Disusun oleh:
1. DEWI MELLIYUNITA (1807006)
2. NIKEN LARASATI (1807018)
3. PUTRI OKTAVIANI (1807024)
4. RAHMANA ULYA (1807026)
Dosen Pembimbing:
Ns. Wahyuningsing, M.Kep.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat
Rahmat- Nya yang diberikan kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul tentang “Penyakit Menular Infeksi Saluran Pernapasan/ ISPA”.
Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang
bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Amin…
Kelompok 3A
DAFTAR ISI
a. Latar belakang
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
telinga tengah dan pleura (Irianto, 2015). Menurut WHO (2007), ISPA menjadi salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta
orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan bawah. Kelompok yang paling berisiko adalah balita, anak-anak, dan orang
lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan
menengah. ISPA merupakan penyakit yang banyak terjadi di negara berkembang serta
salah satu penyebab kunjungan pasien ke Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-
30%). Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China 21 kasus, Pakistan 10
juta kasus dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta kasus. Semua kasus
ISPA yang terjadi di masyarakat, 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan
perawatan rumah sakit (Dirjen PP & PL, 2012). 2 Kasus ISPA di Indonesia pada tiga
tahun terakhir menempati urutan pertama penyebab kematian bayi yaitu sebesar 24,46%
(2013), 29,47% (2014) dan 63,45% (2015).
Penyakit ISPA merupakan penyakit menular yang risikonya dipengaruhi oleh
faktor ekstrinsik salah satunya yaitu lingkungan dimana kondisi lingkungan yang buruk
seperti polusi udara dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya ISPA (kemenkes, 2009).
Penyakit ISPA masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dampak yang
ditimbulkan sangat besar terhadap penderita tidak hanya pada anak-anak tetapi juga
orang dewasa. Selain itu penyakit ISPA juga dapat menjadi pemicu dari penyakit-
penyakit lainnya dan berkembang menjadi penyakit yang berbahaya seperti pneumonia
bahkan dapat menimbulkan kematian (Najmah, 2016). Pengendalian penyakit ISPA
memerlukan upaya promosi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar
hidup sehat dan mampu mengembangkan kesehatan serta terciptanya lingkungan yang
kondusif. Peran promosi kesehatan tersebut 5 merupakan tugas dari pihak puskesmas.
b. Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengetahui penyakit ISPA, etiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pemeriksaan ISPA, penatalaksanaan, dan cara mencengah
Tujuan Khusus :
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat mengenai bagaimana upaya dan hambatan yang ada di masyarakat
dalam upaya pengendalian ISPA serta meningkatkan upaya pengendalian
Penyakit ISPA di daerahnya.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat secara umum tentang penyakit ISPA dan melakukan
pengendalian ISPA yang baik dan benar.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam
pengembangan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian dalam peyakit
ISPA yang ada dimasyarakat.
a. Definisi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus,
rongga telinga tengah, pleura) (WHO, 2011). ISPA merupakan penyakit umum yang
terjadi pada masyarakat dan sering dianggap biasa atau tidak membahayakan.
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riteksia, tanpa atau disertai radang
parenkim paru (Alsagaff & Mukty, 2010).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
meyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga
kantong paru (alveoli) termaksud jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar
hIdung (sinus para nasal), rongga telinga tengah, dan pleura (DepkesRI ,2011)
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah inflamasi pada hidung, sinus
paranasal, nasofaring, epiglotis, atau laring yang disebabkan oleh infeksi organisme
patogen. Penyebab ISPA antara lain adalah virus seperti rhinovirus dan coronavirus, serta
bakteri seperti Streptococcus dan Haemophilus influenzae.
ISPA adalah penyakit yang sering ditemui di praktik klinis. Diagnosis ISPA dapat
ditegakkan secara klinis, dan umumnya tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.
Pasien biasanya mengeluhkan batuk, pilek, atau nyeri pada tenggorokan. Pada
pemeriksaan fisik akan didapatkan tanda-tanda inflamasi seperti eritema, edema, discar
saluran napas, dan demam.
Sesuai dengan namanya, ISPA akan menimbulkan peradangan pada saluran
pernapasan, mulai dari hidung hingga paru-paru. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh
virus, sehingga dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus dan antibiotik.
b. Etiologi
Etiologi / Penyebab ISPA adalah infeksi virus atau bakteri pada saluran
pernapasan. Walaupun lebih sering disebabkan oleh infeksi virus, ada beberapa jenis
bakteri yang juga bisa menyebabkan ISPA, yaitu:
Streptococcus
Haemophilus
Staphylococcus aureus
Corynebacterium diphteriae
Mycoplasma pneumonia
Chlamydia
Virus Corona
ISPA dapat menyerang saluran napas atas maupun saluran napas bawah. Beberapa
penyakit yang termasuk ke dalam ISPA adalah common cold, sinusitis, radang
tenggorokan akut, laringitis akut, pneumonia, dan COVID-19.
Penularan virus atau bakteri penyebab ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan percikan
air liur orang yang terinfeksi. Virus atau bakteri dalam percikan liur akan menyebar
melalui udara, masuk ke hidung atau mulut orang lain.
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus juga dapat menyebar
melalui sentuhan dengan benda yang terkontaminasi, atau berjabat tangan dengan
penderita.
c. Patofisiologi
ISPA
Batuk Kering
Anoreksia
Defisit Nutrisi /
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari Kebutuhan
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis / gejala dari infeksi saluran pernapasan atas berlangsung antara 1-2
minggu. Sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu
pertama. Gejala tersebut adalah:
Batuk
Bersin
Pilek
Hidung tersumbat
Nyeri tenggorokan
Sesak napas
Demam ringan
Sakit kepala / nyeri kepala ringan
Nyeri otot
Batuk kering tanpa dahak.
Warna kebiruan pada kulit akibat kurangnya oksigen.
Gejala sinusitis seperti wajah terasa nyeri, hidung beringus, dan demam.
Bernapas cepat atau kesulitan bernapas.
ISPA, terutama karena virus, akan membaik dengan sendirinya tanpa perlu
pengobatan khusus. Rasa tidak nyaman dan demam dapat diredakan dengan kompres
pada daerah dahi, ketiak, dan selangkangan, serta konsumsi obat paracetamol yang dijual
bebas. Selain mengatasi demam, paracetamol juga dapat mengurangi nyeri dan rasa tidak
nyaman yang menyertai ISPA.
Jika keluhan dirasakan semakin memburuk, demam tidak mau turun walaupun diberikan
obat penurun panas, atau muncul gejala yang lebih serius, seperti menggigil, sesak napas,
batuk darah, atau penurunan kesadaran, segeralah pergi ke instalasi gawat darurat (IGD)
di rumah sakit terdekat.
Pada anak-anak, selain keluhan di atas, segeralah bawa anak ke dokter bila ISPA disertai
dengan gejala sebagai berikut:
Sulit bernapas, bisa terlihat dari tulang iga yang nampak jelas saat bernapas (retraksi).
Muntah-muntah.
Menjadi malas bermain.
Menjadi lebih diam dibandingkan biasanya
Muncul suara bengek saat menghembuskan napas.
Anak-anak dan lansia memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga
rentan terhadap berbagai infeksi. Selain itu, penyebaran virus atau bakteri ISPA di
kalangan anak-anak dapat terjadi sangat cepat karena anak-anak banyak
berinteraksi secara dekat dan melakukan kontak dengan anak-anak yang lain.
Sistem kekebalan tubuh sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus maupun
bakteri. Ketika kekebalan tubuh menurun, maka risiko terinfeksi akan semakin
meningkat. Salah satunya adalah penderita AIDS atau kanker.
ISPA lebih sering terjadi pada orang yang sudah memiliki penyakit jantung atau
gangguan pada paru-paru sebelumnya.
Perokok aktif
Perokok lebih berisiko mengalami gangguan fungsi paru dan saluran pernapasan,
sehingga rentan mengalami ISPA dan cenderung lebih sulit untuk pulih.
f. Pemeriksaan Penunjang
Nah, andaikan ISPA disebabkan oleh virus, maka dokter tidak akan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Sebab, kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya. Dokter akan
mendiagnosis ISPA dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang jika diperlukan, seperti:
g. Komplikasi
Jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi
yang serius dan dapat berakibat fatal. Komplikasi yang sering terjadi akibat ISPA adalah :
Gagal napas akibat paru-paru berhenti berfungsi
Peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah
Gagal jantung
Sinusitis
Faringitis
Infeksi telinga tengah
Infeksi saluran tuba eustachi
Bronkitis
Pneumonia (radang paru).
h. Penatalaksanaan
Pencegahan ISPA
Tindakan pencegahan utama ISPA adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
i. Pengkajian Fokus
a. Identitas Pasien
Umur : Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
daripada usia yang lebih lanjut(Anggana Rafika, 2009).
Jenis kelamin : Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di
negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
Alamat : Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga,
dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet
al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara
bermakna prevalensi ISPA berat .Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan
penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah
ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi
rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi
di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika,
2009)
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)
Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang
dialaminya sekarang)
Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien)
Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
k. Intervensi Keperawatan
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10 ), faktor yang
memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap
rokkok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang
amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Mengurangi bertambah beratnya penyakit
c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.
d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran
histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
BAB II TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal : Kamis, 14 Januari 2021/ Jam : 07:45
1) Identitas Data
Nama : An. Z
Alamat : Jatipurwo, Rowosari, Kendal
Tanggal lahir/ umur : 5 Tahun 9 Bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No Register :-
Tanggal masuk/ jam : -
Diagnosa Medis :-
2) Keluhan Utama
Pasien mengatakan tidak enak badan, badan terasa lemas
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien batuk, pilek, demam dan tubuh menggigil saat malam hari
4) Riwayat Kesehatan Masa Lampau
a. Penyakit waktu kecil
Pasien tidak memiliki penyakit waktu kecil
b. Pernah dirawat di rumah sakit
Pasien tidak pernah dirawat di RS
c. Obat-obatan yang digunakan
Pasien tidak menggunakan obat-obatan
d. Tindakan operasi
Pasien tidak pernah dioperasi
e. Alergi
Pasien tidak memiliki alergi makanan, minuman dan lainnya
f. Kecelakaan
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan
g. Imunisasi
Laki – laki =
Perempuan =
Warna merah = Meninggal
a.Yang mengasuh
Ayah kandung dan Nenek
b.Hubungan dengan anggota keluarga
Anak Kandung
c.Lingkungan rumah
Ketika sehat : Pasien sering bermain dengan teman-temannya
Ketika sakit : Pasien istirahat dirumah, tidak pernah keluar rumah
7) Pola Sehari-hari
9) Pemeriksaaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pasien mengatakan tidak enak badan, lemas, tampak batuk berdahak, tampak sulit
bernapas, pasien mengatakan sakit kepala/ pusing, pasien mengatakan sulit tidur
b. Tanda-tanda Vital
TD = 90/100 mmHg (N = 90-105 mmHg)
N = 78 x/menit (N = 70-120 x/menit)
RR = 25 x/menit (N = 22-34 x/menit)
S = 38.0C (N=36.5C-37.5C)
c. Kepala
Rambut sedikit kotor, ada ketombe, warna hitam, bentuk kepala normal
d. Mata
Bulu mata lebat lentik, kelopak mata condong kedalam, konjungtiva normal merah muda
dan sklera normal putih bening
e. Hidung
Hidung tampak kemerahan, hidung tersumbat berair, terdapat ingus, dan keluar lendir,
pilek
f. Mulut
Gigi kotor, gopes, ompong dan terdapat caries gigi
g. Telinga
Telinga terdapat serumen, pasien mengatakan telinganya terkadang berdenging saat pilek
h. Dada
Dada simetris, tidak ada otot bantu pernapasan, dada tampak sedikit menonjol saat dia
bernapas
i. Jantung (IPPA)
Inspeksi : Pasien tampak tidak tegang, jantung tidak berdebar-debar
Palpasi : Tidak ada pembesaran pada jantung
Perkusi : Suara jantung normal
Auskultasi : BJ 1 Lup, BJ 2 Dup, Terdengar suara lup dup
j. Paru-paru (IPPA)
Inspeksi : Tampak batuk tidak produktif, tampak tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan tambahan
Palpasi : Adanya demam, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi : Suara paru normal (resonance)
Auskultasi : Suara napas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
k. Abdomen (IAPP)
Inspeksi : Tampak tidak ada oedema / acites
Auskultasi : Suara peristaltik /bising usus 12 x/menit (5-34 menit)
Palpasi : Tidak nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada suara angin tambahan
l. Punggung
Punggung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat benjolan
m. Genetalia
Tidak terpasang kateter
n. Ekstremitas
Tidak ada odema, dan pergerakan kaki normal
o. Kulit
Tampak tidak mengalami kelainan kulit atau masalah kulit apapun
10) Therapi
Afibramol Parachetamol sirup 3x1 (Sudah habis 1 botol sirup, jalan botol ke-2)
Laboratorium : tanggal -
B. ANALISA DATA
Nama : An. Z
Umur : 5 Tahun
Umur : 5 Tahun
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : An. Z
Umur : 5 Tahun
NO.
TGL/ RESPON PASIEN
DP IMPLEMENTASI TTD
JAM ( S DAN O)
No.
TGL/ JAM EVALUASI (SOAP) TTD
Dx.
17.00
17.10
a. Kesimpulan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebabkematian
tersering pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi SaluranPernafasan Akut ini
menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian padaanak berusia dibawah lima
tahun pada setiap tahunnya, dan sebanyak dua per tigakematian tersebut adalah bayi
(khususnya bayi muda usia kurang dari dua bulan)(WHO, 2003).
b. Saran
ISPA merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat dianggap remeh. Bagaimanapun
juga, upaya pencegahan merupakan hal yang harus diutamakan. Pemerintah dan
masyarakat diharapkan bekerja sama dalam upaya pencegahan ISPA, tentunya dengan
dibantu oleh para tenaga kesehatan masyarakat sebagai fasilitator.
Hasil penelitian ini dapat mendorong penanganan pencegahan penyakit ISPA melalui
upaya :
1. Melakukan penyuluhan memotivasi masyarakat dalam pengadaan dan penggunaan
sarana lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Mendorong dan membina masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan sekitar.
3. Memperbaiki lingkungan dengan fasilitas yang ada sehingga memperkecil resiko
terjadinya ISPA
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Simoes EAF, Cherian T, Chow J, Salles SAS, Laxminarayan R, John TJ. Acute respiratory
infection in children. Chapter 25. Disease Control Priorities in Developing
Countries.p.483-499.
Maneghetii A, Upper Respiratory Infections. [Internet]. 2018;[cited 2018 December 11].
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/302460-overview
Mandell LA. Etiologies of acute respiratory tract infection. Clinical Infectious Disease.
2005;42:503-506.
Fayyaz J. Bronchitis. [internet]. 2018:[cited 2018 November 27]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/297108-overview
Bosch AATM, Biesbroek G, Trzcinski K, et al. Viral and bacterial interaction in the upper
respiratory tract. PLoS Pathogens, 2013. 9(1), e1003057.
doi:10.1371/journal.ppat.1003057
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=11772&bid=4668
e-journal.polnustar.ac.id/jis/article/view/206 (VOL 3 NO 1 /2019)
Ditjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV .
Gunawan.2007. Farmakologi dan Terapi.Balai Penerbit FKUI:Jakarta
Tjay,Tan Hoan.2010. Obat-obat Penting .Gramedia:Jakarta