Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
2.1. Definisi Pneumonia dan Abses Paru ........................................................ 3
2.2. Epidemiologi Pneumonia dan Abses Paru ............................................... 4
2.3. Etiologi Pneumonia dan Abses Paru ........................................................ 5
2.3.1 Etiologi Pneumonia................................................................................. 5
2.3.2. Etiologi Abses Paru ............................................................................... 9
2.4. Patofisiologi Pneumonia dan Abses Paru ............................................... 11
2.4.1. Patofisiologi Pneumonia ...................................................................... 11
2.4.2. Patofisiologi Abses Paru ...................................................................... 13
2.5. Gejala dan Pemeriksaan Pneumonia dan Abses Paru............................. 15
2.5.1. Gejala Pneumonia ................................................................................ 15
2.5.2. Gejala Abses Paru ................................................................................ 16
2.5.3. Pemeriksaan Pneumonia ...................................................................... 17
2.5.4. Pemeriksaan Abses Paru ...................................................................... 17
2.6. Intervensi Medis dan Fisioterapi pada Pneumonia dan Abses Paru ........... 20
2.6.1. Intervensi Medis Pneumonia ............................................................... 20
2.6.2. Intervensi Medis Abses Paru ............................................................... 20
2.6.3. Intervensi Fisioterapi Pneumonia dan Abses Paru .............................. 21
2.7. Edukasi Masyarakat tentang Pneumonia dan Abses Paru .......................... 26
2.7.1. Edukasi Abses Paru dan Pneumonia .................................................... 26
BAB III ................................................................................................................. 28
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 28
3.2. Saran ........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
1
2
3
4
Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing. (11)
6
2. Merokok.
3. Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan
penyakit kronis lain.
4. Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK,
dan emfisema.
5. Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes dan
penyakit jantung.
6. Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi organ,
kemoterapi atau penggunaan steroid lama.
7. Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke, obat-
obatan sedatif atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.
8. Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas oleh
virus (11)
Ada beberapa faktor utama pathogen tertentu pada peneumonia selain diatas
(12)
adalah:
8
segmen apikal lobus superior atau segmen superior lobus interior paru
kanan, hanya kadang-kadang aspirasi dapat mengalir ke paru kiri.7
alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. (8)
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu
dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. (8)
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula. (8)
yang tidak sadar atau sangat mengantuk karena pengaruh obat penenang,
obat bius, atau penyalahgunaan alkohol. Selain itu dapat pula terjadi pada
penderita gangguan sistem saraf. 3,6,7
Jika bateri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme
pertahanan tubuh, maka akan terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-
14 hari kemudian akan berkembang menjadi nekrosis yang berakhir dengan
pembentukan abses. 2,6,7
Secara hematogen yang paling banyak terjadi adalah akibat
septikemi atau sebagai fenomena septik emboli, sekunder dari fokus infeksi
pada bagian lain tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis. Penyebaran
hematogen ini umumnya akan berbentuk abses multipel dan biasanya
disebabkan oleh stafilokokus.
Abses hepar bakterial atau amubik bisa mengalami ruptur dan
menembus diafragma yang akan menyebabkan abses paru pada lobus bawah
paru kanan dan rongga pleura.6
Disebut abses primer bila infeksi diakibatkan aspirasi atau
pneumonia yang terjadi pada orang normal, sedangkan abses sekunder bila
infeksi terjadi pada orang yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi
seperti obstruksi, bronkiektasis dan gangguan imunitas.6
Diameter abses bervariasi dari beberapa milimeter sampai kavitas
besar dengan ukuran 5-6 cm. Lokalisasi dan jumlah abses bergantung pada
bentuk perkembangannya. Abses paru yang diakibatkan oleh aspirasi lebih
banyak terjadi pada paru kanan (lebih vertikal) daripada paru kiri, serta lebih
banyak berupa kavitas tunggal. Abses yang terjadi bersamaan dengan
adanya pneumonia atau bronkiektasis umumnya bersifat multipel, terletak di
basal dan tersebar luas. Septik emboli dan abses yang diakibatkan oleh
penyebaran hematogen umumnya bersifat mulitipel dan dapat menyerang
bagian paru manapun.8,9
Abses bisa mengalami ruptur ke dalam bronkus, dengan isinya
diekspektoransikan ke luar dengan meninggalkan kavitas yang berisi air dan
15
e. Flu
Demam sangat berisiko tinggi pada bayi ataupun anak – anak,
dengan demam yang mengigil, suhu tubuh dapat naik mencapai
40˚C tidak stabil bisa berakibat pneumonia.
f. Malaise
Malaise merupakan gejala awal disertai tidak nafsu makan yang
lama kelamaan menyebabkan penurunan berat badan.
Gambar 1.
Foto X-Ray ini ditemukan kavitas pada hilum kanan. Foto X-ray
posisi lateral memperlihatkan kavitas memiliki dinding yang tipis dan
terletak pada segmen apikal dari lobus paru kanan bawah.
Gambar 2.
Abses Paru – posisi AP dan lateral. Kavitas dengan air fluid level pada
lapangan paru kiri atas.
b. CT-Scan
Gambaran khas CT scan abses paru adalah berupa lesi dens bundar
dengn kavitas berdinding tebal, tidak teratur, dan terletak di daerah
jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah
paru berakhir secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan
atau berpindah letak.
Gambar 3.
Gambaran abses paru dengan CT-scan. CT memperlihatkan
kavitasi pada lobus atas paru kiri dengan jelas (kiri). Gambaran
abses paru dengan pemeriksaan CT kontras (kanan).
20
2.6. Intervensi Medis dan Fisioterapi pada Pneumonia dan Abses Paru
Prosedur :
f. Posisi pasien rileks (forward bent posture)
g. Gunakan broncodilator jika diperlukan
h. Pasien mengontrol pernapasan dan mengurangi kecepatan
respirasi dengan teknik purs lip breathing dimana pasien
tidak boleh melakukan force ekspirasi.
Gambar 4
Fisioterapi Positioning pada Pneumonia
Gambar 4
Gambar 5
4. Postural Drainage
24
Gambar 5
Fisioterapi Postural Drainage di segmen medial lobus kanan pada
kasus Pneumonia
2. Segmen lateral lobus tengah kanan
Gambar 6 44
Fisioterapi Postural Drainage di segmen lateral lobus tengah kanan
5. Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau
punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan
melepaskan secret yang tertahan atau melekat pada bronkus
dilakukan bersamaan dengan Postural drainage. Perkusi dada
merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran
nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua
tangan seperti mangkok. Indikasi untuk perkusi. Perkusi secara
rutin dilakukan pada pasien yang mendapatkan postural drainase,
jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi
perkusi.
Prosedur :
1. Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk
untuk mengurangi ketidaknyamanan.
2. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse
lips breathing.
26
3.1. Kesimpulan
Pneumonia dan Abses Paru adalah kesinambungan, namun
bisa saja terjadi hanya Pneumonia saja. Pneumonia adalah
peradangan yang disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, virus
maupun aspirasi. Pada Abses Paru, peradangan telah disertai
dengan adanya pus (nanah). Pneumonia yang menyebabkan Abses
Paru adalah Pneumonia Aspirasi karena terdapat bakteri aerob dan
anaerob. Gejalanya pasti ditandai dengan sesak nafas serta batuk
rejan.
3.2. Saran
Agar terhindar dari Pneumonia dan Abses Paru, maka kita
harus menerapkan pola hidup sehat mulai dari makan makanan
bergizi, menghindari rokok dan asap pabrik, menghindari alkohol
serta teratur dalam vaksinasi.
28