Anda di halaman 1dari 21

KEGAWATDARURATAN KONTUSIO PULMONAL

NAMA KELOMPOK:

1. MARIA HELENA NEI


2. EGIDIUS MERA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat


Darurat Adapun hal yang dibahas dalam makalah ini adalah terkait salah satu asuhan
keperawatan kegawatdaraurataan tentang ”KONTUSIO PULMONAL” . Penting
untuk mengetahui serta memahami terkait keseluruhan dari penyakit ini adalah untuk
menambah wawasan kami sebagai pelajar dan juga sebagai sebuah bekal untuk
menjadi petugas kesehatan nantinya.

Makalah ini masih dapat dikatakan belum lengkap dan rinci. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar
dapat menjadi makalah yang sempurna. Akhir kata, semoga makalah ini berguna
bagi pembaca sekalian, sekian dan terimakasih.

Ruteng, Mei 2020

Penulis.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................4

a. LATAR BELAKANG.................................................................4
b. TUJUAN.....................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................6

A. KONSEP MEDIS .......................................................................6


1. Pengertian........................................................................6
2. Etiologi............................................................................6
3. Manifestasi klinis............................................................7
4. Patofisiologi dan pathway...............................................7
5. Pemeriksaan penunjang...................................................10
6. Penatalaksanaan gawat daurat.........................................11
7. Terapi diet dan farmakologi............................................12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWATDARURAT. 13
1. Pengkajian primer...........................................................13
2. Pengkajian sekunder........................................................14
3. Diagnosa..........................................................................16
4. Intervensi.........................................................................18
5. Evaluasi...........................................................................19

BAB III PENUTUP.................................................................................20

A. KESIMPULAN...........................................................................20
B. SARAN.......................................................................................20

3
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................21

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Trauma thoraks sering terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, benturan
karena jatuh, ledakan gas dan mekanisme trauma tumpul yang lainnya. Pada
trauma thoraks sering menyebabkan gangguan ventilasi perfusi akibat
kerusakan dari parenkim paru. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
oksigenasi jaringan, yang menjadi salah satu faktor penyebab kematian pada
trauma thoraks.Kerusakan paru akan diikuti dengan gangguan perfusi
parenkim paru, dan jika oksigenasi tidak diperbaiki hal ini akan menyebabkan
terjadinya hipoksemia sistemik. Selain itu, trauma langsung pada thoraks
dapat menyebabkan terjadinya kontusio pulmonum. Hal ini merupakan
komplikasi trauma thoraks yang akan berkembang menjadi Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS).
Kontusio paru terjadi sekitar 20% pada pasien trauma thoraks, dimana
50-60% pasien dengan kontusio paru yang berat akan menjadi ARDS. ARDS
masih merupakan salah satu komplikasi trauma thoraks yang sangat serius
dengan angka kematian 20-43%. Oleh karena adanya komplikasi tersebut
maka dibentuk suatu sistem skoring trauma thoraks untuk memprediksi
komplikasi dan mortalitas trauma thoraks.
Pada tahun 2000 Pape dan kawan-kawan menggunakan thoracic trauma
severity score (TTSS) untuk memprediksi komplikasi trauma thoraks salah
satunya adalah ARDS dan mortalitas pasien trauma thoraks. Sejak
dipublikasikan pertama kali pada tahun 2000 skor ini belum pernah dilakukan
penelitian dan belum pernah dieksplorasi lebih jauh untuk menguji
validitasnya dan hubungan skor ini dengan mortalitas akibat trauma thoraks.
Evaluasi yang cepat dan sistematis pada pasien dalam mengidentifikasi dan

5
penanganan cedera sangat penting untuk penyelamatan jiwa secara langsung
dan penanganan definitif lebih lanjut. Penggolongan trauma thoraks yang jelas
dibutuhkan untuk manajemen ventilasi, perawatan intensif dan pemiliha
prosedu pembedahan. Pada sistem skoring trauma thoraks diperlukan
beberapa kriteria anatomi, radiografi yang dapat meningkatkan akurasi
diagnosis pada kasus trauma thoraks.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari kontusio pulmonal
2. Untuk mengetahui etiologi, patofisiologi dari kontusio pulmonal
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan, terapi dari kontusio pulmonal
4. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan dari kontusio pulmonal.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat
terjadi pada cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau
tertimpa benda berat.
Kontusio pulmonal adalah kerusakan jaringan paru yang terjadi
pada hemoragi dan edema setempat. Kontusio paru berhubungan dengan
trauma dada ketika terjadi kompresi dan dekompresi cepat pada dinding
dada, (trauma tumpul).
Contusio paru adalah kerusakan jaringan paru yang terjadi pada
hemoragie dan edema setempat. menurut Asih (2003) diartikan sebagai
memarnya parenkim paru yang sering disebabkan oleh trauma tumpul.
Kelainan ini dapat tidak terdiagnosa saat pemeriksaan rontgen dada
pertama, namun dalam keadaan fraktur scapula, fraktur rusuk atau flail
chest harus mewaspadakan perawat terhadap kemungkinan adanya
contusio pulmonal.

2. Etiologi
Penyebab utama terjadinya contusio paru adalah trauma tumpul pada
dada. Penyebab lain, antara lain:
 Kecelakaan lalu lintas
 Cedera ledakan atau gelombang kejut yang terkait dengan trauma
penetrasi.
 Flail chest
 Dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme
perdarahan dan edema parenkim.

7
3. Manifestasi klinis
Manifestasi kontusio paru antara lain :
 Takipneu
 Takikardi yang hebat,
 Nyeri dada pleuritik,
 Hipoksmia dan sekresi semu darah sampai takipneu,
 Krekels,
 Perdarahan jlas
 Hipoksemia berat
 Asidosis respirasi
 Perubahan kesadaran akibat hipoksia
 Rongsen dada dapat menunjukan infiltrasi paru. Rongsen dada awal
dapat menunjuknan tidak ada perubahan dan pada kenyataannya
perubahan mungkin tidak tampak satu atau dua hari setelah serangan
awal.

4. Patofisiologi dan pathway


Kontusio paru menghasilkan perdarahan dan kebocoran cairan ke
dalam jaringan paru-paru, yang dapat menyebabkan paru menjadi kaku
dan kehilangan elastisitas normal. Kandungan air dari paru-paru
meningkat selama 72 jam pertama setelah cedera, berpotensi
menyebabkan edema paru pada kasus yang lebih serius. Sebagai hasil dari
ini dan proses patologis lainnya, memar paru berkembang dari waktu ke
waktu dan dapat menyebabkan hipoksia.
Perdarahan dan edema; robeknya parenkim paru menyebabkan cairan
kapiler bocor ke dalam jaringan di sekitarnya. Kerusakan membran
kapiler-alveolar dan pembuluh darah kecil menyebabkan darah dan cairan

8
bocor ke dalam alveoli dan ruang interstisial (ruang sekitar sel) dari paru-
paru. Memar paru ditandai oleh microhemorrhages (pendarahan kecil)
yang terjadi ketika alveoli yang traumatis dipisahkan dari struktur saluran
napas dan pembuluh darah. Darah awalnya terkumpul dalam ruang
interstisial, dan kemudian edema terjadi oleh satu atau dua jam setelah
cedera. Sebuah area perdarahan di paru-paru yang mengalami trauma,
umumnya dikelilingi oleh daerah edema. Dalam pertukaran gas yang
normal, karbon dioksida berdifusi melintasi endotelium dari kapiler, ruang
interstisial, dan di seluruh epitel alveolar, oksigen berdifusi ke arah lain.
Akumulasi cairan mengganggu pertukaran gas, dan dapat menyebabkan
alveoli terisi dengan protein dan robek karena edema dan perdarahan.
Semakin besar daerah cedera, kompromi pernafasan lebih parah,
menyebabkan konsolidasi.
Memar paru dapat menyebabkan bagian paru-paru untuk
mengkonsolidasikan, alveoli kolaps, dan atelektasis (kolaps paru parsial
atau total) terjadi. Konsolidasi terjadi ketika bagian dari paru-paru yang
biasanya diisi dengan udara digantkan dengan bahan dari kondisi
patologis, seperti darah. Selama periode jam pertama setelah cedera,
alveoli di menebal daerah luka dan dapat menjadi konsolidasi. Sebuah
penurunan jumlah surfaktan yang dihasilkan juga berkontribusi pada
rusaknya dan konsolidasi alveoli, inaktivasi surfaktan meningkatkan
tegangan permukaan paru.
Radang paru-paru, yang dapat terjadi ketika komponen darah
memasuki jaringan karena memar, juga bisa menyebabkan bagian dari
paru-paru rusak. Makrofag, neutrofil, dan sel-sel inflamasi lainnya dan
komponen darah bisa memasuki jaringan paru-paru dan melepaskan
faktor-faktor yang menyebabkan peradangan, meningkatkan kemungkinan
kegagalan pernapasan. Sebagai tanggapan terhadap peradangan, kelebihan
lendir diproduksi, berpotensi masuk ke bagian paru-paru dan

9
menyebabkan rusaknya paru-paru. Bahkan ketika hanya satu sisi dada
yang terluka, radang juga dapat mempengaruhi paru-paru lainnya. akibat
terluka jaringan paru-paru dapat menyebabkan edema, penebalan septa
dari alveoli, dan perubahan lainnya. Jika peradangan ini cukup parah,
dapat menyebabkan disfungsi paru-paru seperti yang terlihat pada sindrom
distres pernapasan akut.
Ventilasi/perfusi mengalami mismatch, biasanya rasio ventilasi
perfusi adalah sekitar satu banding satu. Volume udara yang masuk alveoli
(ventilasi) adalah sama dengan darah dalam kapiler di sekitar perfusi.
Rasio ini menurun pada kontusio paru, alveoli terisi cairan, tidak dapat
terisi dengan udara, oksigen tidak sepenuhnya berikat hemoglobin, dan
darah meninggalkan paru-paru tanpa sepenuhnya mengandung oksigen
Kurangnya inflasi paru-paru, hasil dari ventilasi mekanis tidak memadai
atau yang terkait, cedera seperti flail chest, juga dapat berkontribusi untuk
ketidakcocokan ventilasi/perfusi. Sebagai ketidakcocokan antara ventilasi
dan perfusi, saturasi oksigen darah berkurang. Vasokonstriksi pada
hipoksik paru, di mana pembuluh darah di dekat alveoli yang hipoksia
mengerut (diameter menyempit) sebagai respons terhadap kadar oksigen
rendah, dapat terjadi pada kontusio paru. Para resistensi vaskular
meningkat di bagian paru-paru yang memar, yang mengarah pada
penurunan jumlah darah yang mengalir ke dalamnya, mengarahkan darah
ke daerah yang lebih baik-berventilasi. Jika sudah parah cukup,
hipoksemia yang dihasilkan dari cairan dalam alveoli tidak dapat dikoreksi
hanya dengan memberikan oksigen tambahan, masalah ini adalah
penyebab sebagian besar kematian yang diakibatkan trauma.

10
5. Pemeriksaan penunjang
a. AGD (Analisa Gas Darah). Cukup oksigen dan karbondioksida
berlebihan, namun kadar gas tidak menunjukkan kelainan pada awal
perjalanan luka memar paru.
b. Rontgen Thorax. Menunjukkan gambaran infiltrat.
c. CT Scan Thorax : memberikan gambaran kontusio.
d. EKG : memberikan gambaran iskemik.
e. USG : menunjukkan memar paru awal, terdapat garis putiih vertical B-
garis

11
6. Penatalaksanaan gawat daurat
A = Airway:
 Usaha untuk membebaskan A harus melindungi vertebra servikal
 Dapat dengan chin lift atau jaw thrust
 Dapat pula dengan naso-pharyngeal airway atau oro-pharyngeal
airway
 Selama memeriksa dan memperbaiki A tidak boleh dilakukan
ekstensi, fleksi, atau rotasi leher
 Pertimbangkan bantuan A definitif (krikotiroidotomy, ETT,dll)
kalau ragu berhasil

B = Breathing:

 Kontrol airway pada penderita yang terganggu karena faktor


mekanik, gangguan ventilasi, atau ada gangguan kesadaran
bisa dengan intubasi ETT (oral/nasal) jika ETT tidak bisa
(karena KI atau masalah teknis), bisa surgical A /
krikotiroidotomy
 Setiap penderita trauma, beri O2 jika tidak intubasi, bisa pakai
sungkup

C = Circulation:

 Jika ada perdarahan arteri luar, harus segera dihentikan,


bisa dengan balut tekan atau dengan spalk udara. Jangan
pakai Torniquet, karena dapat merusak jaringan dan
menyababkan iskemia distal, sehingga torniquet hanya
dipakai jika ada amputasi traumatic
 Jika ada gangguan sirkulasi pasang iv line (sekalian ambil
sampel darah untuk diperiksa lab rutin).

12
 Infus RL / kristaloid lain 2-3 L. Jika tidak respon beri
transfusi dari gol darah yang sesuai. Kalau tidak ada beri
gol darah O Rh – / gol O Rh + titer rendah yang
dihangatkan dulu untuk mencegah hipotermia
 Jangan beri vasopresor, steroid, bicarbonat natricus

D = Disability:

 Tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda–tanda


lateralisasi, tingkat/level cidera spinal
 Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan GCS atau APVU
 Penurunan kesadaran dapat disebabkan :
 ↓ oksigenasi (hipoksia) atau hipoperfusi
(hipovolemi) ke otak
 Trauma langsung pada otak / trauma kapitis
 Obat-obatan, alkohol

E = Exposure:
 Pemeriksaan Head to toe
 Periksa kemungkinan-kemungkinan trauma lain
 Jaga suhu tubuh pasien/cegah hipotermia (selimuti
pasien)

7. Terapi diet dan farmakologi


1. Terapi diet:
 Makanlah karbohidrat
 Konsumsi protein rendah lemak
 Konsumsi buah-buahan dan sayuran segar karena mengandung
vitamin, mineral dan serat yang akan membantu kesehatan
tubuh.

13
 Perhatikan jenis minuman yang di minum.
 Hindari makanan beryodium, buahan (alpukat dan apel).
2. Terapi farmakologi:
 Nebulizer
 Fisiotheraphy
 Oksigenasi
 Pembatasan cairan
 Antimicrobial

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


1. Pengkajian primer
AIRWAYS :
a. Kelancaran jalan nafas,
b. Jika penderita dapat bicara, mengindikasikan airwaysnya baik,
c. Identifikasi kemungkinan obstruksi airways (oleh benda asing,
fraktur wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau
trachea, frakturservikal)
BREATHING
a. Melibatkan paru, dinding dada dan diafragma harus dievaluasi
secara cepat
b. Dada pasien dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan
c. Auskultasi untuk memastikan udara masuk kedalam paru
d. Perkusi untuk menilai adanya udara atau darah masuk pada
rongga pleura
e. Inspeksi dan palpasi dapat menilai kelainan dinding dada
CIRCULATION
a. Penilaian volume darah dan CO

14
 Tingkat kesadaran : akibat penurunan
darah ke otak,
 Warna kulit (dapat membantu diagnosis
hipovolemik) : wajah yang pucat
keabuab, kulit ekstremitas pucat
menandakan hipovoilemik
 Nadi, periksa nadi yang besar (femoralis
, karotis) untuk kekuatan, kecepatan dan
irama:
1. Tidak cepat, kuat , teratur =
normovolemi
2. Cepat, kecil : hipovolemi
3. Tidak teratus = biasanya gg jantung
4. Tidak ditemukan = peril resusitasi
segera
 Penilaian perdarahan : ada tidak
perdarahan luar , perdarahan juga bias
terjadi di dalam / internal/ tidak terlihat
DISABILITY
a) Tingkat kesadaran, ukuran pupil dan reaksi pupil,
tanda laterasi , tingkat / level cedera spinal
b) Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan GCS
c) Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh
penurunan oksigenasi (hipoksi) atau hipoperfusi
(hipovolemi) ke otak

15
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (Doenges, 2000) meliputi :
a. Aktivitas istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah, tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e.    Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau
regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh
napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
f. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya
bedah intratorakal/biopsy paru.
3. Diagnosa
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru
yang tidak maksimal karena akumulasi
udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan
sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat
nyeri dan keletihan.

16
4. Intervensi

Diagnose Tujuan Intervensi


Ketidakefektifan Tujuan : Pola pernapasan 1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya
pola pernapasan efektive. dnegan peninggian kepala tempat tidur.
Kriteria hasil : Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien
b/d ekspansi paru
- Mempe untuk duduk sebanyak mungkin.
yang tidak rlihatka R/ Meningkatkan inspirasi maksimal,
maksimal karena n meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi
frekuen pada sisi yang tidak sakit.
trauma.
si 2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat
pernap frekuensi pernapasan, dispnea atau
asan perubahan tanda-tanda vital.
yang R/ Distress pernapasan dan perubahan
efektiv pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat
e. stress fifiologi dan nyeri atau dapat
- Mengal menunjukkan terjadinya syock
ami sehubungan dengan hipoksia.
perbaik 3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan
an tersebut dilakukan untuk menjamin
pertuka keamanan.
ran R/ Pengetahuan apa yang diharapkan
gas-gas dapat mengurangi ansietas dan
pada mengembangkan kepatuhan klien
paru. terhadap rencana teraupetik.
- Adapti 4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor
ve pencetus adanya sesak atau kolaps paru-
mengat paru.
asi R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat
faktor- mengembangkan kepatuhan klien terhadap
faktor rencana teraupetik.
penyeb 5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien
ab. untuk kontrol diri dnegan menggunakan
pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek
fisiologi hipoksia, yang dapat

17
dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
 Pemberian antibiotika.
 Pemberian analgetika.
 Fisioterapi dada.
 Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien
atas pengembangan parunya.

Inefektif bersihan Tujuan : Jalan napas a. Jelaskan klien tentang


jalan napas b/d
lancar/normal kegunaan batuk yang efektif
peningkatan
sekresi sekret dan Kriteria hasil : dan mengapa terdapat
penurunan batuk
- Menun penumpukan sekret di sal.
sekunder akibat
nyeri dan jukkan pernapasan.
keletihan
batuk R/ Pengetahuan yang
yang diharapkan akan membantu
efektif. mengembangkan kepatuhan
- Tidak klien terhadap rencana
ada teraupetik.
lagi b. Ajarkan klien tentang
penum metode yang tepat
pukan pengontrolan batuk.
sekret R/ Batuk yang tidak
terkontrol adalah
di sal.
melelahkan dan tidak
pernap efektif, menyebabkan
frustasi.
asan.
c. Napas dalam dan perlahan
- Klien
saat duduk setegak
nyama
mungkin.

18
n. R/ Memungkinkan ekspansi
paru lebih luas.
d. Lakukan pernapasan
diafragma.
R/ Pernapasan diafragma
menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi
alveolar.
e. Tahan napas selama 3 - 5
detik kemudian secara
perlahan-lahan, keluarkan
sebanyak mungkin melalui
mulut.
f. Lakukan napas ke dua ,
tahan dan batukkan dari
dada dengan melakukan 2
batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru
mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

5. Evaluasi
1. Diharapkan jalan napas efektif
2. B ersihan jalan napas tidak ada sekret

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trauma Dada / Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya
benturan baik tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang
menyebabkan abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk
pada thorax akibat trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera
pada organ  bagian dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru,
sehingga dapat terjadi  beberapa kondisi patologis traumatik seperti
Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung, dan sebagainya.

B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10777202/KONTUSIO_PULMONAL

https://id.scribd.com/document/404037770/Kontusio-Pulmonal

https://books.google.co.id/books?id=r1OS3pNN8qYC&pg

21

Anda mungkin juga menyukai