A
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG HND C1L1
RS DR KARIADI SEMARANG
OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah peradangan alveoli atau parenkim paru yang terjadi
pada anak. Pneumonia streptokokus paling sering terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan ( 30 % ) anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3 bulan dan
pada 70 % anak dengn pneumonia yang berusia kurang dari 1 tahun
Bronkopneumonia biasanya didahului dengan peningkatan suhu tubuh, kejang,
dispnea dan sering mengakibatkan kematian jika tidak segera tertangani
Pencegahan dan pengobatan yang tepat akan sangat membantu untuk
mencegah kondisi anak lebih parah yang bisa berakibat fatal
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
bronkopneumonia
2. Tujuan khusus
a. Mampu menyebutkan pengertian BRPN
b. Mampu menyebutkanpenyebab BRPN
c. Mampu menyebutkan tanda dan gejala BRPN
d. Mampu menjelaskan patofisiologi BRPN
e. Mampu menjelaskan penatalaksanaan medis pada klien dengan BRPN
f. Mampu menyebutkan pemeriksaan diagnostik pada anak dengan BRPN
g. Mampu memberi tindakan keperawatan pada kasus bronkhopneumonia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru ( Betz C, 2002 )
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada
anak. (Suriadi Yuliani, 2001)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama
alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak
B. Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun
sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan
pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat
menyebabkan timbulnya.
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan
oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada
pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
C. Manifestasi klinis
1. Pneumonia bakteri
Gejala awal :
- Rinitis ringan
- Anoreksia
- Gelisah
Berlanjut sampai :
- Demam
- Malaise
- Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
- Ekspirasi bebunyi
- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
- Leukositosis
- Foto thorak pneumonia lobar
2. Pneumonia virus
Gejala awal :
- Batuk
- Rinitis
Berkembang sampai
- Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat
dan lesu
- Emfisema obstruktif
- Ronkhi basah
- Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
- Demam
- Mengigil
- Sakit kepala
- Anoreksia
- Mialgia
Berkembang menjadi :
- Rinitis
- Sakit tenggorokan
- Batuk kering berdarah
- Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak
D. Patofisiologi
Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme
patogen yaitu virus dan stapilococcus aurens, H. Influenza dan streptococcus
pneumoniae bakteri.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya
destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang
mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
Pada anak kondisi ini dapat akut maupun kronik misal pad AIDS, Cystic
Fibrosis, aspirasi benda asing dan congenital yang dapat meningkatkan risiko
pneumonia.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto polos: digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan
beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
F. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia
2. Bila kondisi berat harus dirawat
3. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
4. Antibiotik sesuai dengan program
G. Penatalaksanaan perawatan
1. Pengkajian
a. Kaji status pernafasan
b. Kaji tanda- tanda distress pernafasan
c. Kaji adanya demam, tachicardia, malaise, anoreksia, kegeisahan
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di
jalan nafas
b. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan
akumulasi exudat
c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya
intake dan tachipnea
d. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan )
e. Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest
total
f. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan (kebutuhan belajar, mengenenai
kondisi dan kebutuhan tindakan) berhubung dengan kurang informasi.
3. Perencanaan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekret di jalan nafas
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan
nafas menjadi bersih
Kriteria:
- Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing
- Sekret di jalan nafas bersih
- Cuping hidung tidak ada
- Tidak ada sianosis
Intervensi:
- Kaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan
otot bantu nafas, warna kulit
- Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas
- Posisikan kepala lebih tinggi
- Lakukan postural drainage
- Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melaakukan fisiotherapi dada
- Jaga humidifasi oksigen yang masuk
- Gunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir
- Monitor suara nafas
- Kolaborasi pemberian obat pengencer dahak : ambroxol
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan
cairan di alveoli paru
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
pertukaran gas dalam alveoli adekuat.
Kriteria:
- Akral hangat
- Tidak ada tanda sianosis
- Tidak ada hipoksia jaringan
- Saturasi oksigen perifer 90%
Intervensi:
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Keluarkan lendir jika ada dalam jalan nafas
- Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter per menit
- Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis
- Awasi tingkat kesadaran klien
c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam,
menurunnya intake dan tachipnea
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak
terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil:
- Tidak ada tanda dehidrasi
- Suhu tubuh normal 36,5-37 0C
- Kelopak mata tidak cekung
- Turgor kulit baik
- Akral hangat
Intervensi:
- Kaji adanya tanda dehidrasi
- Jaga kelancaran aliran infus
- Periksa adanya tromboplebitis
- Pantau tanda vital tiap 6 jam
- Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C
- Pantau balance cairan
- Berikan nutrisi sesuai diit
- Awasi turgor kulit
d. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan
sekret pernafasan )
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
penyebaran infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
- Mencapai perbaikan infeksi berulang tampa komplikasi.
- Suhu tubuh dalam batas normal.
Intervensi:
- Ukur tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi.
- Menganjurkan keluarga untuk memperhatikan pengeluaran sekret, dan
melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
- Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik.
- Batasi pengunjung sesuai indikasi.
- Tingkatkan masukan nutrisi yang adekuat.
- Berikan antimikroba sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum dan
darah.
e. Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bed
rest total
Tujuan: seletah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak
terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil:
- Tidak terdapat luka dekubitus pda lokasi yang tertekan
- Warna kulit daerah tertekan tidak hipoksia, kemerahan
Intervensi:
- Lakukan massage pada kulit tertekan
- Monitor adanya luka dekubitus
- Jaga kulit tetap kering
- Berikan kamfer spiritus pada punggung dan daerah tertekan
- Jaga kebersihan dan kekencangan linen
f. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak
terjadi injuri akibat kejang
Kriteria hasil:
- Tidak ada injuri pada bagian tubuh jika terjadi kejang
- Orang tua selalu mengawasi disamping anaknya
- Orang tua melapor jika terjadi kejang
- Tempat tidur terpasang pengaman
Intervensi:
- Pasang pengaman di sisi tempat tidur
- Anjurkan orang tua untuk melapor jika terjadi kejang
- Siapkan sudip lidah/ pasang pada mulut pasien
- Kolaborasi berikan anti kejang luminal dan diazepam
- Berikan obat sesuai program
- Awasi adanya kejang tiap 15 menit sekali
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan (kebutuhan belajar,
mengenenai kondisi dan kebutuhan tindakan) berhubung dengan kurang
informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit
kurang pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil:
- Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan.
Intervensi:
- Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit
bronkopneumonia, yang meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala dan
cara perawatan.
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit bronkopneumonia
yang meliputi : pengertian, penyebab, tanda gejala dan cara perawatan.
Pathways.
Kurang BRPN
pengetahuan
n
Jamur, virus, bakteri, protozoa
Masuk alveoli
Sputum
mengental Kompliance paru
turun
Bersihan
jalan nafas Gangguan pola nafas
ᄃ
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung
Seto;2001
2. Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta:
Infomedika;2000
3. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997
4. Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002
5. Wong and Whaley. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia; 1995.
6. Wilkinson,Judith.M. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi Ke 7. Jakarta
EGC. 2007
BAB II
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG HND C1L1
RS DR KARIADI SEMARANG
A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 1 September 2008. Tanggal Masuk : 31 Agustus 2008
I. IDENTITAS
Nama : An. D
Umur/tanggal lahir : 9 bulan 22 hari / 9 November 2007
Nama Ayah : Tn. M
Nama Ibu : Ny. N
Pekerjaan Ayah : PJKA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Asrama PJKA Tanjungmas, Semarang
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMP
An.D
1 bulan BRPN
15. Kulit
Warna sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.
3 S: Kurangnya Cemas
Ibu mengatakan khawatir akan pengetahuan
penyakit yang dialami anaknya
O:
- Orang tua sering menanyakan
kondisi anaknya saat diperiksa
perawat.
- Saat ditanya tentang sakit
anaknya keluarga tidak bisa
menjawab dan
menjelaskannya.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : An.D
Umur : 9 bulan 22 hari
Ruang : HND C1L1
2 1/09/ 2008 II Tujuan: setelah 1. Ukur tanda vital dengan 1. Untuk memantau suhu
08.15 dilakukan tindakan ketat, khususnya selama awal tubuh.
keperawatan selama 3 x terapi.
24 jam penyebaran 2. Anjurkan keluarga untuk 2. Sekret yang berwarna
infeksi tidak terjadi. memperhatikan pengeluaran kehijauan menandakan
Kriteria hasil : sekret, dan melaporkan sudah terjadi infeksi
- Mencapai perubahan warna, jumlah dan
perbaikan infeksi bau sekret.
berulang tampa 3. Ubah posisi dengan sering 3. Memfasilitasi
komplikasi. dan berikan pembuangan pembuangan secret
- Suhu paru yang baik.
tubuh dalam batas 4. Batasi pengunjung sesuai 4. Mencegah infeksi silang
normal indikasi.
(36-37,5 0 C) 5. Tingkatkan masukan nutrisi 5. Nutrisi yang adekuat dapat
yang adekuat. meningkatkan pertahanan
tubuh melawan kuman
6. Berikan antimikroba sesuai 6. Antibiotik adalah obat
indikasi dengan hasil kultur yang bekerja melawan
sputum dan darah. kuman di dalam tubuh
3 1/09/ 2008 III Tujuan : Setelah 1. Monitor tingkat kecemasan 1. Untuk mrngetahui tingkat
08.30 dilakukan tindakan orang tua kecemasan yang dialami
keperawatan selama 1 x 2. Gali tingkat pengetahuan sehingga mempermudah
30 menit cemas keluarga tentang penyakit dalam memberikan
berkurang bahkan bronkopneumonia, yang tindakan keperawatan
teratasi. meliputi pengertian, sesuai dengan tingkat
Kriteria hasil: penyebab, tanda gejala dan kecemasan .
- Ibu mengatakan cara perawatan. 2. Untuk mengetahui tingkat
kekhawatirannya 3. Berikan informasi tentang pengetahuan keluarga
berkurang penyakit yang dialami An. D tentang penyakit
- Menyatakan melalui pendidikan bronkopneumonia.
pemahaman kondisi, kesehatan tentang penyakit 3. Men
proses penyakit, dan bronkopneumonia yang ingkatkan pengetahuan
pengobatan. meliputi : pengertian, tentang penyakit
penyebab, tanda gejala dan bronkopneumonia
cara perawatan. 4. men
4. Mengikut sertakan orang tua gurangi tingkat kecemasan
dalam setiap tindakan . baik orang tua maupun
anak
1.
D. IMPLEMENTASI
Nama : An.D
Umur : 9 bulan 22 hari
Ruang : HND C1L1
2 II 09.00 Memberikan minum susu per sonde 90 ml S : Ibu mengatakan anak belum mau netek
O : Susu masuk 90 ml per sonde, An.D
tidak muntah
4 I, II 09.45 Melakukan suction dengan teknik aseptik S : Ibu mengatakan anak rewel
Melakukan postural drainage O : Dahak keluar berwarna agak keruh.
7 III 11.45 Menggali tingkat pengetahuan keluarga tentang S : Keluarga mengatakan belum paham
penyakit bronkopneumonia, yang meliputi tentang penyakit anaknya.
pengertian, penyebab, tanda gejala dan cara O : Keluarga tidak mampu menjawab saat
perawatan. ditanya tentang sakit anaknya tidak bisa
menjawab dan menjelaskannya.
12 II 09.00 Memberikan minum susu per sonde 90 ml S : Ibu mengatakan anak tidak muntah
O : Susu masuk 90 ml per sonde, An.D
tidak muntah
14 II 10.00 Memberikan injeksi Cefotaxim 300 mg via S : Ibu mengatakan anak sudah tidak panas
selang intravena O : Obat masuk via selang intravena
sebanyak 300 mg.
17 I, II 3/09/2008 Memberikan O2 sesuai dengan program S : Ibu mengatakan anak sudah berkurang
08.15 Menjaga humidifasi oksigen yang masuk sesaknya
O : An.D terpasang O2 kanul 2 liter/menit
Pada BAB ini akan membahas kesenjangan yang ada antara konsep teori dengan
tinjauan kasus dari masing- masing tahapan asuhan keperawatan.
Dari pengkajian yang kami lakukan kami mengangkat tiga prioritas diagnosa
keperawatan, yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di
jalan nafas. Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernafasan guna mempertahankan
jalan nafas yang bersih.
Dari hasil pengkajian yang ditemukan pada An. D tidak ditemukan adanya
perbedaan data baik data subjek maupun data objek dari konsep teori dengan kasus
yang ada.
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada An.D adalah : Orang tua
mengatakan An.D saat ini batuk, pilek dan sesak nafas, RR : 52 X / menit, ronkhi
basah halus, anak tampak batuk, pilek dan sesak nafas, terdapat secret pada hidung,
terdapat nafas cuping hidung, terdapat retraksi dinding dada, Terapi : Oksigen head
box 8 L/menit dan ambroxol 3 x 5 mg.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan konsep teori yaitu :
Mengkaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot
bantu nafas, warna kulit, melakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas,
memberikan posisi kepala lebih tinggi, menjaga humidifasi oksigen yang masuk,
dan menggunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah bersihan
jalan nafas hanya teratasi sebagian karena didapati data yaitu Ibu mengatakan batuk,
pilek dan sesak berkurang, TTV : Suhu 37,5 0C, Nadi 100x/menit, RR 48 x/menit,
terpasang O2 kanul 2 liter/menit, suara nafas ronchi basah halus pada kedua apeks
paru.
2. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan )
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan ) adalah suatu kondisi
individu yang mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Dari hasil pengkajian yang ditemukan pada An. D tidak ditemukan adanya
perbedaan data baik data subjek maupun data objek dari konsep teori dengan kasus
yang ada.
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa orang tua mengatakan anak nya
panas, suhu rektal : 38,50 C, nilai leukosit : 14,60 ribu/mmk dan mendapat terapi
antibiotik injeksi Cefotaxim 3 x 300 mg IV. Dari data yang ada sesuai dengan
konsep teori yaitu adanya kemungkinan peningkatan leukosit dan pemberian
antibiotik.
Intervensi yang sudah dilakukan diantaranya : Ukur tanda vital dengan ketat,
khususnya selama awal terapi, menganjurkan keluarga untuk memperhatikan
pengeluaran sekret, dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret,
mengubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik, membatasi
pengunjung sesuai indikasi, meningkatkan masukan nutrisi yang adekuat,
memberikan antimikroba sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum dan darah,
intervensi yang telah dilakukan sesuai dengan teori.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko
tinggi penyebaran infeksi tidak terjadi. Ibu mengatakan batuk, pilek dan sesak
berkurang TTV : Suhu 37,5 0C, Nadi 100x/menit, RR 48 x/menit, terpasang O 2 kanul
2 liter/menit, suara nafas ronchi basah halus pada kedua apeks.
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kebutuhan belajar,
mengenenai kondisi dan kebutuhan tindakan). Cemas adalah perasaan khawatir yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Dari hasil pengkajian yang ditemukan pada An. D tidak ditemukan adanya
perbedaan data baik data subjek maupun data objek dari konsep teori dengan kasus
yang ada.
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa : Ibu mengatakan khawatir akan
penyakit yang dialami anaknya, sering menanyakan kondisi anaknya saat diperiksa
perawat, dan saat ditanya tentang sakit anaknya keluarga tidak bisa menjawab dan
menjelaskannya.
Intervensi yang sudah dilakukan diantaranya : Monitor tingkat kecemasan orang tua,
gali tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronkopneumonia, yang
meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala dan cara perawatan,berikan informasi
tentang penyakit yang dialami An. D melalui pendidikan kesehatan tentang
penyakit bronkopneumonia yang meliputi : pengertian, penyebab, tanda gejala dan
cara perawatan, dan mengikut sertakan orang tua dalam setiap tindakan .
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit didapatkan hasil
bahwa cemas yang dialami orang tua teratasi pada hari pertama dengan kriteria hasil
Ibu mengatakan kekhawatirannya berkurang, mampu menyebutkan pengertian,
tanda dan gejala, penyebab, serta cara perawatan anak dengan bronkopneumonia,
tindak lanjut intervensi dihentikan.
Kami mengangkat diagnose tersebut diatas karena pada pengkajian hanya
menemukan sebagian data yang sesuai dengan karekteristik yang ada. Kami tidak
mengangkat diagnose keperawatan yang sesuai dengan tinjauan teori yang lainnya,
karena kami tidak menemukan data – data yang mendukung untuk memunculkan
diagnose – diagnosa tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. BRPN adalah suatu peradangan paru dimana peradangan tersebut tidak hanya
diparu – paru tetapi juga dibronkioli
2. Masalah utama yang muncul pada BRPN adalah inefektif airway clearence dan
tindakan utama yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan jlan nafas bisa
dengan merubah posisi, suction, postural drainage, dan terapi ekspektoran.
B. Saran
BRPN memiliki gejala yang tidak khas, sebagai tenaga pelayanan kesehatan
sebaiknya informasi mengenai BRPN perlu untuk ditularkan.