Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BROKUS PNEUNOMONIA PADA NY.W


DENGAN MASALAH UTAMA OKSIGENASI

PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN DASAR
SEMESTER III T.A. 2023/ 2024

NAMA : MOHD.KHATAMUR RIJALI


NIM : P032214401106

CLINICAL TEACHER CLINICAL INSTRUCTUR

NAMA NAMA
TTD TTD

PRODI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES RIAU
T. A. 2023/ 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu.
Pembuatan laporan pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi praktik klinik Keperawatan Dasar.
Selain itu, laporan pendahuluan ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
penulis dan bagi para pembaca tentang asuhan keperawatan pasien oksigenasi.
Penyusunan laporan pendahuluan ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesikan penulisan laporan pendahuluan ini.
Terakhir, penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih belum sepenuhnya
sempurna. Maka dari itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan, agar pada tugas berikutnya bisa menyusun laporan pendahuluan ini dengan lebih
baik lagi. Semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Bukittinggi, 24 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

A. Konsep Oksigenasi..........................................................................................4

B. Anfis Oksigenasi..............................................................................................4

C. Konsep Teori Penyakit...................................................................................5

a. Bronkus Pneunomonia...............................................................................5

b. Penyebab Bronkus Pneunomonia..............................................................6

c. Tanda dan Gejala........................................................................................7

d. Penatalaksanaan Medis..............................................................................9

D. Asuhan Keperawatan Teoritis Oksigenasi....................................................10

a. Pengkajian.................................................................................................10

b. Diagnosa keperawatan..............................................................................10

c. Internsi Keperawatan...............................................................................10
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar. K
eberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam pro
ses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel t
ubuh.

Oksigen (O2) merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan m


anusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel. Kekura
ngan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satuny
a kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin ag
ar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik (Mubarak & Chayatin, 2008

B. Anfis Oksigenasi
Sistem tubuh yang berperan dalam membantu dalam pemenuhan kebutuha
n oksigenasi adalah saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian
bawah. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri atas:

1. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hid


ung.
2. Esophagus
3. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
4. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup larin
g saat proses menutup.

Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri atas:


1. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrae torakalis kelima.
2. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronchus kanan dan kiri.
3. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
4. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksige
n dengan karbondioksida.
5. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pe
rnapasan.

Secara anatomi, system respirasi terbagi menjadi dua, yaitu saluran pernaf
asan dan parenkim paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ hidung, mulut, tra
kea, bronkus sampai bronkiolus. Didalam rongga toraks, bronkus bercabang menj
adi dua kanan dan kiri. Bronkus kemudian bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
Bagian parenkim paru berupa kantong-kantong yang menempel di ujung bronkiol
us yang disebut alveolus bila hanya 1 atau alveoli bila banyak (Kusnanto, 2016).

C. Konsep Teori Penyakit


a. Bronkus Pneunomonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi.
Pneumonia bisa menimbulkan gejala yang ringan hingga berat. Beberapa gejala
yang umum dialami penderita pneumonia adalah batuk berdahak, demam, dan
sesak napas.

Infeksi menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di


salah satu atau kedua paru-paru. Akibatnya, alveoli dipenuhi cairan atau nanah seh
ingga membuat penderitanya sulit bernapas.

b. Penyebab Bronkus Pneunomonia


Pneumonia terjadi ketika bakteri, virus, atau jamur masuk dan menginfeksi
paru-paru. Infeksi paru-paru memicu sistem kekebalan tubuh bereaksi sehingga
menyebabkan kantung udara dalam paru-paru (alveoli) meradang dan terisi nanah
atau cairan.

Pneumonia bisa dipicu oleh masuknya bahan atau zat tertentu ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan (aspirasi paru), yang selanjutnya
menyebabkan infeksi dan peradangan. Kondisi ini disebut juga dengan pneumonia
aspirasi.

Selain itu, pneumonia juga bisa dipicu oleh sumbatan saluran napas akibat
tumor atau penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Kondisi ini bisa menyebabkan
bakteri berkembang di paru-paru.

Jika dibagi berdasarkan kuman penyebabnya, pneumonia dapat


digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Pneumonia akibat bakteri

Bakteri adalah kuman yang paling sering menyebabkan pneumonia.


Namun, pneumonia yang disebabkan oleh bakteri biasanya hanya memengaruhi
salah satu bagian paru-paru. Beberapa jenis bakteri yang dapat menjadi penyebab
pneumonia adalah:

 Streptococcus pneumoniae

 Haemophilus influenza

 Staphylococcus aureus
 Mycoplasma pneumoniae

 Chlamydophila pneumoniae

 Legionella pneumophila

2. Pneumonia akibat virus

Sebagian virus penyebab batuk, pilek, atau flu juga bisa menyebabkan
pneumonia. Beberapa kelompok virus yang dapat menyebabkan pneumonia
adalah respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, virus influenza, hantavirus,
dan coronavirus yang menyebabkan SARS, MERS, dan COVID-19.

Umumnya, pneumonia yang disebabkan oleh virus menimbulkan gejala


yang lebih ringan dan lebih singkat daripada pneumonia karena bakteri. Namun,
ada juga virus yang dapat menyebabkan pneumonia yang parah dan fatal,
misalnya akibat infeksi virus Corona (SARS-CoV-2).

3. Pneumonia akibat jamur

Seseorang dapat mengalami pneumonia akibat jamur jika menghirup spora


jamur yang kemudian berkembang biak di dalam paru-paru. Pneumonia akibat
jamur umumnya lebih banyak terjadi pada penderita penyakit kronis atau orang
dengan daya tahan tubuh lemah.

Beberapa jenis jamur dapat menyebabkan pneumonia yaitu Pneumocystis


jirovecii, Cryprococcus, Coccidioides, dan Histoplasma capsulatum. Sebagian
dari jenis jamur penyebab pneumonia adalah jamur yang ditemukan di tanah atau
kotoran burung.

Selain berdasarkan kuman penyebabnya, pneumonia juga dapat dibagi


menjadi beberapa jenis berdasarkan tempat terjadinya penularan, yaitu:

 Community-acquired pneumonia, yaitu jenis pneumonia yang paling


sering terjadi dan menular di tengah masyarakat
 Hospital-acquired pneumonia, yaitu pneumonia yang penularannya terjadi
ketika seseorang menjalani perawatan di rumah sakit

c. Tanda dan Gejala

Gejala yang timbul saat seseorang mengalami pneumonia sangat


bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada penyebab, tingkat keparahan penyakit,
serta usia dan kondisi kesehatan penderita secara umum. Gejala tersebut bisa
berkembang secara tiba-tiba atau perlahan selama 24–48 jam.

Gejala pneumonia bisa ringan seperti flu, hingga gejala yang sedang atau
berat, seperti:

 Batuk kering, batuk berdahak kental berwarna kuning dan hijau, atau batu
k berdarah
 Sesak napas
 Demam
 Menggigil
 Berkeringat
 Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk
 Detak jantung meningkat
 Hilang nafsu makan
 Mual, muntah, atau diare
 Tubuh terasa lemas
 Nyeri otot dan sendi
 Sakit kepala
 Bau mulut

Pneumonia bisa menyerang siapa saja. Meski begitu, lansia di atas 65


tahun dan anak-anak usia kurang dari 2 tahun lebih rentan terkena pneumonia
yang berat.

Pada lansia, pneumonia belum tentu menimbulkan gejala demam, malah


sering kali menyebabkan penurunan suhu tubuh hingga <37°C. Penderita
pneumonia berusia lanjut juga bisa mengalami penurunan kesadaran yang
gejalanya tampak seperti linglung atau kurang waspada.

Pneumonia pada bayi dan anak-anak bisa juga menimbulkan gejala berupa
lemas, rewel, napas yang cepat, napas berbunyi, sulit bernapas, adanya tarikan
(retraksi) otot-otot leher, dada, dan perut disertai usaha yang berat untuk bernapas,
serta terkadang bibir dan ujung-ujung jarinya membiru (sianosis).

 Demam tinggi
 Sulit bernapas atau sesak napas
 Bibir dan ujung jari berwarna kebiruan
 Batuk berdarah
 Kulit tampak pucat, serta timbul bercak dan ruam
 Tampak linglung atau sangat mengantuk
 Pingsan

d. Penatalaksanaan Medis

Bronkopneumonia ringan umumnya dapat ditangani di rumah dengan


memenuhi kebutuhan cairan, beristirahat yang cukup, dan mengonsumsi obat-
obatan untuk meredakan gejala. Kondisi ini biasanya akan sembuh dengan
sendirinya dalam 2 minggu.

Pada bronkopneumonia akibat infeksi bakteri, pengobatannya adalah


dengan antibiotik, seperti amoxicillin. Pasien biasanya akan membaik dalam 3–5
hari. Perlu diingat bahwa antibiotik harus dikonsumsi sampai habis sesuai dengan
anjuran dokter. Hal ini untuk mencegah kekambuhan dan memastikan infeksi
telah sembuh.

Sementara pada bronkopneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus,


dokter akan memberikan obat antivirus. Obat ini berfungsi untuk mengurangi
lama infeksi dan mencegah gejala bertambah parah.

Pada bronkopneumonia yang cukup parah, penanganan perlu dilakukan di


rumah sakit, yang dapat meliputi rawat inap, serta pemberian infus antibiotik dan
cairan. Jika kadar oksigen dalam darah pasien rendah, dokter akan memberikan
bantuan oksigen.

D. Asuhan Keperawatan Teoritis Oksigenasi


a. Pengkajian
i. Identitas klien
ii. Pengkajian umum
1. Keluhan Utama
2. Pengkajian riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit terdahulu
4. Pemeriksaan umum tanda-tanda vital

b. Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif

c. Internsi Keperawatan
No Diagonasa Luaran/SLKI SIKI
keperawatan
maka diharapkan bersihan Manajemen Jalan Napas (I.0101
1. Bersihan jala jalan napas membaik deng 1) Tindakan:
n napas tidak an kriteria hasil: Bersihan j Observasi:
efektif alan napas (L.01001 )  Monitor pola napas (frek
uensi, kedalaman, usaha
 Batuk efektif meni
napas)
ngkat (5)
 Monitor bunyi napas ta
 Produksi sputum
mbahan (mis. gurgling,
menurun (5)
mengi, wheezing, ronchi
 Wheezing menuru
kering)
n (5)
 Monitor sputum (jumla
 Dispnea menurun
h, warna, aroma)
(5)
 Terapeutik:
 Gelisah menurun
 Pertahankan kepatenan j
(5) □ Frekuensi na
alan napas dengan headt
pas membaik (5)
ilt dan chin-lift (jawthru
 Pola napas membai st jika curiga trauma ser
k (5) vical)
Posisikan semi-fowler a
tau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dad
a, jika perlu
 Lakukan penghisapan le
ndir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenas
i sebelum penghisapan e
ndotrakeal
 Keluarkan sumbatan ben
da pada dengan forsep
McGill
 Berikan oksigen, jika pe
rlu

Edukasi:
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan tehnik batuk efe
ktif Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian br
onkodilator, ekspektora
n, mukolitik, jika perlu
Pemantauan

Respirasi (I.01014) Tindakan:


Observasi:
 Monitor frekuensi, iram
a, kedalam dan upaya na
pas
 Monitor pola napas
 Monitor kemampuan bat
uk efektif
 Monitor adanya produks
i sputum
 Monitor adanya sumbata
n jalan napas
 Palpasi kesimetrisan eks
pansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor AGD
 Monitor x-ray thoraks

Terapeutik:

 Atur internal pemantau r


espirasi sesuai kondisi p
asien
 Dokumentasikan hasil p
emantauan
Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan pros
edur pemantauan
 Informasikan hasil pema
ntauan, jika perlu

 Latihan Batuk Efektif Ti


ndakan Observasi
 Identifikasi kemampuan
batuk
 Monitor adanya retensi s
putum
 Monitor tanda dan gejal
a infeksi saluran napas
 Monitor input dan outpu
t cairan (mis.jumlah dan
karakteristik)
Terapeutik
 Atur posisi semi Fowler
atau fowler
 Pasang perlak dan bengk
ok di pangkuan pasien
 Buang secret pada temp
at sputum

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan pros
edur batuk efektif
 Anjurkan tarik nafas dal
am melalui hidung sela
ma 4 detik, selama 2 det
ik,kemudian keluarkan d
ari mulut dengan bibir m
encucu (dibulatkan)sela
ma 8 detik
 Anjurkan mengulangi ta
rik nafas dalam hingga 3
kali
Pola Napas Membaik  Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah tar
dengan Kriteria Hasil
ik nafas dalam yang ke-
 Dispnea menurun 3 Kolaborasi -Kolaboras
 Penggunaan otot b i pemberian mukolitik at
antu napas au ekspetoran,jika perlu
menurun
 Pemanjangan
fase ekspirasi 1) Manajemen Jalan Napas
menurun Observasi
 Frekuensi napas m  Monitor pola napas
embaik  (frekuensi, kedalaman,
 usaha napas)
Kedalaman napas membai
 Monitor bunyi napas
k
2. Bersihan jala
 tambahan (mis. Gurglin
n napas tidak
g, mengi, wheezing, ron
efektif
khi kering)
 Monitor sputum (jumla
h, warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan
 jalan napas dengan hea
d-tiit dan chin-lift (jaw t
hrust jika curiga trauma
survikal)
 Posisikan semi-Fowler a
tau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dad
a, jika perlu
 Lakukan penghisapan le
ndir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenas
i sebelum penghisapan e
ndotrakeal
 Keluarkan sumbatan ben
da padat dengan forsep
McGill
 Berikan oksigen, jika pe
rlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efe
ktif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian br
onkodilator, ekspektora
n, mukolitik, jika perlu.

2) Pemantauan Respirasi
Observasi
 Monitor frekuensi, iram
a,kedalaman dan upaya
napas
 Monitor pola napas (sep
erti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmau
l,Cheyne-Strokes, Biot,a
taksik)
 Monitor kemampuan bat
uk efektif
 Monitor adanya produks
i sputum
 Monitor adanya sumbata
n jalan napas
 Palpasi kesimetrisan eks
pansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray tora
ks
Terapeutik
 Atur interval pemantaua
n respirasi sesuai kondis
i pasien
 Dokumentasikan hasil p
emantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pe
mantauan Informasikan hasil pe
mantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Lasar, A. M. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Ny. C. L Yang Mend
erita Tumor Paru Di Ruangan Teratai RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kup
ang Mei 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
Hts, S. E. P., & Amalia, D. (2023). BRONKOPNEUMONIA. Jurnal Medika Nusa
ntara, 1(3), 134-145.
https://www.alodokter.com/pneumonia/penyebab
Khoerunnisa, N. (2021). Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oks
igenasi: Fisioterafi Dada Pada Anak Dengan Pneumonia-(KTI. 1550) (Do
ctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya).
SARI, T. J. (2020). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN INFRA RED
DAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA BRONCHOPNEUMONIA (Doctor
al dissertation, Universitas Widya Husada Semarang).

Anda mungkin juga menyukai