Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN JANTUNG

Makalah

Disusun oleh kelompok 2


1. Mazlina
2. Baiq Dalia M
3. Panadi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN EKSTENSI FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN
(UNIQHBA) BAGU TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk dalam
sistem sirkulasi. jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa darah untuk
menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh jaringan tubuh
dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh. (Wikipedia,
2008).

Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah


penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya
hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Angka harapan hidup yang semakin meningkat datambah peningkatan golongan usia tua
semakin memperbesar jumlah penderita penyakit jantung yang sebagian besar diderita oleh
orang tua. (Wikipedia, 2008).

Meskipun berbagai pendekatan terapi gagal jantung meliputi terapi farmakologis,


prosedur intervensi dan pembedahan telah banyak ditawarkan, kematian penderita gagal
jantung masih sangat tinggi apabila penyebabnya tidak teratasi. Ketika diagnosa gagal
jantung ditegakkan, maka dapat diramalkan berapa lamakah seseorang akan bertahan
hidup. Telah dilaporkan, bahwa ketahanan hidup seorang penderita gagal jantung bahkan
lebih buruk dari penderita kanker ganas. Pada tahun ketiga, hanya 24 persen penderita
gagal jantung yang masih bertahan hidup.(Budiono, 2008)

Heart failure atau gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang
menjadi masalah serius di Amerika, American Heart Association (AHA) tahun 2004
melaporkan 5,2 juta penduduk amerika menderita gagal jantung, asuransi kesehatan
Medicare USA paling banyak mengeluarkan biaya untuk diagnosis dan pengobatan gagal
jantung.(ACC / AHA 2005) dan diperkirakan lebih dari 15 juta kasus baru gagal jantung
setiap tahunnya di seluruhdunia. (Cokat, 2008)
Faktanya saat ini 50% penderita gagal jantung akan meninggal dalam waktu 5 th,
sejak diagnosanya ditegakkan. Begitu juga dengan risiko untuk menderita gagal jantung,
belum bergerak dari 10% untuk kelompok di atas 70 tahun, dan 5% untuk kelompok
usia 60-69 tahun serta 2% untuk kelompok usia 40-59 tahun. (Merdikoputro, 2004).

B. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan klien dengan
kegawatdaruratan system kardiovaskuler
2. TUJUAN KHUSUS
1) Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit cardiac
arrest.
2) Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit aritmia
mengancam jiwa
3) Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit acung along
oedema.
4) Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit shock
kardiogenik.
5) Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit fibrasi
ventrikel.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. ANATOMI JANTUNG
Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk
oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel
kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira
6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari
kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu
jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung
terletak diantara kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diafragma
thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1
cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum
Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi
lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri
linea medioclavicularis.
Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri antara lapisan
fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas
agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium. Epicardium adalah lapisan
paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini
adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium. Ada 4
ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah
ventrikel. Pada orang awan atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan
bilik.
Diantara atrium kanan dan ventrikel kana nada katup yang memisahkan keduanya
yaitu ktup tricuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup
yang disebut dengan katup mitral. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat
terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
1. Right Coronary
2. Left Anterior Descending
3. Left Circumflex
4. Superior Vena Cava
5. Inferior Vena Cava
6. Aorta
7. Pulmonary Artery
8. Pulmonary Vein
9. Right Atrium
10. Right Ventricle
11. Left Atrium
12. Left Ventricle
13. Papillary Muscles
14. Chordae Tendineae
15. Tricuspid Valve
16. Mitral Valve
17. Pulmonary Valve

Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat
memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Selain itu otot jantung
juga mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.Kedua atrium
merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang
ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal
terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.

Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului
oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang
terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA
mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus
AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.

Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi memenuhi
kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak darah dibandingkan dengan
organ lain. Aliran darah untuk jantung diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua
arteri koroner ini keluar dari aorta kira-kira ½ inchi diatas katup aorta dan berjalan
dipermukaan pericardium. Lalu bercabang menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding
ventrikel. Sesudah terjadi pertukaran O2 dan CO2 di kapiler , aliran vena dari ventrikel
dibawa melalui vena koroner dan langsung masuk ke atrium kanan dimana aliran darah
vena dari seluruh tubuh akan bermuara. Sirkulasi darah ditubuh ada 2 yaitu sirkulasi paru
dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri
besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil,
vena pulmonalis dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan
yang rendah kira-kira 15-20 mmHg pada arteri pulmonalis.

Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil,
arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior,
vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan.

Sirkulasi sistemik mempunyai fungsi khusus sebagai sumber tekanan yang


tinggindan membawa oksigen ke jaringan yang membutuhkan. Pada kapiler terjadin
pertukaran O2 dan CO2 dimana pada sirkulasi sistemis O2 keluar dan CO2 masuk dalam
kapiler sedangkan pada sirkulasi paru O2 masuk dan CO2 keluar dari kapiler. Volume
darah pada setiap komponen sirkulasi berbeda-beda. 84% dari volume darah dalam tubuh
terdapat pada sirkulasi sistemik, dimana 64% pada vena, 13% pada arteri dan 7 % pada
arteriol dan kapiler.

B. KARDIAC ARREST
1) Definisi
Cardiac arrest disebut juga cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau
circulatory arrest, merupakan suatu keadaan darurat medis dengan tidak ada atau tidak
adekuatnya kontraksi ventrikel kiri jantung yang dengan seketika menyebabkan
kegagalan sirkulasi. Gejala dan tanda yang tampak, antara lain hilangnya kesadaran;
napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas); tekanan darah
sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri;
dan tidak denyut jantung.
Penyebab cardiac arrest yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam
jantung. Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap
normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang
abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat berdetak
terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika aritmia terjadi,
jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi. Penyebab
lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax.
2) Etiologi
Penyebab cardiac arrest yang paling umum adalah gangguan listrik di dalam
jantung. Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol irama jantung tetap
normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat menyebabkan irama jantung yang
abnormal, disebut aritmia. Terdapat banyak tipe dari aritmia, jantung dapat berdetak
terlalu cepat, terlalu lambat, atau bahkan dapat berhenti berdetak. Ketika aritmia
terjadi, jantung memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah ke dalam sirkulasi.
Aritmia dicetuskan oleh beberapa faktor, diantaranya: penyakit jantung koroner
yang menyebabkan infark miokard (serangan jantung), stress fisik (perdarahan yang
banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam, sengatan listrik, kekurangan
oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan asma yang berat),
kelainan bawaan yang mempengaruhi jantung, perubahan struktur jantung (akibat
penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest adalah
tamponade jantung dan tension pneumothorax.
3) Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun,
umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti
jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran
oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi
akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan
oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas
normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5
menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac death).
Berikut akan dibahas bagaimana patofisiologi dari masing - masing etiologi
yang mendasari terjadinya cardiac arrest :
a) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang
umumnya dikenal sebagai serangan jantung. Infark miokard merupakan salah satu
penyebab dari cardiac arrest. Infark miokard terjadi akibat arteri koroner yang
menyuplai oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras dan menyempit akibat
sebuah materia(plak) yang terbentuk di dinding dalam arteri. Semakin meningkat
ukuran plak, semakin buruk sirkulasi ke jantung. Pada akhirnya, otot-otot jantung
tidak lagi memperoleh suplai oksigen yang mencukupi untuk melakukan
fungsinya, sehingga dapat terjadi infark. Ketika terjadi infark, beberapa jaringan
jantung mati dan menjadi jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghambat
sistem konduksi langsung dari jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan
cardiac arrest.
b) Stess fisik.
Stress fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung gagal
berfungsi, diantaranya :
 Perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam
 Sengatan listrik
 Kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun serangan
asma yang berat
 Kadar Kalium dan Magnesium yang rendah.
 Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu SCA pada pasien yang
memiliki gangguan jantung.
Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal reflex
akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
c) Kelainan Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam keluarga.
Kecenderungan ini diturunkan dari orang tua ke anak mereka. Anggota keluarga
ini mungkin memiliki peningkatan resiko terkena cardiac arrest. Beberapa orang
lahir dengan defek di jantung mereka yang dapat mengganggu bentuk(struktur)
jantung dan dapat meningkatkan kemungkinan terkena SCA.
d) Perubahan struktur jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung dapat
menyebabkan perubahan dari ukuran atau struktur yang pada akhirnrya dapat
mengganggu impuls listrik. Perubahan-perubahan ini meliputi pembesaran
jantung akibat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung kronik. Infeksi dari
jantung juga dapat menyebabkan perubahan struktur dari jantung.
e) Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel blocker,
kokain, digoxin, aspirin, asetominophen dapat menyebabkan aritmia. Penemuan
adanya materi yang ditemukan pada pasien, riwayat medis pasien yang diperoleh
dari keluarga atau teman pasien, memeriksa medical record untuk memastikan
tidak adanya interaksi obat, atau mengirim sampel urin dan darah pada
laboratorium toksikologi dapat membantu menegakkan diagnosis.
f) Tamponade jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak jantung
sehingga tidak mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi berjalan sehingga
mengakibatkan kematian.
g) Tension pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura.
Udara akan terus masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan tekanan
dalam paru. Hal ini akan menyebabkan pergeseran mediastinum. Ketika keadaan
ini terjadi, jantung akan terdesak dan pembuluh darah besar (terutama vena cava
superior) tertekan, sehingga membatasi aliran balik ke jantung.
4) Penemuan Autopsi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menuntun kita menegakkan diagnosis
cardiac arrest maupun sudden cardiac death(SCD), di antaranya adalah hasil temuan di
TKP, menunjukkan posisi kematian yang tidak wajar, khas untuk suatu kematian
mendadak. Korban mungkin ditemukan meninggal dalam keadaan hanya mengenakan
pakaian dalam keadaan tertelungkup, maupun tergeletak di samping kabel listrik.
Hasil pemeriksaan autopsi juga dapat menunjukkan adanya temuan penyakit-
penyakit yang mendasari terjadinya cardiac arrest, seperti penyakit jantung koroner,
pembesaran jantung, trombosis, maupun tanda-tanda kekerasan seperti penjeratan
yang dapat memicu terjadinya cardiac arrest.
5) Aspek Medikolegal
Setiap kematian mendadak harus diperlakukan sebagai kematian yang tidak
wajar, sebelum dapat dibuktikan bahwa tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya.
Dengan demikian dalam penyelidikan kedokteran forensik pada kematian yang
mendadak atau terlihat seperti wajar, alasan yang sangat penting dalam otopsi adalah
menentukan apakah terdapat tindak kejahatan. Dari sudut kedokteran forensik, tujuan
utama pemeriksaan kasus kematian mendadak adalah menentukan cara kematian
korban. KUHAP pasal 133 (1) menyatakan ”Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya.”
Pemeriksaan kasus kematian mendadak perlu beberapa alasan, antara lain:
a. `Menentukan adakah peran tindak kejahatan pada kasus tersebut
b. Klaim pada asuransi
c. Menentukan apakah kematian tersebut karena penyakit akibat industri atau
merupakan kecelakaan belaka, terutama pada pekerja industry
d. Adakah faktor keracunan yang berperan
e. Mendeteksi epidemiologi penyakit untuk pelayanan kesehatan masyarakat
Pada kasus kematian yang terjadi seketika atau tak terduga, khususnya bila ada tanda-
tanda penyakit sebelumnya dan kemungkinan sakit sangat kecil, untuk menentukan
penyebabnya hanya ada satu cara yaitu dilakukannya pemeriksaan otopsi pada
jenazah, bila perlu dilengkapi dengan pemeriksaan tambahan lain seperti pemeriksaan
toksikologi. Hal ini sangat penting untuk menentukan apakah termasuk kematian
mendadak yang wajar. Adapun kepentingan otopsi antara lain:
a. Untuk keluarga korban, dapat menjelaskan sebab kematian
b. Untuk kepentingan umum, melindungi yang lain agar dapat terhindar dari
penyebab kematian yang sama
Penentuan kasus kematian adalah berdasarkan proses interpretasi yang meliputi:
a. Perubahan patologi anatomi, bakteriologi dan kimia
b. Pemilihan lesi yang fatal pada korban
Pada kasus kematian mendadak yang sering kita hadapi, tindakan yang mampun
dilakukan pada kematian mendadak adalah:
a. Semua keterangan tentang almarhum dikumpulkan dari keluarga, teman,
polisi, atau saksi-saksi, yang meliputi: usia, penyakit yang pernah diderita,
pernah berobat dimana, hasil pemeriksaan laboratorium, tingkah laku yang
aneh, dan lain-lain.
b. Keadaan korban dan sekitar korban saat ditemukan, pakaian yang ditemukan,
tanda-tanda kekerasan atau luka, posisi tubuh, temperatur, lebam mayat, kaku
mayat, situasi TKP rapi atau berantakan, adanya barang-barang yang
mencurigakan.
c. Keadaan sebelum korban meninggal
d. Bila sebab kematian tidak pasti, sarankan kepada keluarga untuk melapor
kepada polisi, jika polisi tidak meminta visum et repertum dapat diberi surat
kematian.
e. Dalam mengisi formulir B, pada sebab kematian bila tidak dketahui sebab
kematiannya ditulis tidak diketahui atau mati mendadak.
f. Bila dilakukan pemeriksaan dalam, buat preparat histopatologi bagian organ-
organ tertentu, diperiksa dan dilakukan pemeriksaan toksikologi
g. Sebaiknya jangan menandatangani surat kematian tanpa memeriksa korban,
dan jangan menyentuh apapun terutama yang dipakai sebagai barang bukti.
Dari hasil pemeriksaan kemungkinan:
a. Korban meninggal secara wajar dan sebab kematian jelas misalnya coronary
heart disease, maka diberi surat kematian dan dikuburkan
b. Sebab kematian tidak jelas, keluarga/dokter lapor ke polisi, kemudian polisi
minta visum et repertum, setelah SPVR datang maka korban diotopsi untuk
menentukan sebab kematian korban.
c. Korban meninggal secara tidak wajar, misalnya ditemukan adanya tanda-
tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi.
d. Korban diduga meninggal secara wajar, misalnya CVA tetapi juga ditemukan
tanda-tanda kekerasan, maka keluarga atau dokter lapor ke polisi.
A. ARITMIA YANG MENGANCAM JIWA
1) Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu
rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung
tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
2) Etiologi
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini
dalam sistem irama-konduksi jantung :
a. Irama abnormal dari pacu jantung.
b. Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
c. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui
jantung.
d. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
e. Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua bagian
jantung.
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapata menyebabkan aritmia adalah :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
f. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
i. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
j. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
k. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung)
3) Klasifikasi
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1. Gangguan pembentukan impuls.
a. Gangguan pembentukan impuls di sinus
 Takikardia sinus
 Bradikardia sinus
 Aritmia sinus
 Henti sinus
b. Gangguan pembentukan impuls di atria (aritmia atrial).
 Ekstrasistol atrial
 Takiakardia atrial
 Gelepar atrial
 Fibrilasi atrial
 Pemacu kelana atrial
c. Pembentukan impuls di penghubung AV (aritmia penghubung).
 Ekstrasistole penghubung AV
 Takikardia penghubung AV
 Irama lolos penghubung AV
d. Pembentukan impuls di ventricular (Aritmia ventricular).
 Ekstrasistole ventricular.
 Takikardia ventricular.
 Gelepar ventricular.
 Fibrilasi ventricular.
 Henti ventricular.
 Irama lolos ventricular.
e. Gangguan penghantaran impuls.
a. Blok sino atrial
b. Blok atrio-ventrikular
c. Blok intraventrikular.
4) Manifestasi Klinis
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
5) Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. 1GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
6) Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medis
 Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
 Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
* Kelas 1 A
I. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
II. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi
yang menyertai anestesi.
III. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
* Kelas 1 B
I. Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
II. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
* Kelas 1 C
I. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
 Atenolol
 Metoprolol
 Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
 Amiodarone
 Indikasi VT
 SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
 Verapamil
 Indikasi supraventrikular aritmia
e. Terapi mekanis
 Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
 Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat.
 Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
 Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
7) Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Aritmia
A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
 Kondisi psikososial
2. Pengkajian fisik
 Aktivitas : kelelahan umum
 Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis,
berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun
berat.
 Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
 Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban
kulit
 Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
 Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau
tidak dengan obat antiangina, gelisah
 Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki,
mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;
hemoptisis.
 Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan
dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Resiko tinggi Kriteria hasil : 1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis 1. Perbedaan frekuensi, kesamaan
penurunan pedis) catat frekuensi, keteraturan, dan keteraturan nadi
1. Mempertahankan/meningkatkan
curah jantung amplitudo dan simetris menunjukkan efek gangguan
curah jantung adekuat yang
berhubungan curah jantung pada sirkulasi
dibuktikan oleh TD/nadi dalam
dengan sistemik/perifer.
rentang normal, haluaran urin
gangguan 2. Auskultasi bunyi jantung, catat 2. Disritmia khusus lebih jelas
adekuat, nadi teraba sama, status
konduksi terdeteksi dengan pendengaran
frekuensi, irama. Catat adanya
mental biasa
elektrikal, dari pada dengan palpasi.
2. Menunjukkan penurunan denyut jantung ekstra, penurunan
penurunan
frekuensi/tak adanya disritmia
kontraktilitas nadi.
3. Berpartisipasi dalam aktivitas
miokardia.
3. Pantau tanda vital dan kaji 3. Pendengaran terhadap bunyi
yang menurunkan kerja
keadekuatan curah jantung/perfusi jantung ekstra atau penurunan
miokardia.
jaringan. nadi membantu
mengidentifikasidisritmia pada
pasien tak terpantau.

4. Tentukan tipe disritmia dan catat 4. Meskipun tidak semua disritmia


irama : takikardi; bradikardi; mengancam hidup, penanganan
disritmia atrial; disritmia ventrikel; tepat untuk mengakhiri disritmia
blok jantung diperlukan pada adanya
gangguan curah jantung dan
perfusi jaringan
5. Berikan lingkungan tenang. Kaji 5. Berguna dalam menentukan
alasan untuk membatasi aktivitas kebutuhan /tipe intervensi
selama fase akut.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan 6. Penurunan rangsang dan
perilaku pengaturan stres misal penghilangan stress akibat
relaksasi nafas dalam, bimbingan katekolamin yang menyebabkan
imajinasi / meningkatkan disritmia dan
vasokontriksi dan meningkatkn
kerja miokardia.
7. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, 7. Meningkatkan partisipasi klien
lamanya, intensitas dan faktor dalam mengeluarkan beberapa
penghilang/pemberat. Catat petunjuk rasa control dalam situasi penuh
nyeri non-verbal contoh wajah stress.
mengkerut, menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung 8. Sebab nyeri dada bermacam-
paru sesuai indikasi macam dan tergantung
penyebab disritmia. Namun,
nyeri dada dapat menunjukkan
iskemia karena penurunan
perfusi miokardia
9. Pantau pemeriksaan laboratorium, 9. Terjadinyadisritmia yang
contoh elektrolit mengancam hidup memerlukan
upaya intervensi untuk
mencegah kerusakan iskemia
10. Berikan oksigen tambahan sesuai 10. Ketidakseimbangan elektrolit
indikasi seperti kalium, magnesium dan
kalsium, secra merugikan
mempengaruhi irama dan
kontraktilitas jantung
11. Berikan obat sesuai indikasi : 11. Meningkatkan jumlah sediaan
kalium, antidisritmia oksigen untuk miokard, yan
menurunkan iritabilitas yang
disebabkan oleh hipoksia
12. Siapkan untuk bantu kardioversi 12. Disritmia umumnya diobati
elektif secra simtomatik, kecuali untuk
ventrikel premature, diman
dapat diobati secara proliferatik
pada IM aku
13. Bantu pemasangan/mempertahankan 13. Dapat digunakan pada fibriasi
fungsi pacu jantung atrial atau disritmia tidak stabil
untuk menyimpan frekuensi
jantung normal/menghilangkan
gagal jantung normal.
14. Siapkan untuk bantu kardioversi 14. Pacu sementara mungkin perlu
elektif untuk meningkatkan
pembentukan impuls dan
maenghambat takidisritmia

15. Masukkan/pertahankan masukan IV 15. Jalan masuk paten diperlukan


untuk pemberian oba darurat
16. Siapkan untuk prosedur diagnostik 16. Diagnosa banding berdasarkan
invasive penyebab mungkin diperlukan
untuk membuat rencana
pengobatan yang tepat
17. Siapkan untuk pemasangan otomatik 17. Alat ini melalui pembedahan
kardioverter atau defibrillator ditanam pada pasien dengan
disritmia berulang yang
mengancam hidup meskipun
diberi obat terapi secara hati-
hati.
2. Kurang Kriteria hasil : 1. Kaji ulang fungsi jantung 1. Memberikan dasar pengetahuan
pengetahuan normal/konduksi elektrikal untuk memahami variasi
1. Menyatakan pemahaman
tentang individual dan memahami alasan
tentang kondisi, program
penyebab atau intervensi teraupetik.
pengobatan
kondisi 2. Jelakan/tekankan masalah aritmia 2. informasi terus-menerus dapat
2. Menyatakan tindakan yang
pengobatan khusus dan tindakan terapeutik pada menurunkan cemas sehubungan
diperlukan dan kemungkinan
berhubungan pasien/keluarga. dengan ketidaktahuan dan
efek samping obat
dengan kurang menyiapkan pasien/orang
3. Melakukan prosedur yang perlu
informasi/salah terdekat.
dan menjelaskan alasan tindakan
pengertian 3. Identifikasi efek merugikan/ 3. disritmia dapat menurunkan curah
4. Menghubungkan tanda pacu
kondisi komplikasi aritmia khusus contoh jantung dimanifestasikan oleh
jantung
medis/kebutuha kelemahan, perubahan mental, gejala gagal jantung
n terapi. vertigo. 4. nformasi perlu untuk pasien
4. Anjurkan/catat pendidikan tentang dalam membuat pilihan
obat. Termasuk mengapa obat berdasarkan informasi dan
diperlukan; bagaimana dan kapan menangani program pengobatan
minum obat; apa yang dilakukan bila
dosis terlupa. 5. bila disritmia ditangani dengan
5. Dorong pengembangan latihan rutin, tepat, aktifitas normal harus
menghindari latihan berlebihan dilakukan.
1. tergantung masalah khusus,
6. Kaji ulang kebutuhan diet contoh pasien perlu meningkatkan diet
kalium dan kafein kalium, seperti saat kalium
menurun karena penggunaan
diuretic
2. instruksi tulisan membantu
pasien dalam kontak tak
langsung dengan tim kesehatan
7. Memberikan informasi dalam bentuk 3. observasi secara terus menerus
tulisan bagi pasien untuk dibawa memberikan intervensi berkala
pulang untuk menghindari komplikasi
8. Anjurkan psien melakukan berkala
pengukuran nadi dengan tepat 4. meningkatkan perawatan secara
mandiri, memberikan intervensi
berkala untuk mencegah
komplikasi serius
5. kadang kadang prosedur ini
perlu pada beberapa pasien
9. Kaji ulang kewaspadaan keamanan,
untuk memperbaiki irama
teknik mengevaluasi pacu jantung dan
teratur /curah jantung pada
gejala yang memerlukan intervensi
situasi darurat.
medis
10. Kaji ulang prosedur untuk
menghilangkan PAT contoh pijatan
karotis/sinus, manuver Valsava bila
perlu

Anda mungkin juga menyukai