Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN ASMA

DISUSUN OLEH:

1. ADITYA SAFITRA R. (019.01.3619)


2. AINUN JARYAH (019.01.3620)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MATARAM


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segalaa puji syukur kehadirat allah SWT, yang selalu melimpahkan
karunia Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas keperawatan medikal bedah I dengan
judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA “ .
Dalam penyusunan makalah ini saya mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada ibu NS. Eva Marvia., M.M
selaku dosen pembimbing kami.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 22 oktober 2020

TIM penyusun
( kelompok 1 )
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan................................................................................ 2
C. Manfat penulisan................................................................................ 3
D. Sistematika penulisan......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian........................................................................................... 4
B. Etiologi............................................................................................... 4
C. Patofisiologi…................................................................................... 5
D. Pathway…………………………………………………………….. 6
E. Manifestasi klinik............................................................................... 7
F. Pemeriksaan penunjang…………………………………………….. 7
G. Pengkajian………………………………………………………….. 8
H. Diagnosa……………………………………………………………. 9
I. Intervensi …………………………………………………………... 9
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian.......................................................................................... 12
B. Analisa data........................................................................................ 13
C. Diagnosa keperawatan……………………………………………... 14
D. Intervensi………………........................................................ 15

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................. 22
B. SARAN.............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan napas. Dasar penyakit ini adalah
hiperaktivitas bronkus dan obstruksi jalan napas. Gejala asma adalah gangguan pernapasan
(sesak), batuk produktif terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa
tertekan. Gejala tersebut memburuk pada malam hari, adanya alergen (seperti debu, asap
rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan atau tanpa
pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala sesak napas yang
terjadi pada salah satu atau lebih kondisi: terpapar udara dingin dan/atau debu dan/atau asap
rokok dan/atau stres dan/atau flu atau infeksi dan/atau kelelahan dan/atau alergi obat dan/atau
alergi makanan dengan disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang dengan pengobatan dan/atau sesak napas berkurang atau
menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak napas lebih berat dirasakan pada malam hari
atau menjelang pagi dan jika pertama kali merasakan sesak napas saat berumur <40 tahun
(usia serangan terbanyak).
Prevalensi asma, PPOK, dan kanker meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Prevalensi asma pada kelompok umur ≥45 tahun mulai menurun. Prevalensi kanker agak
tinggi pada bayi (0,3‰) dan meningkat pada umur ≥15 tahun, dan tertinggi pada umur ≥75
tahun (5‰). Prevalensi asma dan kanker pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada
laki-laki, PPOK lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Prevalensi asma terlihat
sama antara perkotaan dan perdesaan, PPOK lebih tinggi di perdesaan dibanding perkotaan.
Prevalensi kanker di kota cenderung lebih tinggi dari pada di desa. Prevalensi PPOK
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah dan kuintil indeks
kepemilikan terbawah. Asma cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan kuintil indeks
kepemilikan terbawah. Pada penyakit kanker, prevalensi cenderung lebih tinggi pada
pendidikan tinggi dan pada kelompok dengan kuintil indeks kepemilikan teratas. (riskesdas,
2013).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu menggambarkan proses Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Asma.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini diharapkan penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Asma
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Asma
c. Merumuskan rencana tindakan pada pasien dengan Asma
d. Melakukan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Asma
e. Melakukan evaluasi pada pasien dengan Asma
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Penulis
 Menambah serta meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien Asma
 Sebagai referensi dan acuan proses asuhan keperawatan pada pasien Asma.
 Sebagai referensi tambahan mengenai proses asuhan keperawatan pada pasien Asma

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma
1. BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
sistematika penulisan.
2. BAB II : Tinjauan teori yang meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi.
3. BAB III : Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, evaluasi.
4. BAB IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
5. BAB V : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas yang mengalami radang
kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor resiko tertentu, jalan
nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mucus, dan meningkatnya proses radang (almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa
pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).

B. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
2. Faktor Presipitasi
a. Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-obatan.
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya: perhiasan, logam, dan jam
tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stress juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada.

d. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas.
e. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
olah raga yang berat.

C. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan
sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan,
maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus
dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya
adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

D. PATHWAY
Faktor pencetus

Alergi (debu, dan bulu binatang), idiopatik

,emosi/stress,obat- obatan, dan asap rokok

Spasme otot polos Sekresi mucus kental di


Edema dinding bronkiolus dalam lumen bronkiolus
bronkiolus

ekspirasi Menekan sisi luar Diameter brokiolus Bersihan jalan nafas


bronkiolus mengecil tidak efektif

Pola nafas tidak efektif dispnea

Gangguan pertukaran gas Perfusi paru tidak cukup


mendapat ventilasi

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala awal :
a. Batuk
b. Dispnea
c. Mengi (whezzing)
d. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
e. Tachicardi
f. Pernafasan cepat dangkal
2. Gejala lain :
a. Takipnea
b. Gelisah
c. Diaphorosis
d. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
e. Fatigue ( kelelahan)
f. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
g. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai pernafasan
lambat.
h. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
i. Sianosis sekunder
j. Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan
nadi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
3. Foto rontgen
4. Pemeriksaan faal paru
5. Elektrokardiografi

G. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer
a. Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot bantu pernafasan
(retraksi otot interkosta)
b. Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dyspnea, takipnea, taktil fremitus
menurun pada palpasi, suaa tambahan ronchi, hiperresonan pada perkusi.
c. Circulation
Hipotensi, diaphoresis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat kesadaran, pulsus
parodexus > 10mm.
2. Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
2) Suhu
3) Respirasi
4) Nadi
c. Pemeriksaan fiisik
1) Kulit
2) Kepala
3) Mata
4) Telinga
5) Hidung
6) Mulut
7) Leher
8) Thorax: jantung dan paru
9) Abdomen
10) Ekstremitas

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
3. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

I. INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan masalah gangguan
pertukaran gas dapat teratasi dengan criteria hasil:
a. Oksigenasi dan ventilasi adekuat
b. Suara nafas bersih
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi
Respiratory monitoring
a. Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
b. Monitor suara nafas
c. Monitor pola nafas
d. Monitor kelelahan otot diafragma
e. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan
f. Auskultasi suara nafas
g. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasil
h. Kolaborasi pemberian bronkodilator

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan jalan nafas kembali efektif
dengan criteria hasil:
a. Respirasi dalam batas normal
b. Irama pernafasan teratur
c. Oksigenasi adekuat

Intervensi:
Manajemen jalan nafas
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi udara
b. Monitor pernafasan dan batuk
c. Monitor status respiratory dan oksigenasi
d. Keluarkan secret dengan batuk efektif atau dengan suction
e. Berikan threatmen aerosol sesuai kebutuhan
f. Berikan therapy oksigen sesuai kebutuhan
g. Regulasi intake cairan untuk mencapai keseimbangan cairan
h. Auskultasi suara nafas

3. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam diharapkan masalah pola nafas tidak
efektif dapat teratasi dengan criteria hasil:
a. pergerakan dada normal
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi
Therapy aktivitas
a. Kaji kemampuan pasien untuk beraktivitas
b. Bantu pasien untuk memilih aktivitas sesuai kemampuan
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
d. Bantu pasien untuk mendapatkan alat bantu untuk aktivitas
e. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan
f. Berikan penguatan positif
g. Evaluasi respon fisik, emosi, social, dan spiritual

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Dilakukan oleh penulis di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas pada
tanggal 26 oktober 2020, pukul 08.15 WIB dengan sumber data dari pasien, keluarga pasien,
dan rekam medis. Dari penkajian tersebut didapatkan identitas pasien adalah Tn.A, umur 46
tahun, berasal dari suku jawa, Indonesia. Yang beralamat di Somagede, Banyumas. Pasien
beragama islam, pendidikan terakhirnya adalah SD, berjenis kelamin laki-laki, diagnose
medis asma attack
Alasan pasien masuk rumah sakit yaitu pasien mengeluhkan sesak nafas. Pasien
mengalami sesak nafas sejak satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit. Menurut keluarga
pasien, pasien mempunyai riwayat asma sejak 2 tahun yang lalu. Di keluarga pasien ada
keluarga yang mengalami sesak nafas, yaitu bapak pasien.
Pada pengkajian primer didapatkan data pada Airway: jalan nafas paten, ada sumbatan
yaitu sekret, ada suara nafas tambahan, pasien dapat berbicara dengan jelas. Pada Breathing:
Irama nafasnya teratur frekuensi nafas 30 x/menit,saat di auskultasi terdengar suara
wheezing. Pada Circulation: Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 78x/menit, suhu 36°c,
akeral dingin, kulit lembap, kapilerisasi <2 detik. Pada Disability: pasien sadar penuh, GCS
E4 M6 V5.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data bentuk kepala Tn. A adalah mesochepal,
rambut berwarna hitam, pasien tidak mengalami gangguan penglihatan, tidak ada luka pada
wajah, pasien terpasang oksigen 3 liter dengan nasal kanul, pasien tidak terpasang NGT,pada
mulut pasien tidak ada sariawan, mukosa bibir lembab, pasien tidak menalami gangguan
pendengaran, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, pengembangan dada
simetris, ada nyeri tekan, terdengar suara mengi (wheezing), perut pasien terihat warna
merata, timpani, tidak ada nyeri tekan, bising usus 18 x/menit,pasien terpasang infuse Ringer
Laktat di tangan kanan, pada kaki tidak terdapat edema,pasien tidak terpasang DC.
Therapy yang diberikan pada Tn. A yaitu infuse Ringer Laktat + drip aminofilin 1//2
gram, injeksi ranitidine 50 mg/ 12 jam, injeksi cefotaxim 1 gram, injeksi aminopilin ½ ampul,
injeksi MP, oksigen 3 liter, nebulizer combivent 2.5mg/2.5ml dan flexotit 0.5mg/2ml.

B. ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
Sesak nafas Pola nafas tidak efektif
1. DS:
 Pasien mengatakan sesak
nafas setelah beraktifitas
 Pasien mengatakan
aktivitasnya terbatas
 Pasien mengatakan cepat
lelah
DO:
 Pasien tampak lelah
 Pasien tampak
membatasi aktivitasnya
 Pasien sesak nafas
setelah aktivitas
2. DS: Hiperventilasi Pola nafas tidak efektif
 Pasien mengatakan sesak
nafas
 Pasien mengatakan
lemas
DO:
 Pasien tampak sesak
nafas
 Nafas tidak teratur
 TD: 140/90 mmHg
 N: 112 x/m
 R: 30 x/m
3. DS: Penumpukan secret Bersihan jalan nafas tidak
efektif
 Pasien mengatakan sesak
nafas
 Pasien mengatakan batuk
terus
DO:
 Pasien tampak sesak
nafas
 RR: 30 x/m
 Terdengar bunyi mengi
saat ekspirasi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi


DS:
 Pasien mengatakan sesak nafas
 Pasien mengatakan lemas
DO:
 Pasien tampak sesak nafas
 TD: 140/90 mmHg
 N: 112 x/m
 S: 36°C
R: 30 x/m
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
DS:
 Pasien mengatakan sesak nafas
 Pasien mengatakan batuk terus
DO:
 Pasien tampak sesak nafas
 RR: 30 x/m
 Terdengar bunyi mengi saat ekspirasi

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


DS:
 Pasien mengatakan sesak nafas setelah beraktifitas
 Pasien mengatakan aktivitasnya terbatas
 Pasien mengatakan cepat lelah
DO:
 Pasien tampak lelah
 Pasien tampak membatasi aktivitasnya
 Pasien sesak nafas setelah beraktivitas

D. INTERVENSI
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
c. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi

INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL PARA
KRITERIA TINDAKAN F
HASIL
1. Gangguan setelah dilakukan Manajemen pola perubahan dapat
pertukaran tindakan nafas tidak efektif : seperti
gas b.d keperawatan  Memonitor rata- takipnea,dispnea,
ketidakseimba selama 3 jam rata, kedalaman, mengidentifikasik
ngan perfusi diharapkan irama, dan usaha an berlanjutnya
ventilasi masalah respirasi pengaruh
gangguan  Monitor suara pernafasan yang
pertukaran gas nafas membutuhkan
dapat teratasi  Monitor pola upaya intervensi
dengan criteria nafas
hasil:  Monitor
- Oksigenasi dan kelelahan otot
ve ventilasi adekuat diafragma
b. Suara nafas 
-
Catat pergerakan
bersih dada, amati
c. - Tanda-tanda kesimetrisan,
vital dalam batas penggunaan otot
normal tambahan
 Auskultasi suara
nafas
 Auskultasi suara
paru setelah
tindakan untuk
mengetahui hasil
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator

2. B Bersihan jalan setelah dilakukan  Manajemen -Pengeluaran sulit


nafas tidak tindakan jalan nafas bila sekret tebal,
efektif b.d keperawatan  Posisikan sputum berdarah
akumulasi selama 3 jam pasien untuk akibat kerusakan
secret diharapkan jalan memaksimal paru atau luka
nafas kembali kan ventilasi bronchial yang
efektif dengan udara memerlukan
criteria hasil:  Monitor evaluasi/intervens
a. - Respirasi dalam pernafasan i lanjut
batas normal dan batuk -penurunan bunyi
b. - Irama pernafasan  Monitor napas indikasi
teratur status atelektasi, ronki
c. - Oksigenasi respiratory indikasi
adekuat dan akumulasi
oksigenasi secret/ketidakma

 Keluarkan mpuan

secret dengan membersihkan


batuk efektif jalan nafas

atau dengan sehingga otot

suction aksesori

 Berikan digunakan kerja

threatmen pernapasan

aerosol meningkat

sesuai
kebutuhan
 Berikan
therapy
oksigen
sesuai
kebutuhan
 Regulasi
intake cairan
untuk
mencapai
keseimbanga
n cairan
 Auskultasi
suara nafas

3. Pola nafas setelah dilakukan - posisikan pasien - perubahan dapat


head up 30 derajat
tidak efektif tindakan seperti
- pertahankan jalan
b. d keperawatan nafas pasien takipnea,dispnea,
- perhatikan
hiperventilasi selama 3 jam mengidentifikasik
pergerakan dada
diharapkan an berlanjutnya
masalah pola pengaruh
nafas tidak efektif pernafasan yang
dapat teratasi membutuhkan
dengan criteria upaya intervensi
hasil:
-pergerakan dada
normal
- Tanda-tanda
vital dalam batas
normal
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A selama 3 jam, yaitu tanggal 26
oktober 2020 di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas dengan Asma
mendapatkan kesimpulan, yaitu:
Didapatkan pasien bernama Tn. A, berumur 46 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
bertempat tinggal di Somagede Banyumas, beragama islam, dari suku jawa/indonesia,
pendidikan terakhir adalah SD. Pasien masuk RSUD Banyumas pada tanggal 26 oktober
2020 . Dan di diagnose Asma
Hasil dari pengkajian didapatkan pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien mengeluh
sesak nafas. Pasien mengalami sesak nafas satu jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien
memiliki riwayat asma sejan 2 tahun yang lalu.
Diagnose keperawatan yang sesuai dengan teori yaitu, bersihan jalan nafas tidak efektif,
intoleransi aktifitas, gangguan pertukaran gas.
memilih intervensi sesuai dengan yang ada pada teori, dan juga menyesuaikan dengan
kondisi pasien sehingga rencana tindakan dapat terselesaikan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan selama 3 jam, namun tidak semua
tindakan yang ada pada perencanaan dilakukan, hal ini dikarenakan kondisi pasien yang
mengalami sesak nafas, batuk, dan lemas.
Evaluasi dilakukan setelah menerapkan implementasi keperawatan, evaluasi dilakukan
dengan mengacu pada tujuan yang telah disusun.
Setelah melakukan tindakan keperawatan penulis mendokumentasikan tindakan
tersebut dalam catatan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan.

B. SARAN
Penulis akan mengungkapkan beberapa masukan yang diharapkan membantu
meningkatkan mutu kependidikan dan asuhan keperawatan yang diantaranya:
1. Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan dan wawasan
sehingga dapat mencegah atau menangani kasus aktivitas dan latihan.
Selalu berhati-hati dalam melaksanakan tugas karena masih banyak yang belum kita
ketahui dan kita masih dalam proses belajar .
Ketika menemui kesulitan ketika melakukan tindakan hendaknya kita menghubungi
perawat ruangan dan meminta bantuan dan bimbingan serta arahan. Dan yang paling utama
janagan pernah malu dan sungkan untuk bertanya jika menemui hal yang baru dan belum kita
ketahui.
2. Lebih ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa tentang pembelajaran praktek sesuai
dengan teori. Memperbanyak literatur panduan untuk praktek , karena masih ada beberapa
tindakan yang belum diajarkan di kampus namun ditemukan ketika praktek.
3. Selalu berikan bimbingan kepada kami mahasiswa kesehatan yang praktik di Rumah Sakit
Umum dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan jika kami melakukan kesalahan
mohon agar kami ditegur dan diberi arahan bagaimana yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Therapy Untuk Asma Berat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

Anonim. 2013. Riset kesehatan dasar riskesdas 2013. Jakarta: kementrian kesehatan RI; 2013. h. 85-
86

Carpenito, L. J. 2000. Diagnose Keperawatan, Aplikasi Praktis Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

Purnomo. 2008. Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronchial Pada Anak.
Semarang: Universitas Diponegoro

Sahib, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV Medika

Anda mungkin juga menyukai