Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA

DOSEN: NS.RAMADHANIYATI .M.KEP, SP.AN

Disusun Oleh :
1. BEDNARIA (SNR20215044)
2. SHAFARUDIN (SNR20215023)
3. YUSHLIHATI (SNR20215007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikumWr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma” tepat pada waktunya. Dalam penyusunan

makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari

teman-teman dan bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik.

            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca

makalah ini dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon maaf

apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis

yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari

pembaca yang sifatnya membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan

makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca

maupun kami.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Pontianak, 12 April 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan ........................................................................................ 4
A. Konsep Dasar Penyakit ............................................................................... 4
1. Definisi Asma ......................................................................................... 4
2. Anantomi dan Fisiologi ........................................................................... 4
3. Etiologi Asma ......................................................................................... 7
4. Tanda dan Gejala Asma .......................................................................... 9
5. Patofisiologi Asma .................................................................................. 9
6. Komplikasi Asma .................................................................................... 13
B. Konsep Dasar Keperawatan ........................................................................ 13
1. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 13
2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 21
3. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 22
4. Implementasi Keperawatan ..................................................................... 42
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 43
BAB III Penutup .............................................................................................. 44
A. Kesimpulan ................................................................................................. 44
B. Saran ............................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata ‘asma’ digunakan sebagai istilah untuk keadaan sesak napas

akibat penyempitan pada pipa bronchial (pembuluh tenggorokan). Asma

merupakan suatu kondisi di mana jalan udara dalam paru-paru meradang

hingga lebih sensitif terhadap factor pemicu yang menyebabkan jalan udara

menyempit hingga aliran udara berkurang dam mengakibatkan sesak napas

dan bunyi napas mengi.

Penyakit asma banyak ditemukan pada anak-anak, terutama yang

tinggal di daerah perkotaan dan industri. Kejadian asma hampir meningkat

diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Di Amerika

Serikat, sekitar sembilan juta anak dibawah 18 tahun menderita asma dan

empat juta anak mangalami sekurang-kurangnya sekali serangan asma setiap

tahun (Rachelefsky, 2006). Prevalensi asma pada anak di Indonesia cukup

tinggi terutama di kota-kota besar yaitu mencapai sekitar 17% (Vitahealth,

2006). Menurut laporan Ahli Internasional pada tahun 2005, penderita asma

di seluruh dunia sekitar 400 juta orang dengan tambahan 180.000 per tahun.

Menurut Graha (2008) asma menyerang sekitar 10% dari anak-anak

dan remaja. Pada usia anak-anak, asma menimpa anak laki-laki dalam jumlah

dua kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Sekitar satu dari empat

anak akan mengidap asma pada tahap tertentu dalam pertumbuhannya.

Sekitar 50% anak-anak penderita asma ringan akan membaik kondisinya dan

1
sembuh dalam pertumbuhan mereka menjadi dewasa, sisanya harus hidup

bersama penyakit ini,

Berdasarkan hal tersebut, maka penting kiranya untuk lebih memahami

mengenai asma sejak dini guna mencegah semakin berkembangnya penyakit

ini. Oleh karena itu, penulis membuat makalah yang membahas tentang

asuhan keperawatan pada pasien dengan asma. Kondisi hypersensitivitas

sistem respirasi ini sangat menarik untuk dibahas mengingat semakin

meningkatnya jumlah penderita asma dan dapat diaplikasikan langsung pada

pola hidup karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Definisi Asma

2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi

3. Bagaimana Etiologi Asma

4. Bagaimana Tanda dan Gejala Asma

5. Bagaimana Patofisiologi Asma

6. Bagaimana Komplikasi Asma

7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Asma

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi Asma

2. Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi

3. Untuk mengetahui Etiologi Asma

4. Untuk mengetahui Tanda dan gejala Asma

5. Untuk mengetahui Patofisiologi Asma

2
6. Untuk mengetahui Komplikasi Asma

7. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada Asma

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT ASMA

1. Definisi

Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan

menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya

bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar.(Nelson, 2013).

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan. (Amin & Hardi, 2016). Asma adalah suatu

penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea dan bronkhus terhadap

berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas

yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah secara spontan maupun

sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).

2. Anatomi dan Fisiologi

4
Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan (Anne Waugh dan Allison Grant,

2011).

Menurut Andarmoyo (2012) Anatomi Fisiologi Pernafasan dibagi

atas beberapa bagian, antara lain :

a. Hidung = Naso =Nasal

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang yang

disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut

septum nasi. Didalamnya terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi

untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk didalam

lubang hidung. Fungsi hidung, terdiri dari:

1) Sebagai saluran pernafasan

2) Sebagai penyaring udara yang dialakukan oleh bulu-bulu hidung

3) Menghangatkan udara pernafasan melalui mukosa

4) Membunuh kuman yang masuk melalui leukosit yang ada

dalam selaput lendir mukosa hidung.

b. Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan

jalan makanan. Terdapat di bawah dasar tulang tengkorak,

dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah dalam ruas tulang leher.

Hubungan faring dengan organ-organ lain; ke atas berhubungan

dengan rongga hidung, ke depan berhubungan dengan rongga

mulut, ke bawah depan berhubungan dengan laring, dan ke bawah

5
belakang berhubungan dengan esophagus. Rongga tekak dibagi dalam

tiga bagian, yaitu:

1) Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut

nasofaring.

2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium

disebut dengan orofaring

3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi

mulut, esofagus, dan laring yang merupakan gerbang untuk

sistem respiratorik selanjutnya.

c. Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan

suara. Laring (kontak suara) menghubungkan faring dengan trakea.

Pada tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago tiroid. Saat

menelanm epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk

mencegah masuknya makanan dan cairan.

d. Trakea

Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai

12 cm dan diameter 2,5 cm serta terletak di atas permukaan anterior

esofagus yang memisahkan trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan.

Trakea dilapisi epitelium fespiratorik (kolumnar bertingkat dan

bersilia) yang mengandung banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini

berfungsi untuk mengelurkan benda-benda asing yang masuk bersam-

sama dengan udara saat bernafas.

6
e. Bronkus

Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua

bagian bronkhus kana dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih

pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer

sehingga memungkinkan objek asing yang masuk ke dalam trakea

akan ditempatkan dalam bronkus kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih

panjang dan lebih ramping, bronkus bercabang lagi menjadi bagian-

bagian yang lebih kecil lagi yang disebut bronkhiolus (bronkhioli).

f. Paru-paru

Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar

terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli).

Pembagian paru-paru

1) Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior,

lobus media dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih

terbagi lagi menjadi belahan-belahan kecil yang disebut

segtment. Paru-paru kanan memiliki 10 segment, 5 buah

pada lobus superior, 2 buah pada lobus medialis, dan 3

buah pada lobus inferior.

2) Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan

lobus inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada

lobus superior, dan 5 buah pada lobus inferior.

3. Etiologi

7
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan

klasifikasi asma berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut :

a. Asma ekstrinsik/alergi

Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat

semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu

halus, binatang, dan debu.

b. Asma instrinsik/idopatik

Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya

faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering

memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia

40 tahun setelah menderita infeksi sinus/ cabang trancheobronkial.

c. Asma campuran

Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan

intrinsik. Menurut (Soemantri, 2009. Edisi 2) sampai saat ini etiologi

asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada

semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.

Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi

ataupun non-imunologi.

Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjasi

ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan

sebagainya. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin

menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

8
a. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari

rerumputan.

b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.

c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.

d. Perubahan cuaca yang ekstrem.

e. Kegiatan jasmani yang berlebih.

f. Lingkungan kerja.

g. Obat-obatan.

h. Emosi.

i. Lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.

4. Tanda dan Gejala

Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom

yang dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan

kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri

yang sangat penting dari sindrom ini, di antaranya dispnea, suara mengi,

obstruksi jalan nafas reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang

hiperresponsitif terhadap berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun

yang nonspesifik, dan peradangan saluran pernafasan. Semua ciri-ciri tadi

tidak harus terdapat bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk,

mengi, serta sesak nafas. Gejala yang sering terlihat jelas adalah

penggunaan otot nafas tambahan, dan timbulnya pulsus paradoksus

(Djojodibroto, 2016)

5. Patofisiologi

9
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang

dikendalikan oleh liimfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara

antigen dengan molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian

besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airborne dan agar dapat

menginduksi keadaan sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia dalam

jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi, sekali

sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respons yang sangat

baik, sehingga kecil alergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan

eksaserbasi penyakit yang jelas.

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode

akut asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-

adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin

khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat

dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis

vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan

polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif.

Klien yang sensitif terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan

pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi

silang juga akan terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid lain.

Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karenaa penggunaan

aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan

pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.

10
Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas pada

klien asma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan

peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat

sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium

sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam industri

makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat

menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitif. Pajanan

biasnya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung

senyawa ini, seperti salad, buah seger, kentang, kerang, dan anggur.

Pencetus-pencetus serangan di atas ditambah dengan pencetus

lainnya dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen

dan antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan substansi

pereda alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam

menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamin,

bradikinin, dan anafilaktosin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya

tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas

kapiler, dan peningkatan sekret mukus. (Soemantri, 2009).

11
Pathway

12
13
6. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma meliputi:

a. Status asmatik

(Kowalak, Welsh, & Mayer, 2012)

b. Gagal nafas (respiratory failure)

c. Pneumothorax

d. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis

e. Atelektasis

f. Aspirasi

g. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas

h. Asidosis

(Wijaya & Putri, 2013)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Proses keperawatan memiliki karakteristik unit yang memungkinkan

respon terhadap perubahan status kesehatan klien. Karakteristik ini meliputi

sifat proses keperawatan yang siklis dan dinamis, berpusat pada klien,

berfokus pada penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan, gaya

interpersonal dan kolaborasi, dapat diterapkan secara universal, dan

penggunaan berfikir kritis (Kozier, Berman, & Snyder, 2011).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan

dokumentasi data (informasi) yang sistematis dan bersinambungan.

Sebenarnya, pengkajian adalah proses bersinambungan yang dilakukan

14
pada semua fase proses keperawatan. Misalnya, pada fase evaluasi,

pengkajian dilakukan untuk melakukan hasil strategi keperawatan dan

mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan

bergantung pada pengumpulan data yang akurat dan lengkap (Kozier,

Berman, & Snyder, 2011).

a. Identitas Klien

1) Usia: asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih

sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia

10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.

2) Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1

yang kemudian sama pada usia 30 tahun.

3) Tempat tinggal dan jenis pekerjaan: lingkungan kerja

diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-

15% klien dengan asma bronkial (Muttaqin, 2012). Kondisi

rumah, pajanan alergen hewan di dalam rumah, pajanan asap

rokok tembakau, kelembapan, dan pemanasan (Francis, 2011).

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial

adalah dispneu (bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk,

dan mengi.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu

pasien mengalami sesak nafas, batuk berdahak, pasien yang sudah

15
menderita penyakit asma, bahkan keluarga yang sudah menderita

penyakit asma/faktor genetik.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi timbulnya

penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit

saluran nafas bagian bawah.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya riwayat

penyait keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak

ditemukan penyakit yang sama pada anggota keluarganya.

e. Pola Hidup

Perempuan lebih rentan terhadap laki-laki. Risiko akan bertam- bah

pada perempuan yang merokok atau tinggal pada daerah yang padat

polusi dan tercemar (Mumpuni & Wulandari, 2013).

f. Faktor Sosial Ekonomi

Pengkajian terhadap faktor-faktor sosial/ekonomi yang berdampak

pada kesehatan.

g. Pola fungsi kesehatan

1) Nutrisi

Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat

dari hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin

melimpah (Padila, 2012).

16
2) Eliminasi

Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air

kecil. Kebiasaan menahan buang air besar akan menyebabkan feses

menghasilkan radikal bebas yang bersifat meracuni tubuh,

menyebabkan sembelit, dan semakin mempersulit pernafasan

(Mumpuni & Wulandari, 2013).

3) Aktivitas

Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena

sulit bernafas (Wijaya & Putri, 2013).

4) Istirahat/tidur

Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak

(Mumpuni & Wulandari, 2013). Ketidakmampuan untuk tidur,

perlu tidur dalam posisi duduk tinggi (Wijaya & Putri, 2013).

5) Aktivitas

Pekerjaan: lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor

pencetus yang menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkial

(Muttaqin, 2012).

h. ADL

Perasaan selalu merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan

O2ke seluruh tubuh (Mumpuni & Wulandari, 2013).

i. Pemeriksaan ekstermitas (atas dan bawah)

Perasaan selalau merasa lesu dan lelah akibat kurangnya pasokan

O2 ke seluruh tubuh (Mumpuni & Wulandari, 2013).

17
j. Pemeriksaan Fisik

6) Keadaan Umum Klien

Keadaan umumpada pasien asma yaitu compas metis, lemah, dan

sesak nafas.

7) Pemeriksaan kepala dan muka

Inspeksi : pemerataan rambut, berubah/tidak, simetris, bentuk

wajah.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema.

8) Pemeriksaan telinga

Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan. Palpasi :

tidak ada nyeri tekan.

9) Pemeriksaan mata

Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, konjungtiva

anemis, reflek cahaya normal.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan. e. Pemeriksaan mulut dan farink

Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut,

biasanya ada kesulitan dalam menelan.

Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil. f. Pemeriksaan leher

Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

18
10) Pemeriksaan payudara dan ketiak

Inspeksi : ketiak tumbuh rambut/tidak, kebersihan ketiak, ada

lesi/tidak,ada benjolan/tidak.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan. h. Pemeriksaan thorak

11) Pemeriksaan paru

Inspeksi : batuk produktif/nonproduktif, terdapat sputum yang

kental dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan otot-otot

tambahan, sianosis (Somantri, 2009). Mekanika

bernafas,pernafasan cuping hidung, penggunaan oksigen,dan sulit

bicara karena sesak nafas (Marelli, 2008).

Palpasi : bernafas dengan menggunakan otot-otot tambahan

(Somantri, 2009). Takikardi akan timbul diawal serangan,

kemudian diikuti sianosis sentral (Djojodibroto, 2016).

Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi (kowalak,

Welsh, & Mayer, 2012).

Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing)

pada fase respirasi semakin menonjol (Somantri, 2019).

12) Pemeriksaan jantung

Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.

Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri. Perkusi

: pekak.

Auskultasi : BJ 1dan BJ 2 terdengar tunggal, ada suara

tambaha/tidak.

19
13) Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : bentuk tidak simetris.

Auskultasi : bising usus normal (5-30x/menit).

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : tympani.

14) Pemeriksaan integumen

Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada

oedema.

Palpas : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan.

15) Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)

Inspeksi : otot simetri, tidak ada fraktur. Palpasi : tidak ada nyeri

tekan.

Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus

Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut pubis

merata.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

k. Pemeriksaan penunjang

1) Pengukuran Fungsi Paru (spirometri)

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

bronkodilator aerososl golongan adrenergik. Peningkatan FEV

atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.

2) Tes Provokasi Bronkus

20
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev sebesar

20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90%

dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan

PEFR 105 atau lebih.

3) Pemeriksaan Kulit

Untuk menunjukkan antibody IgE hipersensitif yang spesifik

dalam tubuh.

4) Pemeriksaan Laboratorium

a) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup): hanya dilakukan

pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,

hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.

b) Sputum: adanya badan kreola adalah karakteristik untuk

serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja

yang menyebabkan trensudasi dari edema mukosa, sehingga

terlepaslah sekelompok sel-sel epitelnya dari perlekatannya.

Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara

tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap

antibiotik.

c) Sel eosinofil: pada klien dengan status asmatikus dapat

mencapai 1000-1500/mm3 baik asma instrinsik maupun

ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinosil normal antara 100-

200/mm3.

21
d) Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang

lebih dari 15.000/mm3terjadi karena adanya infeksi SGOT dan

SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia

dan hiperkapnea.

e) Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan radiologi pada klien

asma bronkial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap

dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses

patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,

pneumomediastinum, atelectasis, (Muttaqin, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah fase kedua proses keperawatan.

Pada fase ini, perawat menggunakan ketrampilan berfikir kritis untuk

menginterprestasikan data pengkajian dan mengidentifikasi kekuatan serta

masalah klien. Diagnosis adalah langkah yang sangat penting dalam proses

asuhan keperawatan. Semua aktivitas sebelum fase ini ditunjukkan untuk

merumuskan diagnosis keperawatan; semua aktivitas perencanaan asuhan

setelah fase ini didasarkan pada diagnosis keperawatan (Kozier, Berman,

& Snyder, 2011).

Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien asma menurut

(Nurarif dan Kusuma, 2015) adalah:

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan dan deformitas dinding dada.

22
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus

dalam jumlah berlebihan peningkatan produksi mucus, eksudat dalam

alveoli dan bronkospasme

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon

dioksida.

d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontakbilitas dan volume sekuncup jantung.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot

pengunyahan.

g. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.

3. Intervensi

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan dan deformitas dinding dada.

Definisi : inspirasi dan/ atau ekspirasi yang memberi ventilasi adekuat

Batasan karakteristik :

1) Perubahan kedalaman pernafasan

2) Penurunan tekanan ekspirasi

3) Penurunan ventilasi semenit

4) Penurunan kapasitas vital

5) Pernafasan cuping hidung

23
Faktor yang berhubungan :

1) Ansietas

2) Posisi tubuh

3) Keletihan

4) Hiperventilasi

5) Obesitas

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):

1) Respiratory status : Ventilation

2) Respiratory status : Airway patency

3) Vital sign status

Kriteria Hasil:

1) Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada

suara nafas abnormal)

3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

Intervensi (NIC)

Mengelola jalan nafas :

1) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift/ jaw thrust bila perlu

2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

24
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

4) Pasang mayo bila perlu

5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

8) Berikan bronkodilator bila perlu

9) Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

10) Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan

11) Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen

1) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

2) Pertahankan jalan nafas yang paten

3) Atur peralatan oksigenasi

4) Monitor aliran oksigen

5) Pertahankan posisi pasien

6) Observasi adanya tanda - tanda hipoventilasi

7) Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign monitoring

1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

2) Catat adanya fluktuasi tekanan darah

3) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

4) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

25
6) Monitor kualitas dari nadi

7) Monitor frekuensi dan irama pernapasan

8) Monitor suara paru

9) Monitor pola pernapasan abnormal

10) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

11) Monitor sianosis perifer

12) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus

dalam jumlah berlebihan peningkatan produksi mucus, eksudat dalam

alveoli dan bronkospasme, berhubungan dengan:

1) Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif,

obstruksi kronik akibat penyakit pulmunal, infeksi

2) Fisiologis: disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus,

alergi jalan nafas, asma

3) Obstruksi jalan nafas: spasme jalan nafas, sekresi tertahan,

banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,

adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas

Ditandai dengan:

1) Dispnea

2) Ortopnea (penggunaan otot tambahan)

3) Sianosis

4) Kelainan suara nafas (rales, krakles, wheezing, ronchi)

5) Kesulitan berbicara

26
6) Batuk, tidak efektif/ tidak ada

7) Produksi sputum meningkat

8) Gelisah

9) Perubahan frekuensi dan kedalaman nafas

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……, pasien mampu

mencapai:

1) Status pernafasan yang normal

2) Patensi jalan nafas

3) Kontrol aspirasi

Dengan kriteria hasil:

1) Mendemonstrasikan batuk efektif & suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis & dispne, mampu mengeluarkan sputum, mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips

2) Menunjukkan jalan nafas paten (tidak merasa tercekik, irama &

frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas

abnormal)

3) Ekspansi dada simetris

4) Mampu mengidentifikasi & mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas.

Intervensi (NIC):

Penghisapan sekresi jalan nafas

1) Pastikan kebutuhan penghisapan oral / trakeal

27
2) Informasikan kepada pasien & keluarga tentang menghisap dahak

3) Auskultasi suara nafas sebelum & sesudah penghisapan

4) Minta pasien nafas dalam sebelum penghisapan dilakukan

5) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi

penghisapan nasotrakeal

6) Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

7) Anjurkan pasien untuk istirahat & nafas dalam setelah kateter

dikeluarkan dari nasotrakeal.

8) Pantau status oksigen pasien

9) Hentikan penghisapan & berikan oksigen bila pasien menunjukkan

bradikardi, penurunan saturasi O2, dll.

Penatalaksanaan jalan nafas

1) Observasi tanda-tanda sianosis

2) Monitor TTV

3) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift/ jaw thrust bila perlu

4) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

5) Identifikasi pasien terhadap kebutuhan pemasangan alat jalan nafas

buatan

6) Pasang pipa mayo bila perlu

7) Lakukan fisioterapi dada bila perlu

8) Keluarkan sekret dengan batuk/ penghisapan dahak

9) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

10)Berikan bronkodilator bila perlu

28
11)Berikan pelembab udara kain kasa basah/ lembab dengan Normal

Salin

12)Atur asupan cairan

13)Pantau status pernafasan & status oksigen

14)Lakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan penunjang

seperti rontgen, AGD

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon

dioksida.

Ditandai dengan:

1) Takikardi

2) Hiperkapnea

3) Keletihan

4) Somnolen

5) Iritabilitas

6) Kebingungan

7) Sianosis

8) Sakit kepala ketika bangun

9) Frekuensi pernafasan dalam batas normal

10) Kedalaman nafas…

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … ……, pasien

mampu mencapai :

29
1) Status pertukaran gas normal

2) Status pernafasan normal

3) Tanda vital normal

Dengan kriteria hasil:

1) Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi & oksigenisasi adekuat

2) Memelihara kebersihan paru - paru dan bebas dari tanda - tanda

distress pernafasan

3) Mendemonstrasikan batuk efektif & suara nafas bersih, tidak ada

sianosis & dispne

4) Tanda vital dalam rentang normal:

5) TN : …………mmHg

6) Nadi : ………. x/mnt

7) RR:...................x/menit

Intervensi (NIC):

Penatalaksanaan jalan nafas :

1) Pantau respirasi dan status oksigenisasi

2) Pantau frekuensi, kedalaman, irama & usaha bernafas

3) Pantau suara nafas, seperti dengkur

4) Pantau pola nafas: bradipnea, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,

cheyne stokes, biot

5) Pantau kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)

6) Pantau suara nafas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi &

suara tambahan

30
7) Pantau suara nafas, catat adanya suara tambahan

8) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift / jaw thrust bila perlu

9) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

10) Identifikasi kebutuhan pemasangan alat jalan nafas buatan

11) Pasang pipa mayo bila perlu

12) Lakukan fisioterapi dada bila perlu

13) Keluarkan sekret dengan batuk atau penghisapan dahak

14) Lakukan penghisapan dahak melalui pipa mayo

15) Berikan bronkodilator bila perlu

16) Berikan pelembab udara

17) Atur asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.

18) Catat gerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot

19) tambahan, retraksi otot supraklavikular & interkostal

20) Tentukan kebutuhan penghisapan dahak dengan auskultasi suara

paru adanya krakles & ronki pada jalan nafas utama

21) Pantau suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontakbilitas dan volume sekuncup jantung.

1) Respon fisiologis otot jantung

2) Peningkatan frekuensi

3) Dilatasi hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup

Ditandai dengan:

Data Subjektif :

31
1) Nyeri dada

2) Dispnea

3) Kelelahan

4) Napas pendek

5) Vertigo

6) Kelemahan

Data Objektif :

1) Perubahan status mental

2) Aritmia

3) Dingin, kulit pucat

4) Batuk

5) Peningkatan denyut jantung

6) Penurunan nadi perifer

7) Edema

8) SPO2 menurun

9) Oliguri

10) Ortopnea

11) Kegelisahan

12) Wheezing

13) Distensi vena

14) Foto sinar & dada tidak normal

15) Enzim jantung tidak normal

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):

32
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........., pasien

mencapai:

1) Pompa jantung efektif

2) Status sirkulasi baik

3) Status tanda-tanda vital normal

Dengan kriteria hasil:

1) Tanda Vital dalam rentang normal

a) TD : …………mmHg

b) Nadi : ………. x/mnt

c) RR : ………… x/mnt

2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

3) Tidak ada edema paru, perifer, tidak ada asites

4) Tidak ada penurunan kesadaran

Intervensi (NIC):

Merawat Jantung:

1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)

2) Catat adanya disritmia jantung

3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung

4) Monitor status kardiovaskuler

5) Pantau status pernafasan yang menandakan gagal jantung

6) Pantau abdomen sebagai indicator penurunan perfusi

7) Pantau perubahan tekanan darah

8) Pantau respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia

33
9) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

10) Pantau toleransi aktivitas pasien

11) Pantau adanya dyspneu, fatigue, takipneu dan ortopneu

12) Anjurkan untuk menurunkan stress

Memantau Tanda-tanda Vital:

1) Pantau Tekanan darah, frekuensi denyut nadi, suhu

2) Catat adanya perubahan tekanan darah

3) Pantau tanda-tanda vital saat berbaring, duduk, atau berdiri

4) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

5) Pantau tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, sebelum,

selama, dan setelah aktivitas

6) Pantau kualitas denyut nadi

7) Pantau adanya pulsus paradoksus

8) Pantau adanya pulsus alterans

9) Pantau jumlah dan irama jantung

10) Pantau bunyi jantung

11) Pantau suara paru, frekuensi dan irama pernapasan

12) Pantau adanya pola pernapasan abnormal

13) Pantau suhu, warna, dan kelembaban kulit

14) Pantau sianosis perifer

15) Pantau adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)

16) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

34
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

1) Tirah baring atau imobilisasi

2) Kelemahan menyeluruh

3) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan

4) Gaya hidup yang dipertahankan

Ditandai dengan:

1) Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan

2) Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

3) Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

4) Adanya dispne atau ketidaknyamanan saat beraktivitas

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........., pasien

mencapai:

1) konservasi tenaga

2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Dengan kriteria hasil :

1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, nadi dan RR

TD : …………mmHg

Nadi : ………. x/mnt

RR : ………… x/mnt

2) Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADL) secara mandiri

35
Intervensi (NIC):

Mengelola tenaga:

1) Kaji adanya pembatasan pasien dalam melakukan aktivitas

2) Dukung untuk mengungkapkan perasaan terbatas/ terkekang

3) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

4) Pantau nutrisi dan sumber energi yang adekuat

5) Pantau kelelahan fisik dan emosi yang berlebihan

6) Pantau respon kardiovaskuler saat beraktivitas

7) Pantau pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien

Terapi aktifitas

1) Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam

merencanakan program terapi yang tepat

2) Bantu mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

3) Bantu memilih aktivitas yang konsisten sesuai dengan kemampuan

fisik, psikologi dan sosial

4) Bantu mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan

5) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,

kruk

6) Bantu mengidentifikasi aktivitas yang disukai

7) Bantu membuat jadwal latihan di waktu luang

8) Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

36
9) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

10) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

11) Pantau respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan:

1) Tidak mampu makan

2) Tidak mampu mencerna makanan/ mengabsorpsi zat-zat gizi

3) Rangsangan mual dan muntah

4) Faktor psikologis

5) Penyakit kronis

Ditandai dengan :

1) BB 20 % atau lebih di bawah ideal

2) Asupan makanan kurang dari AKG

3) Membran mukosa & konjungtiva pucat

4) Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/ mengunyah

5) Adanya kekurangan makanan

6) Kehilangan BB dengan makan cukup

7) Tonus otot/turgor kulit jelek

8) Kurang berminat makan

9) Rambut rontok

10) Bising usus hiperaktif

11) Kurangnya informasi, misinformasi

12) Diare

37
13) Kram abdomen

14) Hipotensi

15) Hipotermi

16) Bradikardi

17) Ketidakseimbangan elektrolit

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........., pasien

mencapai status nutrisi adekuat dengan kriteria hasil:

1) Mencapai BB ideal ..................................kgr

2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

3) Tidak ada tanda tanda malnutrisi

4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

5) Menunjukkan tingkat energi yang adekuat

6) Bising usus dalam batas normal

7) Konjungtiva dan membran mukosa adekuat

8) Pasien mengatakan tidak kram abdomen

Intervensi (NIC):

Mengelola nutrisi

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori & nutrisi

yang dibutuhkan dengan makanan yang terpilih

3) Anjurkan meningkatkan asupan zat besi

4) Anjurkan meningkatkan asupan protein dan vitamin C

38
5) Berikan substansi gula

6) Yakinkan diet mengandung tinggi serat: mencegah konstipasi

7) Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian

8) Pantau jumlah nutrisi dan kandungan kalori

9) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

10) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

11) Berikan makanan sedikit tapi sering frekuensinya

12) Anjurkan pasien makan makanan selagi hangat

Memantau asupan Nutrisi

13) Pantau adanya penurunan berat badan

14) Pantau tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

15) Pantau interaksi pasien-keluarga selama makan

16) Pantau lingkungan selama makan

17) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

18) Pantau kulit kering dan perubahan pigmentasi, turgor

19) Pantau kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

20) Pantau mual dan muntah

21) Pantau kadar albumin, total protein, Hemoglobinb, dan Hematokrit

22) Pantau makanan kesukaan

23) Pantau pertumbuhan dan perkembangan

24) Pantau pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva

25) Pantau asupan kalori dan protein

39
26) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah & rongga

mulut

27) Beri pujian saat pasien berhasil mencapai tujuan

28) Ajarkan memilih makanan

29) Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan

bagaimana memenuhinya

g. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi.

Ditandai dengan:

1) Gelisah

2) Insomnia

3) Resah

4) Ketakutan

5) Sedih

6) Fokus pada diri

7) Khawatir

8) Sering nappas pendek

9) Tremor

10)Berkeringat

11)Sakit kepala

12)Anoreksia

13)Nadi dan TD meningkat

40
Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC):

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........., pasien mampu

mencapai:

1) Mengontrol kecemasan

2) Mekanisme koping efektif

Dengan kriteria hasil :

1) Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas

3) Tanda-tanda vital dalam batas normal:

4) TD : …………mmHg

5) Nadi : ………. x/mnt

6) RR : ………… x/mnt

7) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas

menunjukkan berkurangnya kecemasan

8) Keluarga mampu mmerawat pasien dengan kecemasan

Intervensi (NIC):

Menurunkan kecemasan:

1) Bina hubungan saling percaya

2) Identifikasi tingkat kecemasan

3) Lakukan pendekatan yang menenangkan

4) Dengarkan pasien dengan penuh perhatian

5) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

41
6) Dukung pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan

7) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien

8) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

9) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi rasa

takut

10)Dukung keluarga untuk menemani

11)Diskusikan dengan keluarga masalah-masalah yang diraskan dalam

merawat pasien.

12)Anjurkan keluarga memotivasi pasien melakukan tarik nafas dalam

dan distraksi serta menjelaskan kepada yang besuk untuk

melakukan sikap yang positif

13)Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien yang tidak

menambah masalah pasien, selalu bersikap positif dan memberi

semangat

14)Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan dan

prognosis

15)Ajarkan dan pimpin pasien untuk menggunakan teknik relaksasi :

tarik nafas dalam, distraksi (baca, bercakap-cakap, nonton TV)

setiap saat

16)Berikan obat untuk mengurangi kecemasan sesuai dengan program

medis

42
4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditunjukkan kepada nursing orders untuk

membantu klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-

factor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008).

Implementasi keperawatan menurut Asmadi (2011) dibedakan berdasarkan

kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional diantaranya :

a. Independen

Independen implementasi merupakan implemetasi yang diprakarsai

oleh perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya

sesuai dengan kebutuhan, misalnya : membantu dalam activity

daily living (ADL), perawatan diri, pemenuhan kebutuhan psiko-

sosio-spiritual, memberikan dorongan motivasi.

b. Interdependen

Interdependen implentasi adalah tindakan keperawatan atas dasar

kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya

seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, injeksi,

infus, pemasangan kateter urin, pemasangan NGT, dan lain-lain.

serta respon pasien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan

menjadi perhatian perawat.

43
c. Dependen

Dependen implementasi adalah tindakan perawat atas dasar rujukan

dari profesi lain seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog, dan

sebagainya dalam hal pemberian pada klien sesuai dengan diit yang

telah dibuat oleh ahli gizi, latihhan fisik (mobilisasi fisik) sesuaidengan

anjuran fisioterapi.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,

perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-

langkah dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah menganalisis

respon klien, mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap

keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di masa depan

(Marrelli, 2014). Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen

yang dikenal dengan istilah SOAP yaitu :

a. S (Subjektif): perkembangan keadaan yang didasarkan pada apayang

dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

b. O (Objektif): perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh

perawat atau tim kesehatan lain.

c. A (Analisis): penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun

objektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau kemunderan.

d. P (Perencanaan): rencana penanganan klien yang didasarkan pada

hasil analisis diatas yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya

apabila keadaan atau masalah belum teratasi.

44
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan menjadi

hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema,

dan hipersekresi kelenjar. Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat

mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan

asma. Faktor-faktor tersebut adalah alergen utama, seperti debu rumah,

spora jamur, dan tepung sari rerumputan, iritan seperti asap, bau-bauan,

dan polutan, infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus,

perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan jasmani yang berlebih, lingkungan

kerja, obat-obatan, emosi.dan lain-lain, seperti refluks gastroesofagus.

B. Saran

Diharapkan setelah mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan pada

Pasien dengan Asma ” pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat

mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai rencana

keperawatan secara komprehensif.

45
DAFTAR PUSTAKA

Clark Varnell Margaret. (2013). Asma; Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta : EGC
Diagnosa Keperawatan : Definisi Keperawatan 2015-2017. Jakarta: EGC

Huda Amin, Kusuma Hardhi. (2016). Asuhan keperawatan praktis : berdasarkan penerapan
diagnosa Nanda, Nic, Noc. Yokyakarta : Mediaction Jogja.

Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta :


Bursa Ilmu

Infodatin. Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI. ISSN 2442-7659.

Nelson. (2013). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol.1. Jakarta : EGC NIC (2016)Nursing
Interventions Classification. Edisi keenam.

Ngastiyah. (2013).Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC. NOC, 2016. Nursing
Outcomes Classification. Edisi kelima.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep & Praktik. Jakarta :
Salemba Medika

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta


:Nusa Medika

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. (2013). fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Buku Kuliah :Ilmu Kesehatan Anak.

Anda mungkin juga menyukai