Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN

ISPA ( INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)

Disusun oleh kelompok I :


1. Heri Tania
2. Baiq Dalia Mardiyanti
3. Yeni Inda yana
4. Dian Supriadi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN EKSTENSI FAKULTAS


KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN (UNIQHBA)
BAGU TAHUN 2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG................................................................................. 1
B. TUJUAN...................................................................................................... 1
1. Tujuan umum…………………………………………………………… 5
2. Tujuan khusus………………………………………………………….. 5
BAB II LANDASAN TEORI
1. Definisi ISPA…………………………………………………………………. 7
2. Etiologi ISPA………………………………………………………………….. 7
3. Klasifikasi ISPA………………………………………………………………. 9
4. Tanda dan gejala……………………………………………………………… 10
5. Pencegahan …………………………………………………………………… 10
6. Komplikasi…………………………………………………………………… 11
7. Program pemerintah……………………………………………………………11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1. Kasus……………………………………………………………………… 13
2. Pengkajian………………………………………………………………… 15
a. DataUmum………………………………………………………… 15
b. Riwayat Perkembangan…………………………………………… 17
c. Lingkungan……………………………………………………….. 18
d. Struktur Keluarga…………………………………………………. 19
e. Fungsi Keluarga………………………………………………….. 20
f. Stress dan Koping Keluarga……………………………………….. 20
g. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)…………………………………… 21
h. Harapan Keluarga……………………………………………………21
3. Analisa Data………………………………………………………………..25
4. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………… 26
5. Intervensi Keperawatan………………………………………………… 29

2
BAB III PEMBAHANSAN TEOR
1. Hubungan Teori dengan Kasus…………………………………………33
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………34
1. Kesimpulan………………………………………………………….. 34
2. Saran………………………………………………………………….34
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 35

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan kasih karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Asuhan Keperawatan anak , “ISPA” dalam penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak, baik langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu kami berterimakasih kepada dosen sebagai pembimbing kami dan teman-
teman semua yang selalu mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada pihak yang terkait dalam
pemberian bantuan kepada penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap
pembaca.

Praya. 22 Juni 2022

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering diderita
oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2008). Penyakit infeksi ini menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (Depkes RI, 2006)

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di


dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98% nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi
pada bayi, anak-anak dan orag lanjut usia, teruntuk di negara-negara dengan
pendapatan perkapita rendah dan menengah.

Keluarga memiliki peranan penting dalam melakukan upaya pencegahan dan


perawatan balita yang menderita ISPA. Ibu memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengasuh dan merawat anak yang sakit, mengingat ibu adalah pengasuh utam anak
dalam keluarga. Adapun aktivitas perawatan yang dapat dilakukan oleh ibu pada saat
anak menderita ISPA adalah memberikan nutrisi yang tepat selama balita sakit
maupun setelah sakit, memberikan cairan yang cukup selama demam da tidak
membiarkan anak kehausan, memberikan ramuan yang aman untuk melegakan
tenggorokan dan meredakan batuk, melakukan perawatan selama demam, dan
observasi tanda-tanda pneumonia (Nurhidayah,2008). Selain itu, upaya pencegahan
penyakit juga penting dilakukan oleh ibu baik dengan memberikan imunisasi maupun
penghindaran pajanan asap, perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat
(Misnadiarly, 2008)

5
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan memahmi asuhan keperawatan keluarga dengan ISPA
1.2.2 Tujun Khusus
1. Dapat mengetahui dan memahami defenisi dari ISPA
2. Dapat mengetahui dan memahami Etiologi ISPA
3. Dapat mengetahui dan memahami Klasifikasi ISPA
4. Dapat mengetahui dan memahami Tanda dan gejala
5. Dapat mengetahui dan memahami cara Pencegahan pada ISPA
6. Dapat mengetahui Komplikasi dari ISPA
7. Dapat mengetahui dan memahami Program pemerintah

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yangmenyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari,ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008). Penyakit infeksi ini menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,
2006)

2.2 Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani,2007).

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu
penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya
digunakan untuk memasak. Asapa bahan bakar kayu ini banyak menyerang
lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu
melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun
minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari,
sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas.
Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash,
Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi
kesehatan (Depkes RI,2002).

7
2.3 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ispa dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan menyebabkan silia yang terdap
at pada permukaan saluran napas bergerak keatas mendorong virus kearah
faring atau dengan suatu tangkapan reflex spasmus oleh laring. Jika reflex tersebut ga
gal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan. Iritsivi
rus pada kedalaman lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusaka
n struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan aktfitas kelenjar 
mucus yang banyak terdapat pada dinding saluran napas, sehingga terjadi pengeluara
n cairan mukosa yang  melebihi normal. Rangsangan cairan berlebihan tersebut meni
mbulkan gejala batuk sehingga pada tahap awal gejala ispa paling menonjol adalah ba
tuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. 
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupak
an mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingg
a memudahkan bakteri pathogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti st
reptococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut

8
2.4 path

 Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :

Faktor demografi yang terdiri dari 3 aspek yaitu :

1. Jenis kelamin

Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-laki


lah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.

2. Usia

9
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknya ibu rumah tangga
yang memasak sambil menggendong anaknya.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh


dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan
upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang
kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang
mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserabg
penyakit ISPA.

2.4 Klasifikasi ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan


dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin,2008):

a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan


1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x
per menitatau lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang
dari ½ volume yang biasa diminum).
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.

10
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak
harus dalamkeadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi buruk

2.5 Tanda dan gejala


Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,
kesulitan bernafas, sakit tengorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar
dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas,
sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia),
bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik akan menyebabkan kematian
(fuad, 2008).
2.6 Pencegahan
Pencegahan (rahmawati, Dwi & Hartono, 2012)
1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat anak yang
terinfeksi pernapasan.
2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk menutup
hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

11
3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir minuman, baju
cuci atau handuk.
4. Peringatan perawat ; untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan, mencuci tangan
dan jangan menyentuh mata atau hidung.
5. mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota keluarga
lainnya yang sedang sakit ISPA. pindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan seperti
anak yang sehat tidur terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/ rumah.
7. Hindari anak dari paparan asap rokok

2.7 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5
sampai 6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit ISPA yang tidak
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan komplikasi
seperti : sinusitis paranasal, penutupan tuba eustachi, empiema, meningitis dan
bronkopneumonia serta berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang menular
(Ngastiyah,2005)

2.8 Program pemerintah

Pemerintah Indonesia telah secara khusus mencanangkan Program


Pemberantasan ISPA (P2ISPA) yang dimulai pada tahun 1984, bersamaan dengan
diawalinya pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO. Sejak tahun 2007
pengendalian penyakit menular dan penyehatan lingkungan dilakukan secara terpadu,
menyeluruh atau komprehensif berbasis wilayah melalui peningkatan surveilans,
advokasi dan kemitraann. Selain itu juga mengembangkan pendekatan MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit), vaksinasi dan strategi manajemen kasus.

Dalam pelaksanaannya, program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA)


memerlukan dukungan dari semua pihak dan peran aktif masyarakat, terutama pada
keluarga. Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting, karena
penyakit ISPA merupakan penyakit yang sangat sering terjadi dalam kehidupan
keluarga. Pemberdayaan keluarga dapat dipandang sebagai suatu proses

12
memandirikan klien dalam mengontrol status kesehatannya. Pemberdayaan keluarga
memiliki makna bagaimana keluarga memampukan dirinya sendiri dengan difasilitasi
orang lain untuk meningkatkan atau mengontrol status kesehatan keluarga dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga. Namun demikian, optimalisasi pendekatan pemberdayaan
keluarga dapat tergatung dari adanya suatu model yang akan dijadikan pedoman dan
rujukan saat melakukan pelayanan keperawatan. Suatu model akan berdampak positif
dan baik bila dikembangkan berdasarkan kebutuhan pemberi dan pengguna pelayanan
kesehatan khususnya dalam hal ini adalah profesi tenaga perawat anak dan keluarga.

Hal ini sesuai dengan konsep pemberdayaan dalam family-centered nursing


yang menjelaskan bahwa keluarga memiliki hak dan kewenangan untuk merawat
anak-anaknya. Maka dari itu salah satu pendekatan pelayanan dalam keperawatan
adalah berpusat pada keluarga (family-centereed nursing) (Friedman dkk, 2003).
Family-centred nursing adalah kemampuan perawat memberikan asuhan keperawatan
keluarga, sehingga memandirikan anggota keluarga agar tercapai peningkatan
kesehatan seluruh anggota keluarganya dan keluarga mampu mengatasi masalah
kesehatan (family centered/ berorientasi pada keluarga). (Friedman dkk, 2003)

Penerapan family-centered nursing dalam kontek ISPA pada agregat balita


adalah dengan melihat kemandirian keluarga yang memiliki balita ISPA dalam
penanganan ISPA dengan memberi asuhan keperawatan secara komprehensif,
melakukan pendidikan kesehatan pada1 pasien dan keluarganya. Pembinaan care
giver yang difokuskan pada peningkatan kesehatan seluruh anggota keluarga,
sehingga tercapai kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
khususnya dalam pencegahan penyakit ISPA menggunakan model family-centered
nursing.

Penerapan model pemberdayaan berbasis keluarga : family-centered nursing


merupakan teori keperawatan dengan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan dengan sistem keperawatan pendidikan kesehatan, coaching dan
peereducation. Merupakan salah satu intervensi keperawatan yang mendukung
pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam pencegahan kekambuhan ISPA yang

13
meliputi mengenal masalah ISPA, memutuskan tindakan yang tepat, merawat balita
yang mengalami ISPA, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan dalam penanganan ISPA. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga sangat diperlukan, agar keluarga dapat mencegah terjadinya ISPA
pada balita.

14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Perawat keluarga melakukan kunjungan keluarga pada keluarga Tn. S (32th) di
desa kangkung mranggen demak. Keluarga inti yang terdiri dari Tn. S sebagai ayah
dan Ny. V (26th) sebagai ibu dari anak-anaknya yaitu anak pertama perempuan An. Lr
(6th) dan anak bungsu perempuan An. Lp (4 th ). Pada saat pengkajian ibu pasien
mengeluh anaknya (An Lp) batuk pilek sudah 3 hari pernah berobat di mantri tetapi
tidak ada perubahan, pada saat pengkajian terdapat suara tambhan diparu2. Ibu pasien
mengatakan anaknya tidak napsu makan dan lebih sering makan-makanan ringan dan
minum es.

3.2 Pengkajian

A. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S


2. Alamat Kepala Keluarga : RT 02 / RW 002 Desa Kangkung
Mranggen,Demak
3. Komposisi Keluarga :………………………………………………………

No Nama Jenis Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


Kelamin

1 Tn.S L 32 Tahun Kepala Keluarga Sarjana Guru

2 Ny.V P 26 Tahun Istri SMA Ibu Rumah Tangga

3 An.Lr P 6 Tahun Anak Kandung TK Pelajar

An.Lp P 4 Tahun Anak Kandung - -

15
4

B. Riwayat Perkembangan
1. Tahap perkembangan saat ini : Saat ini keluarga Tn.S berada pada tahap
perkembangnan keluarga anak usia pre school. Dengan tugas perkembangan
antara lain :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,privasi.
a. Mensosialisasikan anak.
b. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
yang lain.
c. Mempetahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
Tugas perkembangan yang sudah terpenuhi adalah semua tahap
perkembangan keluarga sudah terpenuhi pada keluarga Tn.S.
2. Tahap perkembangan keluarga
Yang belum terpenuhi : Tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh
keluarga saat ini keluarga merasa sudah terpenuhi, Keluarga Tn.S mengatakan
semaksimal mungkin menciptakan keluarga yang membahagiakan, terutama
untuk membahagiakan anak-anaknya.
3. Riwayat keluarga inti
Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn.S dalam keadaan sehat tetapi Tn.S
pernah mempunyai riwayat asam urat sedangkan untuk An. Lp sedang menderita
batuk pilek yaitu kurang lebih sudah dua hari yang lalu.
4. Riwayat keluarga
Hubungan antara anggota keluarga baik, keluarga mengatakan saling bantu
membantu dengan saudara yang lain.
C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
a. Jenis rumah : Petak
b. Jenis bangunan : Semipermanen

16
c. Luas bangunan : ± 4x18 m2
d. Luas perkarangan : 6 m2
e. Status kepemilikan rumah : Milik keluarga Tn.S
f. Kondisi ventilasi rumah : Kurang baik
g. Kondisi penerangan ruma : Kurang baik
h. Kondisi pencahayaan rumah : Kurang baik
i. Kondisi lantai : Kurang bersih dan tidak teratur
j. Kebersihan rumah secara keseluruhan : Bersih
k. Bagaimana pembagian ruangan dirumah : Tertata baik
l. Pengelolaan sampah keluarga : Dibakar
m. Sumber air bersih dalam keluarga: Sumur Artetis
n. Kondisi jamban keluarga : Bersih
o. Pembuangan limbah : Bersih
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga keluarga Tn.S sebagian besar bekerja sebagai buruh, petani, dan
pengrajin kayu. Tidak ada kebiasaan kurang baik dari lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan. Bila ada masalah antar warga, diselesaikan dengan
pertemuan tingkat RT yang dipimpin oleh ketua RT.
3. Mobilisasi geografi keluarga
Tn.S bersama keluarga menempati rumahnya yang sekarang sudah 7tahun
tetapi Tn.S sendiri merupakan penduduk asli Desa Kangkung.Alat transportasi
umum yang ada yaitu ojek. Sedang untuk mobilitas,keluarga menggunakan satu
buah sepeda motor, yang fungsi utamanya untuk alat transportasi saat Tn.S bekerja
maupun alat rekreasi keluarga bila ada waktu untuk bepergian.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Interaksi keluarga Tn.S dengan masyarakat terjalin baik, terlihat dari
keikutsertaan anggota keluarga dalam kegiatan keagamaan RT. Apabila terdapat
tetangga sekitar yang memerlukan bantuan maka masyarakat saling tolong
menolong, bila sakit maka akan segera dibawa ke pelayanaan kesehatan. Keluarga
mengatakan setiap 35 hari sekali ada perkumpulan tingkat RT dan keluarga selalu
mengikuti.

17
5. Sistem pendukung keluarga
Tn.S mengetahui benar akan arti kesehatan, saat wawancara Tn.S
mengungkapkan apabila keluarga ada yang sakit, akan secepatnya diperiksakan
pada Puskesmas. Keluarga Tn.S sangat yakin dengan pelayanan kesehatan dari pada
jalur alternatif.

D. Struktur Keluarga
1. Struktur komunikasi keluarga
Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn.S yaitu komunikasi terbuka,
jika ada masalah maka akan dirembuk bersama, tidak melibatkan orang lain.. Jika
pagi Ny.V hanya sendiri dirumah, anak pertama berangkat sekolah dan suaminya
berangkat bekerja, Ny.V selalu ditemani ibu mertuanya saat rumah sedang sepi
untuk mengasuh anak ke duanya.

2. Struktur kekuatan keluarga


Setiap anggota keluarganya mempunyai peran dan dapat menjalankan peran
masing-masing dengan baik. Tn.S sebagai kepala keluarga berperan sebagai
pengambil keputusan, meskipun tetap lewat musyawarah keluarga.
3. Struktur peran
Tn.S berperan sebagai kepala keluarga, yang bertanggung jawab bekerja
mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Ny.V sebagai istri,bertugas
merawat anak, pendamping suami, juga menyiapkan makanan bagi anak dan
suami. An. Lr berperan sebagai anak yang sedang menuntut ilmu di TK, waktu
dihabiskan untuk bersekolah dan bermain saat dirumah,An. Lp sebagai anak kedua
yang masih ber umur 7 bulan.
4. Struktur nilai dan norma budaya
Keluarga cukup taat dalam melaksanakan kewajiban agamanya, yaitu ibadah
sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di RT. Dalam keluarga saling menghargai
antar anggota keluarga.

18
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi efektif
Keluarga saling memberikan perhatian dan kasih sayang, Tn.S selalu
mendukung apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain selama dalam batas
kewajaran dan tidak melanggar etika dan sopan santun, diterapkan demokrasi dalam
mengatasi permasalahan keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Tn.S mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi sosial pada
keluarganyanya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan menganjurkan
keluarganya berpartisipasi dalam lingkungan sekitar misalnya jika ada kerja bakti
setiap bulan dan dalam acara perkumpulan dengan masyarakat sekitar.
3. Fungsi perawatan keluarga
Pengetahuan keluarga tentang penyakitnya dan penanganannya.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor yang dihadapi keluarga
Keluarga merasa cemas dan khawatir dengan keadaan An.Lp yang mengalami
batuk.
2. Stess jangka panjang
Keluarga mengatakan merasa ada masalah yang dirasakan dalam waktu kurang
dari enam bulan ini yaitu kecemasan oleh karena anaknya (An. Lp sering sekali
menderita batuk pilek dan sering kambuh). Tetapi keluarga memikirkan bersama-
sama sehingga masalah menjadi ringan.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa sangat berat maka
mereka akan memecahkannya secara bersama-sama, dibicarakan bersama kemudian
dicari jalan keluar yang terbaik atau kadang-kadang keluarga Tn.S bertanya pada
orang tua dari Tn.S yang tinggalnya di samping rumah keluarga Tn.S.
4. Strategi koping yang digunakan

19
Jika ada masalah keluarga lebih suka berunding bersama atau konsultasi
dengan orang yang lebih tahu atau orang tua mereka.
5. Startegi adaptasi disfungsional
Keluarga Tn.S tidak memperlakukan anak-anaknya dengan Identifikasi bentuk
yang digunakan secara ekstensif : kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos keluarga yang
merusak, pseudomutualitas, triangling dan otoritarisme.
G. Harapan Keluarga
Keluarga Tn.S berharap pada petugas kesehatan ynag ada di desa KangKung
dapat cepat mengatasi masalah yang terjadi pada anaknya agar kembali sembuh .
Keluarga berharap bisa diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan, baik itu untuk kesehatan tentang ISPA yang
diderita oleh anaknya atau pun nyeri sendi pada Tn.
F. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

Pemeriksaa Tn.S Ny.V An.Lr An.Lp


n

Fisik

Rambut Hitam, Hitam, Hitam, Hitam,

bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak

mudah rontok mudah rontok mudah rontok mudah rontok

Kepala Mesocepal, Mesocepal, Mesocepal, Mesocepal,

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,

tidk ada tidk ada tidk ada tidk ada

luka. luka. luka. luka.

20
Mata Simetis,tidak Simetis,tidak Simetis,tidak Simetis,tidak

anemis,sclera anemis,sclera anemis,sclera anemis,sclera tidak


tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, ikterik .
tidak ada tidakada tidak ada
gangguan gangguan gangguan

penglihatan. penglihatan. penglihatan.

Hidung Tidak ada secret, Tidak ada secret, Tidak ada ada secret bening
secret,
bersih. bersih.
bersih.

Mulut Bersih, gigi Bersih, gigi Bersih, Bersih,

utuh, tidak ada utuh, tidak ada mukosa bibir mukosa bibir
karang gigi, karang gigi,
lembab. lembab.
mukosa bibir
mukosa bibir
lembab.

lembab.

Telinga Simetris,bersih, Simetris,bersih, Simetris,bersih, Simetris,bersih,


tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
gangguan
gangguan gangguan gangguan
Fungsi
fungsi fungsi fungsi
pendengaran

pendengaran pendengaran pendengaran

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran

21
kelenjar tiroid. kelenjar tiroid. kelenjar tiroid. kelenjar tiroid.

Dada/Paru

1. Inspeksi Bentuk ekspansi Simetris,frekuensi Simetris,bentuk Simetris, frekuensi


dada normal,
simetris,frekuensi Pernafasan Pernafasan normal,
normal,inspirasi (anteroposterior auskulati ada tamb
pernafasan
), ahan suara whezin
normal,inspirasi Seimbang dengan
g
frekuensi
seimbang dengan ekspirasi.
.
pernafasan
ekspirasi.
normal,inspirasi

seimbang

dengan
ekspirasi.

2.Palpasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,

taktil fremitus taktil fremitus taktil fremitus taktil fremitus

sama antara sama antara sama antara sama antara

kanan dan kiri. kanan dan kiri. kanan dan kiri. kanan dan kiri.

3.Perkusi Resonan. Resonan. Resonan. Resonan.

4. Auskultasi Vesikuler Vesikuler Vesikuler ada suara ronkhi


basah halus.

Abdomen

22
1. Inspeksi Perut datar tidak Perut datar tidak Perut datar Perut buncit tidak
ada luka. ada luka tidak ada luka ada luka

2.Auskultasi Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus Peristaltik usus


normal. normal. normal. normal. Bising
usus normal

3.Perkusi Timpani Timpani Timpani Timpani

4.Palpasi Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan. tekan. tekan. tekan.

Ekstremitas

1. Atas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada
edema,turgor edema,turgor edema,turgor edema,turgor kulit
kulit baik. kulit baik. kulit baik. baik.

2.Bawah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada
edema,turgor edema,turgor edema,turgor edema,turgor kulit
kulit baik. kulit baik. kulit baik. baik.

TTV

1. TD 120/80 mmHg 110/80 mmHg - -

2.Nadi 88 x/menit 84 x/menit 116 x/menit 120 x/menit

3.RR 23 x/menit 22 x/menit 26 x/menit 32 x/menit

4.Suhu 36,2 ◦C 36 ◦C 36,6 ◦C 36,4 ◦C

23
5.BB 75 Kg 65 Kg 16 Kg 12 Kg(turun 2 Kg)

6.TB 170 cm 161 cm - -

Hasil tes asam urat Tn.S = 9 mg/dl

II. Analisa Data

No Data Fokus Diagnosa

1 DS : Bersihan jalan nafas tidak efektif


berhubungan dengan ketidakmampuan
1).Ny.V mengatakan bahwa anaknya
keluarga Tn.S merawat anak dengan
(An.Lp) batuk pilek selama 3 hari dan
ISPA
sudah dibawa ke mantra dan belum
sembuh

DO :

1. An. Lp tampak batuk

2. Hidung An. Lp keluar sekret dari


hidung

3. Imunisasi An. Lp lengkap kecuali


campak

4. An. Lp batuk grok-grok

5.RR An. Lp = 32 x/mnt

2 DS : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidakmampuan
1).Keluarga mengatakan An.Lp sulit
keluarga merawat balita/bayi dengan
makan dan lebih sering mengkonsumsi
gizi yang kurang
jajan chiki dan minum es dengan

24
pemanis buatan.

DO :

1).An.Lp tampak kurus dan mengalami


penurunan berat badan 2 Kg.

III. Diagnosa Keperawatan


Hasil dari analisa data diatas dapat muncul diagnosa sebagai berikut :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


Tn.S merawat anak dengan ISPA Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat balita/bayi dengan gizi
yang kurang

Scoring

(Penentu Prioritas Masalah)

KRITERIA BOBOT SCORE

Sifat masalah 1 Aktual =3

Resiko =2

Potensial = 1

Kemungkinan masalah untuk 2 Mudah =2


dipecahkan
Sebagian =1

Tidak dapat = 0

Potensial masalah untuk 1 Tinggi = 3

25
dicegah Cukup = 2

Rendah = 1

Menonjolkan masalah 1 Segera diatasi = 2

Tidak segera diatasi = 1

Masalah tidak diatasi = 0

Penilaian :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


Tn.S merawat anak dengan ISPA.

No Kriteria Perhitungan Nilai

1 Sifat masalah 3/3x1 1

 Aktual

2 Kemungkinan masalah untuk 1/2x2 1


dipecahkan

 Sebagian

3 Potensial masalah untuk dicegah 3/3x1 1

 Tinggi

4 Menonjolkan masalah 2/2x1 1

 Segera diatasi

Total 4

26
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat balita/bayi dengan gizi yang kurang.

No Kriteria Perhitungan Nilai

1 Sifat masalah 1/3x1 1/3

 Potensial

2 Kemungkinan masalah untuk 2/2x2 1


dipecahkan

 Mudah

3 Potensial masalah untuk dicegah 3/3x1 1

 Rendah

4 Menonjolkan masalah 0/2x1 0

 Masalah tidak diatasi

Total 2 1/3

IV. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Evalusi Rencana Tindakan


O Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Bersihan jalan Setelah Keluarga Verbal Keluarga 1.kaji pengetahuan
nafas tidak dilakukan dapat dapat keluarga tentang ISPA
efektif tindakan mengenal menjelaskan 2.jelaskan pada keluarga
berhubungan keperawatan masalah pengertian tentang
dengan bersihan ISPA. ISPA , dapat pengertian,tanda/gejala
ketidakmampua jalan nafas menyebutkan tindakan yang dilakukan

27
n keluarga Tn.S dapat tanda dan bila salah satu anggota
merawat anak teratasi. gejala ISPA , keluarga menderita
dengan ISPA dapat ISPA.
menjelaskan 3.berikan kesempatan
perawatan pada keluarga untuk
keluarga bertanya.
yang 4.berikan reinforcement
menderita positif atas usaha
ISPA. keluarga.
5.bimbing keluarga
untuk mengulang
kembali apa yang
dijelaskan oleh perawat
6.beri pujian atas
jawaban yang
disampaikan oleh
keluarga.
Keluarga Verbal Keputusan Beri penjelasan tentang
mampu keluarg penyakit ISPA dan
mengambl untuk komplikasinya.
keputusan memeriksaka
yang tepat. n kembali
Keluarga psikomo Keluarga 1.diskusikan dengan
mampu tor Tn.S dapat keluarga tentang
melakukan melakukan pengertian ISPA
perawatan perawatan menggunakan lembar
kesehatan kesehatan. balik/leaflet. Ajarkan
kepada keluarga untuk
latihan nafas dalam dan
batuk efektif secara
mandiri.

28
2.beri kesempatan
kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara
nafas dalam dan batuk
efektif serta cara
membuat obat herbal
secara tradisional.

3.beri pujian positif atas


partisipasi keluarga.
Keluarga Verbal Keluarga 1.kaji kebiasaan
mampu dapat keluarga Tn.S
memodifik menerapkan
asi pola hidup 2.motivasi keluarga
lingkungan sehat dalam berperilaku hidup
. sehat.
3.motivasi keluarga
dalam menata lingkungn
rumah
4.berikan penyuluhan
tentang bahaya
lingkungan yang tidak
sehat
Tn.S Psiko- Keluarga 1.menganjurkan
bersama motor Tn.S keluarga untuk
anggota memeriksaka memerikskan anggota
keluarga n anggota keluarga yang sakit.
mampu keluarga
memanfaat yang sakit ke 2.jelaskan jenis
kan pelayanan pelyanan kesehatan

29
pelayanan kesehatan yang bisa digunakan.
kesehatan Puskesmas.
yang ada. 3.beri kesempatan
keluarga untuk bertanya.
2 Nutrisi kurang Setelah Keluarga Verbal Keluarga 1.kaji pengetahuan
dari kebutuhan dilakukan dapat mampu keluarga tentang
tubuh kunjungan mengetahui mengenal pentingnya gizi pada
berhubungan keluarga makanan maslah gizi anak
dengan diharapkan yang nutrisi yang 2.berikan penyuluhan
ketidakmampua keluarga bergizi baik bagi kepada keluarga tentang
n keluarga mampu baik bagi anaknya,ma pengertian gizi,tanda
merawat mengenal sang anak mpu kurng gizi dan
balita/bayi gizi yang mengambil pentingnya gizi pada
dengan gizi baik keputusan anak
yang kurang cara 3.beri kesempatan
mengatai gizi keluarga untuk bertanya
pada anaknya 4.beri reinforcement
dan keluarga positif atas usaha
dapat keluarga yang telah
menyebutkan dilakukan
cara
mengatasi
gizi yang
baik bagi
anaknya.

30
BAB III
PEMBAHASAN TEORI

3.1 Hubungan Teori dengan Kasus


Di dalam teori yang sudah dibuat kelompok yaitu Infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan,
hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai
struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA
dapat terjadi karena disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas.
Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu
yang biasanya digunakan untuk memasak. Dalam kasus yang telah diangkat
kelompok, pasien telah menderita batuk pilek kurang lebih dua hari dan didapatkan
pasien sering sekali menderita batuk pilek dan sering kambuh. Pada kasus ventilasi
rumah kurang baik, pencahayaan nya kurang, dan mengelola sampah dengan cara
dibakar, sesuai teori yang didapatkan bahwa Asap bahan bakar kayu banyak
menyerang lingkungan masyarakat, imbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah
mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas
dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat
seperti ;
1. Dry basis, Ash
2. Carbon, Hidrogen,
3. Sulfur,
4. Nitrogen dan
5. Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Kemudian pada teori juga terdapat Faktor resiko timbulnya ISPA menurut
Dharmage (2009) yaitu faktor usia; Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih
banyak terserang penyakit ISPA, dan dapat ditemukan pada kasus kita ketahui
bahwa pasien (An.Lp) adalah balita (4 tahun)

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yangmenyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari,ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008). Penyakit infeksi ini menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,
2006)

4.2 Sarsn
ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering di negara berkembang.
Oleh karena itu sebagai manusia yaang ingin memiliki tubuh sehat maka selayaknya
kita menjaga kesehatan dan keseimbangan sistem tersebut. Salah satunya dengan
menjaga sanitasi lingkungan. Maka dari itu perawat haruslah mengetahu tentang
ISPA dan penatalaksanaan pada pasien dengan ISPA.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, MP, and Lance, L.L., (2009). Drug
Information Handbook, 17th edition, lexi-comp for the American Pharmacists
Association Comparison

Depkes RI (2006). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Cetakan ke-2.

Depkes R.I., (2008).Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006). Profil Kesehatan 2005. Jakarta.

Endah, Rika, Nurhidayah. (2008). Ilmu Prilaku Dan Pendidikan Kesehatan Untuk
Keperawatan. Jakarta. USU:Press.

Erlinda, Vitria. (2015). Penerapan Model Family-Centered Nursing Terhadap


Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Pencegahan ISPA Pada Balita Di
Wilayah Kerja PuskesmasSimpang Tiga Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Kedokteran
YARSI 23(2) :165-186. Nursing Academy Kesdam Iskandar Muda. Banda Aceh

Friedman MM, Bowden VR, & Jones EG (2003). Family nursing: research, theory, and
practice (5th ed). New Jersey. Pearson education Inc.USA.

Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni pada Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer. Jakarta .

33

Anda mungkin juga menyukai