengempis,
terasa adanya udara yang keluar dari jalan nafas dan terdengar
adanya udara yang keluar saat expirasi.
Jika pasien bernafas, posisikan korban ke posisi recovery (posisi
tengkurap, kepala menoleh ke samping).
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Intervensi Rasional
.
1. Perfusi jaringan NOC : NIC :
serebral tidak Circulation status Intrakranial Pressure (ICP)
efektif b/d edema Tissue Prefusion : cerebral Monitoring (Monitor tekanan
serebral/penyumb intrakranial)
atan aliran darah Kriteria Hasil : Berikan informasi kepada
1. mendemonstrasikan keluarga
status sirkulasi yang Set alarm
ditandai dengan : Monitor tekanan perfusi
Tekanan systole serebral
dandiastole dalam rentang Catat respon pasien terhadap
yang diharapkan stimuli
Tidak ada Monitor tekanan intrakranial
ortostatikhipertensi pasien dan respon neurology
Tidk ada tanda tanda terhadap aktivitas
peningkatan tekanan Monitor jumlah drainage cairan
intrakranial (tidak lebih dari serebrospinal
15 mmHg) Monitor intake dan output
2. mendemonstrasikan cairan
kemampuan kognitif yang Restrain pasien jika perlu
ditandai dengan: Monitor suhu dan angka WBC
berkomunikasi dengan Kolaborasi pemberian
jelas dan sesuai dengan antibiotik
kemampuan Posisikan pasien pada posisi
menunjukkan perhatian, semifowler
konsentrasi dan orientasi Minimalkan stimuli dari
memproses informasi lingkungan
membuat keputusan
dengan benar Peripheral Sensation
3. menunjukkan fungsi Management (Manajemen
sensori motori cranial yang sensasi perifer)
utuh : tingkat kesadaran Monitor adanya daerah
mambaik, tidak ada tertentu yang hanya peka
gerakan gerakan involunter terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese
Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada lsi
atau laserasi
Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian
analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi
DAFTAR PUSTAKA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. W
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Poltekkes Medan, Kel. Medan Jaya
DX Medis : Cardia Arrest
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama : klien tidak sadar ( penurunan kasadaran )
Riwayat Penyakit Sekarang
Korban tiba-tiba tidak sadarkan diri ketika berjalan di komplek
Perumahannya kemudain mendapatkan pertolongan pertama BHD oleh
salah satu Perawat dengan skor GCS 3, nadi karotis tidak teraba,
pernafasan tidak ada, warna kulit pucat dan dingin CRT > 2 detik
,kemudian dibawa ke RS Medan lewat IGD. Di IGD diberikan tindakan
pasang ET, periksa darah lengkap, pasang infuse, kemudian dirawat di
ICU sampai pengkajian dilakukan
Riwayat Penyakit Dahulu : Klien memiliki riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit : Infark Miokard
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak diketahui
4. Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan head to toe
Kepala
Tidak terdapat hematom pada kepala, tidak ada distensi vena leher,
trachea terlihat dan teraba pada garis tengah.Pupil kiri & kanan 5 mm.
Mata
Konjungtiva anemis, sclera tidak icterik, pupil isokor 2 mm, tidak ada
hematom kelopak mata
Hidung
Terpasang NGT, ada lendir kental saat dilakukan isap lender
Telinga
Tampak bersih, tidak ada discharge
Leher
Tidak terdapat deformitas, tidak ada kekakuan.
Abdomen
Inspeksi : Datar, Tidak ada tanda trauma, distensi, ascites, dan
nyeri tekan.
Auskultasi : Bising usus normal, 15 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan lien
Pelvis
Tidak ada luka, tidak ada deformitas
Paha
Tidak ada luka trauma, tidak ada deformitas.
Ekstremitas : Edema ekstremitas atas dan bawah
b. Data Penunjang
Laboratorium:
Tanggal 06 Oktober 2020 : Kultur steril tidak ada kuman
Tanggal 06 Oktober 2020 :
- Kultur darah: ditemukan kuman Stapilokokus Epidedermis
- Kultur urin: ditemukan kuman Stapilokokus Aeureus
- Kuman resisten terhadap semua Cephalosforin dan Beta Lactam
Darah Urin
Ø Hb : 7,7 gr% PH : 6
Ø Ht : 26,3 % Prot : 30 mg/dl
Ø Eritro : 2,67 jt/mmk Red : negative Sediment
Ø MCH : 32,70 pg Ep cell : 7 – 10 LPK
Ø MCV : 98,70 Leuko : 10 – 15 LPB
Ø Leuko : 11,0 rb/mmk Eritrosit : 30 – 40 LPB
Ø Urea : 104 mg/dl Ca ox : -
Ø Creatin : 0,99 mg/dl Asam urat : -
Ø Na : 130 mmol/L Triple phosfat: -
Ø K : 5,0 mmol/L Amorf : -
Ø Cl : 106 mmol/L Sel hialin : -
Ø Ca : 2,1 mmol/L Sel granula: -
Ø Mg : 0,91 mmol/L Bakteri : positif
B. ANALISA DATA
2. DS :
Klien tidak sadar Cardiacarrest
DO :
Terlihat distress pernafasan Kemampuan
Memakai ET no 7,5 dengan ventilator kontraksi otot
mode CPAP, FiO2: 30 %, nafas jantung menurun
mesin:10, nafas klien: 28 x/mnt,
SaO2: 96, bunyi ronchi kasar seluruh Cardiac output Gangguan
area paru berkurang pertukaran gas
Pemeriksaan AGDA : adekuat
PH : 7,15 ( 7,35 – 7,45) Suplai O2
PCO2 : 62 mmHg ( 35 – 45 keseluruh tubuh
mmHg) menurun
PO2 : 56 mmHg (80-100)
HCO3 : 24,5
Kebutuhan O2 di
paru paru tidak
terpenuhi
Suplai darah ke
otak tidak
terpenuhi
4. Data subjektif :
Klien tidak sadar Tidak adekuat
pertahanan
Data objektif : sekunder Resiko Infeksi
- Konjungtiva anemis kulit tampak (penurunan Hb,
pucat Hb : 7,7 gr%, Ht : Leukopenia,
26,3 %, Leuko : 11,0 rb/mmk penekanan respon
- Klien terpasang NGT, ada lendir inflamasi)
kental saat dilakukan isap lende
- Suhu tubuh 37,8 C
Hasil Lab :
- Kultur darah: ditemukan kuman
Stapilokokus Epidedermis
- Kultur urin: ditemukan kuman
Stapilokokus Aeureus
- Kuman resisten terhadap semua
Cephalosforin dan Beta Lactam
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan kontraksi otot jantung menurun
2. Gangguan pertukaran gas b.d suplai O2 tidak adekuat
3. Penurunan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon
inflamasi)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi Rasional
1 Penurunan curah NOC : NIC :
Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
jantung
Circulation Status Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
berhubungan Vital Sign Status Catat adanya disritmia jantung
dengan Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
Kriteria Hasil: putput
kemampuan Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan Monitor status kardiovaskuler
kontraksi otot darah, Nadi, respirasi) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada jantung
jantung menurun Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada Monitor balance cairan
asites Monitor adanya perubahan tekanan darah
Tidak ada penurunan kesadaran Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
Monitor toleransi aktivitas pasien
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Respiratory Monitoring
Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3. Penurunan perfusi NOC : NIC :
jaringan serebral Circulation status Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor
berhubungan Tissue Prefusion : cerebral tekanan intrakranial)
dengan penurunan Berikan informasi kepada keluarga
Kriteria Hasil : Set alarm
suplai oksigen ke
1. mendemonstrasikan status sirkulasi yang Monitor tekanan perfusi serebral
otak
ditandai dengan : Catat respon pasien terhadap stimuli
Tekanan systole dandiastole dalam rentang Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon
yang diharapkan neurology terhadap aktivitas
Tidak ada ortostatikhipertensi Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
Tidk ada tanda tanda peningkatan tekanan Monitor intake dan output cairan
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) Restrain pasien jika perlu
2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif Monitor suhu dan angka WBC
yang ditandai dengan: Kolaborasi pemberian antibiotik
berkomunikasi dengan jelas dan sesuai Posisikan pasien pada posisi semifowler
dengan kemampuan Minimalkan stimuli dari lingkungan
menunjukkan perhatian, konsentrasi dan
orientasi Peripheral Sensation Management (Manajemen
memproses informasi sensasi perifer)
membuat keputusan dengan benar Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
3. menunjukkan fungsi sensori motori cranial terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak Monitor adanya paretese
ada gerakan gerakan involunter Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
ada lsi atau laserasi
Gunakan sarun tangan untuk proteksi
Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian analgetik
Monitor adanya tromboplebitis
Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
4. Resiko infeksi NOC: NIC :
berhubungan ❖ Immune Status o Pertahankan teknik aseptif
❖ Knowledge : Infection control
dengan tidak o Batasi pengunjung bila perlu
❖ Risk control
adekuat pertahanan Setelah dilakukan tindakan o Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Diagnosa
Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
6 Oktober Penurunan curah - Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR S : Klien tidak sadar
2020 jantung - Memonitor status kardiovaskuler O :
berhubungan - Memonitor status pernafasan yang - Nadi karotis teraba 60 x/i
20.00 Wib dengan menandakan gagal jantung - Tekanan darah 60 / 30 mmHg, HR: 70
kemampuan - Memonitor balance cairan x/mnt,RR: 28 x / mnt, MAP: 94, suhu:
kontraksi otot - Memonitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu 37,6 oC
jantung menurun dan ortopneu - Kulit klien pucat , CRT > 2 detik
- Memonitor kualitas dari nadi dan bunyi jantung A : Masalah belum teratasi
- Memonitor suhu, warna, dan kelembaban kulit P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
20.00 Wib Gangguan - Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan S : Klien tidak sadar
pertukaran gas b.d ventilasi O :
suplai O2 tidak - Melakukan pengeluaransekret dengan suction - RR : 12 x/ menit Suara nafas ronchi
adekuat - Memeriksa auskultasi suara nafas, catat adanya Pemeriksaan AGDA :
suara tambahan - PCO2 : 55 mmHg (35 – 45 mmHg)
- Mengatur intake untuk cairan mengoptimalkan - PH : 7,30 (7,35 – 7,45)
keseimbangan. - HCO3 : 30 mmFQ/dl (22 – 26 mmFQ/dl)
- Memonitor respirasi dan status O2 - P02 : 80 mmHg (80 – 100)
- Memonitor rata – rata, kedalaman, irama dan - Kulit klien pucat dan terdapat cyanosis
usaha respirasi CRT > 2 detik
- Mencatat pergerakan dada,amati kesimetrisan, A : Masalah belum teratasi
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
P : Intervensi dilanjutkan
supraclavicular dan intercostal
20.00 Wib Penurunan perfusi - Mencatat respon pasien terhadap stimuli S : Klien tidak sadar
jaringan serebral - Memonitor tekanan intrakranial pasien dan O :
berhubungan respon neurology terhadap aktivitas - Nilai GCS 5, klien memberi respon saat
dengan penurunan - Memonitor intake dan output cairan dilakukan rangsangan nyeri
suplai oksigen ke - Melakukan pemberian antibiotic - Nadi karotis teraba 60 x/i
otak - Mengatur gerakan pada kepala, leher dan - PO2 : 56 mmHg SaO2 : 73 %
punggung klien A : Masalah teratasi sebagian
- Memonitor kemampuan BAB P : Intervensi dilanjutkan
20.0 Wib Resiko infeksi - Pertahankan teknik aseptif dengan Cuci tangan S : Klien tidak sadar
berhubungan setiap sebelum dan sesudah tindakan O :
dengan tidak keperawatan - Suhu tubuh 38 C, terdapat odema pada
adekuat - Melakukan pemantauan suhu badan pada ekremitas bawah dan ekremitas atas pada
pasien setiap 4 jam
pertahanan sebelah kanan
- Membatasi pengunjung pada pasien
sekunder - Nilai GCS 5, klien memberi respon saat
(penurunan Hb - Melakukan pemberian terapi antibiotik dilakukan rangsangan nyeri
- Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik A : Masalah teratasi sebagian
dan lokal P : Intervensi dilanjutkan
- Melakukan pemeriksaan inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase