Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PNEUMONIA

Disusun Oleh :

Ayunda Isyrofiyah (202204002)

Annisa Difa Tiffani (202204017)

Oktaviana Arneta (202204027)

Ni’matus Sa’diyah (202204028)

Fitri Aufa Fauziah (202204040)

Irmawati Ningsih (202204043)

Rizqi Dintrio Putra (202204055)

Marina Septiya A (202204056)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2023/2024
KATA PENGANTAR

Hal yang pertama dan utama yang wajib kami sampaikan ialah ungkapan rasa syukur kami
kepada Allah SWT karena hanya atas bimbingan dan hidayahNya, kami mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pneumonia”. Sholawat dan Salam semoga tetap
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan teladan kehidupan
kepada kita semua dan semoga kita diberikan kemampuan untuk bisa meneladani apa yang
sudah dicontohkan kepada kita semua. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar. Dalam penyusunan makalah ini, kami sempat mengalami kesulitan, oleh
karena itu kami selaku penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan bantuan
kepada:
1. Ibu Binarti Dwi Wahyuningsih, S. Kep, Ns, M. Kes, selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
2. Teman – teman program studi D3 Keperawatan
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran dan koreksi yang membangun
demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Kami juga berharap bahwa makalah ini dapat
menjadi sarana untuk saling bertukar informasi dan sebagai bentuk pengabdian kepada dunia
kesehatan.

Mojokerto, 22 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumuan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Laporan Pendahuluan.......................................................................................................2
a. Definisi........................................................................................................................2
b. Etiologi........................................................................................................................2
c. Pathway.......................................................................................................................4
d. Klasifikasi....................................................................................................................4
e. Penatalaksanaan...........................................................................................................6
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................................................6
1. Pengkajian Keperawatan................................................................................................6
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................12
3. Intervensi Keperawatan................................................................................................12
3. Implementasi Keperawatan..........................................................................................17
4. Evaluasi Keperawatan..................................................................................................18
2.3 Hasil Studi Kasus...........................................................................................................19
BAB III PENUTUP..................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................23
3.2 Saran...............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneuomia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian
bawah yang terbanyak kasusnya dipraktek praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran pernafasan bawah yang
menyerang seluruh dunia.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran
pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini
diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak
berawan) pada paru-paru. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai
jaringan (paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya.
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
pneumonia meliputi usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Dalam peran
preventifnya, perawat harus mampu memberikan asuhan yang tepat pada pasien.
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan
secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten
(SDKI, 2017). Dampak dari bersihan jalan napas tidak efektif yaitu penderita
mengalami kesulitan bernapas karena sputum atau dahak yang sulit keluar dan
penderita akan mengalami penyempitan jalan napas dan terjadi obstruksi jalan napas,
kemungkinan terburuk yang dapat terjadi adalah gagal nafas.

1.2 Rumuan Masalah


1. Apa yang dimaksud pneumonia
2. Bagaimana etiologi pneumonia
3. Bagaimana pathway pneumonia
4. Bagaimana klasifikasi pneumonia
5. Bagaimana penatalaksanaan pneumonia
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pneumonia

1.3 Tujuan
1. Memahami definisi tentang pneumonia
2. Mengetahui etiologi pneumonia
3. Mengetahui pathway pneumonia
4. Mengetahui klasifikasi pneumonia
5. Mengetahui pelaksanaan pada pneumonia
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pneumonia

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan


a. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian
bawah yang terjadi akibat rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat
peningkatan berbagai mikroorganisme seperti kuman, bakteri, virus, dll. Oleh
karena itu sangat diperlukan daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan
kesehatan tubuh dengan cara memberikan makan makanan bernilai gizi supaya
daya tubuh tetap terjaga, memberikan lingkungan yang sehat (bebas polusi) supaya
mikroorganisme tidak terhirup dan kembali masuk ke paru-paru yang dapat
menimbulkan peradangan. Pada saat masa pengobatan keluarga diharapkan ikut
serta dalam prosesnya sebagai bentuk dukungan, maka dari itu keluarga juga perlu
tahu mengenai pneumonia untuk meningkatkan pengetahuan. Sehingga keluarga
memahami faktor penyebab terjangkitnya penyakit pneumonia dan cara
pencegahannya agar keluarga lain tidak terjangkit penyakit yang sama.
Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan pneumonia
nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di
luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi
lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit. Pneumonia dapat
diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling sering ialah menggunakan
klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya pneumonia (pneumonia komunitas
dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar pneumonia, multilobar pneumonia,
bronchial pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen kausatif. Pneumonia
juga sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari pasien, seperti
pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi berulang kali, berdasarkan penyakit
paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan pneumonia pada
gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi organ, onkologi, dan AIDS).

b. Etiologi
Menurut Nugroho.T (2011), pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing

5
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik
yang tidak sempurna.

6
c. Pathway

d. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi
dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui
usia :
a. Pembagian anatomis

7
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai
pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular.
b. Pembagian etiologis
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion,benda asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat
dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
- Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada
usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada
usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
- Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah
dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
8
- Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat.

e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain:
a. Manajemen Umum
1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3) Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti;
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
4) Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti empiema terjadi.
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena
hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine
untuk infeksi pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk
infeksi pneumonia.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pengumpulan informasi subjektif dan objektif (tanda vital,
wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi riwayat

9
pasien yang diberikan oleh pasien/keluarga, atau ditemukan dalam rekam medik.
(NANDA-1,2018-2020)

1) Identitas Klien.
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 63 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : BTN. Kehutanan Kompleks Pepabri

2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan batuk berlendir disertai sesak nafas dan dahaknya susah
dikeluarkan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Klien masuk RSUD Bahteramas pada tanggal 13 Februari 2021Di Ruang
ICU dengan keluhan utama keluarga klien mengatakan klien masuk ICU
dengan keluhan sesak napas.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu.
Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan DM. Klien mengatakan
tidak pernah menjalani tindakan operasi sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan keluarga.
Klien mengatakan bahwa dahulu ibu dan ayahnya memiliki riwayat DM,
sehingga melakukan pengobatan secara rutin.
3) Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Khusus
Pada pemeriksaan fisik khusus airway, didapatkan hasil airway bebas,
tidak ada sumbatan benda asing namun ada lendir dan sputum, klien tidak
mengalami kejang. Pada pemeriksaan fisik khusus breathing didapatkan
10
hasilpernapasan spontan, klien mengalami takipnea (nafas cepat), terdengar
suara nafas tambahan yaitu ronnchi dan wheezing, klien sempat mengalami
apnea (henti nafas sementara), dan klien mengalami dispnea. Pada
pemeriksaan fisik khusus circulation didapatlkan hasil denyut nadi teraba
kuat, kulit klien nampak pucat, klien tidak mengalami perdarahan, turgor
kulit elastic, dan CRT >3 detik. Pada pemeriksaan fisik khusus disability
didapatlkan hasil nilai GCS E : 4 V: 5 M : 6, kesadaran klien
composmentis, pupil isokor (normal), reflex cahaya (+/+), motorik
hemiplegic (kelemahan), dan kekuatan otot lemah.
b. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah : 147/91
mmHg, nadi : 88x/menit, pernafasan : 29x/menit, dan suhu tubuh : 37 0C.
c. Pemeriksaan fisik pada bagian kepala
Didapatkan hasil bentuk kepala hormosefali atau tidak ada kelainan,
tidak terdapat hematoma tau post trauma, klien memiliki tipe rambut lurus,
distribusi rambut baik, warna rambut hitam keputih-putihan ,dan klien tidak
mengalami kebotakan atau alopesia.
d. Pada pemeriksaan mata
Didapatkan hasil kedua mata simetris, diameter kedua pupil sama atau
isokor, sklera klien tidak ikterik, conjungtiva tidak anemis. Pada
pemeriksaan telinga didapatkan hasil kedua telinga simetris, tidak ada skret
atau serumen, ketajaman pendengaran baik, tinnitus baik, tidak ada nyeri
yang dirasakan pada telinga, dan tidak terpasang alat bantu dengar.
e. Pemeriksaan hidung
Didapatkaan hasil hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada
sekresi, fungsi penciuman baik, dan tidak ada nyeri pada hidung, terdapat
nafas cuping hidung, dank lien tidak mengalami pilek.
f. Pemeriksaan pada mulut d
Didapatkan hasil fungsi berbicara baik, kelembapan bibir baik, posisi
uvula baik, mukosa bibir baik, keadaan tonsil baik, stomatitis baik, warna
lidah merah mudah, tidak ada tremor pada lidah, kebersihan lidah bersih,
ada bau mulut, kelengkapan gigi sudah tidak lengkap, kebersihan gigi
bersih, terdapat karies pada gigi, suara parau tidak ada, tidak ada kesulitan
menelan, kemampuan menunyah baik, dan fungsi mengecap baik.
11
g. Pemeriksaan pada leher
Didapatkan hasil mobilitas leher baik, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pelebaran vena
jugularis, dan trachea baik.
h. Pemeriksaan pada thoraks bagian paru-paru
Didapatkan hasil bentuk dada simetris, pengembanan dada tidak
normal, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada tanda jejas, taktir fremitus
getaran kiri dan kanan, tidak ada massa, adanya dispnea, adanya ortopnea,
suara nafas vesicular, bunyi nafas tambahan ronchi, tidak ada nyeri pada
dada.
i. Pemeriksaan thoraks bagian jantung
Didapatkan hasil uktus kordis normal, ukuran jantung normal, klien
mengatakan nyeri pada dada, tidak ada palpitaasi, dan bunyi jantun normal.
j. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan hasil warna kulit sawo matang, tidak ada distensi
abdomen, tidak ada ostomy, tidak ada tanda jejas, peristaltic 18x/menit,
perkusi abdomen redup, tidak ada massa, dan tidak ada nyeri tekan.
k. Pemeriksaan payudara
Didapatkan hasil kedua payudara simetris, keadaan putin susu baik,
tidak ada massa, tidak ada neri tekan, dan tidak ada lesi.
l. Pemeriksaan system saraf
Didapatkan hasil tingkat kesadaran composmentis, koordinasi baik,
memori baik, orientasi baik, konfusi baik, keseimbangan baik, tidak ada
kelumpuhan, tidak ada gangguan sensasi, dan tidak ada kejang-kejang.
m. Pemeriksaan reflex
Didapatkan hasil reflex tendon bisep normal, reflex tendon trisep
normal, reflex lutut baik, tidak ada kaku kuduk, brudzinski I normal, dan
brudzinski II normal.
n. Pemeriksaan anus dan perianal
Didapaatkan hasil tidak ada tanda haemoroid, tidak ada lesi, dan tidak
ada nyeri pada anus.
o. Pemeriksaan ekstremitas
Didapatkan hasil warna kulit sawo matang, tidak terdapat purpura atau
ekimosis, tidak terdapat atropi, tidak ada hipertropi, tidak ada lesi atau luka,
12
pigmentasi baik, tidak ada deformitas sendi, tidak ada deformitas tulang,
tidak ada tremor, tidak ada varises, tidak ada edema, turgor kulit baik,
kelembapan kulit baik, capillary tefilling time (CRT) dibawah 2 detik,
pergerakan ekstremitas normal, tidak ada kekakuan sendi, tidak ada
kekakuan tulang, tonus otos normal, kekuatan sendi baik, tidak ada nyeri,
dan tidak terjadi diaphoresis.
p. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen thorax
2) Rapid test antigen SARS-COV-2 (-)
3) Cek darah rutin
q. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

r. Tindakan medic/pengobatan
1. Heparin 1cc/jam
2. Ns 1amp/24 jam
3. Furosemide 1amp
4. pantoprazole 1amp
5. meropenem 1gr
6. bisoprocol 2,
7. aspilet 80mg
8. Nacl 500
9. b.fluid 500
1. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan
produksi sekret.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya pola napas
dibuktikan dengan dispnea.
13
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dibutikan dengan suhu tubuh
meningkat.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi dibuktkikan dengan kapasitas transportasi O2 menurun.
5. Resiko kekurangan volume cairan dibuktikan dengan keringat berlebih

2. Analisa Data
Umur : 63th
No. RM : 51-17-71
NO Data Etiologi Masalah
DS: Bakteri Bersihan jalan
a) Keluarga klien mengatakan tidak efektif
klien sesak napas Saluran
b) Klien mengatakan batuk pernapasan
dan dahaknya sulit untuk bagian bawah
dikeluarkan
DO:
Alveolus
a) Klien nampak lemah
b) Klien Nampak gelisah
c) Klien nampak sesak napas
Reaksi radang
dan terpasang O2 ventilator
pada bronkus
CPAP
dan alveolus
d) Nampak klien sulit untuk
mengeluarkan dahaknya
e) Nampak klien sesak ketika Peningkatan
melepaskan O2 ventilator produksi sekret
CPAP
f) Suara napas tambahan
Sekret sukar
terdengar ronchi
dikeluarkan
g) Tanda-tanda vital :
TD : 147/91 mmhg
S : 37 ºC
Obstruksi jalan
N : 88X/m
napas

14
RR: 29X/m
Rontgen thorax (pneumonia)
Bersihan jalan
Rapid test antigen SARS-COV-2
napas tidak
(-)
efektif
HGB 10,9
RBC 3,87
HCT 33,5
WBC 16,15

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome). [Berdasarkan SIKI 2019]
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan  Observasi
napas berhubungan intervensi selama 2x24 Monitor pola napas
dengan proses jam, bersihan jalan napas (frekuensi, kedalaman, usaha
infeksi dibuktikan meningkat dengan kriteria napas)
dengan produksi hasil : Monitor bunyi napas
sekret 1. Batuk efektif tambahan (mis. gurgiling,
meningkat mengi, wheezing, ronkhi
2. Produksi sputum kering)
menurun Monitor sputum (jumlah,
3. Wheezing warna, aroma)
menurun  Terapeutik
4. Dipsnea menurun Pertahanan kepatenan jalan
5. Ortopnea menurun napas dengan head-tift dan
chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
Posisikan Semi-Fowler atau
Fowler
Berikan minuman hangat

15
Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda
padat dengan proses McGill
Berikan Oksigen, Jika perlu
 Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, Jika tidak
komtraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, Jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada
rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
Nama pasien : Ny. M
Umur : 63 tahun
No. RM : 51-17-71
Implementasi hari pertama
Diagnosa Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Bersihan jalan Rabu, 15 Latihan batuk efektif S:
tidak efektif Februari 09.00 1. Mengidentifikasi 1. Klien

16
b.d 2021 kemampuan batuk mengatakan
hipersekresi Hasil : masih batuk
jalan napas a. Klien mengatakan 2. Klien
masih susah batuk mengatakan
b. Klien nampak belum masih susah
mampu batuk dengan untuk
efektif mengeluarkan
2. Memonitor adanya dahaknya
retensi sputum
Hasil : O:
09.10 Klien mengatakan susah 1. Klien nampak
untuk mengeluarkan masih lemah
dahaknya saat batuk 2. Klien nampak
3. Mengatur posisi semi batuk
fowler 3. TTV :
Hasil : TD : 130/90 mmhg
Klien mengatakan lebih N: 75 x/menit
nyaman dengan posisi semi S : 36,80C
foeler RR : 26 x/menit
10.00 4. Menjelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif A:
Hasil : Bersihan jalan nafas
a. Klien mengatakan tidak efektif
bersedia untuk
melakukan latihan P:
batuk efektif Intervensi 1,2,3,4,
b. Klien Nampak dan 5 dilanjutkan
10.30 mengikuti penjelasan
yang diberikan
c. Klien nampak
mengikuti latihan batuk
efektif
5. Berkolaborasi dengan
tim medis lain dalam
17
pemberian analgetik
10.40 Hasil :
a. Heparin 1 cc/jam
b. N5 1 amp/24 jam
c. Furosemid 1 amp
2x1
d. Pantoprazole 40 mg
2x1
e. Meropenen 1 gr 1x1
f. Bisoprocol 2,5 mg
2x1
g. Aspilet 80 mg 2x1
h. Nacl 500 ml 20
Tpm 24jam
i. B. Fluid 500 1x1
Senin, 17 Pemantauan Respirasi S:
Februari 09.00 1. Monitor frekuensi, 1. Klien
2021 irama, kedalaman mengatakan
pernapasan, dan upaya masih batuk
napas 2. Klien
09.10 2. Monitor kemampuan mengatakan
batuk efektif masih susah
10.00 3. Monitor adanya untuk
produksi sputum mengeluarkan
10.30 4. Monitor adanya dahaknya
sumbatan jalan napas
10.40 5. Auskultasi bunyi mapas O:
1. Klien nampak
masih lemah
2. Klien nampak
batuk
3. TTV :
TD : 130/90 mmhg

18
N: 75 x/menit
S : 36,80C
RR : 26 x/menit

A : Bersihan jalan
nafas tidak efektif

P : Intervensi
1,2,3,4, dan 5
dilanjutkan

Implementasi hari ke 2
Diagnosa Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Bersihan jalan Kamis, Latihan batuk efektif S:
tidak efektif b.d 18 09.00 1. Mengidentifikasi 1. Klien
hipersekresi Februari kemampuan batuk mengatakan
jalan napas 2021 Hasil : masih sering
a. Klien mengatakan batuk
masih batuk 2. Klien
b. Klien Nampak sudah mengatakan
mampu batuk dengan sudah bisa
efektif dengan bantuan melakukan batuk
perawat efektif namun
09.10 2. Memonitor adanya masih butuh

19
retensi sputum dibimbing
Hasil : 3. Klien
Klien mengatakan mengatakan
dahaknya sudah keluar dahak yang
namun masih sedikit keluar masih
10.00 3. Menjelaskan tujuan sedikit dan
dan prosedur batuk masih agak
efektif susah
Hasil :
a. Klien mengatakan O:
bersedia untuk 1. klien nampak
melakukan latihan masih batuk
batuk efektif 2. Nampak sekret
b. Klien Nampak yang keluar
mengikuti penjelasan sedikit
yang diberikan 3. TTV :
c. Klien nampak TD : 120/80 mmhg
melakukan latihan N: 85 x/menit
batuk efektif S : 36 0C
d. Klien mengatakan RR : 24x/menit
sudah mulai mampu
melakukan latihan A : Bersihan jalan
batuk efektif namun napas tidak efektif
masih butuh dibimbing
10.30 4. Berkolaborasi dengan P : Intervensi 1, 2, 3,
tim medis lain dalam dan 4 dilanjutkan
pemberian analgetik
Hasil :
a. Heparin 1 cc/jam
b. N5 1 amp/24 jam
c. Furosemid 1 amp 1x1
d. Pantoprazole 40 mg
2x1
e. Meropenen 1 gr 2x1
20
f. Bisoprocol 2,5 mg 2x1
g. Aspilet 80 mg 1x1
h. Nacl 500 ml 20 Tpm
24 jam
i. B. Fluid 500 1x1
Kamis, Pemantauan Respirasi S:
18 09.00 1. Monitor frekuensi, 1. Klien
Februari irama, kedalaman mengatakan
2021 pernapasan, dan upaya masih sering
napas batuk
09.10 2. Monitor kemampuan 2. klien
batuk efektif mengatakan
10.00 3. Monitor adanya sudah bisa
produksi sputum melakukan batuk
10.30 4. Monitor adanya efektif namun
sumbatan jalan napas masih butuh
10.40 5. Auskultasi bunyi napas dibimbing
3. Klien
mengatakan
dahak yang
keluar masih
sedikit dan
masih agak
susah

O:
1. Klien nampak
masih batuk
2. Nampak sekret
yang keluar
sedikit
3. TTV :
TD : 120/80mmhg

21
N : 85 x/menit
S : 36 0C
RR : 24 x/menit

A : Bersihan jalan
nafas tidak efektif

P : Intervensi
1,2,3,4, dan 5
dilanjutkan

Implementasi hari ke 3
Diagnosa Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Bersihan jalan Jumat,19 Latihan batuk efektif S:
tidak efektif b.d Februari 09.00 1. Mengidentifikasi 1. Klien
hipersekresi 2021 kemampuan batuk mengatakan
jalan nafas Hasil : batuk berkurang
a. Klien mengatakan 2. Klien
masih batuk namun mengatakan
sudah jarang sudah bisa
b. Klien Nampak sudah melakukan batuk
mampu batuk dengan efektif secara
efektif dengan bantuan mandiri
perawat 3. Klien
09.10 2. Memonitor adanya mengatakan
retensi sputum dahak sudah
Hasil : keluar
Klien mengatakan
dahaknya sudah keluar O :
namun masih sedikit 1. Klien sudah
10.00 3. Menjelaskan tujuan jarang batuk
dan prosedur batuk 2. Nampak batuk

22
efektif berkurang
Hasil : 3. Nampak secret
a. Klien mengatakan yang keluar
bersedia untuk sudah banyak
melakukan latihan 4. TTV :
batuk efektif TD : 120/80 mmhg
b. Klien Nampak N: 85 x/menit
mengikuti penjelasan S : 36 0C
yang diberikan RR : 20x/menit
c. Klien nampak
melakukan latihan A : Masalah teratasi
batuk efektif
d. Klien mengatakan P : Intervensi
sudah mulai mampu dihentikan pasien di
melakukan latihan pindahkan di ruang
batuk efektif namun keperawatan
masih butuh dibimbing
10.30 4. Berkolaborasi dengan
tim medis lain dalam
pemberian analgetik
Hasil :
a. Heparin 1 cc/jam
b. N5 1 amp/24 jam
c. Furosemid 1 amp 1x1
d. Pantoprazole 40 mg
2x1
e. Meropenen 1 gr 2x1
f. Bisoprocol 2,5 mg 2x1
g. Aspilet 80 mg 1x1
h. Nacl 500 ml 20 Tpm
24 jam
i. B. Fluid 500 1x1

23
Jumat, Pemantauan Respirasi S:
19 09.00 1. Monitor frekuensi, 1. klien
Februari irama, kedalaman mengatakan
2021 pernapasan, dan upaya batuk berkurang
napas 2. Klien
09.10 2. Monitor kemampuan mengatakan
batuk efektif sudah bisa
10.00 3. Monitor adanya melakukan batuk
produksi sputum efektif secara
10.30 4. Monitor adanya mandiri
sumbatan jalan napas 3. Klien
10.40 5. Auskultasi bunyi mengatakan
mapas dahak sudah
keluar

O:
1. Klien sudah
jarang batuk
2. Nampak batuk
berkurang
3. Nampak secret
yang keluar
sudah banyak
4. TTV :
TD : 120/80 mmhg
N : 85 x/menit
S : 36 0C
RR : 20x/menit

A : Masalah teratasi

P : Intervensi
dihentikan

24
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria
evaluasi.

25
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran
pernapasan bawah dengan tanda dan gejala batuk dan sesak napas. Hal ini disebabkan
karena adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, aspirasi subtansi
asing yang berupa eksudat (cairan), dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru paru.
Diagnosis Pneumonia didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan
fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia ditegakkan
jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan
dua atau lebih gejala. Pada prinsipnya penatalaksanaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia.
Pemberian antibiotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman
penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik
empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi pasien.

1.2 Saran
Pneumonia merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan bagian
bawah yang terjadi akibat rendahnya daya tahan tubuh seseorang akibat peningkatan
berbagai mikroorganisme seperti kuman, bakteri, virus, dll. Oleh karena itu sangat
diperlukan daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh
dengan cara memberikan makan makanan bernilai gizi supaya daya tubuh tetap
terjaga, memberikan lingkungan yang sehat (bebas polusi) supaya mikroorganisme
tidak terhirup dan kembali masuk ke paru-paru yang dapat menimbulkan peradangan.
Pada saat masa pengobatan keluarga diharapkan ikut serta dalam prosesnya sebagai
bentuk dukungan, maka dari itu keluarga juga perlu tahu mengenai pneumonia untuk
meningkatkan pengetahuan. Sehingga keluarga memahami faktor penyebab
terjangkitnya penyakit pneumonia dan cara pencegahannya agar keluarga lain tidak
terjangkit penyakit yang sama.

26
DAFTAR PUSTAKA

LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta:
EGC
Rohman & Walid. (2010). Proses Keperawatan : Teori Dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
(T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC.
Belakang, A. L. (2017). BAB I PENDAHULUAN. 1–7.
Keperawatan, A., Lansia, P., & Pneumonia, D. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Lansia
Dengan Pneumonia. 01(04), 125–128. https://doi.org/10.53801/oajjhs.v1i4.13
Nisrina, M., & Fatin, A. (2021). Potensi interaksi obat dengan obat pada pasien dewasa
dengan pneumonia. 4(2), 98–104.
Putra, M. E., Femelia, W., Gizi, J., Masyarakat, F. K., Andalas, U., Studi, P., Mesin, T., &
Andalas, U. D. (2021). EFEKTIFITAS APLIKASI EDUKASI GIZI REMAJA BERBASIS.
6(2), 443–451.

27

Anda mungkin juga menyukai