Oleh :
Indri Ranggelika 1410070100004
Preseptor:
dr. Sari Nikmawati, Sp.P
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam karena atas izin-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Pneumothorax, Efusi Pleura,
Bronkiektasis, Emfisema, Perbedaan Acute Long Oedema Cardiogenic Dan
Non Cardiogenik” ini dengan sebagaimana mestinya.
Referat ini merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di Bagian
referat ini.
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Daftar Gambar......................................................................................................iii
Daftar Tabel...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang....................................................................................................1
1.2Tujuan.................................................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
2.1.Efusi Pleura........................................................................................................7
2.1.1 Definisi............................................................................................................7
2.1.2 Etiologi............................................................................................................8
.....................................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi.......................................................................................................8
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................................9
2.1.5 Diagnosis.......................................................................................................10
2.1.6 Penatalaksanaan............................................................................................12
2.1.7 Komplikasi....................................................................................................13
2.2. Pneumothorak.................................................................................................13
2.2.1 Etiologi..........................................................................................................13
2.2.2 Klasifikasi.....................................................................................................13
4
2.2.3 Patofisiologi..................................................................................................15
2.2.4 Diagnosis.......................................................................................................17
2.2.5 Penatalaksanaan............................................................................................18
2.2.7 Komplikasi....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Penyakit Efusi Pleura merupakankondisi yang ditandai oleh penumpukan
cairan diantara dua lapisan pleura. WHO memperkirakan bahwa 20% penduduk
estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 dari 100.000 kasus di negara industri
Amerika Serikat sendiri, insiden efusi pleura diestimasi mencapai 1,5 juta per
tahun.
pleura. Dengan adanya udara didalam rongga pleura tersebut, maka akan
Acute lung udema adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan cairan
dari vaskular paru ke intertisial dan alveoli paru, pada edema paru terdapat
6
penimbunan cairan serosa secara berlebihan didalam ruangan intertisial dan
alveoli paru.
1.1. Tujuan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) bagian Paru di Rumah Sakit Umum Daerah
Solok.
1.2. Manfaat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pneumothorax
2.1.1. Definisi
Pneumothorax adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara atau gas
2.1.2. Etiologi
Pneumothorax bisa dialami secara tiba-tiba oleh orang yang sehat, maupun
- cedera yang melukai paru-paru misalnya luka tembak, atau tulang rusuk
yang patah.
Kantong udara (bleb) ini terbentuk tanpa menimbulkan gejala dan ini di luar
8
kantong-kantong udara normal (alveoli) di paru-paru. Penyebab bleb pecah
juga tidak dapat dipastikan. Udara yang dilepas akan terperangkap di rongga
pleura.
- Merokok, asap rokok diduga bisa menipiskan dinding bleb sehingga risiko
pneumothorax meningkat.
2.1.3. Klasifikasi
Menurut penyebabnya pneumothoraks dapat dikelompokkan menjadi2,3 :
a. Pneumothoraks spontan
Pneumothoraks seperti ini dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua jenis:
Pneumothoraks spontan primer
Pneumothoraks yang terjadi tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya
ataupun trauma, kecelakaan, dan dapat terjadi pada individu yang
sehat.
Pneumothoraks spontan sekunder
Pneumothoraks yang terjadi pada penderita yang mempunyai riwayat
penyakit paru sebelumnya misalnya PPOK, TB Paru dan lain-lain
b. Pneumothoraks traumatik
Adalah pneumothoraks yang terjadi oleh karena trauma didada, kadang
disertai dengan hematopneumothoraks.Perdarahan yang timbul dapat
berasal dari dinding dada maupun paru itu sendiri.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis,
yaitu :
Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks
yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada
dinding dada, barotrauma.
9
Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis.
c. Pneumothoraks introgenik
Adalah pneumothoraks yang terjadi pada saat kita melakukan tindakan
diagnostik seperti transtorakal biopsi, punksi pleura.
1. Pneumotoraks Tertutup
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas
terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia
luar. Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun
lambat laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru
disekitarnya.
Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga
masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali
negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga
pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga
pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat
luka terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama
dengan tekanan udara luar.
Pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu
ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi
mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi
mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka.
3. Pneumotoraks Ventil
Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan
makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang
10
bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus
serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang
terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar.
Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan
melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini
dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas.2,3
2.1.4 Diagnosis
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan3 :
Inspeksi
a. Statis: hemithorak lebih cembung pada sisi yang sakit (hiper
ekspansi dinding dada)
b. Dinamis: Pada waktu respirasi, pada sisi yang sakit gerakannya
tertinggal
c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
Palpasi
Vocal fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang
sakit
Perkusi
-hipersonor pada sisi yang sakit.
11
-Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi
Auskultasi
-Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
Foto thoraks
Untuk mediagnosisi pneumothoraks pada foto thoraks dapat
paru kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura
CT Scan thoraks
CT Scan thoraks lebih spesifik untuk pneumothoraks. Batas antara
2.1.6 Penatalaksanaan
12
Apabila fistula menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah
menutup maka udara yang berada didalam rongga pleura akan di
resorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberika
tambahan oksigen. Observasi dilakukan dalam beberapa hari
dengan foto thorak tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari. Terutama
untuk pneumothorak tertutup dan terbuka.
o Aspirasi.
Dapat digunakan dengan abocath nomor 14 yang
dihubungkan dengan three way, dengan menggunakan semprit 50
cc dilakukan aspirasi.
o Pemasangan WSD.
Penderita harus dirawat, semakin besar selang WSD yang
dipasang semakin baik. Umumnya untuk WSD digunakan selang
nomor 20, bila alat-alat untuk memasang WSD tidak ada dapat kita
gunakan perlengkapan untuk infus biasa. Jarum infus ditusukkan
kerongga pleura dan ujung lainnya dimasukkan kedalam airhingga
menjadi sebuah WSD mini. Sebagai pengganti jarum infus dapat
digunakan abocath. Bila pneumothoraks luas sebaiknya dipasang
WSD untuk mempercepat pengembangan paru. Bila setelah
pemasangan WSD paru tidak juga mengembang dengan baik,
dapat dibantu dengan pengisapan yang terus menerus (continuous
suction). WSD dapat dicabut setelah paru mengembang yang
ditandai dengan terdengarnya kembali suara nafas dan di pastikan
dengan foto thoraks paru.maka selang WSD di klem.Biasanya bila
paru sudah mengembang sempurna, tidak terdapat lagi undulasi
pada WSD.Setelah 1-3 hari diklem, dibuat foto ulangan.Bila paru
tetap mengembang maka WSD dapat dicabut. Pencabutan
dilakukan dalam keadaan ekspirasi maksimal.
o Torakoskopi
13
Penggunaan torakoskopi untuk diagnosis dan terapi
Tindakan Bedah
o Torakotomi
Indikasi operasi pada serangan pertama pneumothoraks
spontan bila terjadi kebocoran lebih dari 3 hari, hemothoraks,
kegagalan paru untuk mengembang, pneumothoraks bilateral,
pneumothoraks ventil atau jika pekerjaan penderita mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya pneumothoraks. Pneumothoraks
berulang merupakan indikasi operasi utama pada penderita
pneumothoraks spontan primer.1,3
14
2.2.2Etiologi
1. Adanya perubahan permeabilitas membran pleura (misalnya : inflamasi,
sirosis)
atau sirkulasi sirkulasi paru (misalnya : gagal jantung kongestif, sindrom vena
kava superior)
2.2.3Klasifikasi
Efusi Pleura secara secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Transudat
15
• Menurunnya tekanan koloid osmotik dalam pleura
• Sindroma nefrotik
2. Eksudat
• Infark paru
• Karsinoma bronkogenik
2.2.4 Diagnosis4
a. Anamnesis
Nyeri dada
Sesak nafas
Batuk non produktif
16
Adanya gejala penyakit yang mendasari seperti demam, menggigil,
tuberculosis, batuk berdahak dan berkeringat malam.
b. Pemeriksaan Fisik
yang sakit
lateral lebih tinggi dari pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal
dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang
dapat berasal dari luar atau dalam paru. Pada pemeriksaan foto dada pada
17
Gambar 2.2.1 Rontgen Efusi Pleura
b. Torakosentesis
dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris posterior dengan
Bikokimia.5
c. Biopsi pleura
dan tumor pleura. Bila hasil biopsi tidak memuaskan dapat dilakukan
biopsi ulangan.5
18
2.2.6 Penatalaksanaan
Torakosentesis
thoraks atau daerah sedikit medial dari ujung scapula atau pada
19
2.3 Bronkiektasis
2.3.1 Definisi
dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berlangsung kronik,
2.3.2 Etiologi
didapat.
Kelainan Kongenital
biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua
Kelainan Didapat
2.3.3 Klasifikasi
20
2. Bronkiektasis Kantong (saccular) merupakan bentuk bronkiektasis
(cystic bronkiektasis).
2.3.4 Diagnosis
Anamnesa
• Batuk darah
• Demam
• Nyeri dada
• Sesak napas7
Batuk bertambah
Peningkatan wheezing
21
Perubahan pada suara nafas7
Pemeriksaan Fisik
dan dinamis
(+/+)
Spirometri
22
of grapes. Bayangan tersebut menunjukkan kelainan yang terjadi
pada bronkus.
CT-Scan thorax
dari foto thorax dan melihat letak kelainan jalan napas yang tidak
2.3.6 Penatalaksanaan
2.4 Emfisema
2.4.1 Definisi
2.4.2 Etiologi
2.4.3 Klasifikasi
2.4.4 Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
23
• Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan dalam keadaan statis
dan dinamis
(+/+)
2.4.6 Penatalaksanaan
kardiomegali
infark miokard
24
Dispneu
ortopneu
Pemeriksaan Fisik :
Akral : Hangat
S3 Gallop : (+)
Rhonki : basah
Pemeriksaan penunjang :
Hipoksemia : (+)
kedalam jaringan
Penyebab :
Sepsis
trauma thorax
25
emboli paru
Pemeriksaan Fisik :
Akral : hangat
S3 gallop : (-)
Rhonki : Kering
Pemeriksaan penunjang
EKG : normal
Hipoksemia : Berat
26
DAFTAR PUSTAKA
27