Anda di halaman 1dari 14

Analisis Jurnal

Acute Respiratory Distress Syndrome

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Pembimbing :
Ahmat Pujianto, S.Kep.Ns,M.Kep

Oleh :

Kelompok VII
Choiriyah NPM : 2040703059
Rezk NPM : 2040703083
Siti Hamidah NPM : 2040703086

Program Studi Sarjana Keperawatan


UniversitasBorneo Tarakan
2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Analisis
Jurnal “ Acute Respiratory Distress Syndrome “ yang merupakan salah satu tugas
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat
beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan
wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan
datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan
dan belajar dari suatu kesalahan.
Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga analisis jurnal
yang berjudul “Acute Distress Respiratory syndrome ” mendapat ridho dari Allah
SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Aamiin....

Tarakan, 01 April 2021

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Tujuan..............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................2
2.1. Konsep Teori....................................................................................................2
2.1.1. Defenisi................................................................................................2
2.1.2. Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome...........2_Toc68591674
2.1.3. Faktor Risiko Acute Respiratory Distress Syndrome..........................3
2.1.4. Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome......................................3
2.1.5. Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome................................4
2.1.6. Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome.............................4
2.1.7. Pencegahan Acute Respiratory Distress Syndrome.............................5
2.1.8. Diagnosis Keperawatan........................................................................7
2.2. Analisis Jurnal..................................................................................................7
2.3 Metode Penelitian............................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................10
3.1. Kesimpulan....................................................................................................10
3.2. Saran................................................................................................................10
Daftar Pustaka......................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah bentuk kegagalan
pernapasan yang mengancam jiwa yang mempengaruhi sekitar 200.000 pasien
setiap tahun di Amerika Serikat, yang mengakibatkan hampir 75.000 kematian
setiap tahun. Secara global, ARDS menyumbang 10% dari penerimaan unit
perawatan intensif, mewakili lebih dari 3 juta pasien dengan ARDS setiap tahun.
ARDS mempengaruhi sekitar 200.000 pasien setiap tahun di Amerika
Serikat, mengakibatkan hampir 75.000 kematian, lebih banyak daripada kanker
payudara atau infeksi HIV. Secara global, ARDS mempengaruhi sekitar 3 juta
pasien setiap tahun, terhitung 10% dari penerimaan unit perawatan intensif (ICU),
dan 24% dari pasien yang menerima ventilasi mekanis di ICU. Terlepas dari
penelitian selama puluhan tahun, pilihan pengobatan untuk ARDS masih terbatas.
Perawatan suportif dengan ventilasi mekanis tetap menjadi andalan manajemen.
Kematian akibat ARDS tetap tinggi, berkisar antara 35% sampai 46%
dengan kematian yang lebih tinggi dikaitkan dengan derajat keparahan cedera
paru yang lebih besar, Orang yang selamat mungkin memiliki morbiditas fisik,
neuropsikiatri, dan neurokognitif yang substansial dan persisten yang telah
dikaitkan dengan gangguan kualitas hidup yang signifikan, selama 5 tahun setelah
pasien pulih dari ARDS.
Mengingat beban kesehatan masyarakat akibat ARDS, perlu ditinjau
kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan ARDS. gangguan kualitas hidup yang
signifikan, selama 5 tahun setelah pasien pulih dari ARDS.(Rakhmatullah &
Sudjud, 2012)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari analisis jurnal ini adalah menambah wawasan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya di bidang keperawatan gawat
darurat pada kasus ARDS.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Defenisi
ARDS atau acute respiratory distress syndrome adalah gangguan
pernapasan berat yang disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli atau
kantung udara kecil di paru-paru. Gejala utamanya adalah sesak napas berat dan
sulit bernapas.
ARDS sering disebabkan oleh penyakit kritis, seperti sepsis atau
pneumonia berat. ARDS merupakan kondisi darurat yang mengancam nyawa
penderitanya, sehingga perlu mendapat penanganan yang cepat dan tepat.
(Darmawan(Alomedika), 2019)

2.1.2 Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome


ARDS disebabkan oleh kerusakan alveoli akibat merembesnya cairan dari
pembuluh darah kapiler di dalam paru-paru ke dalam alveoli. Alveoli adalah
kantong udara di paru-paru yang berfungsi menyalurkan oksigen ke darah dan
mengeluarkan karbondioksida dari dalam darah. Pada kondisi normal, membran
yang melindungi pembuluh darah kapiler menjaga cairan tetap di dalam pembuluh
darah. Namun, pada ARDS, cedera atau penyakit berat menyebabkan kerusakan
pada membran pelindung tersebut, sehingga cairan bocor ke alveoli. Penumpukan
cairan tersebut membuat paru-paru tidak bisa terisi udara, sehingga pasokan
oksigen ke aliran darah dan tubuh menjadi berkurang. Kekurangan pasokan
oksigen ini akan menyebabkan terhentinya fungsi organ, termasuk otak dan ginjal.
Jika dibiarkan, kondisi ini akan mengancam nyawa penderitanya.
Beberapa kondisi dan penyakit yang bisa menyebabkan ARDS adalah:
a. Sepsis
b. Cedera di kepala atau dada, misalnya akibat benturan atau kecelakaan
c. Pneumonia (infeksi paru-paru) yang bera

2
d. Luka bakar
e. Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia
f. Tersedak atau kondisi nyaris tenggelam
g. Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak
h. Pankreatitis.(Darmawan(Alomedika), 2019)

2.1.3 Faktor Risiko Acute Respiratory Distress Syndrome

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena


ARDS, di antaranya:
a. Berusia di atas 65 tahun
b. Memiliki kebiasaan merokok
c. Memiliki kecanduan minuman beralkohol
d. Menderita penyakit paru-paru kronis
e. Menderita kelainan genetik
f. Menderita obesitas
g. Mengalami overdosis obat-obatan tertentu.(Darmawan(Alomedika), 2019)

2.1.4 Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome


Gejala ARDS dapat berbeda-beda pada setiap penderitanya, tergantung
penyebab, tingkat keparahan, dan apakah ada penyakit lain yang diderita, seperti
penyakit jantung atau penyakit paru-paru.
Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada penderita ARDS
adalah:
a. Napas pendek dan cepat
b. Sesak napas
c. Tekanan darah rendah (hipotensi)
e. Tubuh terasa sangat lelah
f. Keringat berlebih
g. Bibir atau kuku berwarna kebiruan (sianosis)
h. Nyeri dada
i. Denyut jantung meningkat (takikardia)

3
j. Batuk
k. Demam
l. Sakit kepala atau pusing
m. Bingung (Darmawan(Alomedika), 2019)

2.1.5 Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome


Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien, dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain
pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti laju atau frekuensi pernapasan, tekanan
darah, denyut nadi, suhu, serta warna kebiruan pada bibir dan kuku, dan
pemeriksaan fisik dinding dada. Untuk memastikan diagnosis dan penyebab,
dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan di bawah ini :
a. Tes darah, untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (analisa gas darah) dan
memeriksa kemungkinan anemia atau infeksi
b. Rontgen dada, untuk melihat lokasi dan banyaknya penumpukan cairan di
dalam paru-paru, sekaligus mendeteksi kemungkinan pembesaran jantung
c. CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru dan jantung dengan gambaran yang
lebih detail
d. Ekokardiografi (USG jantung), untuk menilai kondisi dan struktur jantung serta
mendeteksi ada tidaknya gangguan fungsi jantung
e. Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas kelistrika jantung dan
menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit jantung
f. Kultur atau pemeriksaan sampel dahak, untuk mengetahui bakteri atau
mikroorganisme lain yang menyebabkan infeksi
g. Biopsi atau pengambilan sampel jaringan dari paru-paru, untuk
menyingkirkan
kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit paru-paru selain ARDS
(Darmawan(Alomedika), 2019)

2.1.6 Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome


Pengobatan ARDS bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam

4
darah agar organ tubuh pasien berfungsi normal dan terhindar dari gagal organ.
Tujuan lain dari pengobatan ARDS adalah untuk meredakan gejala dan mencegah
komplikasi.
Beberapa metode untuk mengatasi ARDS adalah:
a. Memberikan bantuan oksigen melalui selang hidung atau masker bagi pasien
dengan gejala ringan
b. Memasang alat bantu napas dan ventilator untuk membantu mengalirkan
oksigen ke paru-paru
c. Memberikan cairan melalui infus
d. Memberikan asupan nutrisi menggunakan selang nasogastrik yang dipasang
melalui hidung
e. Memberikan obat antibiotik untuk mencegah dan mengatasi infeksi
f. Memberikan obat pengencer darah untuk mencegah pengumpalan darah di
kaki dan paru-paru
g.Memberikan obat pereda nyeri, obat untuk mengurangi asam.
(Darmawan(Alomedika), 2019)

2.1.7 Pencegahan Acute Respiratory Distress Syndrome


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko
terjadinya ARDS, yaitu:
a. Menghentikan kebiasaan merokok dan menjauhi paparan asap rokok
b. Menghentikan konsumsi minuman beralkoho
c. Menjalani imunisasi flu setiap tahun dan imunisasi PCV setiap 5 tahun untuk
mengurangi risiko terjadinya infeksi paru.

Bagi pasien ARDS yang dalam masa pemulihan, disarankan untuk


menjalani rehabilitasi paru. Tindakan ini bertujuan memperkuat sistem
pernapasan dan meningkatkan kapasitas paru-paru.(Darmawan(Alomedika),
2019)

5
PATHWAY

6
2.1.8 Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang sering terjadi pada pasien ARDS adalah :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus
kapiler
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri dan
atau vena
4.Anxietas berhubungan dengan krisi situasional. (Askep Pada Klien Acute
Respiratory Distres Syndrome (ARDS) - Ppt Download, n.d.)

2.2 Analisis Jurnal


Pada pasien ARDS, perubahan dari posisi terlentang ke tengkurap
menghasilkan distribusi rasio gas-jaringan yang lebih merata di sepanjang sumbu
dependen-nondependen dan distribusi stres paru-paru dan distribusi yang lebih
homogen. regangan. Perubahan ke posisi tengkurap umumnya disertai dengan
peningkatan gas darah arteri, yang terutama disebabkan oleh kesesuaian ventilasi /
perfusi secara keseluruhan yang lebih baik.
Peningkatan oksigenasi dan penurunan mortalitas adalah alasan utama
untuk menerapkan posisi rawan pada pasien ARDS. Alasan utama yang
menjelaskan penurunan mortalitas adalah berkurangnya tekanan berlebih di
daerah paru-paru non-dependen dan lebih sedikit pembukaan dan penutupan
siklus di daerah paru-paru dependen. Satu-satunya kontraindikasi absolut untuk
menerapkan posisi tengkurap adalah patah tulang belakang yang tidak stabil.
Manuver untuk mengubah dari terlentang ke tengkurap dan sebaliknya
membutuhkan tim yang terdiri dari 4-5 orang perawat yang terampil. Efek
samping yang paling sering adalah luka tekan dan edema wajah.
Baru-baru ini, penggunaan posisi tengkurap telah diperluas ke pasien yang
tidak diintubasi dengan pernapasan spontan yang terkena COVID-19 ARDS. Efek
dari intervensi ini terhadap hasil masih belum pasti. (Guérin et al., 2020)
Posisi pronasi disarankan untuk dilakukan pada pasien ARDS sedang dan
berat selama 12 jam per hari atau lebih. (Darmawan(Alomedika), 2019)

7
Posisi prone direkomendasikan karena terbukti mampu menurunkan
angka mortalitas. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya risiko
VILI karena lebih seragamnya distribusi ventilasi dan berkurangnya tekanan paru
lobus kiri bawah (oleh jantung), paru yang tidak mengalami obstruksi,
mengandung lebih banyak unit alveolar pada regio dorsal daripada regio ventral,
serta tampak adanya kompresi pada segmen dependen akibat gradien pleura
gravitasional. Pasien yang berada pada posisi prone memiliki fraksi unit alveolar
terkompresi yang lebih kecil. (Darmawan(Alomedika), 2019)
Totalitas literatur sebelum 2013 menetapkan dasar untuk uji coba terbaru
dari posisi rawan pada ARDS sedang-berat oleh Guerin dan rekan . Di antara 466
pasien yang terdaftar dalam uji coba PROSEVA, mortalitas 28 hari adalah 16%
pada kelompok rentan dan 33% pada kelompok terlentang (p <0,001; rasio hazard
untuk kematian dengan posisi rawan adalah 0,39 (interval konfidensi 95% (CI))
0,25–0,63).(Guérin et al., 2020)
Dalam meta-analisis, delapan uji coba acak (2129 pasien) selama 12 tahun,
efek posisi rawan di semua tingkat keparahan ARDS dievaluasi. Posisi tengkurap
yang dilakukan selama lebih dari 12 jam per hari dan penelitian terbatas pada
ARDS sedang hingga berat dikaitkan dengan manfaat moral [RR 0,74 (95% CI
0,56-0,99)] .(Guérin et al., 2020)
Posisi tengkurap secara konsisten terlihat menguntungkan sebagian besar
pasien ARDS yang hipoksemik; namun, mengingat kurangnya perincian dari data
yang dikumpulkan, evaluasi ambang PaO2 / FiO2 spesifik dari 150 mmHg tidak
layak. Sampai saat ini, bagaimanapun, data yang dikumpulkan telah menunjukkan
manfaat yang konsisten di seluruh ARDS yang parah . Te 2017 American Toracic
Society / European Society of Intensive Care Medicine / Society of Critical Care
Medicine pedoman praktik klinis mechanic ventilasi kal pada pasien dewasa
dengan ARDS sangat dianjurkan bahwa pasien dengan ARDS berat menerima
posisi tengkurap selama lebih dari 12 jam per hari . Sangat disarankan untuk
pedoman 2019 dari French Society of Intensive Care Medicine (SRLF) untuk
manajemen ARDS.

8
Sebagai kesimpulan, posisi tengkurap sekarang telah mengambil tempat
yang tepat di gudang penatalaksanaan ARDS, dan penting untuk mengetahui
apakah posisi rawan pada pasien yang tidak diintubasi juga dapat memastikan
dampak menguntungkannya pada hasil klinis.

2.3 Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode meta analisis, dimana meta analisis adalah


sebuah analisis statistic yang memadukan hasil berbagai kajian ilmiah,

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Salah satu intervensi yang direkomendasikan dalam tata laksana ARDS
berdasarkan American Thoracic Society/European Society of Intensive Care
Medicine/Society of Critical Care Medicine antara lain adalah posisi pronasi.
Memposisikan pasien dalam posisi tengkurap memberikan efek dalam
meningkatkan oksigenasi dan berhubungan dengan menurunkan mortalitas. Posisi
pronasi disarankan untuk dilakukan pada pasien ARDS sedang dan berat selama
12 jam per hari atau lebih
Posisi prone direkomendasikan karena pada pasien ARDS, perubahan dari
posisi terlentang ke tengkurap menghasilkan distribusi rasio gas-jaringan yang
lebih merata di sepanjang sumbu dependen-nondependen dan distribusi stres paru-
paru dan distribusi yang lebih homogen. regangan. Perubahan ke posisi tengkurap
umumnya disertai dengan peningkatan gas darah arteri, yang terutama disebabkan
oleh kesesuaian ventilasi / perfusi secara keseluruhan yang lebih baik.

3.2 Saran
Setelah melihat pembahasan ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya
dibidang keperawatan gawat darurat dapat memahami tentang intervensi posisi
pronasi pada pasien ARDS serta dapat mengaplikasikan pada pelayanan
keperawatan gawat darurat.

10
Daftar Pustaka

1. Askep Pada Klien Acute Respiratory Distres Syndrome (ARDS) - ppt download.
(n.d.). Retrieved April 5, 2021, from https://slideplayer.info/slide/11820536/

2. Darmawan(Alomedika), D. J. (2019). No Title. Acute Respiratory Distress


Syndrome, Patofisiologis, Diagnosis Dan Tatalaksana.

3. Guérin, C., Albert, R. K., Beitler, J., Gattinoni, L., Jaber, S., Marini, J. J.,
Munshi, L., Papazian, L., Pesenti, A., Vieillard-Baron, A., & Mancebo, J.
(2020). Prone position in ARDS patients: why, when, how and for whom.
Intensive Care Medicine, 46(12), 2385–2396.
https://doi.org/10.1007/s00134-020-06306-w

4. Rakhmatullah, R., & Sudjud, R. W. (2012). Diagnosis dan Tatalaksana ARDS


Diagnosis and Management of ARDS. 10, 58–68.

11

Anda mungkin juga menyukai